Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN UPAYA


PERILAKU PENCEGAHAN DBD DIWILAYAH KERJA
PUSKESDES OLO BOJU KEC.BIROMARU

DISUSUN OLEH :
1. ILHAM NAWAWI
2. LISDAWATI

TINGKAT : III A

AKADEMI KEPERAWATAN KAB.DONGGALA


T.A 2015/2016

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Segala puji bagi Allah swt, Rabb semesta alam atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami selaku Mahasiswa sekaligus penyusun dapat menyelesaikan
PROPOSAL dengan judul HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN
MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN
UPAYA PENCEGAHAN DBD Salawat serta salam mudah-mudahan selalu
tercurah kepada rasul kita tercinta Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami khususnya kepada dosen matakuliah RISET KEPERAWATAN, dimana
beliau telah membimbing kami hingga karya yang kecil ini dapat di selesaikan.
Dalam penyusunan karya kecil ini tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi.Kami

sangat

menyadari

bahwa

proposal

ini

sangat

jauh

dari

kesempurnaan, meskipun demikian mudah-mudahan karya yang kecil ini bisa


bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya terutama teman-teman dan
pembaca sekalian .Amin. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan
saran demi perbaikan di masa mendatang.

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti atau Aedes albopictus.
Data statistic dari badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa
dari 2,5 milyar manusia di dunia, dua dari lima orang di antarnya beresiko
terjangkit demam berdarah. Dimana setiap tahunnya terdapat 50 juta manusia
terinfeksi demam berdarah dan lebih dari 500 ribu manusia terjangkit demam
berdarah serius serta di perkirahkan 21 ribu manusia meninggal dunia.
Seriusnya ancaman penyakit ini ditunjukan dengan semakin meluasnya
wilayah-wilayah didunia yg terjangkit demam berdarah yg sebelumnya
terbebas dari penyakit ini, termasuk diwilayah yg beriklim sub tropic.
Menghadapi situasi tersebut, WHO melakukan penelitian demam berdarah di
lima Negara di asia yaitu india, Indonesia, Myanmar, philipina, sri langka dan
Thailand. Dan pusat studi kebijakan kesehatan dan sosial menjadi lembaga
penelitian dari Indonesia yg terlibat dari penelitian tsb. (WHO. 2007).
Penyakit DBD di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah
satu penyakit endemic dan masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) di musim-musim tertentu yaitu musim penghujan, semenjak januari
sampai dengan 5 maret tahun 2004 total kasus DBD diseluruh provinsi
Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta,
jumlah kasus DBD maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Pada
tanggal 7 Februari 2005 Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah
mengumumkan 21 propinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah
kasus DBD dan salah satunya adalah Sulawesi Tengah. Hasil Riset Kesehatan

Dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah merupakan propinsi


dengan kasus DBD terbanyak nomor lima dengan prevalensi 1,09%. Di Kota
Palu, yang merupakan salah satu kota/kabupaten yang terdapat di Sulawesi
Tengah, hampir semua wilayah puskesmas mempunyai masalah dengan DBD
setiap tahunnya, bahkan selalu diiringi dengan kasus kematian. Angka
prevalensi di wilayah tersebut selama tiga tahun berturut-turut adalah
11/100.000 penduduk (2006), 31/100.000 penduduk (2007) dan 11/100.000
penduduk (sampai Agustus 2008). Sedangkan angka Case Fatality Rate (CFR)
berturut-turut sebesar 1,49% (2006), 0,53% (2007) dan 1,55% (sampai Mei
2008). Kelurahan endemis bertambah dari 17 kelurahan tahun 2002, 20
kelurahan tahun 2004, dan 31 kelurahan pada tahun 2007. (Media Litbang
Kesehatan Volume 21 Nomor 4 Tahun 2011)
Menurut penjelasan dari pihak dinas kesehatan, berbagai macam
program atau usaha yg telah di lakukan oleh pemerintah seperti memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan DBD dan bahayanya baik
secara langsung maupun tidak langsung, melalui berbagai media, serta
menjalin kerja sama sektoral serta penyadaran peningkatan pengetahuan
tentang kebersihan lingkungan dengan pencegahan DBD dan bahayanya untuk
mengurangi wabah DBD yg menyebabkan banyak korban. Walaupun
demikian namun DBD belum teratasi dengan bai dan mencapai target.
(Depkes 2007).
Faktor penyebab tingginya angka kejadian DBD antara lain :
kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat yg kurang, pengetahuan
dan pendidikan masyarakat yg rendah, sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yg tidak memadai dan jumlah petugas yg kurang. Berbagai cara juga telah
diupayakan oleh pelayanan tenaga kesehatan khususnya diwilayah kerja
puskesdes olo boju, baik dengan cara pemberian penyuluhan kepada
masyarakat, pemberian abate pada penampungan air dan penyemprotan pada
daerah-daerah yg diduga tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.

Jadi dalam upaya pencegahan terhadap timbulnya penyakit DBD di


wilayah kerja puskesdes olo boju kec.dolo, tingkat pengetahuan masyarakat
tentang kebersiahan lingkungan itulah yg mengambil peranan penting. Karena
dengan pengetahuan yg baik tentang kebersihan lingkungan itu, Akan
meminimalisir tempat bersarangnya nyamuk penyebab DBD yaitu

Aedes

aegypti.
Dari data di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG
KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DBD
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan
lingkungan dengan upaya pencegahan DBD diwilayah kerja puskesdes olo
boju kec.biromaru.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD diwilayah kerja
puskesdes olo boju kec.biromaru.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang
kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD diwilayah
kerja puskesdes olo boju kec.biromaru.
b. Mengidentfikasi hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
upaya pencegahan DBD diwilayah kerja puskesdes olo boju
kec.biromaru.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat penelian
Sebagai bahan dan data tentang hubungan tingkat pengetahuan masyarakat
tentang kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD.
2. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu keperawatan
khususnya masalah pencegahan DBD.
3. Peneliti Lain

Sebagai dasar atau kajian awal bagi peneliti lain yg ingin meneliti
permasalahan yg sama sehingga mereka memiliki landasan dan alur yg
jelas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang DBD
1. Pengertian
DBD/Dengue Haemorrhagir Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong Arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(betina), terutama menyerang anak remaja dan dewasa yang seringkali
menyebabkan kematian (Effendy, 1995).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas dan penyakit ini

merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak


(Widiyono, 2008).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit DBD adalah sebagai berikut dibawah ini :
a. Penderita mendadak panas tinggi selama 2 hingga 7 hari yang sering di
ikuti dengan rasa sakit pada uluhati dan biasanya tanpa sebab yang
jelas.
b. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit.
c. Kadang disertai perdarahan pada hidung.
d. Bisa jadi sipenderita muntah darah dan berak. Jika telah parah,
penderita merasa gelisah, tangan dan kakinya dingin serta berkeringat.
3. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu arthropod-borne atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini
termasuk genus flavivirus dari famili flaviviridae. Nyamuk Aedes betina
biasanya terinfeksi virus dengue pada saat menghisap darah dari seseorang
yang sedang berada pada tahap demam akut (viraemia). Setelah melalui
periode inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar ludah Aedes
akan menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk
menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke
tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi instrinsik selama 3-14 hari (ratarata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang
ditandai dengan demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu
makan dan berbagai tanda atau gejala non spesifik seperti nausea (mualmual), muntah dan rash (ruam pada kulit). Viraemia biasanya muncul pada
saat atau persis sebelum gejala awal penyakit tampak dan berlangsung
selama kurang lebih 5 hari setelah dimulainya penyakit. Saat-saat tersebut
merupakan masa kritis dimana penderita dalam masa sangat infektif untuk
vektor nyamuk yang berperan dalam siklus penularan (Widoyono, 2008;
Sitio, 2008).
4. Klasifikasi DBD
a. Derajat I
: Demam, uji torniqet positif, trombositopeni dan
hemokonsentrasi
b. Derajat II
: Perdarahan spontan di kulit

c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lemah, hipotensi,


kulit dingin lembab, gelisah)
d. Derajat IV : Renjatan berat (denyut nadi dan tekanan darah tidak
dapat diukur)
5. Pencegahan DBD
a. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara ; Menguras , menutup,
mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk.
b. Fogging atau pengasapan
c. Abatisasi
6. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Pemberian cairan melalui infuse
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan ,
mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.


Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
Anti konvulsi jika terjadi kejang
Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
Monitor adanya tanda-tanda renjatan
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
Banyak minum 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.

B. Tinjauan Tentang pengetahuan


1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yg sangat penting dalam pembentukan
tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003)
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) tingkat pengetahuan terdiri dari 6
tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yg telah di pelajari


sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan, tingkat ini memngingat
kembali suatu yg spesifik dari seluruh bahan yg di pelajari.
b. Memenuhi
Memenuhi artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yg di ketahui.
c. Application
Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yg
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisa
Analisa di artikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yg
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan yg lain.
e. Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yg
baru.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian suatu materi.
3. Cara mengukur pengetahuan
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode untuk mengumpulkan data oleh
peneliti. Untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang.
b. Angket
Angket adalh suatu cara pengumpulan data atau penelitian mengenai
suatu masalah yg umumnya banyak menyangkut kepentingan umum.
Angket dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yg
berupa formulir-formulir, di ajukan secara tertulis kepada sejumlah
subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan lainnya.
4. Sumber informasi pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003), sumber informasi pengetahuan terdiri
dari :
Sumber informasi documenter

Adalah semua bentuk informasi yg berhubungan dengan dokumen


baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Sumber informasi
documenter dapat digolongkan menjadi 4 yaitu :
a. Sumber primer
Sumber primer adalah sumber informasi yg berasal dari dari yg
mempunyai wewenang dan tangguang jawab terhadap data tersebut.
b. Sumber sekunder
Sumber informasi yg bukan dari tangan pertama, dan bukan
mempunyai wewenang dan tangguang jawab terhadap informasi atau
data tsb.
c. Sumber kepustakaan
Sumber informasi yg sangat terpenting yg terdapat dalam perpustakaan
dan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai
disiplin ilmu.
d. Sumber informasi lapangan
Sumber informasi yg dipilih langsung dari objek dilapangan dapat di
peroleh melalui tehnik observasi, wawancara, angket maupun
eksperimen pendahuluan.
C. Tinjauan Kebersihan lingkungan/sanitasi Lingkungan
1. Pengetian sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yg
mencangkup perumahan, pembungan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya (Notoatmojo 2003)
2. Pembuangan
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yg dibuang yg berasal
dari rumah tangga, industry maupun tempat-tempat umum lainnya, dan
pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yg dapat
membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia serta mengganggu
lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah
kombinasi dari cairan dan sampah cair yg berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran, dan industry, bersama-sama dengan air tanah,
air permukaan dan air hujan yg mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto,
2003).

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar
dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. Air buangan yg bersumber dari rumah tangga
Yaitu air yg berasal dari pemukiman penduduk, pada umumnya air
limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni ), air bekas cairan
dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan
organic.
b. Air buangan industry
Yg bersal dari berbagai jenis industry akibat proses produksi. Zat-zat
yg terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan
baku yg di pakai oleh masing-masing industry, nitrogen, logan berat,
zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah
ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi rumit.
c. Air buangan kotapraja
Yaitu air yg berasal dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel,
restoran,tempat-tempat ibadahdan sebagainya. Pada umumnya zat-zat
yg terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan limbah rumah
Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan
sebagai berikut :
1) Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahanbahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasa
berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbauh. Kadangkadang mengandung sisa kertas.
2) Arakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung zat-zat kimia anorganik yg
berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organic berasal
dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya.
3) Karakteristik Bakteriologis
Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli
terdapat

juga

dalam

sumbernya.namun

air

keduanya

pengolahan air buangan.

