Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN

PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN


DEMAM BERDARAH DENGUE
UPT PUSKESMAS BLAHBATUH II

Oleh:

I Gede Indradika Pratama Putra (1902611102)


Jeremy Jonathan (1902611104)
Ni Luh Gede Apsari Pararesthi (1902611105)

Pembimbing :
Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes

DEPARTEMEN KESEHATAN MASYARAKAT DAN


KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, Proposal Promosi Kesehatan Penyuluhan Mengenai Pencegahan
Demam Berdarah Dengue” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
Program ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu
Kedokteran Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Periode 20 April 2020.

Semua tahapan penyusunan laporan ini dapat diselesaikan dengan sebaik-


baiknya berkat dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kesselaku dosen pembimbing, atas segala nasihat,
bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan Mini Literatur Review
Program Promosi Kesehatan SMD dan MMD “UPT. Puksesmas Blahbatuh II

2. dr. Made Eni Candrawati selaku Kepala Puskesmas Blahbatuh II Gianyar yang
senantiasa membimbing.

3. Para pemegang program di Puskesmas Blahbatuh II Gianyar atas segala


informasi dan kerja sama terkait dengan penyusunan laporan ini.

Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan dapat
menjadi inspirasi dalam perencanaan kegiatan dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia dan khususnya di Bali.

Denpasar, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PKM DI PUSKESMAS 4
2.1 Identifikasi Masalah 4
2.2 Analisis Masalah 5
2.3 Deskripsi Kegiatan 9
2.4 Kelompok Sasaran 9
2.5 Tujuan Penyuluhan 10
2.6 Strategi Pelaksanaan 10
2.6.1 Persiapan Pelaksanaan 10
2.6.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 11
2.7 Isi Penyuluhan 11
2.8 Metode Penyuluhan 11
2.9 Media Penyuluhan 11
2.10 Jadwal Penyuluhan 12
2.11 Rencana Evaluasi 12
2.11.1 Penilaian Proses 12
2.11.2 Penilaian Hasil 13
DAFTAR PUSTAKA 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-
tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama
untuk jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Penyakit DBD masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan penderita DBD tertinggi di Asia Tenggara.1 Sejak kasus DBD
pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968 tepatnya di Surabaya dan
Jakarta, angka kesakitan DBD menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.2

Host alami dari DBD adalah manusia dan agennya adalah virus dengue dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1,
Den-2, Den-3, Den-4. Penyakit DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi khususnya Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang tersebar hampir
di seluruh wilayah Indonesia.3 Masa inkubasi virus dengue dalam tubuh manusia atau
disebut juga fasa inkubasi intrinsik berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala
muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh,
sedangkan masa inkubasi ekstrinsik yang terjadi di dalam tubuh nyamuk berlangsung
sekitar 8-10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam
dengue (DF) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari,
adanya pendarahan diatesis ditandai dengan uji tourniquet positif, trombositopenia
dengan jumlah trombosit ≤100 x 109/L dan kebocoran plasma akibat peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.4

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, bulan Januari hingga


Oktober 2019, jumlah kasus mengalami peningkatan menjadi 110.921 kasus. Data
terakhir pada Tahun 2020, sejak 1 Januari sampai 4 April 2020 tercatat 39.876 kasus
DBD.5 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, sampai dengan

2
November 2019, jumlah kasus DBD mencapai 4.945 orang. Sementara pada 2018
lalu, jumlah kejadiannya hanya tercatat 897 orang. Dari data yang tercatat sebanyak
897 orang pada waktu itu, dua orang di antaranya meninggal dunia. Pada Tahun 2020
sendiri sesuai data, dari bulan januari hingga Maret 2020, tercatat ada sebanyak 1.433
kasus. Terkait sebaran kasus awal tahun 2020, Kabupaten Gianyar menempati
peringkat ketiga dengan 221 kasus.6

Pada 3 tahun terakhir ini kasus DBD terjadi peningkatan kasus di wilayah
kerja UPT Puskesmas Blahbatuh II. Pada tahun 2017 terdapat sebanyak 38 kasus
DBD, pada tahun 2018 terdapat sebanyak 10 kasus DBD dan pada tahun 2019
terdapat sebanyak 110 kasus. Sebagai pusat kesehatan primer, Puskesmas Blahbatuh
II memiliki 4 wilayah kerja yaitu Desa Saba, Desa Blahbatuh, Desa Bedulu dan Desa
Buruan. Pada tahun 2019 terjadi lonjakan besar dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, pada Desa Saba terdapat sebanyak 53 kasus dengan laki-laki sebanyak
27 kasus dan perempuan sebanyak 21 kasus, pada Desa Blahbatuh terdapat sebanyak
33 kasus dengan laki-laki sebanyak 17 kasus dan perempuan 16 kasus, Desa Buruan
terdapat sebanyak 8 kasus dengan laki-laki sebanyak 3 kasus dan perempuan
sebanyak 5 kasus, dan pada Desa Bedulu terdapat sebanyak 16 kasus dengan laki-laki
sebanyak 9 kasus dan perempuan sebanyak 7 kasus. Desa yang paling banyak terkena
DBD adalah desa Saba. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim menyebabkan
perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, sehingga berefek terhadap ekosistem
daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan terutama terhadap
perkembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk Aedes. Selain itu, faktor perilaku
dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan
mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana transportasi
menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas.1 Oleh
karena itu, penulis merasa penting untuk dilakukan penyuluhan mengenai DBD
terutama mengenai pencegahan DBD sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran dan menerapkan perilaku yang sesuai untuk pencegahan DBD. Selain itu

3
dengan penyuluhan ini diharapkan peserta dapat mengingatkan orang di sekitarnya
untuk menerapkan perilaku yang untuk mencegah DBD.

4
BAB II
PKM DI PUSKESMAS

2.1 Identifikasi Masalah

Virus dengue, penyebab demam dengue (DD), demam berdarah dengue


(DBD) dan dengue syok sindrom (DSS), termasuk dalam kelompok B Arthropod
Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4.1
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
DBD dan DSS merupakan bentuk parah dan kadang-kadang fatal dari demam
dengue. Pada DBD didapatkan tanda dan gejala demam dengue disertai adanya
kebocoran plasma yang ditunjukkan dengan peningkatan hematokrit atau
penumpukan cairan di rongga tubuh, sedangkan pada DSS terdapat seluruh tanda dan
gejala DBD disertai kegagalan sirkulasi.4

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah


tanah air. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah provinsi dan
kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan
382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009.1 Data dari Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Depkes RI
tahun 2009, mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2009 adalah 158.912
kasus dengan provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi dengan angka insiden (AI) DBD
tertinggi (313 kasus per 100.000 penduduk), sedangkan Nusa Tenggara Timur
merupakan provinsi dengan AI DBD terendah (8 kasus per 100.000 penduduk). Pada
tahun 2009, provinsi dengan AK tertinggi adalah Bangka Belitung (4,58%),
Bengkulu (3,08%) dan Gorontalo (2,2%) sedangkan AK yang paling rendah adalah
Sulawesi Barat (0%), DKI Jakarta (0,11%) dan Bali (0,15%). AK nasional telah
berhasil mencapai target di bawah 1%, namun sebagian besar provinsi (61,3%)
mempunyai AK yang masih tinggi di atas 1%.1 Pada 3 tahun terakhir ini kasus DBD
mengalami peningkatan yang signifikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Blahbatuh

5
II. Pada tahun 2019 di wilayah kerja UPT Puskesmas I Pekuatatan terdapat 110 kasus
DBD. Peningkatan yang signifikan ini dikarenakan adanya perubahan iklim, faktor
perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selama tahun 2019, di Desa Saba terdapat sebanyak 53 kasus dengan 27 kasus
laki-laki dan 21 kasus perempuan, di Desa Blahbatuh terdapat sebanyak 33 kasus
dengan laki-laki sebanyak 17 kasus dan perempuan 16 kasus, Desa Buruan terdapat
sebanyak 8 kasus dengan laki-laki sebanyak 3 kasus dan perempuan sebanyak 5
kasus, dan pada Desa Bedulu terdapat sebanyak 16 kasus dengan laki-laki sebanyak 9
kasus dan perempuan sebanyak 7 kasus. Desa yang paling banyak terkena kasus yaitu
Desa Saba.

2.2 Analisis Masalah

Penyakit DBD merupakan penyakit akibat virus dengue yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Manifestasi klinis infeksi virus dengue bisa
tidak bergejala (asimtomatik) dan bergejala (simtomatik). Infeksi virus dengue yang
bergejala (simtomatik) dapat dibagi menjadi demam dengue (DD), demam berdarah
dengue (DBD), dengue syok sindrom (DSS) dan expanded dengue syndrome (EDS).
Demam dengue (DD) merupakan kondisi demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39')
ditambah 2 atau lebih gejala /tanda penyerta seperti nyeri kepala, nyeri belakang bola
mata, nyeri otot dan tulang, ruam kulit, manesfestasi perdarahan, leukopenia
(leukosit≤ 5000 /mm), trombositopenia (trombosit<150.000/mm), penigkatan
hematokrit 5-10%. Demam berdarah dengue (DBD) adalah demam tinggi mendadak,
terus menerus berlangsung 2-7 hari, hari ke 3 demam mulai menurun, hari ke 3-6 fase
kritis terjadinya syok; perdarahan yang banyak (perdarahan kulit, petekie, purpura,
ekimosis dan perdarahan konjungtiva). Perdarahan yang lain (epitaksis, perdarahan
gusi, melena dan hematemisis), hepatomegali dan syok. Expanded dengue syndrom
(EDS) adalah kelebihan cairan, gangguan elektrolit, ensefalopati, encefalitis,

6
perdarahan hebat, gagal ginjal akut, haemolitik uremic syndrome. Kriteria
laboratorium yang digunakan adalah probable (apabila diganosis klinis diperkuat
oleh hasil pemeriksaan serologi antidengue dan atau penderita pernah tinggal/pernah
berkunjung ke daerah endemis DBD dalam kurun waktu masa inkubasi) dan
confirmed (apabila diagnosis klinis diperkuat dengan sekurang kurannya salah satu
pemeriksaan).7

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama
yang dilakukan untuk pemberantasan DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat
untuk membasmi virusnya belum tersedia Pemberantasan nyamuk atau pengendalian
vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor dengan
meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur
vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai
penularan penyakit. Berbagai metode pengendalian vektor DBD, yaitu:1

a. Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi masih paling populer baik bagi program


pengendalian DBD dan masyarakat. Penggunaan insektisida dalam pengendalian
vektor DBD bagaikan pisau bermata dua, artinya bisa menguntungkan sekaligus
merugikan. Insektisida kalau digunakan secara tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu
dan cakupan akan mampu mengendalikan vektor dan mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan dan organisme yang bukan sasaran. Golongan insektisida
kimiawi untuk pengendalian DBD adalah:1
 Sasaran dewasa (nyamuk): Organophospat (Malathion, methylpirimiphos),
Pyrethroid (Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine, Permethrine & S-
Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yang diaplikasikan
dengan cara pengabutan panas/Fogging dan pengabutan dingin/ULV.
 Sasaran pra dewasa (jentik) : Organophospat (Temephos/Abate).

7
b. Biologi

Pengendalian secara Biologis merupakan upaya pemanfaatan agent biologi


untuk pengendalian vektor DBD. Beberapa agen biologis yang sudah digunakan dan
terbukti mampu mengendalikan populasi larva vektor DB/DBD adalah dari kelompok
bakteri, predator seperti ikan pemakan jentik dan cyclop (Copepoda).1

c. Manajemen Lingkungan

Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan untuk


mengurangi bahkan menghilangkan habitat perkembangbiakan nyamuk vektor
sehingga akan mengurangi kepadatan populasi. Manajemen lingkungan hanya akan
berhasil dengan baik kalau dilakukan oleh masyarakat, lintas sektor, para pemegang
kebijakan dan lembaga swadaya masyarakat melalui program kemitraan. Upaya
pengelolaan lingkungan sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan
atau dikenal sebagai source reduction seperti 3M plus (menguras, menutup dan
memanfaatkan barang bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator,
menabur larvasida dan lain- lain); dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga
kebersihan lingkungan rumah, mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab).
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN1

Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan


Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3 M
plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini harus
dilakukan secara luas/serempak dan terus menerus/berkesinambungan. Tujuan PSN-
DBD adalah mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan
DBD dapat dicegah atau dikurangi. Sasarannya adalah semua tempat perkembiakan
nyamuk, seperti tempat penampungan air untuk kebutuhan sehari-hari atau tempat
penampungan air alamiah. Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%

8
diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. PSN- DBD dilakukan
dengan cara “3M-Plus”, 3M yang dimaksud yaitu:1

 Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak


mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan,
dan lain-lain (M2)
 Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).

Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:

 Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.
 Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
 Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain.
 Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit
dikurasatau di daerah yang sulit air.
 Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air.
 Memasang kawat kasa.
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
 Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
 Menggunakan kelambu.
 Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
 Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.

Dari data yang sudah disajikan pada identitas masalah, dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah kasus demam berdarah dengue
selama 3 tahun terakhir di wilayah kerja UPT Puskesmas Blahbatuh II terutama di
Desa Saba sehingga penting untuk dilakukan penyuluhan mengenai DBD terutama
langkah-langkah pencegahan demam berdarah untuk meningkatkan kesadaran
mengenai pencegahan demam berdarah.

9
2.3 Deskripsi Kegiatan
Kegiatan promosi kesehatan yang akan dilakukan di Puskesmas Blahbatuh II
merupakan suatu kegiatan penyuluhan. Dalam arti umum penyuluhan adalah ilmu
sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.
Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa
yang mana merupakan suatu keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi
informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat
sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
Dalam penyuluhan yang akan dilakukan di Puskesmas Blahbatuh II akan
membahas mengenai pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dimana pada
penyuluhan nanti akan membahas lebih detail mengenai pengertian DBD, penyebab
DBD, tanda dan gejala DBD, serta pencegahan dan pemberantasan DBD melalui
metode 4M yaitu Mengubur, Menutup, Menguras, dan Menyapa Abate. Lebih
jelasnya warga diedukasi untuk mengubur barang-barang bekas yang kotor dan
berpotensi menjadi tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air,
menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, dan Menyapa Abate
(Mengenalkan Nyamuk Kepada Abate) dengan membagikan abate kepada warga dan
mengedukasi penggunaan abate yang berfungsi untuk membunuh larva nyamuk dan
abate aman untuk digunakan. Diharapkan warga dalam kehidupan sehari-hari dapat
menerapkan 4M ini untuk mencegah terjadi peningkatan kasus DBD.

2.4 Kelompok Sasaran


Sasaran kegiatan penyuluhan kami adalah warga Desa Saba Kecamatan
Blahbatuh, Kabupaten Gianyar yang merupakan salah satu desa cakupan Puskesmas
Blahbatuh II. Menurut pembagiannya Puskesmas Blahbatuh II memiliki cakupan
desa yang terdiri dari desa Saba, Blahbatuh, Buruan, Bedulu. Pertama hal yang harus
dilakukan ialah meninjau desa mana yang memiliki kauss demam berdarah dengue
terbanyak yang mana data pada tahun 2019 menunjukkan desa Saba memiliki kasus
DBD terbanyak sebanyak 53 kasus. Penyuluhan melalui 4M (Mengubur, Menutup,

10
Menguras, Menyapa Abate) ini bermanfaat untuk mengingatkan kembali mengenai
DBD terutama mengenai pencegahan demam berdarah.

2.5 Tujuan Penyuluhan


A. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka kejadian
DBD berikutnya di wilayah kerja UPT Puskesmas Blahbatuh II.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan warga desa mengenai demam berdarah dan
cara-cara untuk pencegahan demam berdarah dengue.
2. Meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan dan
perilaku hidup sehat untuk pencegahan demam berdarah dengue serta
mengingatkan kepada anggota keluarga maupun orang di sekitarnya untuk
berperilaku yang sesuai untuk mencegah DBD.

2.6 Strategi Pelaksanaan


2.6.1 Persiapan Pelaksanaan
1. Berdiskusi dengan pemegang Program Kesehatan UPT Puskesmas
Blahbatuh II.
2. Mempersiapkan materi penyuluhan berupa poster dan powerpoint yang
berisi informasi dan penjelasan yang relevan mengenai demam berdarah.
3. Penguasaan materi penyuluhan.
4. Penguasaan cara-cara komunikasi atau penyampaian pesan kepada
masyarakat.

11
2.6.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal :-
Waktu : 08.00 – 10.30 WITA
Tempat : Desa Saba
Langkah – langkah pelaksanaan promosi Kesehatan:
1. Tim penyuluh meminta izin kepada kepala puskesmas dan pemegang
program.
2. Tim penyuluh berkoordinasi dengan pemegang program untuk melakukan
penyuluhan berbarengan kepada masyarakat desa di desa Saba
3. Memperkenalkan diri kepada kepala desa serta menjelaskan tujuan
kegiatan.
4. Pemberian materi oleh Dokter Muda mengenai DBD.
5. Diskusi mengenai materi yang telah disampaikan

2.7 Isi Penyuluhan


1. Pengertian demam berdarah dengue
2. Penyebab demam berdarah dengue
3. Tanda dan gejala demam berdarah dengue
4. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue
5. Diskusi mengenai materi yang telah disampaikan

2.8 Metode Penyuluhan


Metode yang akan digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD)
yaitu tim penyuluh akan memberikan informasi kemudian tanya jawab dengan
masyarakat desa mengenai DBD terutama langkah-langkah pencegahan demam
berdarah secara lisan dan visual.

2.9 Media Penyuluhan


Dalam menunjang dan mempermudah penyampaian materi, maka
digunakan media poster dan powerpoint sebagai sarana penunjang.

12
2.10 Jadwal Penyuluhan
Wakt Kegiatan Metode Fasilitator Alat
u dan bahan
08.00 Kumpul Diskusi Dokter -
WITA (30”) Tim penyuluh, Muda,
persiapan Perwakilan
Puskesmas
08.30 Menuju - - -
WITA (20”) lokasi
penyuluhan
08.50 Penerimaan oleh Diskusi Dokter -
WITA (10”) Desa Muda,
Perwakilan
Puskesmas, Desa
09.00 Penyuluhan Ceramah Dokter Poster
WITA (25”) dan diskusi di Muda dan PPT
desa
09.25 Tanya jawab Diskusi Dokter -
WITA (10”) Muda,
Perwakilan
Puskesmas
09.35 Penutupan - Dokter -
WITA (15”) Muda,
Perwakilan
Puskesmas
09.50 Kegiatan selesai - - -
WITA

2.11 Rencana Evaluasi


2.11.1 Penilaian Proses

13
1. Indikator Penilaian
 Dukungan pihak UPT Puskesmas Blahbatuh II dalam membantu
koordinasi dengan pihak desa tempat diadakan PKM.
 Ketepatan durasi waktu penyuluhan
 Kelengkapan media penyuluhan berupa poster dan powerpoint.
 Peserta penyuluhan kooperatif dan memahami materi.
2. Waktu Penilaian
Penilaian dilakukan selama dan sesudah pelaksanaan.
3. Cara Penilaian
Pelaksanaan dinilai dengan mengamati pelaksanaan, serta pemberian
feedback oleh peserta penyuluhan
4. Penilai
Dokter Muda

2.11.2 Penilaian Hasil


1. Indikator Penilaian
 Pertanyaan dari peserta penyuluhan saat sesi tanya jawab.
 Kesadaran peserta penyuluhan tentang pencegahan demam berdarah
meningkat dengan peningkatan kebersihan lingkungan.
2. Waktu Penilaian
Penilaian dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan
3. Cara Penilaian
Menggunakan pertanyaan kepada peserta penyuluhan secara lisan
4. Penilai
Dokter Muda

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Buletin Jendela Epidemiologi.


Kementerian Kesehatan; 2010.
2. Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI; 2017.
3. Aryu C. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor
Risiko Penularan. Aspirator. 2010;2(2):110-119.
4. Hasan S, Jamdar S, Alalowi M, Al Ageel Al Beaiji S. Dengue virus: A global
human threat: Review of literature. Journal of International Society of
Preventive and Community Dentistry. 2016;6(1):1.
5. Kementrian Kesehatan RI. Kesiapsiagaan Menghadapi Peningkatan Kejadian
Demam Berdarah Dengue Tahun 2019 | Direktorat Jendral P2P [Internet].
P2p.kemkes.go.id. 2019 [cited 29 April 2020]. Available from:
http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-kejadian-
demam-berdarah-dengue-tahun-2019/.
6. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Bali. Profi Kesehatan Provinsi Bali
2018. Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2018.
7. Dinas Kesehatan Gianyar. Kesiapan Kabupaten Gianyar Dalam Menghadapi
Lonjakan Kasus DBD [Internet]. Dinkes-gianyarkab.info. 2020 [cited 26
April 2020]. Available from: http:/dinkes-
gianyarkab.info/index.php/informasi/berita/item/42-kesiapan-kabupaten-
gianyar-dalam-menghadapi-lonjakan-kasus-dbd.

15

Anda mungkin juga menyukai