Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia
yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu, secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2009 :
33).
Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah
pokok program upaya kesehatan yang antara lain mencakup program penyakit
menular seperti penyakit demam berdarah dengue. Pelaksanaan program
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue adalah bagian dari
pembangunan kesehatan dan merupakan bagian dari upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular (Depkes, 2009: 33).
Penyakit yang disebabkan vector, khususnya yang vektornya nyamuk
merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Adapun penyakit yang
menjadi prioritas di dalam pengendalian vektor antara lain DBD. Penyakit
demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

kesehatan

masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta


semakin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk (Depkes RI, 2007: 1).

Penyakit DBD melibatkan 3 organisme yaitu: virus dengue, nyamuk


Aedes dan host manusia. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ditularkan
dari orang sakit ke orang sehat pada umumnya melalui gigitan nyamuk penular
(vector), yaitu nyamuk dari Genus Aedes.Penyakit ini disebabkan oleh virus
dengue yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya atau vaksinnya.
Pemberantasan yang paling sederhana dan dapat dilaksanakan pada masyarakat
adalah pemberantasan vektor. Karena virus dengue ditularkan dari orang sakit
ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes (Depkes RI, 2007: 1).
Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada
tahun 1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke
sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (WHO,
2010). Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh
dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar
2,5 milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue. Mereka terutama
tinggal di daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropis. Diperkirakan
saat ini sekitar 50 juta kasus demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan
500.000 kasus memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari kasus di atas,
sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010).
Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada
tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta (WHO, 2010). Pada tahun 2007, dilaporkan
terdapat 156.000 kasus demam dengue atau 71,4 kasus per 1.000 populasi.
Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480
kabupaten (Dengue Report of Asia-Pacific Dengue Program Managers Meeting
2008). Dari total kasus di atas, kasus DBD berjumlah 16.803, dengan jumlah
kematian mencapai 267 jiwa. Pada tahun 2001, distribusi usia penderita

terbanyak adalah di atas 15 tahun (54,5%), sedangkan balita (1-5 tahun) 14,7%,
dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8% (DepKes RI, 2008).
Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Solok jumlah
kasus DBD pada tahun 2010 adalah 9 orang meningkat pada tahun 2011
berjumlah 27 orang, pengobatannya berhasil semua pasien yang diobati
sembuh. dan tahun 2012 jumlah penderita DBD adalah 60 orang, sedangkan
tahun 2013 35 orang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Kejadian DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Se Kota
Solok Pada Bulan Januari Sampai Desember Tahun 2013
NO

Puskesmas

Jumlah Kejadian DBD

Meninggal

Tanjung Paku

15

Tanah Garam

14

Nan Balimo

KTK

Jumlah
35
(Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2013)

Dari tabel 1.1 diatas kasus DBD terbanyak berada pada Puskesmas
Tanjung Paku yaitu 15 orang (42,8%). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah
kasus DBD adalah 14 kasus kemudian meningkat lagi pada tahun 2015 menjadi
15 kasus sampai bulan Juli 2015. Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
merupakan daerah padat dan sebagian besar penduduknya sibuk bekerja

(Laporan Rekapitulasi Kejadian DBD Dinas Kesehatan Kota Solok pada tahun
2015).
Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak
terlepas dari kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak,
khususnya dari pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia
juga belum menerapkan standard penanganan kasus DBD, sehingga jumlah
kematian masih tinggi. Faktor penting lainnya adalah belum tersedianya obat
spesifik atau vaksin untuk menangani dengue (Delianna, 2008).
Tindakan pencegahan meluasnya penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan
jentik nyamuk Aedes aegypty dengan beberapa metode yang tepat yaitu secara
fisik, biologis dan kimiawi. Metode ini apabila di kombinasikan dengan prilaku
menguras, menutup dan mengubur (3M) akan menjadi cara yang efektif dalam
mencegah penyakit DBD. Salah satu upaya pencegahan DBD secara kimiawi
yaitu dengan pemberian larvasida berupa butiran pasir temefos 1% terbukti
ampuh untuk memberantas jentik nyamuk Aedes aegypty selama 8-12 minggu
(WHO,2005). Butiran pasir temefos 1% lebih dikenal oleh masyarakat dengan
nama abate, pemberian abate disebut dengan abatisasi.
Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air
dikaitkan sebagai factor perpindahan/penularan penyebab penyakit (agent). Air
membawa penyebab penyakit dari kotoran penderita, kemudian sampai ke tubuh
orang lain melalui makanan, susu dan minuman. Air juga berperan untuk
membawa penyebab penyakit non microbial seperti bahan-bahan toksik yang
dikandungnya. Penyakit-penyakit infeksi yang biasanya ditularkan melalui air

adalah typus abdominalis, kolera, disentri, basiller, dan lain-lain. Peracunan


logam juga dapat terjadi melalui media air.
Pengetahuan yang masih kurang dan tingkat kesadaran yang rendah
disinyalir memberikan dampak yang kurang baik terhadap kualitas kesehatan
masyarakat, kurangnya pengetahuan dengan indikasi rendahnya kesadaran akan
mengurangi perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan terutama
dalam upaya pencegahan DBD dan dari pengalaman terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama. Pengetahuan akan manfaat pencegahan penyakit DBD dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Penyuluhan
tentang bagaimana pencegahan penyakit DBD banyak dilakukan oleh petugas
kesehatan baik di Posyandu, Mesjid, maupun tempat tempat umum lainnya.
Dengan pengalaman ini, pengetahuan masyarakat menjadi meningkat, yang
menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
serta tindakan mereka untuk selalu melakukan pencegahan dengan 3 M
(Ekasari, 2005: 5).
Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang
menyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit. (Kasl dan Cobb
(1966); Niel Niven (2002:184). Sedangkan menurut Benyamin Bloom (1908)
seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manuasia itu ke dalam 3
domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (tindakan).
B. Rumusan Masalah

Meningkatnya kasus DBD di wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku


dari tahun 2013 ke 2014 dan belum diketahuinya bagaimana perilaku
masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit DBD di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2015.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan
penularan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota
Solok tahun 2015
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi pengetahuan masyarakat tentang penularan penyakit
DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun 2015
b. Diketahui distribusi sikap masyarakat tentang penularan penyakit DBD di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun 2015
c. Diketahui distribusi tindakan pencegahan penularan penyakit DBD oleh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun
2015
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas Tanjung Paku
Diharapkan dapat menjadi pedoman bagi petugas surveilan puskesmas
Tanjung Paku dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat guna
mencegah penularan penyakit DBD dan menganjurkan masyarakat agar
melakukan PSN dan 3 M plus
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan DBD di rumah
3. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan dari teori-teori yang telah dipelajari selama bangku


kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan penulis tentang penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD).
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam Karya Tulis Ilmiah adalah gambaran perilaku
masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit DBD di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok pada bulan Juli 2015.

BAB II
ANALISA SITUASI

A. Gambaran Umum Puskesmas


1. Peta wilayah

2. Geografi
Puskesmas Tanjung Paku merupakan satu dari Puskesmas yang ada di Kota
Solok. Berdiri pada tahun 1983 dengan luas tanah 1050 M 2, merupakan
Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas Tanjung Paku terletak di wilayah kerja
Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan VI Suku Kota Solok


Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Saok Laweh Kabupaten Solok
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Rumbio Kota
Solok
Jarak antara Puskesmas Tanjung Paku dengan Ibukota Propinsi

Sumatera Barat 65 Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas
4 (empat) kelurahan, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Kelurahan Koto Panjang


Kelurahan PPA
Kelurahan Tanjung Paku
Kelurahan Kmpung Jawa

B. Visi dan Misi Puskesmas

1. Visi
Visi Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok adalah Terwujudnya
Pelayanan Prima Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat
2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkanlah misi yaitu :
1) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS
2) Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang
kesehatan
3) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
4) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan
5) Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistem informasi
6) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
7) Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan.
3. Janji Pelayanan
Melayani dengan sepenuh hati
4. Motto
Pelayanan kami pengabdian terbaik
C.

Demografi dan Kependudukan


Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk 18.756 jiwa dengan 4.323 KK,
dengan jumlah penduduk perkelurahan sebagai berikut :

No

Tabel 2.1.
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014
Kelurahan
Jumlah
Jumlah KK
Penduduk

Kota Panjang

2.040

439

PPA

5.275

1.186

Tanjung Paku

5.493

1.196

Kampung Jawa

5.948

1.502

Jumlah

18.756

4.323

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2014
D. Sosial Budaya
1. Agama
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk mayoritas beragama Islam
2. Suku
Sebagian besar masyarakatnya Suku Minang
3. Mata Pencarian
Masyarakat Puskesmas Tanjung Paku bermata pencarian sebagai pegawai,
pedagang dan petani.
4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Puskesmas Tanjung Paku
cukup lengkap, yaitu 16 TK/PAUD, 18 SD/MI, 3 SLTP, 3 SLTA dan 2 PT. Pada
tabel berikut dapat dilihat fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku menurut Kelurahan :
Tabel 2.2
Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014
No

Kelurahan

TK/Paud

SD

SLTP

SLTA

PT

1.

Kota Panjang

PPA

Tanjung Paku

Kampung
Jawa

10

Jumlah

18

18

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2014
E. Sumber Daya Kesehatan
1. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Tanjung Paku sudah cukup
memadai, yang masih kurang adalah tenaga non kesehatan.

No

Tabel 2.3
Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014
Jenis Tenaga
Jumlah

Dokter Umum

4 orang

Dokter Gigi

1 orang

Sarjana
Masyarakat

Nurse

2 orang

S1 Keperawatan

2 orang

D3 Perawat

5 orang

SPK

3 orang

D3 Bidan

D1 Bidan

2 orang

10

D3 Kesling

1 orang

11

D3 Gizi

2 orang

12

D3 Gigi

1 orang

Kesehatan

4 orang

16
orang

Ket

1 Kepala Puskesmas
TU, Gizi, Kesling, Promkes

2 kontrak, 1 sukarela
3 PTT, 1 sukarela

11

13

D3 Apikes

2 orang

14

D3 Refraksi

1 orang

15

D3 AAK

1 orang

16

Tenaga Elektromedik

1 orang

17

SMAK

1 orang

18

D3 Farmasi

1 Orang

19

SMF

1 orang

20

Sopir

1 orang

Kontrak

21

Petugas Jaga Malam

1 orang

Kontrak

22

Cleaning Servis

1 orang

Kontrak

23

Umum

1 orang

JUMLAH

1 kontrak

55
orang

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2014
F. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Paku
adalah :
Tabel 2.4.
Sarana dan Prasarana Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2015
No

Jenis Sarana dan Prasarana

Jumlah

Puskesmas Induk

Puskesmas Pembantu

Poskeskel

Posyandu Balita

32

Posyandu Lansia

11

Apotik

12

Optikal

Toko Obat Berizin

RSUD/RST

10

Rumah Sakit Swasta

11

Labor

12

Sarana Transportasi Kendaraan Roda 4


Puskesmas Tanjung Paku

13

Sarana Transportasi Kendaraan Roda 2


Puskesmas Tanjung Paku

22

Jumlah

93

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2014

G. Sasaran
Sasaran yang digunakan diperoleh dari data sasaran program kesehatan tahun
2015 Kota Solok Kecamatan Tanjung Harapan, yaitu :
Tabel 2.5.
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2015
No

Kelurahan

Jumlah
Pendudu
k

Juml
ah
KK

Bayi
Anak
(0 Balita
-23bl) (24-59
bln)
90
124

Kota Panjang

2.040

439

PPA

5.275

1.186

232

Tanjung Paku

5.493

1.196

Kampung

5.948

1.502

Balita
(059 bln)

Bumil Bufas

214

48

43

321

553

124

112

243

334

577

129

117

259

363

622

139

128

13

Jawa
Jumlah

18.75
6

4.323

824

1.142

1.966

440

400

(Badan Pusat Statistik tahun 2015)

Tabel 2.6.
Target dan Capaian SPM Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2014 sebagai
Pelayanan wajib
No
INDIKATOR KINERJA
INDON
TARGE
CAPAI
ESIA
T 2014
AN 2014
2015
I
Pelayanan Kesehatan Dasar
1
Cakupan kunjungan Ibu hamil K4
95%
95%
91%
2
Cakupan Ibu hamil yang dengan komplikasi
80%
80%
100%
3
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
90%
90%
92,4%
atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
4
Cakupan Ibu Nifas
90%
90%
92,4%
5
Cakupan neonatal dengan komplikasi yang
80%
80%
100%
ditangani
6
Cakupan kunjungan Bayi
90%
90%
84%
7
Cakupan Desa Universal Child
100%
92%
100%
Immunization
8
Cakupan pelayanan anak Balita
90%
80%
91%
9
Cakupan pemberian makanan pendamping
100%
100%
100%
ASI pada anank usia 6-24 bulan keluarga
miskin
10 Cakupan Balita Gizi buruk
100%
100%
100%
11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD
100%
100%
100%
dan setingkat
12
Cakupan peserta KB aktif
70%
71%
72,39%
13
Cakupan penemuan penanganan penderita penyakit
a.
Acute Flacid Paralysis (AFP) rate
1
1
100%

14

b.
c.
d.
e.
14
II
15
16

III
17

IV
18

100.000 penduduk < 15 tahun


Penemuan Penderita Pnemonia Balita
100%
Penemuan pasien baru TB BTA Positif
70%
Penderita DBD yang ditangani
100%
Penemuan penderita diare
100%
Cakupan pelayanan kesehatan dasar
100%
pasien bk?masyarakat miskin
Pelayanan Kesehatan Rujukan
Cakupan pelayanan kesehata rujukan
46%
pasien masyarakat miskin
Cakupan pelayanan gawat darurat level
100%
I yang harus diberikan sarana kesehatan
(RS)

83%
70%
100%
100%
100%

88,9%
53,33%
100%
100%
82,94%

100%

15%

89%

100%

Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB


Cakupan Desa/Kelurahan mengalami
100%
100%
KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi, 24 jam
Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Cakupan Desa siaga aktif
80%
100%
Sumber : Laporan tahunan TB Paru 2014

100%

100%

H. Jenis Pelayanan Tambahan


Tabel 2.7
Target dan Capaian SPM Dinas Kesehatan Kota Solok
Tahun 2104 sebagai Pelayana Tambahan
N
O
1.
2.
3.
4.

INDIKATOR KINERJA
Cakupan pelayanan kesehatan
lansia
Cakupan pelayanan kesehatan
remaja
Cakupan air minum yang
memenuhi syarat
Akses jamban sehat

INDONESIA
2015
73%

TARGE
T 2014
73%

CAPAIA
N 2014
74,83%

82%

82%

88,11%

100%

95%

95,41%

90%

92%

84,09%

15

5.

Rumah/bangunan bebas jentik


90%
jamuk aedes
Sumber : LKPJ Dinas Kesehatan Tahun 2014

93%

81,27%

Dari tabel di atas terlihat bahwa, beberapa target SPM Bidang Kesehatan
yang menjadi target pelayanan wajib dan pelayanan tambahann di kota Solok
sudah tercapai, sedangkan yang belum tercapai yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Cakupan kunjungan ibu hamil K4


Cakupan kunjungan bayi
Penemuan pasien baru TB BTA Positif
Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
Akses jamban sehat
Rumah/Bangunan bebas jentik nyamuk Aedes Aygypty
I. Prioritas Masalah
Rumus :
P=IxTxR
Keterangan :
P
I
T
R

: Prioritas Masalah
: Pentingnya masalah (Importance)
: Kelayakan Teknologi (Technology)
: Sumber Daya yang tersedia (Resource)

Masalah
Sanitasi Rumah (DBD)
Cakupan kunjungan bayi
Jamban Sehat
BTA+

I
5
4
4
3

T
4
3
2
1

R
2
2
2
4

P
40
24
16
12

Prioritas
I
II
III
IV

Dari tabel Matrix di atas, ditemukan bahwa yang menjadi prioritas masalah
adalah Sanitasi Rumah (rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes aegypty)

16

Tabel 2.8
HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. KAMPUNG
JAWA PERIODE OKTOBER 2013

NO

NAMA

RT/RW

PO
S

NEG

JUMLAH YANG DI PERIKSA

I/I

40

42

I/I

29

31

SRI DEWI
ANDAYANI
EFNI YANTI

TRISMINARTI

II/I

21

29

ZAINIBAR

II/I

29

36

SAMRISNA
RINA
ANDRINI
PONIMBAR
SUJADI
NOFYENTI

I/II

30

34

I/III

41

45

II/II

24

30

II/II

33

37

I/III

10

16

II/III

10

15

II/III

12

16

I/IV

11

19

30

I/IV

18

19

II/IV

30

33

II/IV

30

36

6
7
8
9

15

ARNI K
FAUZI
TANJUNG
ROSITA
APRIDA
DEWI
RISDAWATI
ERMINI
ZARNI
YUNITA

16

RITAWATI

II/IV

20

23

17

FERAWATI

I/V

31

33

18

II/V

21

24

II/V

35

40

II/V

41

43

21

RINA RIANTI
INDAH JUFRI
NERI
SHERLY
NASTITI
ERYET

III/V

18

18

22

ASIANORA

III/V

22

28

23

FATMIWATI

III/V

19

23

10
11
12
13
14

19
20

17

25

DEDI
SUWARDI
ROSMIYETTI

26

YULITA

I/VI

28

32

27

RATNA WATI

I/VI

19

24

28

MARYATI

II/VI

55

59

29

II/VI

40

42

II/VI

37

39

31

YASMITA
LOLA
ANGGINA
APRIYADI

II/VI

37

42

32

TRI LESTARI

III/VI

20

26

33

ERNAWATI
TRISNAI
MINARSIH
RILLISMAR
SYAHRIL
JUMLAH

III/VI

35

38

III/VI

22

30

III/VI

43

45

151

977

1128

24

30

34
35

I/VI

23

27

I/VI

35

43

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. TANJUNG PAKU PERIODE


OKTOBER 2013

NO

NAMA

RT/RW

POS NEG

JUMLAH YANG DI
PERIKSA

MELMI SUSANTI

I/I

38

43

RUSNIATI

I/I

43

43

ARVI MARDALENI

II/I

28

32

JUSNELIARTI

II/I

34

40

ASNIWAR

I/II

50

58

ROFELIA

I/II

55

58

FITRIA ARYANI

I/II

33

36

ERNAWATI

I/II

39

41

18

GUSMARINI

II/II

37

43

10

YENTI

II/II

36

43

11

NAILUREDHA

II/II

36

42

12

SUSHATRIS

III/II

44

49

13

ERMAWATI

III/II

52

54

14

FITRINA

III/II

36

38

15

RISWENIZA

I/III

27

29

16

RAMADONA

I/III

28

28

17

YULIANIS

II/III

24

25

18

MEGA SUSANTI

II/III

24

25

19

AFLINDA YENI

III/III

25

26

20

MURNIATI

III/III

26

26

21

EVI RITA

III/III

27

29

22

NURSILA

III/III

35

38

23

NELBUDRA

I/IV

25

30

24

MARLENA

I/IV

31

33

25

DARYANITA

II/IV

24

24

JUMLAH

76

857

933

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. PPA


PERIODE OKTOBER 2013
NO

NAMA

RT/RW

POS NEG

JUMLAH YANG DI
PERIKSA

19

MARTINI

I/I

22

22

RATNA

I/I

24

24

YULIMARNI

I/I

25

27

WARNI WAHID

II/I

24

24

YARNI WAHID

II/I

24

24

AFNIMAIL

II/I

18

20

RUSDA

II/I

21

24

NELIAROZA

II/I

43

43

PEMI SUSILAWATI

II/I

36

36

10

JASMIWARNI

IV/I

25

25

11

NELIRIAWATI

IV/I

33

34

12

YOGA AULIA MERFA

I/II

18

20

13

ASMERI EMITA

I/II

33

34

14

RENIDAWATI

I/II

36

38

15

DELA ISMAR

II/II

32

33

16

NORAFERI

I/III

25

28

17

IRMA DEVI

I/III

35

39

18

KARTINI

I/III

16

17

19

DEWI KARTIKA SARI

II/III

37

39

20

HELMADANI

I/IV

23

26

21

ROSMIL AIDA

I/IV

22

24

20

22

RITA PUTRI

I/IV

23

26

23

SARI AMELIA

I/IV

24

28

24

TRISMINARTI

II/IV

26

28

25

FERAWATI

II/IV

22

25

JUMLAH

41

667

708

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KADER KEL. KOTO PANJANG PERIODE OKTOBER


2013
NO

NAMA

RT/RW

POS NEG

JUMLAH YANG DI
PERIKSA

ENI SURYANI

I/I

28

31

YUSNANI

I/I

16

17

SUGIA FITA GORA

I/II

18

20

SRI WULAN DILA

I/II

18

20

WISDA FEBRI YENI

II/II

10

MARTA DEWI

II/II

11

SUPRA RISROZA

III/II

16

17

AFRIANTI

III/II

16

16

YULFANA DEWI

I/III

15

16

10

YULIA KASLI

I/III

22

24

21

11

YULIA ELFA RAHMI

II/III

14

14

12

DESRA NELTI

II/III

30

33

13

HERAWATI

III/III

48

50

14

RIKA KUMALA SARI

IV/III

13

13

15

ASMAWARNI

IV/III

16

18

JUMLAH

23

287

310

22

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue (DBD)


1. Pengertian
DBD Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Demam
berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah
tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini
disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus flavivirus, famili
flavividae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan
wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi.
Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh Nyamuk Aedes Agepty
(Medicastore. 2008).
Sejak tahun 1968 kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya
bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas
penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta
tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di
Indonesia. Padatnya penduduk membuat nyamuk senang, karena nyamuk lebih
mudah menggigit. Selain itu, kepadatan penduduk menjadikan produksi sampah

23

meningkat, sehingga menambah tempat bagi nyamuk untuk bersarang. (Pratiwi,


2009).

2. Gejala dan Tanda DBD


Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik
atau ruam merah pada kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas
bintik- bintiknya. Hal itu memang menjadi salah satu tanda bahwa telah
tergigit nyamuk Aedes agypti. Untuk lebih waspada dan menindak lanjuti
kasus DBD, berikut beberapa gejala DBD:
a. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus
menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang
kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika
digambarkan, maka grafiknya menyerupai pelana kuda. Jangan tunggu hingga
7 hari, lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk memeriksakan
diri dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari
penderita tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal
dunia.
b. Tanda-tanda pendarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji Torniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih
manifestasi perdarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis,

24

Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena,


dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.
Untuk membedakannya, regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut
hilang maka bukan Petekie. Petekie merupakan tanda pendarahan yang
tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam.
Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada kulit
seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar)
dekat lipat siku (fossa cubiti).
c. Pembesaran Hati (Hepatomegali)
Sifat pembesaran hati :
1) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit
2) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
3) Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus
4) Renjatan (Syok)
Tanda-tanda renjatan:
-

Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari

tangan dan kaki


Penderita menjadi gelisah
Sianosis di sekitar mulut
Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang Penyebab renjatan: karena perdarahan, atau karena
kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang
terganggu.

5) Trombositopeni

25

- Jumlah trombosit < 100.000/l biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7


sakit
- Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah
trombosit dalam batas normal atau menurun.
- Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila
normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.
- Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit)
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi
selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya
perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit
secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului
peningkatan hematokrit.
d. Gejala Klinik lain
1) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot,
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan
kejang
2) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan
kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis
3) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului
perdarahan gastrointestinal dan renjatan
3. Pertolongan Bagi Penderita DBD
a. Penderita diberi minum yang banyak
b. Penderita dikompres dengan air dingin

26

c. Penderita diberi obat penurun panas


d. Secepatnya penderita dibawa ke dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit,
khususnya bila penderita tampak gelisah, ujung kaki dan tangannya dingin
dan berkeringat.
4. Penularan DBD
DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya, yakni
nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Seminggu setelah digigit oleh
nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka orang tersebut
akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat tetapi menjadi
carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue). Nyamuk yang
menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk
tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat
ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang
hari).
Penularan DBD juga perlu diwaspadai apabila terdapat seseorang yang
menderita DBD maka lokasi rumahnya berada tidak jauh dari rumah penderita
perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini karena
kemampuan terbang nyamuk tersebut +40 m, dan jangkauan terbang maksimal
sejauh 100 m. Sehingga perlu secepatnya melakukan pembersihan terhadap
tempat-tempat penampungan air di sekitar rumah atau menghubungi
Puskesmas terdekat. Berdasarkan hal tersebut di atas maka setiap orang dapat
terserang demam berdarah setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang
mengandung virus dengue. Hanya saja ketahanan tubuh setiap orang yang

27

memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga selain
memberantas vektor penular dan menghindarinya, ada baiknya setiap orang
menjaga imunitasnya sehingga dapat terhindar dari kasus DBD.
5. Tempat Penularan Bagi Penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:
1) Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)
2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang
yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut antara lain :
a) Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah
selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang
DBD
b) Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayah dan
kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus
dengue
c) Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan
tempat ibadah
3) Pemukiman baru di pinggir kota
Pemukiman baru di pinggir kota ini penduduknya berasal dari
berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau
carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masingmasing
lokasi asal.

28

B. Upaya Pencegahan DBD


Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti
sebagai vector utama. Oleh karena nyamuk tersebut hidup di dalam dan sekitar
rumah penduduk, maka partisipasi masyarakat dalam pengendalian vector
Aedes aegypti sangat menentukan keberhasilannya. Cara pencegahan yang
disarankan kepada masyarakat adalah program pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dengan cara fisik maupun kimia (Departemen Kesehatan RI,2002).
Departemen Kesehatan selama ini telah melakukan berbagai upaya
dalam penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Awalnya strategi pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah
pemberantasan nyamuk dewasa ini melalui pengasapan, kemudian strategi
ditambah dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat
penampungan air. Namun demikian kedua metode tersebut belum berhasil
dengan memuaskan. Akhir-akhir ini Departemn kesehatan mengembangkan
metode pencegahan penyakit DBD untuk mengubah prilaku masyarakat
dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) oleh keluarga/masyarakat secara rutin, serentak dan
berkesinambungan. Metode ini dipandang sangat efektif dan relative lebih
murah dibandingkan dengan metode terdahulu. Pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) yang dianjurkan kepada keluarga/masyarakat adalah dengan cara
melakukuan kegiatan 3 M plus, yaitu menutup,menguras tempat penampungan
air,mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara

29

lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat
anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida (Departemen Kesehatan
RI,2003).
Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD
melalui fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging tersebut
diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari penemuan kasus dan kemudian
pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena
fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering (Departemen Kesehatan RI,
2005).
Upaya lain untuk memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat
beberapa cara sederhana dan hanya diperlukan kepedulian, ketelitian dan
keuletan setiap penghuni rumah akan keadaan lingkungan. Cara paling efektif
untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk
penular, mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup
nyamuknya. Mengapa tindakan menghindari vektor penular itu penting, karena
seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa apabila penderita DBD digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam
lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di
berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.
Satu minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap
untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Penularan ini
terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap
darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis),

30

agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Virus ini akan tetap berada di dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti
yang telah mengisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang
hidupnya. Maka dari itu perlu bagi masyarakat mengetahui lebih dalam sifat,
ataupun cara hidup dari nyamuk pembawa virus dengue ini, sehingga dapat
menghindari gigitannya. Sedangkan sifat atau ciri nyamuk Aedes aegypti
meliputi:
a. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk domestik, yakni nyamuk yang
berada di bangunan-bangunan seperti contohnya rumah dan tersebar luas di
b.
c.
d.
e.
f.

daerah tropis
Kemampuan terbang + 40 m, maksimal 100 m
Senang dengan benda yang bergantungan dan di tempat yang lembab/gelap
Siklus hidup : telur jentik kepompong dalam air ( + 7 10 hari )
Sekali bertelur menghasilkan 100-200 telur
Tempat perkembangbiakan adalah di TPA (Tempat Penampungan Air)
Berdasarkan hal tersebut maka cara yang untuk menurunkan populasi

nyamuk Aedes aegypti dengan cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni
melalui 3 M, yaitu :
a. Menutup TPA (tempat penampungan air).
Upaya ini dapat dilakukan dengan menutup semua tempat-tempat yang
dapat menampung air sebagai tempat perkembangan vector nyamuk.
b. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus
Hal ini dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu
dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan air

31

dengan cara menguras seminggu sekali, sehingga jentik-jentik nyamuk tidak


dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa.
c. Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA
Barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dapat menampung air
sebaiknya dikubur saja, karena tempat-tempat seperti ini juga menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk. Akhir-akhir ini pencegahan dan
pemberantasan DBD tidak hanya dapat ditempuh melalui 3M, cara paling
efektif adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk)
untuk menekan angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang
jelas, yakni di tempat penampungan Air (TPA), juga karena jentik
merupakan awal fase hidup nyamuk. Upaya dalam menerapkan PSJN ini
dilakukan dengan beberap cara:
-

Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Jumantik


(Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang
bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan

jentik di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan


Ikanisasi
Abatesasi (temephos)
Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar
Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari
menurunnya angka DBD di suatu wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di
wilayah mana pun, termasuk di wilayah elit. Cara yang paling efektif
adalah menghindari gigitan nyamuk dengan cara menurunkan populasi.
Melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, secara
otomatis akan menghambat perkembangan jentik, dengan adanya

32

kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya memberantas DBD akan


terealisasi, dengan begitu tidak akan memberi kesempatan bagi nyamuk
untuk berkembang (Departemen Kesehatan RI, 2002: 14).
C. Konsep perilaku
Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal dari
luar atau dari dalam dirinya, sedangkan respon ini dapat bersifat pasif (tanpa
tindakan, berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan)
sehingga mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan individu maupun
masyarakat (Notoatmodjo, S. 2007: 133)
Perilaku merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti :
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan reaksi.
Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa
yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari
manusia itu sendiri. (Notoatmodjo 2007: 133)
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan. (Notoatmodjo 2007: 136)
Klasifikasi perilaku kesehatan menurut Becker (1979) adalah:
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
b. Perilaku sakit
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan
gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit

33

Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakut hak-hak
orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini
harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain.
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda
disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua
yakni:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan,

yang

bersifat

givenatau bawaan misalnya

tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya


b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang. Dengan perkataan lain perilaku
manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo,S. 2007 :139).
b. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

34

mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adaption, ibu menyusui telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. (Notoatmodjo,S.
2007 :140).

c. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan bertujuan mengelompokkan tingkah laku masyarakat
atau individu yang diinginkan. Bagaimana individu itu berfikir dan berbuat sebagai
hasil dari suatu unit pengetahuan yang telah di berikan. Adapun tingkat
pengetahuan dalam domain kognitif adalah :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

35

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang

apa

yang

dipelajari,

antara

lain

menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.


b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
besar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan, menyimpulkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

36

e. Sintesis (syntesis)
Sintesis

merupakan

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


Dengan kata lain sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi-formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkas dan dapat menyesuaikan suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo,S. 2007 :140-142).

2. Sikap
a. Definisi Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap
juga dapat diartikan sebagai bahwa sikap suatu sindrom atau kumpulan gejala
dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010:29). Sikap

37

merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur
sikap baik sebagai individu maupun kelompok (Wawan, 2010:19)
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah
merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka, tingkah laku yang terbuka.
Newcomb (Notoatmodjo, 2007:142), salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan pelaksana motif tertentu.
b. Tingkat Sikap
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang
berkaitan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan
dan perhatian orang itu terhadap tentang gizi

2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila diatanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan yang diberikan terlepas dari pekerjaan
itu benar / salah adalah berarti menerima ide itu
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan mendiskusian suatu masalah
adalah sautu sikap tingkat tiga misalnya : seorang ibu mengajak ibu lain

38

untuk melakukan gotong royong sekitar lingkungan adalah suatu bukti


bahwa si ibu punya sikap positif.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala
resiko, merupakan sikap paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi
akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tua
sendiri. (Notoatmodjo,2007: 152)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting
3) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap
6) Faktor emosional

39

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang


berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
menkanisme pertahanan ego (Wawan, 2010:35-37)
d. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Pada pengukuran sikap ini dapat dipergunakan skala model
likert

dimana

dalam

pengolahannya

menggunakan

skor

dengan

pernyataan nilai positif dan negatif (Wawan , 2010:39).


Positif dapat dinyatakan:
Sangat setuju (SS)
:4
Setuju (S)
:3
Tidak Setuju (TS)
:2
Sangat tidak setuju (STS) : 1
Negatif dapat dinyatakan :
Sangat setuju (SS)
:1
Setuju (S)
:2
Tidak Setuju (TS)
:3
Sangat tidak setuju (STS) : 4
Setelah didapatkan hasil, kemudian data numerik dikonfersikan menjadi
data kategorik, dengan kategori sikap positif apabila didapatkan nilai
responden mean, dan ketegori sikap negatif apabila didapatkan nilai
responden

<

mean.

Setelah

data

dikategorikan

kemudian

data

diinterprestasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


3. Praktik (Domain Psikomotor)
Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Selain faktor fasilitas,
juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain. (Soekidjo Notoatmodjo,
2007:145)

40

Menurut Soekidjo Notoatmodjo(2007:145) praktik mempunyai beberapa


tingkatan yaitu:
a. Persepsi, diartikan dapat mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan
praktik tingkat I
b. Respon terpimpin, diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator
praktik tingkat II
c. Mekanisme, diartikan apabila seseorang telah dapat melaksanakan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah menjadi
kebiasaan, maka ia telah mencapai praktik tingkat III
d. Adopsi, merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut


Sampai kini, belum ada obat maupun vaksin mencegah DBD, cara ampuh untuk
mencegah. DBD adalah hindari gigitan nyamuk dan lakukan PSN (pemberantasan
sarang nyamuk). Nyamuk aedes aegypti hanya menggigit orang pada siang hari
dengan waktu efektif 2 jam setelah matahari terbit (jam 08.00 12.00) dan
beberapa jam sebelum matahari tenggelam (jam 15.00 17.00), cegah tergigit
nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk oles (repellent), menggunakan
kelambu bila tidur siang, bunuh nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk
bakar/semprot baik didalam maupun diluar rumah pada pagi dan sore hari.

41

BAB IV
PENYAJIAN DATA dan RENCANA TINDAK LANJUT

A. Gambaran Umum Kasus


1. Menentukan Penyebab Masalah
Untuk menentukan penyebab masalah dapat digunakan berbagai metode di
antaranya :
a. Analisa tulang ikan (fish bone analysis)
b. Analisa pohon masalah (problem tree analysis)
Kami menggunakan analisis tulang ikan untuk melakukan kajian analisa
penyebab masalah dari segi komponen yang terdiri dari 5M (man, money,
material, method, machine) dan 1E.
Adapun yang menjadi penyebab masalah kurangnya cakupan angka bebas
jentik nyamuk di wilayah puskesmas tanjung paku adalah sebagaimana terlihat
pada diagram berikut :

42

43

B. Rencana Tindak Lanjut Kasus


Dari analisis penyebab masalah, disusun rencana tindak lanjut untuk
alternative pemecahan masalah. Terlihat pada tabel dibawah ini dimana kami
menyusun rencana tindak lanjut baik yang akan kami laksanakan maupun
berupa saran untuk Puskesmas dan Instansi terkait.
1.

Rencana Tindak Lanjut Yang Dilaksanakan


Rencana tindak lanjut yang dilaksanakan adalah membuat leaflet yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD
bahwa penyakit DBD dapat diatasi dengan hidup bersih serta melakukan
pembentukan kader jumantik yang bertujuan untuk meningkatkan penjaringan
kejadian DBD.
Tabel 4.1
Rencana Tindak Lanjut Yang Dilaksanakan

No
1.

Rencana Tindak
Lanjut
Membuat leaflet
tentang DBD

Tujuan

Sasaran

Untuk
meningkatkan
pengetahuan
tentang penyakit
DBD

Masyarakat

Penanggung
Jawab
Pemegang
program

Tanggal
September
2015

44

Penyegaran
kader Jumantik

Untuk
meningkatkan
penjaringan
kejadian DBD

Pemegang
Program

Kepala
puskesamas

September
2015

2. Rencana Tindak Lanjut Yang Disarankan


Rencana tindak lanjut yang kelompok sarankan adalah :
a. Melakukan review kepada pemegang program ABJ tentang penemuan
penderita DBD yang bertujuan menyegarkan kembali tentang tugas pokok
dan fungsi pemegang program serta meningkatkan kinerja pemegang
program dipuskesmas
b. Kurangnya media promosi disebabkan karena kurangnya penyediaan dana
promosi. Rencana tindak lanjut yang disarankan adalah mengusulkan
tambahan dana kepada Dinas Kesehatan untuk pengadaan media promosi.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya 3M+ disebabkan
karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.
Rencana tindak lanjut yang disarankam adalah menjadwalkan kegiatan
rutin penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan yang
dilaksanakan oleh petugas promosi kesehatan.
d. Instruksi pembagian buku panduan untuk kader jumantik yang bertujuan
untuk panduan kerja serta menambah pengetahuan kader yang dilaksanakan
oleh dinas kesehatan.
Tabel 4.2
Rencana Tindak Lanjut Yang Disarankan
N
o
1.

Rencana Tindak
Lanjut
Review tentang
penemuan
penderita DBD dan
target pencapaian

Tujuan

Penanggung Jawab

Menambah
pengetahuan dan
keterampilan dalam
menemukan pederita
DBD

Pemegang program
DBD, petugas poli
umum, dan promkes

Tanggal
September
2015

45

2.

3.

4.

Mengusulkan
tambahan dana
kepada dinas
kesehatan untuk
pengadaan media
promosi
Menjadwalkan
kegiatan rutin
penyuluhan tentang
kebersihan
lingkungan
Instruksi
pembagian buku
panduan untuk
kader jumantik

Untuk meningkatkan
dan mempermudah
dalam melakukan
promosi kesehatan
melalui media
promosi
Meningkatkan
kesadaran dan
pengetahuan
masyarakat tentang
pentingnya 3M+ dan
kebersihan lingkungan
Menambah
pengetahuan kader
dalam memberikan
penyuluhan dan
promosi kesehatan

Promkes dan
pemegang program
DBD

September
2015

Petugas promosi
kesehatan

September
2015

Pemegang program

September
2015

46

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara prilaku 3M, abatisasi dan


keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypty terhadap kejadian Demam Berdarah
Dengue di wilayah puskesmas tanjung paku kota solok. Prilaku 3M masyarakat di
wilayah puskesmas Tanjung Paku pada umumnya sudah baik. Prilaku 3M ini
berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypty. Kegiatan abatisasi
masih dilaksanakan oleh sebagian kecil masyarakat. Prilaku 3M yang baik dan
abatisasi berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypty yang
rendah. Keberadaan jentik nyamuk aedes aegypty berhubungan dengan terjadinya
penyakit DBD yaitu dengan memberantas keberadaan jentik nyamuk aedes
aegypty.
Disarankan agar masyarakat di wilayah puskeskas tanjung paku untuk
meningkatkan kegiatan PSN DBD melalui 3M. Setiap ada acara seperti arisan dan
lain sebagainya, sebaiknya ibu kader kesehatan selalu mengingatkan warganya dan
dapat menjadi teladan bagi yang lain. Meningkatkan kegiatan kerja bakti PSN
DBD minimal satu bulan sekali yang di koordinir oleh perangkat kelurahan. Dana
dapat diperoleh dari iuran warga dan mengadakan lomba bebas jentik nyamuk

47

tingkat RW/RT, sehingga warga dapat termotivasi untuk melaksanakan upaya 3M.
Pendanaan untuk lomba ini dapat diperoleh dari iuran warga ataupun mencari
sponsor.

48

Anda mungkin juga menyukai