limbah
tidak

tergantung
berperan

dari

dalam

mana
proses

Sesuai dengan zat-zat yg terkandung di dalam air limbah


ini. Maka air limbah yg tidak diolah terlebih dahulu akan
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup antara lain:
1) Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit,
terutama : cholera, typus, abdominalis, disentri baciler.
2) Menjadi media berkembangbianya microorganisme pathogen.
3) Menjadi tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau
tempat hidup larva nyamuk.
4) Menimbulkan bau yg tidak enak serta pandangna yg tidak
sedap
5) Merupakan sumber pencemaran air permukaan, air, tanah dan
lingkungan hidup lainnya.
6) Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja
dengan tidak nyaman dan sebagainnya.
D. Tinjauan Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu
berprilaku, karena mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang
dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah kegiatan atau
aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain berjalan ,berbicara menangis dan sebagainya. Kadang-kadang
kegiatan manusia itu tidak teramati dari luar manusia itu sendiri, misalnya
berfikir persepsi , emosi dan lain sebagainya. Dari urian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Notoatmodjo secara operasional , perilaku dapat diartikan suatu
respons organisme terhadap lingkungannya. Perilaku adalah tindakan suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Sunaryo, 2004)

Ahli psikologi (skiner, 1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan


respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Maka
teori skiner ini disebut teori S-O-R atau stimulus OrganismeRespon .
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Perilaku tertutup
Adalah respons seseorang terhadap stimuli dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimuli ini
masih terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan/kesadaran dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert
behavior atau unobsevable behavior.
2. Perilaku terbuka.
Adalah respon seseorang terhadap stimuli dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon seseorang terhadap stimuli tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktek (praktice), yang dengan mudah dapat
diamati atau dilihat orang lain. Oleh sebab itu disebut Overt behavior,
tindakan

nyata

atau

praktek

(praktice)

(Notoatmodjo,

1993).

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh


faktor-faktor baik dari dalam maupun luar subyek. Dalam perilaku
kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lawrence
Green ada 3 teori sebagai penyebab masalah kesehatan yaitu :
1. Fakctor Predisposisi (predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, pendidikan, lingkungan dan umur masyarakat terhadap hal
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Faktor
faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku,
maka sering disebut faktor pemudah.
2. Faktor Pemungkin (Enabling factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja. Termasuk fasilitas pelayanan
kesehatan seperti : Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu,

Polides, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan praktik swasta. Faktor ini
pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor faktor ini disebut faktor pendukung
atau faktor pemungkin.
3. Faktor penguat (Reinforcing factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga
undang undang, peraturan peraturan baik pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat
masyarakat kadang kadang bukan hanya memerlukan pengetahuan
dan sikap positif dan dengan dorongan fasilitas saja, melainkan tokoh
agama, para petugas, lebih lebih para petugas kesehatan. Di samping
itu undang undang juga memperkuat perilaku masyarakat
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2002), domain perilaku dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan faktor eksternal, yakni lingkungan baik fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor dominan dalam mewarnai perilaku
seseorang.
Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang psikolog pendidikan
membagi perilaku manusia kedalam tiga dominan yakni:
1. Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia terhadap
obyek

diluarnya

melalui

indera-indera

yang

dimilikinya

(pendengaran, penglihatan, penciuman dan sebagainya)


2. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon emosional (emosional
feelings) seseorang terhadap stimulus atau obyek diluarnya atau
penilaian dapat dilanjutkan dengan kecenderungan untuk melakukan
atau tidak melakukan terhadap obyek.
3. Tindakan atau praktek adalah respons atau reaksi konkrit seseorang
terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk

tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor, atau seseorang


yang telah mempraktekan (praktice) apa yang telah diketahui atau
disikapi (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Solita (1993), perilaku adalah segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya
yang menyangkut pengetahuan dan sikap (S.Sarwono,1993).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal
dari adanya pengalaman seseorang serta faktor faktor dari luar
(lingkungan), baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan
lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga
menimbulkan suatu motivasi, niat untuk bertindak yang akhirnya
terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.
E. Tinjauan Upaya Pencegahan DBD
1. Pencegahan DBD
Iqbal Wahit (2006) , pencegahan berarti menghindari suatu
kejadian sebelum terjadi. Upaya pencegahan DBD yang paling tepat
dengan 3M+, upaya pencegahan ini merupakan upaya pencegahan
prevensi primer yaitu usaha sungguh-sungguh untuk menghindari suatu
penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang merugikan melalui kegiatan
promosi kesehatan dan tindakan perlindungan penelitian tentang pengaruh
merupakan dasar dari upaya pencegahan primer. Upaya pencegahan 3M+
itu sendiri yaitu:
a. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya
seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, setelah mengambil
airnya, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan; seperti kaleng bekas, plastik, bambu-bambu
yang terbuka, drum-drum bekas, dll.
Apabila tempat tandon air/ penampung air tidak dikuras, maka bisa
ditaburi abate dengan dosisi 1 gram untuk 10 liter air dan diulangi 2-3
bulan sekali (1 sendok makan kira kira sama dengan 10 gram). Selain

dengan cara tersebut diatas diharapkan masyarakat juga memberi


cahaya yang cukup pada rumah supaya rumah tidak gelap agar nyamuk
tidak tinggal, membuang/membakar langsung sampah yang sudah tidak
terpakai, tidak menggelantungkan pakaian di sembarang tempat yang
akan dihinggapi oleh nyamuk, kalau perlu anak-anak atau orang tua
memakai lotion anti nyamuk dan juga pemakaian kelambu.
2. Partisipasi masyarakat dalam pemberantasan DBD
Untuk mencegah nyamuk Aedes aegypti , peranan masyarakat
sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembersihan sarang nyamuk. Untuk
itu diperlukan usaha pendidikan kesehatan dan motivasi kepada masyrakat
secara terus menerus dalam jangka waktu yang semaksimal mungkin,
karena keberadaan jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan prilaku
mayarakat. Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan melaksanakan
gerakan kebersihan dan kesehatan lingkungan secara serentak dan gotong
royong . semakin besar komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat,
maka semakin besar pula kebersihan program pencegahan DBD
(Departemen kesehatan, 1992).
Gerakan kebersihan dan kesehatan lingkungan tersebut meliputi
kebersihan rumah dan lingkungannya agar tidak terdapat sampah yang
akan menjadi sarang tikus, kecoa, cacaing, lalat dan nyamuk penular
penyakit, perbaikan dan pemeliharaan saluran air limbah, sehingga tidak
terjadi genangan dihalaman rumah dan sekitarnya, kemudian pembuatan,
perbaikan, penggunaan dan pemeliharaan jamban keluarga, penempatan
kandang diluar rumah dan pemeliharaan kebersihannya serta pembuatan
dan pemeliharaan sarana persediaan air bersih.

F. Kerangka Teori

Faktor predisposisi
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Norma
4. Sosial
Faktor
pendukung
5. Karakteristik
1. Kebersihan lingkungan
2. Status sosial
3. Ketersediaan sarana
dan prasarana
4. kesehatan Ketersediaan
SDM pelayanan
Faktor pendorong
1. Perilaku masyarakat
2. Perilaku tokoh
masyarakat
3. Perilaku petugas
kesehatan

Perilaku
pencegahan DBD

Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007).

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

PENGETAHUAN
UPAYA
PENCEGAHAN
DBD
LINGKUNGAN
Sumber

: Notoatmodjo,S(2003)

B. Hipotesa Penelitian
Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan DBD.
pengetahuan

kesehatan di masyarakat sangat berperan penting dalam

pencegahan DBD. Karena dengan adanya pengetahuan tentang kebersihan


lingkungan di masyarakat, Akan meminimalisir terjadinya kejadian DBD di
wilayah tsb dan masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara mencegah
DBD.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desine atau jenis penelitian


Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross-sectional. Yg bertujuan untuk menggambarkan hubungan
variable yaitu pengetahuan masyarakat tentang upaya perilaku pencegahan
DBD diwilayah kerja puskesdes olo boju kec.Biromaru
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilakukan diwilayah kerja puskesdes
olo boju kec.Biromaru. alasan memilih tempat ini adalah diwilayah kerja
puskedes olo boju ini terdapat banyak penderita DBD dan belum perna
dilakukan penelitian tentang Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat
tentang kebersihan lingkungan dengan upaya perilaku pencegahan DBD.
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada tanggal 02 februari
2016.
C. Populasi
Populasi penelitian adalah kepala keluarga yg berada diwilayah kerja
puskesdes olo boju. Adapun jumlah populasi yg di ambil adalah 110 orang.
D. Sampel
1. Besaran sampel
Jumlah besaran sampel yaitu semua jumlah populasi 110 orang.
2. Cara pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik Simple random sampling
3. Criteria sampel
a. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Kepala keluarga yang berdomisili di desa olo boju kec.Biromaru
2) Bersedia menjadi respon dalam penelitian
b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1) Tidak berada di tempat pada saat penelitian berlangsung
2) Respon ada yang buta huruf
E. Variable
1. Variabel Bebas (Independent Variabel) Sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya perilaku
pencegahan DBD
F. Tehnik pengumpulan Data

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari responden dengan


menggunakan kuesioner melalui tahapan :
a. Informed concent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi kriteria insklusi. Bila subjek menolak, maka peneliti
tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hakhak pasien.
b. Anomity
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden tetapi lembaran tersebut diberikan inisial atau kode.
c. Confidentially
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
2. Data Sekunder, yaitu data penelitian yang diambil dari buku-buku literatur,
laporan bulanan dan tahunan serta jasa internet yang berkaitan dengan
penelitian.
G. Instrument penelitian
Dalam penelitan ini, alat ukur yang digunakan oleh peneliti untuk
mengukur variabel penelitian adalah dengan menggunakan kuesioner yang
menurut Mardalis, 2004 merupakan teknik pengumpulan data melalui formulir
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan
dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
Kuesioner penelitian dari masing masing variabel disusun berdasarkan
dimensi/kisi kuesioner, yang kemudian dituangkan dalam sebuah pertanyaan
atau pernyataan tertutup.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan:
1. Editing
Melihat apakah data telah terisi dengan lengkap.
2. Codding
Mengelompokkan jawaban responden menurut jenisnya dan memberi
kode pada masing-masing jawaban menurut item pada lembar instrumen.
3. Entri data
Memasukkan data kedalam computer dengan menggunakan aplikasi
computer dalam bentuk master data.
4. Tabulasi
Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan
analisa data.

G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan pada masingmasing variabel yang diteliti yaitu
tingkat pengetahuan (variable independen) dan upaya perilaku pencegahan
DBD (variabel dependen) dengan tujuan untuk mengetahui persentasi dari
tiap variabel yang diteliti.
2. Analisis Bivariat
Analisa data ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variable
independen (tingkat pengetahuan) dan variabel dependen (upaya perilaku
pencegahan DBD) dengan menggunakan salah satu uji statistik nonparametik yaitu Chi-square dengan skala kategori.Analisis data ini akan
dilakukan melalui proses komputerisasi dengan bantuan SPSS statistic
17.0
Interpretasi data:
a. Bila nilai p 0,05, Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan
yang bermakna (signifikan) antara tingkat pengetahuan dengan upaya
perilaku pencegahan DBD
b. Bila nilai p> 0,05, Ha di tolak dan Ho diterima artinya tidak ada
hubungan yang bermakna (signifikan) antara tingkat pengetahuan
dengan upaya perilaku pencegahan DBD.
c.
H. Devinisi Operasional
No

Variable

Devinisi operasional

.
1.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah kuesioner


segala

sesuatu

diketahui
responden
kebersihan
lingkungan.

yg
oleh

tentang

Alat Ukur

Hasil ukur

1. Tinggi apabila Nominal


nilai media >
4

DBD

dari

pertanyaan
2. Rendah
apabila

nilai

median

<4

dari
2.

Skalah

pertanyaan
Penyakit infeksi yg Kuesioner 1. Tidak terjadi Nominal

disebabkan

oleh

virus

apabila

nilai

media <1 dari


2 pertanyaan
2. Terjadi
apabila

nilai

median

>1

dari
3.

Upaya pencegahan Upaya


DBD

pertanyaan
pencegahan Kuesioner 1. Kurang baik Nominal

DBD adalah segala

apabila

upaya yg dilakukan

media <1 dari

responden

untuk

mencegah

dan

>1

terjangkitnya
penyakit
kepada
semaksimal

DBD
manusia
dan

seefektif mungkin di
lingkungan
masyarakat

2 pertanyaan
2. Baik apabila
nilai

menghindari

nilai

median
dari

pertanyaan

LAMPIRAN
KUESIONER
Petunjuk Pengisian :
Isilah dan beri tanda (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan
identitas, pengetahuan dan pendapat Bapak/Ibu.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Tanggal Pengisian :
2. No Responden :
3. N a m a :
4. Umur :
Tahun.
5. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
6. Agama :
a. Islam
b. Kristen
c. Hindu
d. Budha
7. Pendidikan terakhir :
a. Perguruan Tinggi
b. SMU/ Sederajat
c. SMP/ Sederajat
d. SD/ Sederajat
e. Tidak Sekolah
8. Status Perkawinan :
a. Belum Kawin
b. Kawin
c. Duda/ Janda
9. Pekerjaan :
a. PNS/ ABRI/ Pensiunan
b. BUMN/ BUMD
c. Swasta/ Pedagang
d. Petani
e. Lain-lain, sebutkan

2. Perempuan

A. PENGETAHUAN TENTANG DBD


1. Apakah penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD)?
a. Kuman
b. Virus
c. Bakteri
d. Plasmodium
e. Spora
2. Hewan apa yang dapat menularkan penyakit DBD?
a. Kecoa
b. Tikus
c. Lalat
d. Nyamuk
e. Bakteri
3. Melalui apakah penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain?
a. Bersin
b. Sentuhan kulit
c. Gigitan nyamuk
d. Suntikan
e. Air liur
4. Penyakit DBD dapat menyerang pada siapa saja ?
a. Bayi
b. Anak-anak
c. Remaja
d. Dewasa
e. Semua golongan umur
5. Berikut ini manakah yang bukan merupakan gejala penyakit demam
berdarah?
a. Mendadak panas tinggi 2 -7 hari
b. Tampak bintik merah pada kulit
c. Sering nyeri ulu hati
d. Gelisah, ujung jari tangan dan kaki dingin
e. Sering buang air kecil
6. Apa yang tidak perlu dilakukan jika ada keluarga atau tetangga terdekat
kita terkena penyakit DBD?
a. Beri banyak air minum
b. Kompres dengan air dingin
c. Beri obat turun panas
d. Bawa ke Puskesmas
e. Menjauhkan dari orang sehat
7. Apakah akibat paling buruk/ fatal yang dapat terjadi pada penderita
penyakit DBD?
a. Kejang
b. Sakit perut
c. Pingsan
d. Kematian

e. Mudah terjadi perdarahan


8. Manakah di bawah ini yang benar menurut Saudara?
a. Menguras bak mandi tiap 1 minggu sekali
b. Menguras bak mandi tiap 2 minggu sekali
c. Menguras bak mandi sekali per bulan
d. Menguras bak tidak perlu jika airnya masih bersih
e. Menguras bak jika sempat
9. Selain menguras bak mandi, bagaimana cara tepat mencegah adanya
jentik/uget-uget?
a. Ditaburi serbuk abate
b. Ditutup
c. Dikosongkan airnya
d. Dibiarkan saja
e. Dibuang melalui bagian bawah saja
10. Kapankah penular penyakit DBD mulai menularkan pada manusia?
a. Pagi hari
b. Malam hari
c. Pagi sore hari
d. Siang sore hari
e. Sore malam hari

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan teori dan aplikasinya.Jakarta:
Rineka cipta
Notoatmodjo, S.2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/6/e-librarystikesnanihasanuddin--steffiisab265-1-25136268-1.pdf
https://core.ac.uk/download/files/478/16508551.pdf
http://www.academia.edu/8591391/PROPOSAL_PENELITIAN_DBD
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33558/5/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai