Oleh:
Pembimbing :
Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, Proposal Promosi Kesehatan Penyuluhan Mengenai Pencegahan
Demam Berdarah Dengue” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
Program ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu
Kedokteran Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Periode 20 April 2020.
1. Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kesselaku dosen pembimbing, atas segala nasihat,
bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan Mini Literatur Review
Program Promosi Kesehatan SMD dan MMD “UPT. Puksesmas Blahbatuh II
2. dr. Made Eni Candrawati selaku Kepala Puskesmas Blahbatuh II Gianyar yang
senantiasa membimbing.
Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan dapat
menjadi inspirasi dalam perencanaan kegiatan dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia dan khususnya di Bali.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PKM DI PUSKESMAS 4
2.1 Identifikasi Masalah 4
2.2 Analisis Masalah 5
2.3 Deskripsi Kegiatan 9
2.4 Kelompok Sasaran 9
2.5 Tujuan Penyuluhan 10
2.6 Strategi Pelaksanaan 10
2.6.1 Persiapan Pelaksanaan 10
2.6.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 11
2.7 Isi Penyuluhan 11
2.8 Metode Penyuluhan 11
2.9 Media Penyuluhan 11
2.10 Jadwal Penyuluhan 12
2.11 Rencana Evaluasi 12
2.11.1 Penilaian Proses 12
2.11.2 Penilaian Hasil 13
DAFTAR PUSTAKA 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-
tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama
untuk jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Penyakit DBD masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan penderita DBD tertinggi di Asia Tenggara.1 Sejak kasus DBD
pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968 tepatnya di Surabaya dan
Jakarta, angka kesakitan DBD menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.2
Host alami dari DBD adalah manusia dan agennya adalah virus dengue dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1,
Den-2, Den-3, Den-4. Penyakit DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi khususnya Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang tersebar hampir
di seluruh wilayah Indonesia.3 Masa inkubasi virus dengue dalam tubuh manusia atau
disebut juga fasa inkubasi intrinsik berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala
muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh,
sedangkan masa inkubasi ekstrinsik yang terjadi di dalam tubuh nyamuk berlangsung
sekitar 8-10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam
dengue (DF) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari,
adanya pendarahan diatesis ditandai dengan uji tourniquet positif, trombositopenia
dengan jumlah trombosit ≤100 x 109/L dan kebocoran plasma akibat peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.4
2
November 2019, jumlah kasus DBD mencapai 4.945 orang. Sementara pada 2018
lalu, jumlah kejadiannya hanya tercatat 897 orang. Dari data yang tercatat sebanyak
897 orang pada waktu itu, dua orang di antaranya meninggal dunia. Pada Tahun 2020
sendiri sesuai data, dari bulan januari hingga Maret 2020, tercatat ada sebanyak 1.433
kasus. Terkait sebaran kasus awal tahun 2020, Kabupaten Gianyar menempati
peringkat ketiga dengan 221 kasus.6
Pada 3 tahun terakhir ini kasus DBD terjadi peningkatan kasus di wilayah
kerja UPT Puskesmas Blahbatuh II. Pada tahun 2017 terdapat sebanyak 38 kasus
DBD, pada tahun 2018 terdapat sebanyak 10 kasus DBD dan pada tahun 2019
terdapat sebanyak 110 kasus. Sebagai pusat kesehatan primer, Puskesmas Blahbatuh
II memiliki 4 wilayah kerja yaitu Desa Saba, Desa Blahbatuh, Desa Bedulu dan Desa
Buruan. Pada tahun 2019 terjadi lonjakan besar dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, pada Desa Saba terdapat sebanyak 53 kasus dengan laki-laki sebanyak
27 kasus dan perempuan sebanyak 21 kasus, pada Desa Blahbatuh terdapat sebanyak
33 kasus dengan laki-laki sebanyak 17 kasus dan perempuan 16 kasus, Desa Buruan
terdapat sebanyak 8 kasus dengan laki-laki sebanyak 3 kasus dan perempuan
sebanyak 5 kasus, dan pada Desa Bedulu terdapat sebanyak 16 kasus dengan laki-laki
sebanyak 9 kasus dan perempuan sebanyak 7 kasus. Desa yang paling banyak terkena
DBD adalah desa Saba. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim menyebabkan
perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, sehingga berefek terhadap ekosistem
daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan terutama terhadap
perkembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk Aedes. Selain itu, faktor perilaku
dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan
mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana transportasi
menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas.1 Oleh
karena itu, penulis merasa penting untuk dilakukan penyuluhan mengenai DBD
terutama mengenai pencegahan DBD sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran dan menerapkan perilaku yang sesuai untuk pencegahan DBD. Selain itu
3
dengan penyuluhan ini diharapkan peserta dapat mengingatkan orang di sekitarnya
untuk menerapkan perilaku yang untuk mencegah DBD.
4
BAB II
PKM DI PUSKESMAS
5
II. Pada tahun 2019 di wilayah kerja UPT Puskesmas I Pekuatatan terdapat 110 kasus
DBD. Peningkatan yang signifikan ini dikarenakan adanya perubahan iklim, faktor
perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Selama tahun 2019, di Desa Saba terdapat sebanyak 53 kasus dengan 27 kasus
laki-laki dan 21 kasus perempuan, di Desa Blahbatuh terdapat sebanyak 33 kasus
dengan laki-laki sebanyak 17 kasus dan perempuan 16 kasus, Desa Buruan terdapat
sebanyak 8 kasus dengan laki-laki sebanyak 3 kasus dan perempuan sebanyak 5
kasus, dan pada Desa Bedulu terdapat sebanyak 16 kasus dengan laki-laki sebanyak 9
kasus dan perempuan sebanyak 7 kasus. Desa yang paling banyak terkena kasus yaitu
Desa Saba.
Penyakit DBD merupakan penyakit akibat virus dengue yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Manifestasi klinis infeksi virus dengue bisa
tidak bergejala (asimtomatik) dan bergejala (simtomatik). Infeksi virus dengue yang
bergejala (simtomatik) dapat dibagi menjadi demam dengue (DD), demam berdarah
dengue (DBD), dengue syok sindrom (DSS) dan expanded dengue syndrome (EDS).
Demam dengue (DD) merupakan kondisi demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39')
ditambah 2 atau lebih gejala /tanda penyerta seperti nyeri kepala, nyeri belakang bola
mata, nyeri otot dan tulang, ruam kulit, manesfestasi perdarahan, leukopenia
(leukosit≤ 5000 /mm), trombositopenia (trombosit<150.000/mm), penigkatan
hematokrit 5-10%. Demam berdarah dengue (DBD) adalah demam tinggi mendadak,
terus menerus berlangsung 2-7 hari, hari ke 3 demam mulai menurun, hari ke 3-6 fase
kritis terjadinya syok; perdarahan yang banyak (perdarahan kulit, petekie, purpura,
ekimosis dan perdarahan konjungtiva). Perdarahan yang lain (epitaksis, perdarahan
gusi, melena dan hematemisis), hepatomegali dan syok. Expanded dengue syndrom
(EDS) adalah kelebihan cairan, gangguan elektrolit, ensefalopati, encefalitis,
6
perdarahan hebat, gagal ginjal akut, haemolitik uremic syndrome. Kriteria
laboratorium yang digunakan adalah probable (apabila diganosis klinis diperkuat
oleh hasil pemeriksaan serologi antidengue dan atau penderita pernah tinggal/pernah
berkunjung ke daerah endemis DBD dalam kurun waktu masa inkubasi) dan
confirmed (apabila diagnosis klinis diperkuat dengan sekurang kurannya salah satu
pemeriksaan).7
Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama
yang dilakukan untuk pemberantasan DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat
untuk membasmi virusnya belum tersedia Pemberantasan nyamuk atau pengendalian
vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor dengan
meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur
vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai
penularan penyakit. Berbagai metode pengendalian vektor DBD, yaitu:1
a. Kimiawi
7
b. Biologi
c. Manajemen Lingkungan
8
diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. PSN- DBD dilakukan
dengan cara “3M-Plus”, 3M yang dimaksud yaitu:1
Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain.
Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit
dikurasatau di daerah yang sulit air.
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air.
Memasang kawat kasa.
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
Menggunakan kelambu.
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
Dari data yang sudah disajikan pada identitas masalah, dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah kasus demam berdarah dengue
selama 3 tahun terakhir di wilayah kerja UPT Puskesmas Blahbatuh II terutama di
Desa Saba sehingga penting untuk dilakukan penyuluhan mengenai DBD terutama
langkah-langkah pencegahan demam berdarah untuk meningkatkan kesadaran
mengenai pencegahan demam berdarah.
9
2.3 Deskripsi Kegiatan
Kegiatan promosi kesehatan yang akan dilakukan di Puskesmas Blahbatuh II
merupakan suatu kegiatan penyuluhan. Dalam arti umum penyuluhan adalah ilmu
sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.
Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa
yang mana merupakan suatu keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi
informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat
sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
Dalam penyuluhan yang akan dilakukan di Puskesmas Blahbatuh II akan
membahas mengenai pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dimana pada
penyuluhan nanti akan membahas lebih detail mengenai pengertian DBD, penyebab
DBD, tanda dan gejala DBD, serta pencegahan dan pemberantasan DBD melalui
metode 4M yaitu Mengubur, Menutup, Menguras, dan Menyapa Abate. Lebih
jelasnya warga diedukasi untuk mengubur barang-barang bekas yang kotor dan
berpotensi menjadi tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air,
menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, dan Menyapa Abate
(Mengenalkan Nyamuk Kepada Abate) dengan membagikan abate kepada warga dan
mengedukasi penggunaan abate yang berfungsi untuk membunuh larva nyamuk dan
abate aman untuk digunakan. Diharapkan warga dalam kehidupan sehari-hari dapat
menerapkan 4M ini untuk mencegah terjadi peningkatan kasus DBD.
10
Menguras, Menyapa Abate) ini bermanfaat untuk mengingatkan kembali mengenai
DBD terutama mengenai pencegahan demam berdarah.
11
2.6.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal :-
Waktu : 08.00 – 10.30 WITA
Tempat : Desa Saba
Langkah – langkah pelaksanaan promosi Kesehatan:
1. Tim penyuluh meminta izin kepada kepala puskesmas dan pemegang
program.
2. Tim penyuluh berkoordinasi dengan pemegang program untuk melakukan
penyuluhan berbarengan kepada masyarakat desa di desa Saba
3. Memperkenalkan diri kepada kepala desa serta menjelaskan tujuan
kegiatan.
4. Pemberian materi oleh Dokter Muda mengenai DBD.
5. Diskusi mengenai materi yang telah disampaikan
12
2.10 Jadwal Penyuluhan
Wakt Kegiatan Metode Fasilitator Alat
u dan bahan
08.00 Kumpul Diskusi Dokter -
WITA (30”) Tim penyuluh, Muda,
persiapan Perwakilan
Puskesmas
08.30 Menuju - - -
WITA (20”) lokasi
penyuluhan
08.50 Penerimaan oleh Diskusi Dokter -
WITA (10”) Desa Muda,
Perwakilan
Puskesmas, Desa
09.00 Penyuluhan Ceramah Dokter Poster
WITA (25”) dan diskusi di Muda dan PPT
desa
09.25 Tanya jawab Diskusi Dokter -
WITA (10”) Muda,
Perwakilan
Puskesmas
09.35 Penutupan - Dokter -
WITA (15”) Muda,
Perwakilan
Puskesmas
09.50 Kegiatan selesai - - -
WITA
13
1. Indikator Penilaian
Dukungan pihak UPT Puskesmas Blahbatuh II dalam membantu
koordinasi dengan pihak desa tempat diadakan PKM.
Ketepatan durasi waktu penyuluhan
Kelengkapan media penyuluhan berupa poster dan powerpoint.
Peserta penyuluhan kooperatif dan memahami materi.
2. Waktu Penilaian
Penilaian dilakukan selama dan sesudah pelaksanaan.
3. Cara Penilaian
Pelaksanaan dinilai dengan mengamati pelaksanaan, serta pemberian
feedback oleh peserta penyuluhan
4. Penilai
Dokter Muda
14
DAFTAR PUSTAKA
15