Makalah
Disusun Oleh:
Puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah Trend
dan issue komunikasi dapat tersusun hingga selesai. Serta tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
pembaca. Kedepannya kami berharap ada penelitian yang dapat menambah isi serta
memperbaiki bentuk makalah agar dapat disempurnakan.
Tidak lupa kami sampaikan bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.Tujuan
Tujuan Umum
1.Untuk mengetahui dan memahami manajemen keperawatan yaitu tentang Trend dan
Issu Komunikasi dalam pelayanan kesehatan
Tujuan Khusus
1.Mampu memahami dan mengetahui tentang Trend dan Issu komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.
2.Mampu memahami dan mengetahui tentang komunikasi dalam pelayanan
kesehatan.
3.Mampu memahami dan mengetahui tentang pentingnya komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.
4.Mampu memahami dan mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi
komunikasi.
5.Mampu memahami dan mengetahui tentang pemahaman kolaborasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini
antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan. Perkembangan sosial dan budaya juga
berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya
berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan
pendekatan tim kesehatan.
1.Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari:
a) Body of Knowledge
b) Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c) Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan
dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap
individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman
yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari
suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan
integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem social (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan intraksi
dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara
terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang berdampak
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang
mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim
keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah
melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam
Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik atau tidaknya pesan
diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung
membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi
dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi
yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat
pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga
kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan
baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat,
2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas
dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda
persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum
menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan
Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam memendang
proses kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan
kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing Center
(ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter dengan
perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien.
Terdapat hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang
didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan
institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang
membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat
ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi
sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak
pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil berbagai penelitian di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter. Perawat bekerja
memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan
secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada.
Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan
swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi,
diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional,
perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung. Isu tersebut jika
tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi
kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat
aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya
konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan
meliputi: pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh
karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat
menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi
kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan.
Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagai membuat refelan pembarian
pengobatan.
Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa beberapa
alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim mendukung
pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar
didengar dan konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh
dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa etiap anggota
bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang
relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas
kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam perawatan pasien,
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional, kolegalitas,
komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas menekankan pada saling
menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada
menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen menyarankan konsep dengan ari
yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai sutu hubungan yang menfalitasi suatu proses
dinamis antar orang-orang ditandai oleh keinginan maju mencapai tujuan dan kepuasan setiap
anggota. Kepercayaan adlah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindari dari tanggung jawab, terganggunya
komunikasi. Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam
kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
professional.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter, perawat perlu
mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi professional. Status yuridis seiring
perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter yang sangt kompleks.
Tanggung jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu,
malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para
pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit.
Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan memperluas sruktur organisasi agar dapat
mengantisipasi perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu ditunjang
oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga
menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu
perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan
perawat terjadi secara efektif. Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan
dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau minimal
A. Kesimpulan
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di
definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa
mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi
terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap
stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk STIkes Muhamadiyah
2. Bagi Mahasiswa
Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran umum tentang
trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan mahasiswa mampu melihat
2. Mundakir. 2006. Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta: Graha Ilmu.
3. Potter A. particia dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC.