Oleh : SGD 3
3. Buat satuan acara kegiatan dan skenario terapi aktivitas kelompok dan
sosiodrama yang bisa dilakukan pada lansia tersebut!
E. WAKTU
Hari : Sabtu, 27 Oktober 2018
Waktu : 09.00-09.30 (30 menit)
F. SASARAN
1. Peserta : Lansia di Desa Selat, Karangasem yang mampu mobilisasi
dan bersedia mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
(Senam Rematik)
2. Jumlah : 20 orang
G. METODE : Demonstrasi
H. MEDIA :
1. Laptop
2. Sound System
3. Meja
4. Kursi
I. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Ni Made Ayu Puspa Dewi
2. Instruktur Senam : Ni Made Sri Ardha P
Putu Agus Sugiartha
Komang Trisna Juliantini
Ni Wayan Kuslinda Sari
3. Fasilitator : Ni Luh Dian Mirayanti
Ni Kadek Arie Octarini
Ni Putu Sandra Widiarsani
Flora Maranatha Hasugian
4. Observer : Putu Gede Adi Sura Febriawan C.
J. SETTING TEMPAT
Setting tempat 1
= Instruktur
= Peserta
= Fasilitator
= Observer
Setting tempat 2
K. RENCANA PELAKSANAAN
1. Persiapan :
- Memilih peserta sesuai indikasi
- Membuat kontrak waktu dan tempat dengan peserta
- Mempersiapkan peralatan dan tempat pelaksanaan kegiatan
2. Proses :
a. Orientasi
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menanyakan kondisi peserta kegiatan
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan oleh peserta:
Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir acara
Mengikuti gerakan senam sesuai yang
didemonstrasikan oleh instruktur
Bila merasa tidak enak badan, peserta melaporkan
kepada instruktur atau fasilitator
- Menjelaskan lama kegiatan yaitu 30 menit
b. Tahap Kerja
- Moderator menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu terapi aktivitas kelompok berupa senam rematik
- Kegiatan dilakukan secara berkelompok, dimana senam
dilakukan secara bersama-sama oleh peserta
- Instruktur senam yang terdiri atas 5 mahasiswa akan
mengajarkan peserta melakukan senam
- Setting posisi untuk senam terdiri dari 2 posisi, yaitu posisi
dimana peserta duduk di kursi dengan membentuk barisan.
Posisi selanjutnya, adalah tiap lansia dibagi menjadi 4
kelompok kecil dan akan terdapat 1 instruktur dan 1
fasilitator di masing-masing kelompok
- Seluruh perangkat mengobservasi peserta ketika melakukan
senam
- Terdapat observer yang bertugas untuk mengobservasi
seluruh rangkaian kegiatan
- Setelah selesai melakukan kegiatan, masing-masing lansia
diberikan kesempatan menceritakan kesan dan pesan selama
melakukan kegiatan, dan maknanya terhadap diri sendiri
- Setelah peserta menceritakan pesan dan kesan, moderator
mengajak peserta untuk bertepuk tangan dan memberi
pujian
c. Tahap Terminasi
- Evaluasi
Menanyakan perasaan peserta setelah melakukan
kegiatan senam
Memberikan pujian atas keberhasilan peserta
- Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan kelompok lansia agar terus melakukan
kegiatan ini di waktu yang akan datang
- Kontrak yang akan dating
Menyepakati kegiatan TAK yang akan dilakukan
selanjutnya sesuai dengan indikasi dan kondisi
kelompok lansia
Menyepakati waktu dan tempat kegiatan selanjutnya
3. Evaluasi :
a. Evaluasi Struktur:
Tempat dan peralatan untuk kegiatan siap 100%
Kontrak waktu sudah dilakukan pada kelompok lansia
pada minggu sebelumnya dan sudah diingatkan kembali
satu hari sebelum kegiatan
Media yang digunakan telah sesuai dan siap 100%
b. Evaluasi Proses:
Kegiatan dimulai tepat waktu
70% peserta hadir dalam kegiatan
80% peserta mengikuti kegiatan dengan aktif
80% peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Evaluasi Hasil:
80% peserta mengatakan senang setelah mengikuti
kegiatan
80% peserta mengatakan akan terus melakukan
kegiatan di waktu yang akan dating
Petunjuk Pengisian:
1. Tulis nama lansia pada kolom yang tersedia
2. Beri tanda (√) sesuai dengan respon yang ditunjukkan oleh lansia
ASPEK YANG DINILAI
Mau Mengikuti Mengatakan Mengatakan mau
mengikuti kegiatan senang melakukan
NO NAMA
kegiatan sampai setelah kegiatan kembali
dengan selesai mengikuti di waktu yang
aktif kegiatan akan datang
NASKAH DIALOG
Balai Banjar Desa Selat
Sabtu, 20 Oktober 2018 // 08.00 WITA
Moderator : Selamat pagi semua!
Seluruh lansia : Selamat pagi!
Moderator : Baiklah Bapak dan Ibu semua perkenalkan nama saya Puspa.
Sesuai dengan pertemuan kita sebelumnya, hari Sabtu ini
kita akan melakukan senam rematik. Bapak dan Ibu apakah
ada yang masih ingat tentang informasi senam rematik yang
sudah saya berikan minggu lalu?
Seluruh Lansia : Masih sedikit, dik
Moderator : Coba Bapak Kadek, apa itu senam rematik, Pak?
Lansia Kadek : Senam yang digunakan untuk menguarngi sakit lutut, Dik
Moderator : Ya, benar, Pak. Tepuk tangan untuk Bapak Kadek.
(bertepuk tangan)
Moderator : Jadi, secara umum senam rematik merupakan suatu
gerakan yang ditujukan untuk memelihara kesehatan tubuh
terutama bagi orang yang mempunyai keluhan rematik.
Bapak, Ibu apakah disini ada yang merasa pernah
mengalami nyeri kaki atau pegal pada siku tangan dan
lutut?
Seluruh Lansia : Pernah, dik
Moderator : Nah, nyeri kaki dan pegal itu merupakan gejala rematik.
Hal tersebut tentu mengganggu bukan, Pak, Bu?
Lansia Putu : Iya, dik. Saya sampai susah tidur saking sakitnya.
Moderator : Nah, jika sudah begitu maka senam rematik ini dapat
membantu Bapak dan Ibu yang mengalami sakit di kaki,
tangan atau lutut, agar nanti rasa sakit yang dirasakan
berkurang. Selain itu senam rematik sangat baik dilakukan
untuk memperlancar peraliran darah dan kesehatan jantung.
Senam rematik ini kurang lebih akan dilakukan selama 10
menit dan terdiri dari 25 gerakan. Bapak dan Ibu tidak perlu
khawatir, nanti selama senam Bapak dan Ibu akan dipandu
oleh instructor dan akan ada teman – teman mahasiswa
yang ada disamping Bapak atau Ibu. Jika begitu, apakah
Bapak dan Ibu sudah siap untuk melakukan senam rematik?
Atau ada yang ingin ditanyakan?
Seluruh lansia : Siap, Dik. Tidak, Dik.
Moderator : Baik, saya himbau juga jika nanti Bapak dan Ibu merasa
lelah atau ada gerakan yang tidak sanggup dilakukan, tolong
jangan dipaksa, Nggih.
Seluruh lansia : Nggih, Dik.
Moderator : Baik, sebelum kita mulai, silahkan Bapak dan Ibu
sekalian untuk membentuk lingkaran besar dan mengambil
posisi. Kepada fasilitator silahkan bawakan peserta kursi
dan damping para peserta.Lalu kepada instructor kami
persilahkan untuk mengambil alih.
Instruktor : Baik, Terimakasih Putu.
Instruktor : Baik, Selamat Pagi Bapak dan Ibu semua! Perkenalkan
saya Kadek yang akan memandu Bapak Ibu semua untuk
senam rematik kali ini. Sebelum kita mulai, mari kita
berdoa terlebih dahulu menurut keyakinan dan kepercayaan
masing – masing. Berdoa, dipersilahkan.
(berdoa)
Instruktor : Silahkan Bapak dan Ibu duduk dengan nyaman di kursi,
Nggih, karena semua gerakan senam akan dilakukan saat
duduk.
Seluruh lansia : Nggih, Dik.
(music berdendang, gerakan senam dimulai)
(music senam selesai)
Moderator : Baik, Bapak dan Ibu semua tadi sangat bagus dan luar
biasa sekali dalam mengikuti senam. Tepuk tangan untuk
kita semua! (bertepuk tangan)
Moderator : Baiklah, bagaimana dengan senamnya Pak, Bu?
Mudahkah?
Seluruh lansia : Mudah, dik
Moderator : Nah, bagaimana perasaan Bapak dan Ibu semua? Apakah
merasa lebih bugar atau lelah setelah senam?
Seluruh Lansia : Lebih bugar, Dik.
Moderator : Syukurlah. Nah walaupun sudah sekali melakukan senam
rematik, bukan berarti nyeri kaki, tangan atau lututnya
langsung hilang, Nggih, Pak, Bu. Agar nyerinya berkurang
atau agar lebih bugar lagi Bapak dan Ibu harus melakukan
senam rematik ini setidaknya satu kali seminggu. Nah,
jikalau begitu apakah Sabtu depan di tanggal 27 Oktober
nanti Bapak dan Ibu semua bersedia untuk senam lagi,
untuk kesehatan kita semua?
Seluruh lansia : Bersedia, Dik.
Moderator : Baiklah, Pak, Bu. Kalau begitu kita jumpa lagi di Sabtu
depan nggih. Silahkan gunakan pakaian yang nyaman, atau
boleh juga mengajak tetangga yang lain ikut jika bersedia,
nggih.
Seluruh lansia : Nggih
Moderator : Baiklah, karena kegiatan senam sudah selesai, maka
berakhir pula pertemuan kita hari ini. Saya harap Bapak
dan Ibu semua sehat selalu dan sampai di rumah dengan
selamat. Terimakasih untuk kehadirannya Bapak dan Ibu
semua saat ini dan sampai jumpa kembali di Sabtu
depan!
Seluruh lansia : Nggih, dik. Terimakasih kembali!
PRAPLANNING
SOSIODRAMA PENYULUHAN KESEHATAN LANSIA
I. Latar Belakang
Kemajuan di bidang sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, dan
peningkatan pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur
Harapan Hidup (UHH) seseorang. Dari tahun 2008-2012 angka harapan
hidup masyarakat Indonesia semakin menunjukkan angka yang signifikan,
yaitu pada tahun 2012 nilai angka harapan hidup Indonesia mencapai 69,87
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Meningkatnya angka harapan hidup suatu
bangsa sering kali dijadikan sebagai tolok ukur kemajuan suatu bangsa.
Tingginya angka harapan hidup berbanding lurus dengan peningkatan
populasi penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia.
Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (2014) populasi lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh
penduduk Indonesia. Jumlah lansia perempuan di Indonesia yaitu 10,77 juta
lansia dan lansia laki-laki berjumlah 9,47 juta lansia (BPS, 2014). Dari data
tersebut, terlihat bahwasanya apabila didasarkan pada jenis kelamin, di
Indonesia jumlah lansia perempuan lebih banyak daripada jumlah lansia laki-
laki. Menurut data Komnas Lansia (2010) sebaran penduduk lansia menurut
provinsi di Indonesia, persentase penduduk lansia di atas 10% ada di provinsi
D.I. Yogyakarta (14,02%), Jawa Tengah (10,99%), Jawa Timur (10,92%) dan
Bali (10,79%) (Komnas Lansia, 2010).
Semakin meningkatnya populasi lansia mencerminkan adanya peningkatan
mengalami kemunduran kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari hari.
Aktifitas seseorang tidak lepas dari ketidakadekuatan sistem persarafan dan
muskuloskeletal (Astuti & Wiyono, 2011). Diantaranya dalam sistem saraf,
lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan
tertinggi adalah batuk (17,81%) dan pilek (11,75%) serta jenis keluhan
lainnya yang merupakan efek dari penyakit kronis, seperti asam urat, darah
tinggi, darah rendah, diabetes, dan rematik.
Prevalensi penyakit sendi di Indonesia juga cukup tinggi, sebesar 24,7%.
Pada usia 4554 prevalensinya sebesar 37,2%, usia 5564 sebesar 45,0%, usia
6574 sebesar 51,9% dan usia lebih dari 75 sebesar 54,8% (RISKESDAS,
Indonesia berjumlah 5% pada usia< 40 tahun, 30% pada usia 4060 tahun dan
65% pada usia > 61 tahun (Bactiar, 2010). Prevalensi penyakit rematik
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi di Indinesia yaitu
Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Sumatera barat (33%), Jawa Barat
(32,1%), dan Bali (30%) (RISKESDAS, 2013).
Tanda klinis dari rematik yang sering dialami lansia meliputi, nyeri sendi,
nyeri tekan, keterbatasan gerak, bunyi krepitasi, terkadang terjadi efusi, dan
peradangan lokal. Kondisi ini dapat mengakibatkan lansia tidak dapat
melakukan aktifitas kesehariannya, bahkan dapat terjadi disabilitas (Roach &
Tilley, 2007). Gejala yang paling umum atau sering muncul dari rematik
dan tidak jelas batasnya. Nyeri dapat diperburuk ketika melakukan aktivitas
yang melibatkan persendian dan akan mereda ketika istirahat. Di beberapa
kasus nyeri dapat terjadi ketika malam hari, karena mekanisme perlindungan
otot splinting pada sendi sudah hilang. Nyeri yang dirasakan biasanya disertai
dengan kekakuan pada pagi hari dan umumnya berlangsung kurang dari satu
jam (Roach & Tilley, 2007). Penatalaksanaan terapeutik dari rematik dapat
dilakukan secara farmako dan nonfarmakologi. Kebanyakan penatalaksanaan
saat ini diarahkan pada pengurangan rasa sakit atau nyeri, pengurangan
kecacatan fisik (Kushariyadi, 2011).
Lansia dengan rematik dapat ditingkatkan status fungsionalnya dengan
mengurangi nyeri dan mencegah penyakit rematik menjadi lebih parah, dapat
digunakan metode gerak tubuh yang dikenal dengan senam rematik. Senam
menopang tubuh (Fatkuriyah, 2013). Senam rematik merupakan salah satu
metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan
yang terkandung dalam senam rematik adalah gerakan yang sangat efektif,
efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya dilakukan secara teratur dan
terorganisasi bagi penderita rematik khususnya lansia (Nugroho, 2008).
Masalah dalam kasus adalah berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
II. Tujuan
II.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 60 menit, diharapkan sasaran
dapat mengerti dan memahami penyakit rematik dan manfaat senam
rematik pada lansia.
II.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat:
1. Mengetahui dan mampu menjelaskan mengenai rematik.
2. Mengetahui dan mampu menyebutkan penyebab rematik.
3. Mengetahui dan mampu menyebutkan tanda dan gejala dari rematik.
4. Mengetahui dan mampu menyebutkan penatalaksanaan rematik.
5. Mengetahui dan mampu menyebutkan manfaat senam rematik sebagai
upaya penatalaksanaan nyeri pada rematik.
Fasilitator :
1. Made Ardia
2. Trisna Putri
Observer : Adi Sura
Dokumentasi : Flora Maranata
III.4 Sasaran
Keluarga Lansia dan Lansia di Desa Selat, Karangasem
III.5 Alat/Media
a) Lembar Balik
b) Leaflet
c) Sound system, LCD, dan Laptop
d)
III.6 Metode
Sosiodrama dan tanya jawab.
III.7 Susunan Acara
a) Setting Waktu
Tahap Waktu Kegiatan Pelaksana
Pembukaan 5 menit a) Mengucapkan salam Narator
b) Melakukan
perkenalan pemain
c) Menyampaikan
maksud dan tujuan
d) Mengadakan
kontrak waktu
Kerja 30 menit Sosiodrama Pemeran
sosiodrama
15 menit Tanya jawab
Penutup 10 menit a) Menyimpulkan Narator
materi yang
diberikan.
b) Mengevaluasi
jalannya kegiatan.
c) Mengakhiri kontrak.
d) Salam penutup.
b) Setting Tempat
Keterangan:
= Narator =
Observer
= Peserta
(Opening) Selamat pagi bapak/ibu sekalian, pada kesempatan ini kami dari
PSSKPN FK UNUD akan mempersembahkan sebuah sosiodrama yang kami
angkat dari refleksi kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya para lansia,
sebagai media untuk memberikan penyuluhan mengenai manfaat aktifitas fisik
dan latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Kisah ini adalah
fiktif semata, kami mohon maaf jika terdapat kesamaan tokoh, tempat, dan
kejadian. Selamat menyaksikan!
Setelah beberapa menit, kakek Agus sudah selesai makan. Kakek Agus
mendatangi Nenek sandra dan mulai memijat kakinya yang sakit.
Beberapa saat menantu pun datang untuk membawakan nenek dan kakek camilan
karena baru datang dari pasar
Saat senam mau dimulai, ada beberapa tenaga kesehatan yang melakukan
pemeriksaan kepada lansia dan memberikan edukasi manfaat terkait latihan dan
aktifitas fisik.
Nenek Dian : engken rasane san? Be nyak lung rasane suud maan
senam?
Nenek Sandra : beh, yen tawang kene, kan uli pidan rage milu senam. Jeg
lung rasane, seger bayune mare milu senam pang cepok.
Nenek Dian : ae, rage masi milu senam pang kuat ngenyang cucune,
pang maan masi ngerumpi meseliahan ajak timpal-timpal
pang sing med ngempu gen jumah. Minggu depan bin milu
senam nyak!
Nenek Sandra : nah, yen be kene minggu depan bin be milu senam ke
banjar. Jeg seger rasane.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti. Y, Wiyono. A,. (2011). Perbandingan Tingkat Kesegaran Jasmani antara
Wanita Lansia Yang Senam Secara Teratur Dan Tidak Teratur, Vol.1.Nol.
(1). Mutiara Medika.
Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Retrived from
http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Penduduk-Lanjut-
Usia-2014.pdf (Diakses pada 23 Oktober 2018).
Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2017.
https://www.bps.go.id/publication/2018/04/13/7a130a22aa29cc8219c5d153
/statistik-penduduk-lanjut-usia-2017.html di akses pada 24 Oktober 2018
Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Fatkuriyah, L. (2013). Pengaruh Senam Rematik terhadap Penurunan Nyeri
Sendi pada Lansia di Desa Sudimoro Kec.Tulangan Kab.Sidoarjo. Skripsi.
Universitas Airlangga: Surabaya.
Herdman, T.H & Kamitsuru S. (2017). NandaI Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 20182020. EGC: Jakarta
Jakarta: EGC
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Populasi lansia Diperkirakan
Terus Meningkat Hingga Tahun 2020.
http://www.depkes.go.id/article/view/13110002/populasi-lansia-
diperkirakan-terus-meningkat-hingga-tahun-2020.html di akses pada 24
Oktober 2018
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Oktober 2018).
Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta:
Komnas Nasional Lanjut Usia.
Medika: Jakarta.
Maryam, R. Siti. et al. (2011). MengenalUsia Lanjut Dan Perawatannya.Jakarta:
Salemba Medika
Meliana et al. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri
Indonesia, Vol Volume 4 Nomor 2
Nugroho, Wahjudi. (2008). Senam Rematik. (VCD) Pfizer: Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20 2013.pdf. Diakses pada 23 Oktober 2018).
Verlag London : Springer. Page: 119.
Sitinjak, V M, Hastuti, M. F, & Nurfianti, A. (2016). Pengaruh Senam Rematik
terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia. Jurnal Keperawatan. Vol
4 No 2