Anda di halaman 1dari 13

Trend dan issue komunikasi

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi keperawatan

Disusun Oleh:

Sister Hindayani (031)

Ni kadek Manik Dewani (033)

Ni Putu diah suri (035)

Nurul Musyarofah (037)

Prisdi Setiawan (039)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

Program Studi S1 Keperawatan

Banyuwangi April 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah Trend
dan issue komunikasi dapat tersusun hingga selesai. Serta tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
pembaca. Kedepannya kami berharap ada penelitian yang dapat menambah isi serta
memperbaiki bentuk makalah agar dapat disempurnakan.

Tidak lupa kami sampaikan bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun.

Banyuwangi,20 April 2019

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam
tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka
keperawatan dituntut untuk peka terhadap perunahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat (Potter dan Perry,2005)
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila
memberikan kepuasan kepada pasie. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan
kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran
komunikasi antara petugas kesehatan (termasuk Dokter) dengan pasien. Hal ini berarti
pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja,
melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi
sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses
penyembuhan (Muharamiatul,2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
bagaimna berhubungan dengan orang lain (Mundakir, 2006).

1.2.Tujuan
Tujuan Umum
1.Untuk mengetahui dan memahami manajemen keperawatan yaitu tentang Trend dan
Issu Komunikasi dalam pelayanan kesehatan

Tujuan Khusus
1.Mampu memahami dan mengetahui tentang Trend dan Issu komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.
2.Mampu memahami dan mengetahui tentang komunikasi dalam pelayanan
kesehatan.
3.Mampu memahami dan mengetahui tentang pentingnya komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.
4.Mampu memahami dan mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi
komunikasi.
5.Mampu memahami dan mengetahui tentang pemahaman kolaborasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Issu Dan Trend Dalam Pelayanan Kesehatan


Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
trend juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang populer dikalangan masyarakat. Jadi trend adalah sesuatu
yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
(Muharamiatul, 2012).
Sedangkan Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter,
sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis. Atau sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak namun belum
jelas faktanya atau buktinya (Muharamiatul, 2012)
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
bagaiman berhubungan dengan orang lain (Mundakir, 2006)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memlihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit
merupakan salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Potter dan
Perry, 2005).

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Issu dan Trend

1. Faktor Agama dan Istiadat


Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan
proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih
mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya

2.Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini
antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan. Perkembangan sosial dan budaya juga
berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya
berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan
pendekatan tim kesehatan.

3.Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan
telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan
ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-
bahan/pbat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dpat diperpanjang
usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil
dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan
pertanyaan yang berhubungan dengan etika.

4.Faktor Hak-Hak pasien


Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak
merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsejuensi dan
kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga
negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien secara luas dikenal menurut
megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan
berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan
keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed concent, hak
untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak untuk
mempunyai pendapat kedua, hak untuk diperlakukan dengan hormat.

2.3. Konsep Issu dan Trend dalam Keperawatan

1.Menghargai keyakinan klien menurut budayanya


perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetapi tetap melaksakan
tindakan untuk perawatan klien dengan mengganti dengan alternatif lain. Misalnya klien
yang tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti dengan
obat herbal yang telah terbukti pengobatannya.

2.Menghentikan kebiasaan buruk


Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan, maka
perawat harus dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat membahayakan klien
dan terapi penyembuhan dapat mengalami kegagalan.

3.Mengganti kebiasaan pengobatan yang buruk


Bagi masyarakat jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit
melalui “japa mantera”, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien untuk
mengobatinya.
2.4. Nilai-Nilai Dalam Issu dan Tren

1.Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari:
a) Body of Knowledge
b) Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c) Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2.Nilai Komitmen Moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic dan memperhatikan kode


etik keperawatan. Menurut Beaucamp & Walter (1998) pelayanan profesional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat

Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara


mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa
perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian
mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi
pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang.

2.5. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan

dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap

individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman

yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari

suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan

integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem social (Muharamiatul, 2012).

Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat

1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan intraksi

dengan klien.

2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara

terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang berdampak

terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang

mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk

meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim

keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah

melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam

melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan

menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal (Mundakir, 2006).

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Muharamiatul (2012), faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain :

1. Situasi atau suasana

Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik atau tidaknya pesan

diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung

membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi

dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi

yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat

pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga

kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan
baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat,

melainkan pada perasaan sedihnya.

2. Kejelasan pesan

Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas

dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda

persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan

komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum

menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan

kalimat yang jelas.

2.7. Issu dan Trend Komunikasi dalam Keperawatan

Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup

lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam memendang

pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan

proses kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan

kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya

lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika

hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing Center

(ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter dengan

perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien.

Terdapat hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang

didapatkan pasien.

Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan

institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang
membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat

ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi

sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak

pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.

Dari hasil berbagai penelitian di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter. Perawat bekerja

memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan

secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada.

Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan

swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi,

diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional,

perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung. Isu tersebut jika

tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi

kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat

upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012).

2.8. Anggota Tim Interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang mempunyai

aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya

konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan

meliputi: pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh

karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling

menghargai antar sesama anggota tim.

Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat

menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi

kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.

Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan.

Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagai membuat refelan pembarian

pengobatan.

Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa beberapa

alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim mendukung

pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar

didengar dan konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh

dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa etiap anggota

bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang

relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas

kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam perawatan pasien,

mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalammenyelesaikan permaslahan.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional, kolegalitas,

komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas menekankan pada saling

menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada

menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen menyarankan konsep dengan ari

yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai sutu hubungan yang menfalitasi suatu proses

dinamis antar orang-orang ditandai oleh keinginan maju mencapai tujuan dan kepuasan setiap

anggota. Kepercayaan adlah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya,

kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindari dari tanggung jawab, terganggunya

komunikasi. Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam

kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik

professional.

2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.


3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.

4. Meningkatnya kohensifitas antar professional.

5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.

6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.

Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter, perawat perlu

mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi professional. Status yuridis seiring

perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter yang sangt kompleks.

Tanggung jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu,

malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para

pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit.

Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan memperluas sruktur organisasi agar dapat

mengantisipasi perubahan.

Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu ditunjang

oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga

menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu

perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan

perawat terjadi secara efektif. Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan

kesenjangan professional dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan

dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau minimal

melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di

definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang

popular di kalangan masyarakat.

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa

mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,

bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan

individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi

terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap

stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan

Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk STIkes Muhamadiyah

Pringsewu pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.

2. Bagi Mahasiswa
Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran umum tentang

trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan mahasiswa mampu melihat

kejadian yang terjadi dilapangan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Awalia Muharamiatul. 20012. Trend dan Issu Pelayanan Kesehatan.


http://awalia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses Minggu, 23 Oktober 2016, pukul 20.00 WIB.

2. Mundakir. 2006. Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta: Graha Ilmu.

3. Potter A. particia dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai