Anda di halaman 1dari 29

STUDENT PROJECT KEPERAWATAN GERONTIK

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DAN SOSIODRAMA


PADA LANSIA

Oleh : SGD 3

Ni Luh Dian Mirayanti 1502105006


Komang Trisna Juliantini 1502105008
Ni Made Ayu Puspa Dewi 1502105009
Putu Agus Sugiartha 1502105024
Putu Gede Adi Sura Febriawan C 1502105028
Ni Kadek Arie Octarini 1502105037
Ni Wayan Kuslinda Sari 1502105048
Ni Putu Sandra Widiarsani 1502105052
Ni Made Sri Ardha P 1502105058
Flora Maranatha Hasugian 1502105065

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
SOAL
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di desa selat karangasem. Jumlah
lansia sebanyak 40 orang. 50% dari lansia tersebut mengalami rematik dan
jarang melakukan kegiatan di rumahnya. Berdasarkan hasil wawancara kegiatan
yang dilakukan, sebagian besar lansia yang laki-laki merupakan perokok aktif,
lansia mengatakan terkadang stress hanya berdiam diri saja tanpa kegiatan yang
berartivitas. Mata pencaharian penduduk desa kebanyakan sebagai pengerajin
dan pedagang
1. Identifikasi masalah keperawatan apa yang bisa terjadi pada lansia di desa
selat?
 Gaya hidup kurang gerak berhubungan dengan kurang motivasi
terhadap aktivitas fisik ditandai dengan rata-rata aktivitas fisik harian
kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan usia
De
finisi: suatu kebiasaan hidup yang dicirikan oleh tingkat aktivitas yang
rendah
 Perilaku kesehatan cenderung berisiko ditandai dengan merokok
Definisi: hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku
dalam cara yang memperbaiki tingkat kesejahteraan
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang
digambarkan sebagai kerusakan awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat, dengan durasi kurang dari 3
bulan
2. Identifikasi Terapi aktivitas kelompok apa saja yang bisa dilakukan pada
lansia tersebut!
 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota .Aktivitas
digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan
yang berkesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
meningkatkan respon sosial. Terapi aktivitas terdiri dari 7-10 orang.
Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan bersosialisasi, bertukar
pengalaman, dan mengubah perilaku. (Kelliat, 2005).
 Jenis Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktivitas Kelompok yang bisa digunakan yaitu :
1. Terapi Stimulasi
Terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk mendiskusikan dalam
kelompok yang kemudian hasil diskusi kelompo kdapat berupa
kesepakatan atau persepsi atau alternative penyelesaian masalah
persepsi yaitu seperti menonton televisi, membaca
majalah/Koran,melihat gambar, dan menyanyi. Tujuanumum dari
stimulasi persepsi agar para lansia mampu untuk menyelesaikan
masalah yang diakibatkan oleh stress yang dialami lansia
(Meilisa,2016)
2. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan
yang telah disediakan, mislanya: membuat kipas, membuat keset,
membuat bunga dari bahan yang mudah didapat (pelepah pisang,
botol bekas, biji-bijian, dll.), menjahit dari kain, merajut dari benang,
kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan
sekitar, menjemur kasur, dll) (Maryam et al , 2011).
3. Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan
adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian
dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang
tidak akurat tentang stressor tersebut. Bertujuan agar daya ingat tidak
menurun, seperti mengadakan cerdas cermat, mengisis Teka Teki
Silang (TTS), tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain, (Maryam et al ,
2011).
4. Senam rematik dapat dijadikan salah satu dari terapi aktivitas
kelompok pada kasus. Dari kasus dijelaskan jika hampir dari setengah
jumlah lansia di desa mengalami rematik dan jarang melakukan
kegiatan dirumahnya, dengan memberikan terapi senam rematik
memungkinkan lansia untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan
lansia lainnya serta dapat mengurangi nyeri yang dirasakan akibat
rematiknya. Dari penelitian Meliana at el tentang “Pengaruh Senam
Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan
Osteoarthritis Lutut” didapatkan hasil bawa dengan melakukan
senam rematik dapat mengurangi nyeri lutut yang dialami lansia dan
selain itu senam rematik memiliki dampak psikologis langsung yakni
membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan, dan
meningkatkan perasaan senang (Meliana,2016).

3. Buat satuan acara kegiatan dan skenario terapi aktivitas kelompok dan
sosiodrama yang bisa dilakukan pada lansia tersebut!

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


SENAM REMATIK PADA LANSIA
DI DESA SELAT KARANGASEM TAHUN 2018
A. JUDUL
Terapi Aktivitas Kelompok : Senam Rematik pada lansia di desa Selat
Karangasem 2018
B. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (Lansia) merupakan kelompok umur manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan. Menurut World Health
Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia
60 tahun keatas. Lansia berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup dan kepekaan secara individual. Lansia merupakan tahap
lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Efendi, 2009). Setiap
orang akan mengalami proses menjadi tua. Kondisi tersebut menyebabkan
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Azizah, 2011).

Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan lansia yang paling cepat di


Asia Tenggara. Jumlah penduduk lansia di Indonesia diperkirakan terus
meningkat sekitar 450.000 jiwa pertahunnya. Pada tahun 2014, jumlah
lansia mencapai 20,24 (8,03%) juta jiwa , 2015 mencapai 20,24 (10%) juta
jiwa dan tahun 2020 diprediksi mencapai 28,8 (11,34%) juta jiwa (BPS,
2015). Menurut WHO (2013), saat ini jumlah penduduk duania berusia
diatas 60 tahun keatas lebih dari 800 juta, dan diperkirakan angka ini akan
meningkat mencapai dua miliyar pada tahun 2025. Peningkatan jumlah
penduduk lansia di Indonesia merupakan salah satu sinyal bahwa
pembangunan di negeri terlah berkembang dengan baik. Disisi lain
peningkatan jumlah lansia membawa konsekuensi yang tidak sederhana,
sehingga dibutuhkan suatu program pembangunan kelanjutusiaan yang
mampu mengayomi kehidupan para lansia di Indonesia (Badan Pusat
Statistik, 2017).
Pada umumnya lansia akan mengalami penurunan fungsi sehingga lansia
rentan terhadap berbagai penyakit, salah satunya yaitu penyakit sendi.
Menurut Sekretariat Jendral Kesehatan (2008), menujukan bahwa penyakit
terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%) yakni
rematik. Rematik adalah penyakit yang menyrang sendi dan struktur atau
jaringan penunjang skitar sendi. Menurut WHO (2012), menjelaskan
bahwa 335 juta orang didunia mengidap penyakit rematik dan sekitar 25%
penderita rematik akan mengalami kecacatan akibat kerusakan pada tulang
dan gangguan pada persendian. Jumlah lansia yang mengalami rematik di
Indonesia belum dapat dipastikan, tetapi diperkirakan hampir 80%
penduduk yang berusia 40 tahun keatas menderita gangguan otot dan
tulang (Depkes, 2012).

Masyarakat masih kurang peduli akan bahaya rematik. Apabila rematik


tidak ditangani lambat laun dapat mengakibatkan kecacatan serius pada
persendian yang terserang. Kecenderungan umum yang dilakukan
masyarakat bila mengalami gejala pegal, linu, nyeri dan kaku pada otot
atau sendi, yang besar kemungkinan adalah gejala awal rematik. Nyeri
rematik dapat mengganggu aktivitas lansia. Maka dari itu, perlu dilakukan
intervensi untuk dapat memperbaikki kondisi lansia yang mengalami
rematik.

Tingginya penderita rematik di desa Selat Karangasem menunjukan


pentingnya pemberian intevensi untuk menangani kondisi tersebut.
Penanganan tersebut bisa dialkukan melalui kegiatan aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada
waktu luang, dengan tujuan lansia dapat melakukan kegiatan secara
konstruktif. Terapi yang dapat diberikan yaitu senam rematik. Senam
rematik yaitu suatu gerakan yang dilakukan secara teratur dan
terorganisasi. Senam ini bertujuan untuk mengurangi nyeri pada penderita
rematik dan menjaga kesehatan jasmani menjadi lebih baik. Maka dari itu,
terapi aktivitas kelompok yang digunakan yaitu pemberian senam rmatik
pada lansia penderita rematik di desa Selat, Karangasem.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan terapi aktivitas klompok (senam rematik) diharapkan
lansia dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan
serta mngembangkan kemampuan sosial.
2. Tujuan Khusus
Setalah dilakukannya terapi aktivitas kelompok (senam rematik),
diharapkan lansia
a. Mampu mengikuti senam rematik dengan baik
b. Mampu melakukan senam rematik secara mandiri
c. Nyeri yang mungkin dirasakan lansia dapat berkurang
d. Lansia dapat mengisi kegiatannya dengan senam rematik

D. TEMPAT : Balai Banjar Desa Selat, Karangasem

E. WAKTU
Hari : Sabtu, 27 Oktober 2018
Waktu : 09.00-09.30 (30 menit)

F. SASARAN
1. Peserta : Lansia di Desa Selat, Karangasem yang mampu mobilisasi
dan bersedia mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
(Senam Rematik)
2. Jumlah : 20 orang

G. METODE : Demonstrasi

H. MEDIA :
1. Laptop
2. Sound System
3. Meja
4. Kursi

I. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Ni Made Ayu Puspa Dewi
2. Instruktur Senam : Ni Made Sri Ardha P
Putu Agus Sugiartha
Komang Trisna Juliantini
Ni Wayan Kuslinda Sari
3. Fasilitator : Ni Luh Dian Mirayanti
Ni Kadek Arie Octarini
Ni Putu Sandra Widiarsani
Flora Maranatha Hasugian
4. Observer : Putu Gede Adi Sura Febriawan C.

J. SETTING TEMPAT
Setting tempat 1

= Instruktur
= Peserta
= Fasilitator
= Observer
Setting tempat 2

K. RENCANA PELAKSANAAN
1. Persiapan :
- Memilih peserta sesuai indikasi
- Membuat kontrak waktu dan tempat dengan peserta
- Mempersiapkan peralatan dan tempat pelaksanaan kegiatan
2. Proses :
a. Orientasi
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menanyakan kondisi peserta kegiatan
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan oleh peserta:
 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir acara
 Mengikuti gerakan senam sesuai yang
didemonstrasikan oleh instruktur
 Bila merasa tidak enak badan, peserta melaporkan
kepada instruktur atau fasilitator
- Menjelaskan lama kegiatan yaitu 30 menit
b. Tahap Kerja
- Moderator menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu terapi aktivitas kelompok berupa senam rematik
- Kegiatan dilakukan secara berkelompok, dimana senam
dilakukan secara bersama-sama oleh peserta
- Instruktur senam yang terdiri atas 5 mahasiswa akan
mengajarkan peserta melakukan senam
- Setting posisi untuk senam terdiri dari 2 posisi, yaitu posisi
dimana peserta duduk di kursi dengan membentuk barisan.
Posisi selanjutnya, adalah tiap lansia dibagi menjadi 4
kelompok kecil dan akan terdapat 1 instruktur dan 1
fasilitator di masing-masing kelompok
- Seluruh perangkat mengobservasi peserta ketika melakukan
senam
- Terdapat observer yang bertugas untuk mengobservasi
seluruh rangkaian kegiatan
- Setelah selesai melakukan kegiatan, masing-masing lansia
diberikan kesempatan menceritakan kesan dan pesan selama
melakukan kegiatan, dan maknanya terhadap diri sendiri
- Setelah peserta menceritakan pesan dan kesan, moderator
mengajak peserta untuk bertepuk tangan dan memberi
pujian
c. Tahap Terminasi
- Evaluasi
 Menanyakan perasaan peserta setelah melakukan
kegiatan senam
 Memberikan pujian atas keberhasilan peserta
- Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan kelompok lansia agar terus melakukan
kegiatan ini di waktu yang akan datang
- Kontrak yang akan dating
 Menyepakati kegiatan TAK yang akan dilakukan
selanjutnya sesuai dengan indikasi dan kondisi
kelompok lansia
 Menyepakati waktu dan tempat kegiatan selanjutnya
3. Evaluasi :
a. Evaluasi Struktur:
 Tempat dan peralatan untuk kegiatan siap 100%
 Kontrak waktu sudah dilakukan pada kelompok lansia
pada minggu sebelumnya dan sudah diingatkan kembali
satu hari sebelum kegiatan
 Media yang digunakan telah sesuai dan siap 100%
b. Evaluasi Proses:
 Kegiatan dimulai tepat waktu
 70% peserta hadir dalam kegiatan
 80% peserta mengikuti kegiatan dengan aktif
 80% peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Evaluasi Hasil:
 80% peserta mengatakan senang setelah mengikuti
kegiatan
 80% peserta mengatakan akan terus melakukan
kegiatan di waktu yang akan dating

LEMBAR EVALUASI TAK

Petunjuk Pengisian:
1. Tulis nama lansia pada kolom yang tersedia
2. Beri tanda (√) sesuai dengan respon yang ditunjukkan oleh lansia
ASPEK YANG DINILAI
Mau Mengikuti Mengatakan Mengatakan mau
mengikuti kegiatan senang melakukan
NO NAMA
kegiatan sampai setelah kegiatan kembali
dengan selesai mengikuti di waktu yang
aktif kegiatan akan datang

SKENARIO TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


SENAM REMATIK
NARASI
Setelah dilakukan pengkajian pada lansia yang ada di Desa Selat, Karangsem,
telah disepakati bahwa mahasiswa akan mengajarkan dan mendampingi lansia
melakukan senam rematik. Senam rematik ini dilakukan di balai banjar Desa Selat
dan dilakukan pada pagi hari Sabtu. Mahasiswa akan menjadi instruktur dari
senam tersebut. Seminggu sebelum pelaksanaan senam rematik, mahasiswa sudah
mengadakan kontrak baik dengan Bapak Kepala Desa Selat maupun lansia dan
juga sudah menghimbau para lansia untuk menggunakan pakaian olahraga yang
longgar dan nyaman untuk dipakai. Semua lansia di Desa Selat merupakan peserta
senam rematik. Mahasiswa mengajarkan senam dibantu dengan penggunaan
video. Kegiatan senam ini terdiri dari orientasi yaitu mahasiswa terlebih dahulu
memperkenalkan diri untuk menjalin hubungan saling percaya dengan semua
lansia. Mahasiswa juga menjelaskan tujuan dari kegiatan dan lama senam.
Selanjutnya adalah tahap kerja, dimana kegiatan senam dilakukan dan dipandu
oleh mahasiswa baik dalam perannya sebagai instructor maupun fasilitator.
Setelah senam dilaksanakan, mahasiwa kemudian melakukan evaluasi terhadap
kegiatan tersebut. Mahasiswa menanyakan perasaan lansia setelah melakukan
senam dan juga keinginan lansia untuk melakukan senam secara rutin.

NASKAH DIALOG
Balai Banjar Desa Selat
Sabtu, 20 Oktober 2018 // 08.00 WITA
Moderator : Selamat pagi semua!
Seluruh lansia : Selamat pagi!
Moderator : Baiklah Bapak dan Ibu semua perkenalkan nama saya Puspa.
Sesuai dengan pertemuan kita sebelumnya, hari Sabtu ini
kita akan melakukan senam rematik. Bapak dan Ibu apakah
ada yang masih ingat tentang informasi senam rematik yang
sudah saya berikan minggu lalu?
Seluruh Lansia : Masih sedikit, dik
Moderator : Coba Bapak Kadek, apa itu senam rematik, Pak?
Lansia Kadek : Senam yang digunakan untuk menguarngi sakit lutut, Dik
Moderator : Ya, benar, Pak. Tepuk tangan untuk Bapak Kadek.
(bertepuk tangan)
Moderator : Jadi, secara umum senam rematik merupakan suatu
gerakan yang ditujukan untuk memelihara kesehatan tubuh
terutama bagi orang yang mempunyai keluhan rematik.
Bapak, Ibu apakah disini ada yang merasa pernah
mengalami nyeri kaki atau pegal pada siku tangan dan
lutut?
Seluruh Lansia : Pernah, dik
Moderator : Nah, nyeri kaki dan pegal itu merupakan gejala rematik.
Hal tersebut tentu mengganggu bukan, Pak, Bu?
Lansia Putu : Iya, dik. Saya sampai susah tidur saking sakitnya.
Moderator : Nah, jika sudah begitu maka senam rematik ini dapat
membantu Bapak dan Ibu yang mengalami sakit di kaki,
tangan atau lutut, agar nanti rasa sakit yang dirasakan
berkurang. Selain itu senam rematik sangat baik dilakukan
untuk memperlancar peraliran darah dan kesehatan jantung.
Senam rematik ini kurang lebih akan dilakukan selama 10
menit dan terdiri dari 25 gerakan. Bapak dan Ibu tidak perlu
khawatir, nanti selama senam Bapak dan Ibu akan dipandu
oleh instructor dan akan ada teman – teman mahasiswa
yang ada disamping Bapak atau Ibu. Jika begitu, apakah
Bapak dan Ibu sudah siap untuk melakukan senam rematik?
Atau ada yang ingin ditanyakan?
Seluruh lansia : Siap, Dik. Tidak, Dik.
Moderator : Baik, saya himbau juga jika nanti Bapak dan Ibu merasa
lelah atau ada gerakan yang tidak sanggup dilakukan, tolong
jangan dipaksa, Nggih.
Seluruh lansia : Nggih, Dik.
Moderator : Baik, sebelum kita mulai, silahkan Bapak dan Ibu
sekalian untuk membentuk lingkaran besar dan mengambil
posisi. Kepada fasilitator silahkan bawakan peserta kursi
dan damping para peserta.Lalu kepada instructor kami
persilahkan untuk mengambil alih.
Instruktor : Baik, Terimakasih Putu.
Instruktor : Baik, Selamat Pagi Bapak dan Ibu semua! Perkenalkan
saya Kadek yang akan memandu Bapak Ibu semua untuk
senam rematik kali ini. Sebelum kita mulai, mari kita
berdoa terlebih dahulu menurut keyakinan dan kepercayaan
masing – masing. Berdoa, dipersilahkan.
(berdoa)
Instruktor : Silahkan Bapak dan Ibu duduk dengan nyaman di kursi,
Nggih, karena semua gerakan senam akan dilakukan saat
duduk.
Seluruh lansia : Nggih, Dik.
(music berdendang, gerakan senam dimulai)
(music senam selesai)
Moderator : Baik, Bapak dan Ibu semua tadi sangat bagus dan luar
biasa sekali dalam mengikuti senam. Tepuk tangan untuk
kita semua! (bertepuk tangan)
Moderator : Baiklah, bagaimana dengan senamnya Pak, Bu?
Mudahkah?
Seluruh lansia : Mudah, dik
Moderator : Nah, bagaimana perasaan Bapak dan Ibu semua? Apakah
merasa lebih bugar atau lelah setelah senam?
Seluruh Lansia : Lebih bugar, Dik.
Moderator : Syukurlah. Nah walaupun sudah sekali melakukan senam
rematik, bukan berarti nyeri kaki, tangan atau lututnya
langsung hilang, Nggih, Pak, Bu. Agar nyerinya berkurang
atau agar lebih bugar lagi Bapak dan Ibu harus melakukan
senam rematik ini setidaknya satu kali seminggu. Nah,
jikalau begitu apakah Sabtu depan di tanggal 27 Oktober
nanti Bapak dan Ibu semua bersedia untuk senam lagi,
untuk kesehatan kita semua?
Seluruh lansia : Bersedia, Dik.
Moderator : Baiklah, Pak, Bu. Kalau begitu kita jumpa lagi di Sabtu
depan nggih. Silahkan gunakan pakaian yang nyaman, atau
boleh juga mengajak tetangga yang lain ikut jika bersedia,
nggih.
Seluruh lansia : Nggih
Moderator : Baiklah, karena kegiatan senam sudah selesai, maka
berakhir pula pertemuan kita hari ini. Saya harap Bapak
dan Ibu semua sehat selalu dan sampai di rumah dengan
selamat. Terimakasih untuk kehadirannya Bapak dan Ibu
semua saat ini dan sampai jumpa kembali di Sabtu
depan!
Seluruh lansia : Nggih, dik. Terimakasih kembali!

PRAPLANNING
SOSIODRAMA PENYULUHAN KESEHATAN LANSIA

I. Latar Belakang
Kemajuan di bidang sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, dan
peningkatan pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur
Harapan Hidup (UHH) seseorang. Dari tahun 2008-2012 angka harapan
hidup masyarakat Indonesia semakin menunjukkan angka yang signifikan,
yaitu pada tahun 2012 nilai angka harapan hidup Indonesia mencapai 69,87
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Meningkatnya angka harapan hidup suatu
bangsa sering kali dijadikan sebagai tolok ukur kemajuan suatu bangsa.
Tingginya angka harapan hidup berbanding lurus dengan peningkatan
populasi penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia.
Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (2014) populasi lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh
penduduk Indonesia. Jumlah lansia perempuan di Indonesia yaitu 10,77 juta
lansia dan lansia laki-laki berjumlah 9,47 juta lansia (BPS, 2014). Dari data
tersebut, terlihat bahwasanya apabila didasarkan pada jenis kelamin, di
Indonesia jumlah lansia perempuan lebih banyak daripada jumlah lansia laki-
laki. Menurut data Komnas Lansia (2010) sebaran penduduk lansia menurut
provinsi di Indonesia, persentase penduduk lansia di atas 10% ada di provinsi
D.I. Yogyakarta (14,02%), Jawa Tengah (10,99%), Jawa Timur (10,92%) dan
Bali (10,79%) (Komnas Lansia, 2010).
Semakin meningkatnya populasi lansia mencerminkan adanya peningkatan

pelayanan   kesehatan,   sekaligus   dapat   menjadi   problematika   baru   bagi

Indonesia   sendiri.   Banyak   fenomena   yang   menunjukkan   bahwa   lansia

mengalami kemunduran kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari­ hari.

Aktifitas seseorang tidak lepas dari ketidakadekuatan sistem persarafan dan

muskuloskeletal (Astuti & Wiyono, 2011). Diantaranya dalam sistem saraf,

lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan

aktivitas   sehari­hari.   Hal   ini   menyebabkan   seorang   lansia   rentan   terhadap

penyakit.  Masalah kesehatan lansia berdasarkan data  Kemenkes  RI (2014)

tertinggi   adalah   batuk   (17,81%)   dan   pilek   (11,75%)   serta   jenis   keluhan

lainnya yang merupakan efek dari penyakit kronis, seperti asam urat, darah

tinggi, darah rendah, diabetes, dan rematik.  
Prevalensi penyakit sendi di Indonesia juga cukup tinggi, sebesar 24,7%.

Pada usia 45­54 prevalensinya sebesar 37,2%, usia 55­64 sebesar 45,0%, usia

65­74 sebesar 51,9% dan usia lebih dari 75 sebesar 54,8% (RISKESDAS,

2013).   Secara   khusus   prevalensi   penyakit   sendi   khususnya   rematik   di

Indonesia berjumlah 5% pada usia< 40 tahun, 30% pada usia 40­60 tahun dan

65%   pada   usia   >   61   tahun   (Bactiar,   2010).   Prevalensi   penyakit   rematik
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi di Indinesia yaitu

Nusa  Tenggara   Timur   (33,1%),   diikuti   Sumatera   barat   (33%),  Jawa   Barat

(32,1%), dan Bali (30%) (RISKESDAS, 2013).
Tanda klinis dari rematik yang sering dialami lansia meliputi, nyeri sendi,
nyeri tekan, keterbatasan gerak, bunyi krepitasi, terkadang terjadi efusi, dan
peradangan lokal. Kondisi ini dapat mengakibatkan lansia tidak dapat
melakukan aktifitas kesehariannya, bahkan dapat terjadi disabilitas (Roach &
Tilley, 2007). Gejala yang paling umum atau sering muncul dari rematik

adalah nyeri. Nyeri ini sering digambarkan sebagai hal yang menjenuhkan

dan tidak jelas batasnya. Nyeri dapat diperburuk ketika melakukan aktivitas

yang melibatkan persendian dan akan mereda ketika istirahat. Di beberapa

kasus nyeri dapat terjadi ketika malam hari, karena mekanisme perlindungan

otot splinting pada sendi sudah hilang. Nyeri yang dirasakan biasanya disertai

dengan kekakuan pada pagi hari dan umumnya berlangsung kurang dari satu

jam (Roach & Tilley, 2007). Penatalaksanaan terapeutik dari rematik dapat

dilakukan secara farmako dan nonfarmakologi. Kebanyakan penatalaksanaan

saat   ini   diarahkan   pada   pengurangan   rasa   sakit   atau   nyeri,   pengurangan

peradangan   dan   pengurangan   ketidakmampuan,   status   fungsional,   dan

kecacatan fisik (Kushariyadi, 2011).
Lansia   dengan   rematik   dapat   ditingkatkan   status   fungsionalnya   dengan

mengurangi nyeri dan mencegah penyakit rematik menjadi lebih parah, dapat

digunakan metode gerak tubuh yang dikenal dengan senam rematik. Senam

ini   konsentrasinya   pada   gerakan   sendi   sambil   meregangkan   ototnya   dan

menguatkan   ototnya,   karena   otot­otot   inilah   yang   membantu   sendi   untuk

menopang tubuh (Fatkuriyah, 2013). Senam rematik merupakan  salah satu

metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan

yang terkandung dalam senam rematik adalah gerakan yang sangat efektif,
efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya dilakukan secara teratur dan

terorganisasi bagi penderita rematik khususnya lansia (Nugroho, 2008).
Masalah dalam kasus adalah berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan

di   Desa   Selat,   Karangasem   jumlah   lansia   sebanyak   40   orang,   50%   lansia

mengalami   rematik   dan   jarang   melakukan   kegiatan   atau   aktivitas   di

rumahnya. Sehingga berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasa perlu


untuk mengadakan sosiodrama penyuluhan mengenai rematik dan manfaat
senam rematik bersama lansia khususnya lansia di Desa Selat, Karangasem.

II. Tujuan
II.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 60 menit, diharapkan sasaran
dapat mengerti dan memahami penyakit rematik dan manfaat senam
rematik pada lansia.
II.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat:
1. Mengetahui dan mampu menjelaskan mengenai rematik.
2. Mengetahui dan mampu menyebutkan penyebab rematik.
3. Mengetahui dan mampu menyebutkan tanda dan gejala dari rematik.
4. Mengetahui dan mampu menyebutkan penatalaksanaan rematik.
5. Mengetahui dan mampu menyebutkan manfaat senam rematik sebagai
upaya penatalaksanaan nyeri pada rematik.

III. Rencana Kegiatan


III.1 Nama Kegiatan
Sosiodrama Penyuluhan Kesehatan Lansia
III.2 Waktu dan Tempat
a) Waktu
Kegiatan sosiodrama penyuluhan kesehatan lansia akan dilaksanakan
pada:
Hari/ tanggal : Kamis, 26 Oktober 2018
Pukul : 09.00 – 10.00 WITA
b) Tempat
Kegiatan sosiodrama penyuluhan kesehatan lansia ini akan
dilaksanakan di Banjar Kangin, Desa Selat, Karangasem.
III.3 Pengorganisasian Kelompok
Ketua Pelaksana : Agus Sugiartha
Sekretaris : Dian Mirayanti
PIC : Sandra Widiarsani
Skenario : Kuslinda Sari
Pemeran :
1. Kakek Agus : Agus Sugiarta
2. Nenek Sandra : Putu Sandra
3. Nenek Dian : Puspa
4. Perawat Kuslinda : Kuslinda Sari
5. Menantu : Trisna Putri

Fasilitator :
1. Made Ardia
2. Trisna Putri
Observer : Adi Sura
Dokumentasi : Flora Maranata
III.4 Sasaran
Keluarga Lansia dan Lansia di Desa Selat, Karangasem
III.5 Alat/Media
a) Lembar Balik
b) Leaflet
c) Sound system, LCD, dan Laptop
d)
III.6 Metode
Sosiodrama dan tanya jawab.
III.7 Susunan Acara
a) Setting Waktu
Tahap Waktu Kegiatan Pelaksana
Pembukaan 5 menit a) Mengucapkan salam Narator
b) Melakukan
perkenalan pemain
c) Menyampaikan
maksud dan tujuan
d) Mengadakan
kontrak waktu
Kerja 30 menit Sosiodrama Pemeran
sosiodrama
15 menit Tanya jawab
Penutup 10 menit a) Menyimpulkan Narator
materi yang
diberikan.
b) Mengevaluasi
jalannya kegiatan.
c) Mengakhiri kontrak.
d) Salam penutup.

b) Setting Tempat

Keterangan:

= Pemain Sosiodrama (10 orang) =


Fasilitator

= Narator =
Observer

= Peserta

III.8 Rancangan Biaya


No. Keperluan Dana
1. Print Lembar Balik Rp. 50.000,00
2. Print Leaflet Rp. 20.000,00
3. Konsumsi Rp. 200.000,00
TOTAL Rp. 270.000,00
IV. Rencana Evaluasi
IV.1 Evaluasi Struktur
1. Kepanitiaan dibentuk 7 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
2. Praplanning sudah disiapkan 7 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
3. Alat/media sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
4. Naskah dan materi sosiodrama sudah disiapkan 6 hari sebelum
pelaksanaan kegiatan.
IV.2 Evaluasi Proses
1. Kegiatan sosiodrama penyuluhan kesehatan lansia berlangsung tepat
waktu.
2. Peserta yang hadir mencapai 60% dari sasaran yang diharapkan.
3. Sasaran yang aktif bertanya mencapai 3 orang.
IV.3 Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu:
1. Mengetahui dan mampu menjelaskan mengenai rematik.
2. Mengetahui dan mampu menyebutkan penyebab rematik.
3. Mengetahui dan mampu menyebutkan tanda dan gejala dari rematik.
4. Mengetahui dan mampu menyebutkan penatalaksanaan rematik.
5. Mengetahui dan mampu menyebutkan manfaat senam rematik sebagai
upaya penatalaksanaan nyeri pada rematik.

Mengetahui Denpasar, Kamis 26 Oktober


2018
Pembimbing Akademik Ketua Panitia
SKENARIO SOSIODRAMA PENYULUHAN LANSIA

Skenario : Dian dan Kuslinda


Pemeran :
1. Narator : Flora Maranata
2. Kakek Agus : Agus Sugiarta
3. Nenek Sandra : Putu Sandra
4. Nenek Dian : Dian Mirayanti
5. Perawat Kuslinda : Kuslinda Sari
6. Menantu : Trisna Putri

(Opening) Selamat pagi bapak/ibu sekalian, pada kesempatan ini kami dari
PSSKPN FK UNUD akan mempersembahkan sebuah sosiodrama yang kami
angkat dari refleksi kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya para lansia,
sebagai media untuk memberikan penyuluhan mengenai manfaat aktifitas fisik
dan latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Kisah ini adalah
fiktif semata, kami mohon maaf jika terdapat kesamaan tokoh, tempat, dan
kejadian. Selamat menyaksikan!

NASKAH DIALOG SOSIODRAMA

Di Desa X terdapat pasangan suami istri lansia yang tinggal bersama


dengan anak dan menantunya. Nenek Sandra sering merasakan nyeri pada kaki
yang hilang timbul. Dalam kehidupan sehari-hari Nenek Sandra jarang
melakukan aktifitas fisik. Kegiatannya hanya tidur membantu mejejaitan saat
merasa sehat, dan Nenek sandra sering mengeluh merasa tidak enak badan.
Sedangkan Kakek Agus memiliki kegiatan yang padat. Setiap pagi dan sore hari,
dengan berjalan kaki selama 2 kilometer Kakek Agus pergi ke sawah untuk
menyabit rumput dan memberi makan sapi. Pada hari minggu kakek Agus juga
mengikuti senam di banjar.
Nenek Sandra : kak mara teke ling carik, ke paon malu medaar, nasi ajak
daaran nasie be lebeng kone mantu e mara ngorahin
Kakek Agus : nah jani be kal medaar, be seduk san basange
Nenek Sandra : nah medaar be malu, benjek jemakin dadong yeh agelas di
paon nah kak.
Kakek Agus : pang meayahin, mesare gen gaen dadong e
Nenek Sandra : apa men jek enduk gen bayu e puk, apa kaden anggo ubad
kekine.
Kakek Agus : keto be tuutin bayune oon ngudyng buung.
Nenek Sandra : beje oon biin misi sakit batis aduh sing ngidang ngudiang-
ngudiang.
Kakek Agus : nah benjek pijet e je batis dadonge, kak kal medaar malu.
Nenek Sandra : nah nah kak

Setelah beberapa menit, kakek Agus sudah selesai makan. Kakek Agus
mendatangi Nenek sandra dan mulai memijat kakinya yang sakit.

Kakek Agus : engken dong, nu sakit batise, payu pijet kak?


Nenek Sandra : nu kak aduuhhh, kedua sakit batise, to jemak lengis jpu
ditu di lemarie.
Kakek Agus : nah jani be kal jemak. Ane ken sakit ?
Nenek Sandra : ni di batis ni. Adi jeg dadong sai sakit batis nah, apa kaden
ngranayang. Yen tolih dadong, kak adi sing taen sakit
batis nah?
Kakek Agus : penyakit nak melenan sing patuh, ben sai je kak mejalan ke
carik nyak segeran bayu e.
Nenek Sandra : beje oon gen bayu e keni, kenkenan milu mejalan ke carik.

Beberapa saat menantu pun datang untuk membawakan nenek dan kakek camilan
karena baru datang dari pasar

Menantu : me pa neh jaje bliang mara di peken. Nak kenken to


dadonge?
Kakek Agus : ni i dadong ngorang sakit batis, ajak oon bayune
Menantu : nah pijat be malu kak, benjek gen nyak ngigisan sakitne.
Kakek Agus : dadong-dadong di banjar ni sai mase milu senam di banjar
setiap minggu. Dadonge jeg sing nyak bareng.
Menantu : ae jeg kenceng-kenceng adi nah dadong” di banjare.
Kayang bin minggu coba ajakin i meme pa. Nyen
nawang nyak segeran bayune ulian senam.
Kakek Agus : nah kayang minggu ni kal ajakin pesu

Suatu hari nenek Puspa berkunjung ke rumah nenek Sandra sambil


membawa cucunya jalan-jalan. Mereka pun saling sapa dan mulai bercerita

Nenek Sandra : tumben mai yan. Be saget gede cucune.


Nenek Dian : ae puk jeg enggal san. Engken san adi orange nyakitan
batis? Men jani kenken nu sakit ?
Nenek Sandra : ae puk kewale jani be nyak ngigisan. yan milu senam-
senam di banjar?
Nenek Dian : milu, jeg seger gati bayune suud maan senam. Demen
bene. Sakit awak ajak batis e nyak kapah pesune.
Nenek sandra : seken keto? Adi luung san asane milu senam.
Nenek puspa : makane mai nak e bin minggu bareng. Liu lansia dini
bareng senam.
Nenek sandra : nah kal cobak bareng bin minggu

Saat senam mau dimulai, ada beberapa tenaga kesehatan yang melakukan
pemeriksaan kepada lansia dan memberikan edukasi manfaat terkait latihan dan
aktifitas fisik.

Perawat Kuslinda : Om Swastyastu nek, punapi gatra? Wenten keluhan niki?


Nenek Sandra : Niki buk, batis tiange sakit, kenken nike carane ngilangin
sakit batise niki buk?
Perawat Kuslinda : sampun sue nika merasa sakite nik? Sesai sakit? Keras
napi gigis nik? (menanyakan keluhan pasien/melakukan
pengkajian nyeri)
Nenek Sandra : biasane yen negak lakar bangun merasa sakitne nike buk.
Pekak tiang ngorang nyak nika karena ten taen olah raga
buk?
Perawat Kuslinda : Nggih, ninik kan sampun umur niki, keluhan nyeri sendi
nika paling sai nik. Tapi yen ninik rajin olahraga, makan
makanan sehat banyak bergerak nika bagus nik.
Disamping bisa ngurangi nyeri sendi atau sakit batis atau
lutut rajin olah raga atau aktif bergerak nika bagus bisa
mengontrol tekanan darah juga nika nik. Makanya, becik
nika kalau ninik ikut serta yen wenten kegiatan senam
sorenya di banjar, selain polih bergerak ninik juga bisa
refreshing meseliahan sareng timpal-timpal. Selain nika
yening wenten kegiatan posyandu lansia nenek bisa ikut
nika untuk cek kesehatan rutin.
Nenek Sandra : oh kenten nggih buk, pantes pekak tiange ten taen ngorang
sakit batisne sesai bergerak nika mejalan joh ke carik.
Yen nyarengin senam nika ten care senam aerobic buk
gerakanne? Nyanan encok bangkiang tiange.
Perawat Kuslinda : tenang nek, senam lansia nika aman untuk lansia. Gerakanne
pelan nek jadi nenek ten encok, cukup ikuti instrukturnya.
Nenek Sandra : nggih yen kenten, coba tiang nyarengin senam. Mudah-
mudahan ilang sakit batis tiange.
Perawat Kuslinda : nggih becik san nika nek, senam nika bagus untuk
menjaga kesehatan apan seger bayune nek.

Nenek Sandra mengikuti senam di banjar.

Nenek Dian : engken rasane san? Be nyak lung rasane suud maan
senam?
Nenek Sandra : beh, yen tawang kene, kan uli pidan rage milu senam. Jeg
lung rasane, seger bayune mare milu senam pang cepok.
Nenek Dian : ae, rage masi milu senam pang kuat ngenyang cucune,
pang maan masi ngerumpi meseliahan ajak timpal-timpal
pang sing med ngempu gen jumah. Minggu depan bin milu
senam nyak!
Nenek Sandra : nah, yen be kene minggu depan bin be milu senam ke
banjar. Jeg seger rasane.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti. Y, Wiyono. A,. (2011). Perbandingan Tingkat Kesegaran Jasmani antara

Wanita Lansia Yang Senam Secara Teratur Dan Tidak Teratur, Vol.1.Nol.

(1). Mutiara Medika.
Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Retrived from
http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Penduduk-Lanjut-
Usia-2014.pdf (Diakses pada 23 Oktober 2018).
Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2017.
https://www.bps.go.id/publication/2018/04/13/7a130a22aa29cc8219c5d153
/statistik-penduduk-lanjut-usia-2017.html di akses pada 24 Oktober 2018
Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Fatkuriyah,   L.   (2013).  Pengaruh   Senam   Rematik   terhadap   Penurunan   Nyeri

Sendi pada Lansia di Desa Sudimoro Kec.Tulangan Kab.Sidoarjo. Skripsi.

Universitas Airlangga: Surabaya.

Herdman, T.H & Kamitsuru S. (2017). Nanda­I Diagnosis Keperawatan Definisi

dan Klasifikasi 2018­2020. EGC: Jakarta

Keliat,   Budi   Anna.(   2005).  Keperawatan   Jiwa  (Terapi   Aktivitas   Kelompok).

Jakarta: EGC
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Populasi lansia Diperkirakan
Terus Meningkat Hingga Tahun 2020.
http://www.depkes.go.id/article/view/13110002/populasi-lansia-
diperkirakan-terus-meningkat-hingga-tahun-2020.html di akses pada 24
Oktober 2018
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.

Retrived from http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil­

kesehatan­   indonesia/profil­keseatan­indonesia­2014.pdf  (Diakses   pada   23

Oktober 2018).

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta:

Komnas Nasional Lanjut Usia.

Kushariyadi.   (2011).  Asuhan   Keperawatan   Pada   Klien   lanjut   Usia.   Salemba

Medika: Jakarta. 

Maryam, R. Siti. et al. (2011). MengenalUsia Lanjut Dan Perawatannya.Jakarta:

Salemba Medika

Meliana et al. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri

pada   Lanjut   Usia   dengan   Osteoarthritis   Lutut.  Jurnal   Keperawatan

Indonesia, Vol Volume 4 Nomor 2

Nugroho, Wahjudi. (2008). Senam Rematik. (VCD) Pfizer: Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan   Kementerian   RI   tahun   2013.   Retriver   from

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas

%20 2013.pdf. Diakses pada 23 Oktober 2018).

Roach,   H.I.,   &   Tilley,   S.   (2007).   The   Pathogenesis   of   Osteoarthritis.   In   :   F.

Bronner   &   M.C.   Farach­Carson   (Eds).  Bone   and   Osteoarthritis,   Vol.4.

Verlag London : Springer. Page: 1­19. 
Sitinjak, V M, Hastuti, M. F, & Nurfianti, A. (2016). Pengaruh Senam Rematik
terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia. Jurnal Keperawatan. Vol
4 No 2

Anda mungkin juga menyukai