Makalah
Disusun Oleh:
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
Trend dan Issu Keperawatan Gerontik dapat tersusun hingga selesai. Serta tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
pembaca. Kedepannya kami berharap ada penelitian yang dapat menambah isi serta
memperbaiki bentuk makalah agar dapat disempurnakan.
Tidak lupa kami sampaikan bahwa makalah ini masih banyak kekuragan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar pengetahuan bagi peneliti
dalam melakukan kajian ilmiah mengenahi pengaruh pemberian manajemen
kecemasan terhadap kecemasan lansia.
1.5 Batasan Istilah Penelitihan
1. Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan
adanya beberapa perubahan dalam hidup. Usia tua dialami dengan cara yang
berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua
dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi
mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad
berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang
berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontak,penolakan,dan keputusan.
2. Kecemasan adalah suatu keadaan yang diatandai dengan perasaan ketakutan dan
bingung yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya
hiperaktivitas sistem otonom. Tanda-tanda kecemasan menurut Hawari ( 2001 )
secara fisik : ( 1 ) tegang, ( 2 ) gelisah, ( 3 ) gemetar, ( 4 ) denyut nadi bertambah
cepat, ( 5 ) peraan berdebar-debar, ( 6 ) rasa ingin muntah atau mual, ( 7 ) keringat
mengucur terus. Secara psikis ( 1 ) rasa lemah ( 2 ) tidak mampu.
3. Manajemen kecemasan adalah manjemen yang dirancang untuk terapi.
Manajemen kecemasan bertujuan untuk membantu klien mengurai beban perasaan
dan pikiran serta dapat membantu klien untuk untuk mengubah situasi yang ada
demi kesembuhan klien itu sendiri. Serta membantu menikatkan kemampuan
koping.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas ( Notoatmojo, 2007 ). Sedangkan dalam bukunya Hardywinoto ( 2005 ) mengatakan
yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas. Batasan lanjut usia menurut dokumen perkembangan lanjut usia dalam
kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan
hari lanjut usia nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas umur lanjut usia
adalah 60 tahun atau lebih ( Setiabudi, 1999 dalam Setiadi 2005 ).
Ada beberapa pembagian lansia, antara lain : menurut Depkes RI, WHO, dan menurut
pasal 1 Undang – undang No. 4 tahun 1965.
a) Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh
individu (Stuart & Sundeen, 1991). Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra
tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene seseorang.
b) Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang individu berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Praktik hygiene lansia dapat berubah
dikarenakan situasi kehidupan. Misalnya, lansia yang tinggal di rumah perawatan
tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungan yang baru. Mereka tidak
mempunyai kemampuan fisik untuk membungkuk keluar masuk bak mandi kecuali
kamar mandi telah dibentuk untuk mengakomodasi keterbatasan fisik mereka.
c) Status sosioekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan
yang digunakan. Dari segi ekonomi, harus diperhatikan apakah individu dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi, dan
kosmetik. Sedangkan dari aspek sosial dilihat apakan penggunaan produk-produk
tersebut merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok
sosial individu.
d) Pengetahuan
Pengetahuan akan pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktek hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah
cukup. Seseorang juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri sehingga
akan terus meningkatkan perawatan dirinya
e) Variabel kebudayaan
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene.
Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri yang
berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan definisi tentang
kesehatan dan perawatan diri.
f) Pilihan pribadi
Menurut pilihan dan kebutuhan pribadi, setiap individu memiliki keinginan dan
pilihan tentang kapan untuk melakukan perawatan diri dan bagaimana ia
melakukannya.
g) Kondisi fisik
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang
kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan peranan-peranan sosialnya.
Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain.