PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia
yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu, secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2009 :
33).
Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah
pokok program upaya kesehatan yang antara lain mencakup program penyakit
menular seperti penyakit demam berdarah dengue. Pelaksanaan program
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue adalah bagian dari
pembangunan kesehatan dan merupakan bagian dari upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular (Depkes, 2009: 33).
Penyakit yang disebabkan vector, khususnya yang vektornya nyamuk
merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Adapun penyakit yang
menjadi prioritas di dalam pengendalian vektor antara lain DBD. Penyakit
demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan
terbanyak adalah di atas 15 tahun (54,5%), sedangkan balita (1-5 tahun) 14,7%,
dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8% (DepKes RI, 2008).
Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Solok jumlah
kasus DBD pada tahun 2010 adalah 9 orang meningkat pada tahun 2011
berjumlah 27 orang, pengobatannya berhasil semua pasien yang diobati
sembuh. dan tahun 2012 jumlah penderita DBD adalah 60 orang, sedangkan
tahun 2013 35 orang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Kejadian DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Se Kota
Solok Pada Bulan Januari Sampai Desember Tahun 2013
NO
Puskesmas
Meninggal
Tanjung Paku
15
Tanah Garam
14
Nan Balimo
KTK
Jumlah
35
(Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2013)
Dari tabel 1.1 diatas kasus DBD terbanyak berada pada Puskesmas
Tanjung Paku yaitu 15 orang (42,8%). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah
kasus DBD adalah 14 kasus kemudian meningkat lagi pada tahun 2015 menjadi
15 kasus sampai bulan Juli 2015. Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
merupakan daerah padat dan sebagian besar penduduknya sibuk bekerja
(Laporan Rekapitulasi Kejadian DBD Dinas Kesehatan Kota Solok pada tahun
2015).
Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak
terlepas dari kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak,
khususnya dari pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia
juga belum menerapkan standard penanganan kasus DBD, sehingga jumlah
kematian masih tinggi. Faktor penting lainnya adalah belum tersedianya obat
spesifik atau vaksin untuk menangani dengue (Delianna, 2008).
Tindakan pencegahan meluasnya penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan
jentik nyamuk Aedes aegypty dengan beberapa metode yang tepat yaitu secara
fisik, biologis dan kimiawi. Metode ini apabila di kombinasikan dengan prilaku
menguras, menutup dan mengubur (3M) akan menjadi cara yang efektif dalam
mencegah penyakit DBD. Salah satu upaya pencegahan DBD secara kimiawi
yaitu dengan pemberian larvasida berupa butiran pasir temefos 1% terbukti
ampuh untuk memberantas jentik nyamuk Aedes aegypty selama 8-12 minggu
(WHO,2005). Butiran pasir temefos 1% lebih dikenal oleh masyarakat dengan
nama abate, pemberian abate disebut dengan abatisasi.
Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air
dikaitkan sebagai factor perpindahan/penularan penyebab penyakit (agent). Air
membawa penyebab penyakit dari kotoran penderita, kemudian sampai ke tubuh
orang lain melalui makanan, susu dan minuman. Air juga berperan untuk
membawa penyebab penyakit non microbial seperti bahan-bahan toksik yang
dikandungnya. Penyakit-penyakit infeksi yang biasanya ditularkan melalui air
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan
penularan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota
Solok tahun 2015
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi pengetahuan masyarakat tentang penularan penyakit
DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun 2015
b. Diketahui distribusi sikap masyarakat tentang penularan penyakit DBD di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun 2015
c. Diketahui distribusi tindakan pencegahan penularan penyakit DBD oleh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun
2015
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas Tanjung Paku
Diharapkan dapat menjadi pedoman bagi petugas surveilan puskesmas
Tanjung Paku dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat guna
mencegah penularan penyakit DBD dan menganjurkan masyarakat agar
melakukan PSN dan 3 M plus
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan DBD di rumah
3. Bagi Peneliti
BAB II
ANALISA SITUASI
2. Geografi
Puskesmas Tanjung Paku merupakan satu dari Puskesmas yang ada di Kota
Solok. Berdiri pada tahun 1983 dengan luas tanah 1050 M 2, merupakan
Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas Tanjung Paku terletak di wilayah kerja
Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
Sumatera Barat 65 Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas
4 (empat) kelurahan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
1. Visi
Visi Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok adalah Terwujudnya
Pelayanan Prima Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat
2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkanlah misi yaitu :
1) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS
2) Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang
kesehatan
3) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
4) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan
5) Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistem informasi
6) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
7) Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan.
3. Janji Pelayanan
Melayani dengan sepenuh hati
4. Motto
Pelayanan kami pengabdian terbaik
C.
No
Tabel 2.1.
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014
Kelurahan
Jumlah
Jumlah KK
Penduduk
Kota Panjang
2.040
439
PPA
5.275
1.186
Tanjung Paku
5.493
1.196
Kampung Jawa
5.948
1.502
Jumlah
18.756
4.323
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2014
D. Sosial Budaya
1. Agama
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk mayoritas beragama Islam
2. Suku
Sebagian besar masyarakatnya Suku Minang
3. Mata Pencarian
Masyarakat Puskesmas Tanjung Paku bermata pencarian sebagai pegawai,
pedagang dan petani.
4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Puskesmas Tanjung Paku
cukup lengkap, yaitu 16 TK/PAUD, 18 SD/MI, 3 SLTP, 3 SLTA dan 2 PT. Pada
tabel berikut dapat dilihat fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku menurut Kelurahan :
Tabel 2.2
Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014
No
Kelurahan
TK/Paud
SD
SLTP
SLTA
PT
1.
Kota Panjang
PPA
Tanjung Paku
Kampung
Jawa
10
Jumlah
18
18
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2014
E. Sumber Daya Kesehatan
1. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Tanjung Paku sudah cukup
memadai, yang masih kurang adalah tenaga non kesehatan.
No
Tabel 2.3
Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014
Jenis Tenaga
Jumlah
Dokter Umum
4 orang
Dokter Gigi
1 orang
Sarjana
Masyarakat
Nurse
2 orang
S1 Keperawatan
2 orang
D3 Perawat
5 orang
SPK
3 orang
D3 Bidan
D1 Bidan
2 orang
10
D3 Kesling
1 orang
11
D3 Gizi
2 orang
12
D3 Gigi
1 orang
Kesehatan
4 orang
16
orang
Ket
1 Kepala Puskesmas
TU, Gizi, Kesling, Promkes
2 kontrak, 1 sukarela
3 PTT, 1 sukarela
11
13
D3 Apikes
2 orang
14
D3 Refraksi
1 orang
15
D3 AAK
1 orang
16
Tenaga Elektromedik
1 orang
17
SMAK
1 orang
18
D3 Farmasi
1 Orang
19
SMF
1 orang
20
Sopir
1 orang
Kontrak
21
1 orang
Kontrak
22
Cleaning Servis
1 orang
Kontrak
23
Umum
1 orang
JUMLAH
1 kontrak
55
orang
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2014
F. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Paku
adalah :
Tabel 2.4.
Sarana dan Prasarana Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2015
No
Jumlah
Puskesmas Induk
Puskesmas Pembantu
Poskeskel
Posyandu Balita
32
Posyandu Lansia
11
Apotik
12
Optikal
RSUD/RST
10
11
Labor
12
13
22
Jumlah
93
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2014
G. Sasaran
Sasaran yang digunakan diperoleh dari data sasaran program kesehatan tahun
2015 Kota Solok Kecamatan Tanjung Harapan, yaitu :
Tabel 2.5.
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2015
No
Kelurahan
Jumlah
Pendudu
k
Juml
ah
KK
Bayi
Anak
(0 Balita
-23bl) (24-59
bln)
90
124
Kota Panjang
2.040
439
PPA
5.275
1.186
232
Tanjung Paku
5.493
1.196
Kampung
5.948
1.502
Balita
(059 bln)
Bumil Bufas
214
48
43
321
553
124
112
243
334
577
129
117
259
363
622
139
128
13
Jawa
Jumlah
18.75
6
4.323
824
1.142
1.966
440
400
Tabel 2.6.
Target dan Capaian SPM Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2014 sebagai
Pelayanan wajib
No
INDIKATOR KINERJA
INDON
TARGE
CAPAI
ESIA
T 2014
AN 2014
2015
I
Pelayanan Kesehatan Dasar
1
Cakupan kunjungan Ibu hamil K4
95%
95%
91%
2
Cakupan Ibu hamil yang dengan komplikasi
80%
80%
100%
3
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
90%
90%
92,4%
atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
4
Cakupan Ibu Nifas
90%
90%
92,4%
5
Cakupan neonatal dengan komplikasi yang
80%
80%
100%
ditangani
6
Cakupan kunjungan Bayi
90%
90%
84%
7
Cakupan Desa Universal Child
100%
92%
100%
Immunization
8
Cakupan pelayanan anak Balita
90%
80%
91%
9
Cakupan pemberian makanan pendamping
100%
100%
100%
ASI pada anank usia 6-24 bulan keluarga
miskin
10 Cakupan Balita Gizi buruk
100%
100%
100%
11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD
100%
100%
100%
dan setingkat
12
Cakupan peserta KB aktif
70%
71%
72,39%
13
Cakupan penemuan penanganan penderita penyakit
a.
Acute Flacid Paralysis (AFP) rate
1
1
100%
14
b.
c.
d.
e.
14
II
15
16
III
17
IV
18
83%
70%
100%
100%
100%
88,9%
53,33%
100%
100%
82,94%
100%
15%
89%
100%
100%
100%
INDIKATOR KINERJA
Cakupan pelayanan kesehatan
lansia
Cakupan pelayanan kesehatan
remaja
Cakupan air minum yang
memenuhi syarat
Akses jamban sehat
INDONESIA
2015
73%
TARGE
T 2014
73%
CAPAIA
N 2014
74,83%
82%
82%
88,11%
100%
95%
95,41%
90%
92%
84,09%
15
5.
93%
81,27%
Dari tabel di atas terlihat bahwa, beberapa target SPM Bidang Kesehatan
yang menjadi target pelayanan wajib dan pelayanan tambahann di kota Solok
sudah tercapai, sedangkan yang belum tercapai yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
: Prioritas Masalah
: Pentingnya masalah (Importance)
: Kelayakan Teknologi (Technology)
: Sumber Daya yang tersedia (Resource)
Masalah
Sanitasi Rumah (DBD)
Cakupan kunjungan bayi
Jamban Sehat
BTA+
I
5
4
4
3
T
4
3
2
1
R
2
2
2
4
P
40
24
16
12
Prioritas
I
II
III
IV
Dari tabel Matrix di atas, ditemukan bahwa yang menjadi prioritas masalah
adalah Sanitasi Rumah (rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes aegypty)
16
Tabel 2.8
HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. KAMPUNG
JAWA PERIODE OKTOBER 2013
NO
NAMA
RT/RW
PO
S
NEG
I/I
40
42
I/I
29
31
SRI DEWI
ANDAYANI
EFNI YANTI
TRISMINARTI
II/I
21
29
ZAINIBAR
II/I
29
36
SAMRISNA
RINA
ANDRINI
PONIMBAR
SUJADI
NOFYENTI
I/II
30
34
I/III
41
45
II/II
24
30
II/II
33
37
I/III
10
16
II/III
10
15
II/III
12
16
I/IV
11
19
30
I/IV
18
19
II/IV
30
33
II/IV
30
36
6
7
8
9
15
ARNI K
FAUZI
TANJUNG
ROSITA
APRIDA
DEWI
RISDAWATI
ERMINI
ZARNI
YUNITA
16
RITAWATI
II/IV
20
23
17
FERAWATI
I/V
31
33
18
II/V
21
24
II/V
35
40
II/V
41
43
21
RINA RIANTI
INDAH JUFRI
NERI
SHERLY
NASTITI
ERYET
III/V
18
18
22
ASIANORA
III/V
22
28
23
FATMIWATI
III/V
19
23
10
11
12
13
14
19
20
17
25
DEDI
SUWARDI
ROSMIYETTI
26
YULITA
I/VI
28
32
27
RATNA WATI
I/VI
19
24
28
MARYATI
II/VI
55
59
29
II/VI
40
42
II/VI
37
39
31
YASMITA
LOLA
ANGGINA
APRIYADI
II/VI
37
42
32
TRI LESTARI
III/VI
20
26
33
ERNAWATI
TRISNAI
MINARSIH
RILLISMAR
SYAHRIL
JUMLAH
III/VI
35
38
III/VI
22
30
III/VI
43
45
151
977
1128
24
30
34
35
I/VI
23
27
I/VI
35
43
NO
NAMA
RT/RW
POS NEG
JUMLAH YANG DI
PERIKSA
MELMI SUSANTI
I/I
38
43
RUSNIATI
I/I
43
43
ARVI MARDALENI
II/I
28
32
JUSNELIARTI
II/I
34
40
ASNIWAR
I/II
50
58
ROFELIA
I/II
55
58
FITRIA ARYANI
I/II
33
36
ERNAWATI
I/II
39
41
18
GUSMARINI
II/II
37
43
10
YENTI
II/II
36
43
11
NAILUREDHA
II/II
36
42
12
SUSHATRIS
III/II
44
49
13
ERMAWATI
III/II
52
54
14
FITRINA
III/II
36
38
15
RISWENIZA
I/III
27
29
16
RAMADONA
I/III
28
28
17
YULIANIS
II/III
24
25
18
MEGA SUSANTI
II/III
24
25
19
AFLINDA YENI
III/III
25
26
20
MURNIATI
III/III
26
26
21
EVI RITA
III/III
27
29
22
NURSILA
III/III
35
38
23
NELBUDRA
I/IV
25
30
24
MARLENA
I/IV
31
33
25
DARYANITA
II/IV
24
24
JUMLAH
76
857
933
NAMA
RT/RW
POS NEG
JUMLAH YANG DI
PERIKSA
19
MARTINI
I/I
22
22
RATNA
I/I
24
24
YULIMARNI
I/I
25
27
WARNI WAHID
II/I
24
24
YARNI WAHID
II/I
24
24
AFNIMAIL
II/I
18
20
RUSDA
II/I
21
24
NELIAROZA
II/I
43
43
PEMI SUSILAWATI
II/I
36
36
10
JASMIWARNI
IV/I
25
25
11
NELIRIAWATI
IV/I
33
34
12
I/II
18
20
13
ASMERI EMITA
I/II
33
34
14
RENIDAWATI
I/II
36
38
15
DELA ISMAR
II/II
32
33
16
NORAFERI
I/III
25
28
17
IRMA DEVI
I/III
35
39
18
KARTINI
I/III
16
17
19
II/III
37
39
20
HELMADANI
I/IV
23
26
21
ROSMIL AIDA
I/IV
22
24
20
22
RITA PUTRI
I/IV
23
26
23
SARI AMELIA
I/IV
24
28
24
TRISMINARTI
II/IV
26
28
25
FERAWATI
II/IV
22
25
JUMLAH
41
667
708
NAMA
RT/RW
POS NEG
JUMLAH YANG DI
PERIKSA
ENI SURYANI
I/I
28
31
YUSNANI
I/I
16
17
I/II
18
20
I/II
18
20
II/II
10
MARTA DEWI
II/II
11
SUPRA RISROZA
III/II
16
17
AFRIANTI
III/II
16
16
YULFANA DEWI
I/III
15
16
10
YULIA KASLI
I/III
22
24
21
11
II/III
14
14
12
DESRA NELTI
II/III
30
33
13
HERAWATI
III/III
48
50
14
IV/III
13
13
15
ASMAWARNI
IV/III
16
18
JUMLAH
23
287
310
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
23
24
Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
5) Trombositopeni
25
26
27
memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga selain
memberantas vektor penular dan menghindarinya, ada baiknya setiap orang
menjaga imunitasnya sehingga dapat terhindar dari kasus DBD.
5. Tempat Penularan Bagi Penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:
1) Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)
2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang
yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut antara lain :
a) Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah
selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang
DBD
b) Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayah dan
kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus
dengue
c) Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan
tempat ibadah
3) Pemukiman baru di pinggir kota
Pemukiman baru di pinggir kota ini penduduknya berasal dari
berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau
carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masingmasing
lokasi asal.
28
29
lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat
anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida (Departemen Kesehatan
RI,2003).
Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD
melalui fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging tersebut
diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari penemuan kasus dan kemudian
pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena
fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering (Departemen Kesehatan RI,
2005).
Upaya lain untuk memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat
beberapa cara sederhana dan hanya diperlukan kepedulian, ketelitian dan
keuletan setiap penghuni rumah akan keadaan lingkungan. Cara paling efektif
untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk
penular, mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup
nyamuknya. Mengapa tindakan menghindari vektor penular itu penting, karena
seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa apabila penderita DBD digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam
lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di
berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.
Satu minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap
untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Penularan ini
terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap
darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis),
30
agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Virus ini akan tetap berada di dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti
yang telah mengisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang
hidupnya. Maka dari itu perlu bagi masyarakat mengetahui lebih dalam sifat,
ataupun cara hidup dari nyamuk pembawa virus dengue ini, sehingga dapat
menghindari gigitannya. Sedangkan sifat atau ciri nyamuk Aedes aegypti
meliputi:
a. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk domestik, yakni nyamuk yang
berada di bangunan-bangunan seperti contohnya rumah dan tersebar luas di
b.
c.
d.
e.
f.
daerah tropis
Kemampuan terbang + 40 m, maksimal 100 m
Senang dengan benda yang bergantungan dan di tempat yang lembab/gelap
Siklus hidup : telur jentik kepompong dalam air ( + 7 10 hari )
Sekali bertelur menghasilkan 100-200 telur
Tempat perkembangbiakan adalah di TPA (Tempat Penampungan Air)
Berdasarkan hal tersebut maka cara yang untuk menurunkan populasi
nyamuk Aedes aegypti dengan cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni
melalui 3 M, yaitu :
a. Menutup TPA (tempat penampungan air).
Upaya ini dapat dilakukan dengan menutup semua tempat-tempat yang
dapat menampung air sebagai tempat perkembangan vector nyamuk.
b. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus
Hal ini dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu
dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan air
31
32
33
Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakut hak-hak
orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini
harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain.
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda
disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua
yakni:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan,
yang
bersifat
tingkat
34
mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adaption, ibu menyusui telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. (Notoatmodjo,S.
2007 :140).
c. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan bertujuan mengelompokkan tingkah laku masyarakat
atau individu yang diinginkan. Bagaimana individu itu berfikir dan berbuat sebagai
hasil dari suatu unit pengetahuan yang telah di berikan. Adapun tingkat
pengetahuan dalam domain kognitif adalah :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
35
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang
apa
yang
dipelajari,
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
36
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis
merupakan
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
2. Sikap
a. Definisi Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap
juga dapat diartikan sebagai bahwa sikap suatu sindrom atau kumpulan gejala
dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010:29). Sikap
37
merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur
sikap baik sebagai individu maupun kelompok (Wawan, 2010:19)
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah
merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka, tingkah laku yang terbuka.
Newcomb (Notoatmodjo, 2007:142), salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan pelaksana motif tertentu.
b. Tingkat Sikap
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang
berkaitan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan
dan perhatian orang itu terhadap tentang gizi
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila diatanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan yang diberikan terlepas dari pekerjaan
itu benar / salah adalah berarti menerima ide itu
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan mendiskusian suatu masalah
adalah sautu sikap tingkat tiga misalnya : seorang ibu mengajak ibu lain
38
39
dimana
dalam
pengolahannya
menggunakan
skor
dengan
<
mean.
Setelah
data
dikategorikan
kemudian
data
40
41
BAB IV
PENYAJIAN DATA dan RENCANA TINDAK LANJUT
42
43
No
1.
Rencana Tindak
Lanjut
Membuat leaflet
tentang DBD
Tujuan
Sasaran
Untuk
meningkatkan
pengetahuan
tentang penyakit
DBD
Masyarakat
Penanggung
Jawab
Pemegang
program
Tanggal
September
2015
44
Penyegaran
kader Jumantik
Untuk
meningkatkan
penjaringan
kejadian DBD
Pemegang
Program
Kepala
puskesamas
September
2015
Rencana Tindak
Lanjut
Review tentang
penemuan
penderita DBD dan
target pencapaian
Tujuan
Penanggung Jawab
Menambah
pengetahuan dan
keterampilan dalam
menemukan pederita
DBD
Pemegang program
DBD, petugas poli
umum, dan promkes
Tanggal
September
2015
45
2.
3.
4.
Mengusulkan
tambahan dana
kepada dinas
kesehatan untuk
pengadaan media
promosi
Menjadwalkan
kegiatan rutin
penyuluhan tentang
kebersihan
lingkungan
Instruksi
pembagian buku
panduan untuk
kader jumantik
Untuk meningkatkan
dan mempermudah
dalam melakukan
promosi kesehatan
melalui media
promosi
Meningkatkan
kesadaran dan
pengetahuan
masyarakat tentang
pentingnya 3M+ dan
kebersihan lingkungan
Menambah
pengetahuan kader
dalam memberikan
penyuluhan dan
promosi kesehatan
Promkes dan
pemegang program
DBD
September
2015
Petugas promosi
kesehatan
September
2015
Pemegang program
September
2015
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
47
tingkat RW/RT, sehingga warga dapat termotivasi untuk melaksanakan upaya 3M.
Pendanaan untuk lomba ini dapat diperoleh dari iuran warga ataupun mencari
sponsor.
48