Anda di halaman 1dari 23

BAB I

TREN DAN ISSU SECARA UMUM DALAM KEPERAWATAN

Definisi Trend dan Issue


1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di
definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh
banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk
ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan
masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang
maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat
khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan,
disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi,
kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam
keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan
implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global
internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya,
memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum
menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat
professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan
S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan ( standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat
untuk semua pada tahun 2020 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan
professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan
keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang
menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini
masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang
pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi
praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam
memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan
konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta
kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan
mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu
organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan
kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri
ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya
pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan
dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang
terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan
ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan
dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha
menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan
kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak
otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat
memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian
mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi
profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran,
fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab
terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien
2. Definisi Issue
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada
masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan
nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu adalah sesuatu yang
sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya
Beberapa issue keperawatan pada saat ini :
• EUTHANASIA : Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal
yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya.
Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal demikian tidak
terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian
tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi
sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal
tersebut terjadi.
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika
tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu
yang akan mengakhiri hidupnya.
3. Definisi Trend dan Issu Keperawatan
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak orang tentang
praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu
keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalah Aborsi,
Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkut
keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.

B. Bentuk-Bentuk Trend dan Issue


1. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang
yang meliputi:
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan,
jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat,
meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan
mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik
sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru
diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini
disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta
sarana prasarana yang masih belum memadai.
Definisi lain dari telenursing :
b.1. Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan
sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan
atau komputer.
b.2 Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana
ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai
bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis,
seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
b.3. Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications
technology (National Council of State Boards of Nursing).
b.4. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan
video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)7)

2. Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa


Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat
dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau
tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya adalah sebagai berikut :
• Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
• Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
• Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
• Kecenderungan situasi di era global
• Kecenderungan penyakit jiwa
• Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
• Kecenderungan penyakit jiwa
• Meningkatnya masalah psikososial
• Trend bunuh diri pada anak
Masalah AIDS dan NAPZA
Pattern of parenting
• Perspektif life span history
• Kekerasan
• Masalah ekonomi dan kemiskinan

3. Trend dan issue keperawatan komunitas


Tren yang sedang dibicarakan adalah:
1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada beberapa nama
seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock telah mempengaruhi
dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di hargai sebagai kelompok.
Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada perwat mengenai masalah keperawatan
komunitas.
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan seseorang
untuk memihak pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan dari pihak tersebut
membentuk hasil yang diinginkan (Rogge,1987).
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan
poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990) . Keterlibatan perawat dalam politik
mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam kurikulum keperawatan, organisasi professional,
dan tempat perawtan professional. Organisasi keperawatan mampu memgabungkan semua upaya
seperti pada Nursing Agenda For Healt Care Reform (Tri-council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan, sosialisasi dini,
berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik klinik, dan menjalankan
tempat pelayanan kesehatan.
2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan
Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin berkembang dan
dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran perawat kesehatan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan
datang karena mengikuti perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat
berpengaruh pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat
diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan,
ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Komponen–komponen perubahan dalam masyarakat
1. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan perubahan
dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi usia, penyebarannya, dan
kepadatan penduduk kota besar.
2. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan penyakit
menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker, depresimental dan ansietas,
stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini marak adalah
penyalahgunaan narkotika.

3. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan industrialisasi


serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahan-perubahan sikap, niali,
gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat baru, masalh individu, dan
masyarakat.

4. Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan meningkatkan juga


harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan kesehatanpola pelayanan kesehatan
yang baru akan meningkatkan pencpaian kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000.

5. Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang pada
perawat.
6. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Banyak
pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan pada rehabilitasi,
kesehatan jiwa, dan lain-lain.

C. Manfaat Trend Dan Issue Dalam Keperawatan


Pemanfaatan tekhnologi telehealth mempunyai banyak manfaat dan keuntungan bagi berbagai
pihak diantaranya pasien, petugas kesehatan dan pemerintah. Aspek kemudahan dan peningkatan
jangkauan serta pengurangan biaya menjadi keuntungan yang bisa terlihat secara langsung
Dengan adanya kontribusi telehealth dalam pelayanan keperawatan di rumah atau homecare,
akan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga, perawat, instansi
pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan.
Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth dalam bidang keperawatan banyak
sakali tantangan dan hambatannya misalnya: faktor biaya, sumberdaya manusia, kebijakan dan
perilaku.
Peluang Perawat dalam Memanfaatkan Trend Issue Jurnal
Perawat sangat berpeluang dalam menerapkan teknologi Telenursing ini dimana perawat dapat
memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan baik. Telenursing adalah penggunaan tekhnologi dalam keperawatan untuk
meningkatkan perawatan bagi pasien (Skiba, 1998) Telenursing menggunakan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Teknologi
berupa saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan
signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak
jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau computer. Salah satu
contoh program tlehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif
untuk hubungan antara lanjut usia di rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data
data pasien secara elektronik dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan,
perawat akan melakukan kunjungan ke pasien.

D. Faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan Kritis

1.Faktor agama dan adat istiadat.


Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan etis.
Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah agama
yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua dan semakin
banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang
dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia
harus beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang Maha
Esa, dimana di Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama. Setiap warga
negara diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.

2.Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional.
Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.

3.Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi.


Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang telah dicapai
meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang
usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan
bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang
usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti
dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan etika.

4.Faktor legislasi dan keputusan juridis.


Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi
merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum
dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang
menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu, dan
perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-undangan lama
atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.

5.Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik. Untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.

6.Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu keputusan. Tidak
semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus diselesaikan dengan
keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering
mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan
sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.

7.Faktor Kode etik keperawatan.


Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan salah satu
ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan dan
peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari
masyarakat telah diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut
etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-permasalahan etis.

8.Faktor Hak-hak pasien.


Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak merupakan
suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi.

Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-
hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak
untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk
diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang
menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan
hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera
yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi
kematian dengan bangga.

E. Peran Perawat Terhadap Trend Issue

Peran perawat dalam peerapan trend issue pada yaitu dapat melakukan perannya sebagai pembari
asuhan keperawatan (Care giver) dengan lebih baik. Pemberian asuhan keperawatan akan lebih
baik dengan adanya Telehealth atau Telenursing yang berbasis teknologi. Dengan adanya
telnologi telenursing ini perawat hendaknya dapat melakukan tindakan keperawatan dengan lebih
efisien dan tepat. Dengan demikian Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan dengan
asuhan keperawatannya dituntut semakin profesional dan mengedepankan perkembangan
teknologi kesehatandalam memberi pelayanan kesehtan. Dengan memanfaatkan kecanggihan
tekhnologi, asuhan keperawatan tersebut bisa diberikan hasil yang lebih baik. Perawat juga dapat
melakukan perannya sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lain dengan memanfaatkan
komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan kepada pasien lebih meningkat.
BAB II
TREND DAN ISSU SISTEM PERKEMIHAN

A. TREND DAN ISSUE GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN


1. ISK
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat
menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli.
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan. Salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
memperoleh akses ke kandung kemih (Corwin, 2007).
Sistitis (infeksi saluran kemih bawah) adalah inflamasi kandung kemih yang
paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya aliran
balik urine dari uretra kedalam kandung kemih (refluks uretrovesical), kontaminasi
fekal, atau penggunaan kateter atau sistoskop. Sistitis pada pria merupakan kondisi
sekunder akibat beberapa faktor (mis., prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu
pada kandung kemih).
Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi.
Beberapa penelitian menyebutkan, infeksi saluran kemih merupakan 40% dari seluruh
infeksi nosokomial dan dilaporkan 80% infeksi saluran kemih terjadi sesudah
instrumentasi, terutama oleh kateterisasi (Marlina, 2013).
Walaupun kesakitan dan kematian dari infeksi saluran kemih berkaitan
dengan kateter dianggap relatif rendah dibandingkan infeksi nosokomial lainnya,
tingginya prevalensi penggunaan kateter urin menyebabkan besarnya kejadian infeksi
yang menghasilkan komplikasi infeksi dan kematian. Berdasarkan survei di rumah
sakit Amerika Serikat tahun 2002, kematian yang timbul dari infeksi saluran kemih
diperkirakan lebih dari 13.000 (2,3% angka kematian). Sementara itu, kurang dari 5%
kasus bakteriuria berkembang menjadi bakterimia. Infeksi saluran kemih yang
berkaitan dengan kateter adalah penyebab utama infeksi sekunder aliran darah
nosokomial. Sekitar 17% infeksi bakterimia nosokomial bersumber dari infeksi
saluran kemih, dengan angka kematian sekitar 10% (Gould & Brooker, 2009).
Kateter urin adalah penyebab yang paling sering dari bakteriuria. Risiko
bakteriuria pada kateter diperkirakan 5% sampai 10% per hari. Kemudian diketahui,
pasien akan mengalami bakteriuria setelah penggunaan kateter selama 10 hari. Infeksi
saluran kemih merupakan penyebab terjadinya lebih dari 1/3 dari seluruh infeksi yang
didapat di rumah sakit. Sebagian besar infeksi ini (sedikitnya 80%) disebabkan
prosedur invasif atau instrumentasi saluran kemih yang biasanya berupa kateterisasi
(Smeltzer & Bare, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Afsah (2008), tentang “tingkat
kejadian infeksi saluran kemih pada pasien dengan terpasang kateter urin di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta”, menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat angka
infeksi saluran kemih sebanyak 20%.
Berdasarkan data rekam medis di RSUDZA Banda Aceh (2009-2011),
diketahui terjadi peningkatan kasus infeksi saluran kemih tiap tahunnya, dengan rata-
rata pertahun terdapat 75 kasus. Dari hasil pengamatan peneliti pada minggu kedua
bulan April 2012 lalu di ruang rawat inap penyakit dalam RSUDZA Banda Aceh
diketahui adanya keluhan dari beberapa pasien mengenai pemasangan kateter, Yaitu 3
dari 5 pasien yang sedang memakai kateter mengeluh adanya nyeri dan kemerahan
pada area yang dipasang kateter, dan juga terlihat urin yang terdapat di dalam kantong
penampung agak berkabut.
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya merupakan salah satu rumah sakit yang
telah membentuk Komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi). Berdasarkan
laporan surveilans Komite PPI angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit
Haji Surabaya mengalami kenaikan pada tahun 2012 hingga 2014 yaitu: 0,05% pada
tahun 2012, 0,15% pada tahun 2013, dan 0,37% pada tahun 2014.
2. Batu Saluran Kemih
Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita oleh
masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi disamping
infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat jinak. Penyakit ini dapat menyerang
penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian
penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di Amerika serikat dam eropa 5-
10% penduduknya satu kali dalam hidupnya pernah menderita penyakit saluran
kemih, bahkan pada laki-laki angka ini lebih tinggi yaitu 10-20%. Angka kejadiannya
laki-laki dibanding perempuan sebesar 3 dibanding 1, usia terjadinya batu antara 20
tahun sampai 40-50 tahun dimana merupakan usia produktif. Lebih kurang dua
pertiga dari pasien batu pada anak adalah batu kandung kemih. Biasanya banyak
didapatkan pada umur 2-7 tahun dan kebanyakan pada anak laki-laki. ( Smith, 2000).
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak dari pada wanita. Hal
ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu
pada wanita lebih rendah dari pada laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan
penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki.
( Kimata, 2012).
Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60
tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20
tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun dan di
Indonesia antara 30-60 tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya
perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya dan diet.
Jenis batu saluran kemih terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di
Semarang 53,3%, Jakarta 72%. Manifestasi batu saluran kemih dapat berbentuk rasa
sakit yang ringan sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan gagal ginjal.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam sistem
kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus ginjal atau infeksi
dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut menyebabkan nyeri karena dilatasi
sistem sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter
atau dinding pelvis ginjal yang disertai edema dan penglepasan mediator sakit.
Sekitar 60-70% batu yang turun spontan sering disertai dengan serangan kolik
ulangan (Lozanovsky, 2011 ).
Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi
ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut
bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal,
bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kemih akan menjadi
masalah yang semakin besar di Indonesia, sehubungan dengan perbaikan taraf hidup
rakyat dengan adanya Program Perbaikan Gizi oleh Pemerintah. Kejadian batu
saluran kemih di Amerika Serikat dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan sekitar 5-10%
penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, di Eropa Utara 3-
6%, sedangkan di Eropa Bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7%
dan di Taiwan 9,8% sedangkan di Indonesia sampai saat ini angka kejadian batu
saluran kemih yang sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per
tahun. Jumlah penderita baru saluran kemih di sub bagian urologi Rumah Sakit DR.
Sardjito periode Januari 1994 – Desember 2005 yaitu sebesar 1028 pasien, dengan
jenis kelamin 694(67%) laki-laki dan 334(32,5%) wanita. Di Jakarta dilaporkan
34,9% kasus urologi adalah batu saluran kemih. Analisis jenis batu saluran kemih di
Yogyakarta didapatkan paling banyak batu Kalsium yaitu Kalsium Oksalat (56,3%),
Kalsium Fosfat 9,2%, Batu Struvit 12,5%, Batu Urat 5,5% dan sisanya campuran
(Isarifin, 2008) .
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah asam urat,
kalsium, oksalat, magnesium, ammonium, fosfat, sistin, dan xantin. Unsur-unsur
tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi bergabung membentuk susunan kimia batu
campuran. Senyawa kimia tersebut dapat sebagai asam urat, kalsium oksalat, kalsium
fosfat, magnesium ammonium fosfat dan sistin. Insiden batu urat dan oksalat akan
tinggi pada orang-orang dengan kebiasaan makan sayuran, rempahrempah dan saos.
Sedang batu kalsium akan tinggi pada kebiasaan minum susu , es krim, keju, dan
makan beberapa jenis buah polongan yang mempunyai kandungan kalsium tinggi.
Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh hiperkalsiuria idiopatik, hiperparatiroidisme
primer, Intoksikasi vitamin D, Sindrom Cushing, Sindrom alkali susu, asidosis
tubuler ginjal, sarkoidosis, imobilisasi, penyakit paget, hipertiroidisme,dan
penggunaan obat-obatan jangka panjang. Batu magnesium ammonia fosfat, banyak
didapatkan pada infeksi saluran kemih oleh bakteri pemecah urea, seperti proteus,
pseudomonas, stafilokokus dan klebsiella. Bakteri pemecah urea menjadi ammonia
yang mengakibatkan alkalinisasi urin.
Angka kekambuhan juga cukup tinggi, secara umum sekitar 15-17% dalam
satu tahun pertama, 50% dalam lima tahun, 75% dalam sepuluh tahun, 95- 100%
dalam 20-25 tahun. (Syed, 2010).
Pembentukan batu khususnya batu kalsium merupakan proses yang kompleks
dan banyak faktor yang tampaknya berkaitan dengannya, namun belum ada satupun
faktor yang paling dominan yang diketahui. Salah satunya adalah komsumsi tinggi
kadar kalsium dalam makanan yang melebihi batas kelarutan sehingga terbentuk
Kristal sebagai inti batu.
Adanya batu pada saluran kemih akan menyebabkan komplikasi yang serius
apabila tidak segera mendapatkan terapi yang adekuat. Pada umumnya gejala nyeri
kolik merupakan keluhan pasien yang mendorong pasien pergi berobat ke dokter atau
rumah sakit. Komplikasi yang paling sering adalah berupa infeksi saluran kemih
sebagai akibat adanya stasis urin oleh adanya batu sampai terjadinya penurunan
fungsi ginjal yang apabila tidak mendapat pertolongan cepat dapat berlanjut sampai
gagal ginjal terminal yang memerlukan terapi cuci darah (Kimata, 2012).
Sekitar 75% kasus dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab yang mendasari
terjadinya batu saluran kemih, terutama pada anak-anak, yaitu penyebab metabolik,
anomali saluran urogenital dan infeksi. Penyebab metabolic seperti hiperkalsiuria
merupakan penyebab utama terjadinya batu saluran kemih, salah satunya akibat
komsumsi obat-obatan, walaupun harus dipahami bahwa kejadian batu karena obat
merupakan hal yang jarang (Rienstra, 2007). Dengan demikian, para klinisi harus
berhati-hati dan waspada akan adanya efek samping Ceftriakson dan harus lebih
memerhatikan status hidrasi pasien dan memotivasi untuk mobilisasi selama terapi
ceftriakson. Urolitiasis akibat ceftriakson bersifat self limited dan tanpa komplikasi
jangka panjang di semua pasien dan penggunaan obat ini dapat dilanjutkan dengan
aman (Kutuya, 2008).
3. BPH
Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan
seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan
dengan proses penuaan (Suharyanto, 2009).
Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi BPH bergejala di Inggris dan
Wales beberapa tahun ke depan. Pasien BPH bergejala yang berjumlah sekitar 80.000
pada tahun 1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah kalinya pada
tahun 2031. Namun demikian, tidak semua penderita BPH berkembang menjadi
penderita BPH bergejala. Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49
tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia,
sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia
60 tahun mencapai angka sekitar 43%.
Meskipun jarang mengancam jiwa, salah satu pokok permasalahannya adalah
gejala-gejala yang ditimbulkan pada pembesaran kelenjar prostat dirasakan sangat
tidak nyaman oleh pasien dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Menurut survei, berdasarkan pola penyakit pasien rawat jalan pada Rumah
Sakit di Provinsi Jawa Barat, Umur diatas 60 tahun pada 2003 penyakit BPH
(Benigna Prostat Hipertropi) menempati urutan ke-19 yaitu sebesar 1,37% (530
orang).
Sedangkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUD Dr. Adjidarmo
Rangkasbitung Lebak di Ruang Duku tahun 2012 jumlah penderita BPH (Benigna
Prostat Hipertropi) menunjukkan bahwa penderita BPH di Ruang Duku RSUD Dr.
Adjidarmo Rangkasbitung cukup banyak, yaitu sebanyak 88 orang (13,66 %) dari
total penderita sebanyak 644 orang dan menduduki urutan ketiga dari 10 penyakit
terbanyak. Oleh karena itu peran perawat sebagai tenaga kesehatan diperlukan upaya
promotif (peningkatan) dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit, preventif (pencegahan) yaitu dengan cara memberitahu dan mengajarkan
pola hidup yang sehat, kuratif (pengobatan) yaitu dengan cara menganjurkan klien
untuk melakukan pembedahan atau pengobatan lain, dan rehabilitative (pemulihan)
dengan cara memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada penderita BPH
(Benigna Prostat Hipertropi) .
Penyakit batu saluran kemih yang disingkat BSK adalah terbentuknya batu yang
disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi.
BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak dari pada wanita. Hal ini mungkin karena kadar
kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita lebih rendah dari pada laki-
laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita
lebih tinggi dari pada laki-laki. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara
umur 30-60 tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20
tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun dan di Indonesia
antara 30-60 tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan faktor sosial
ekonomi, budaya dan diet.
Jenis BSK terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di Semarang 53,3%, Jakarta
72%. Herring di Amerika Serikat melaporkan batu kalsium oksalat 72%, Kalsium fosfat 8%,
Struvit 9%, Urat 7,6% dan sisanya batu campuran.
Angka kekambuhan BSK dalam satu tahun 15-17%, 4-5 tahun 50%, 10 tahun 75% dan
95-100% dalam 20-25 tahun. Apabila BSK kambuh maka dapat terjadi peningkatan mortalitas
dan peningkatan biaya pengobatan. Manifestasi BSK dapat berbentuk rasa sakit yang ringan
sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan gagal ginjal .
BSK dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam sistem kolektivus dan
dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus ginjal atau infeksi dalam sumbatan saluran
kemih. Kelainan tersebut menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan
peregangan reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai
edema dan penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan sering disertai
dengan serangan kolik ulangan.
Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi ginjal yang
ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut bervariasi dari stadium
ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut
bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Robertson dkk. telah membuktikan bahwa di Inggris kejadian BSK meningkat dengan
adanya peningkatan konsumsi protein hewani. Oleh karena itu besar sekali kemungkinan bahwa
masalah BSK akan menjadi masalah yang semakin besar di Indonesia, sehubungan dengan
perbaikan taraf hidup rakyat dengan adanya Program Perbaikan Gizi oleh Pemerintah. Harus
pula diingat bahwa Indonesia terletak pada kelompok Negara di dunia yang dilewati oleh Sabuk
batu (Stone belt) . Kejadian BSK di Amerika Serikat dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan sekitar 5-
10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, di Eropa Utara 3-6%,
sedangkan di Eropa Bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan
9,8% sedangkan di Indonesia sampai saat ini angka kejadian BSK yang sesungguhnya belum
diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per tahun.
Jumlah penderita baru saluran kemih di sub bagian urologi bagian bedah Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo periode Januari 1994 – Desember 2005 yaitu sebesar 1028 pasien, dengan
jenis kelamin 694 (67%) laki-laki dan 334 (32,5%) wanita. Di Jakarta dilaporkan 34,9% kasus
urologi adalah batu saluran kemih.
Data rekam medis RS Dr. Kariadi diketahui bahwa kasus batu saluran kemih
menunjukkan peningkatan dari 32,8% dari kasus urologi pada tahun 2003 menjadi 35,4% dari
kasus urologi pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 39,1% pada tahun 2005. Analisis jenis
BSK di Semarang didapatkan paling banyak batu Kalsium yaitu Kalium Oksalat (56,3%),
Kalsium Fosfat 9,2%, Batu Struvit 12,5%, Batu Urat 5,5% dan sisanya campuran.
Beban biaya pengobatan BSK cukup tinggi. Sebagai contoh di RS Dr. Kariadi biaya
operasi meliputi sewa kamar operasi, alat dan obat di kamar bedah, pembiusan dan jasa operasi
berkisar antara Rp 900.000,00 sampai dengan Rp 4.385.000,00, itu pun belum ditambah dengan
biaya perawatan, pemeriksaan penunjang (laboratorium, rotgent, ultra sonografi), biaya
konsultasi, obat yang diberikan sebelum dan sesudah tindakan dan lain-lain yang besarnya
sekitar 2-3 kali ( rata-rata 2,5 kali) biaya operasi. Perkiraan biaya operasi batu tersebut tiap tahun
rata-rata Rp 379.800.000,00 dengan biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh penderita sekitar
Rp 756.400.000,005.
Secara garis besar pembentukan BSK dipengaruhi oleh faktor Intrinsik dan Ekstrinsik.
Faktor Intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri seperti herediter/
keturunan, umur, jenis kelamin. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu
seperti kondisi geografis daerah, faktor lingkungan, jumlah air minum, diet, lama duduk saat
bekerja, olah raga, obesitas, kebiasaan menahan buang air kemih dan konsumsi vitamin C dosis
tinggi.
Tidak setiap orang dengan diet tidak seimbang akan terbentuk batu. Pada kelompok yang
disebut pembentuk batu, bila mempunyai kelainan kebiasaan makan tidak seimbang akan
terbentuk batu, tetapi pada kelompok bukan pembentuk batu tidak terjadi batu. Mengapa pada
kelompok pembentuk batu terjadi batu dan dan pada kelompok bukan pembentuk batu tidak
terjadi batu belum diketahui secara lengkap.
Pembentuk batu cenderung mengekskresi air kemih dengan volume yang rendah
sehingga merupakan faktor pemacu pembentuk batu. Beberapa zat gizi tertentu diduga
merupakan faktor risiko BSK tetapi tidak pada orang normal. Pembentukan batu juga
dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan kondisi dehidrasi kronik dan asupan cairan
rendah seperti pada pelari maraton memiliki risiko tinggi terkena BSK. Dehidrasi kronik akan
meningkatkan gravitasi air kemih dan saturasi, sehingga terjadi penurunan pH air kemih yang
berisiko terhadap terjadinya BSK.
Berdasarkan beberapa literatur, faktor-faktor seperti hipertensi akan menyebabkan
pengendapan ion-ion kalsium papilla (perkapuran ginjal) yang dapat berubah menjadi batu.
Faktor lain seperti kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih,
pengendapan kristal dan akhirnya menimbulkan BSK . Penyakit-penyakit herediter seperti
Dent’s dan sindroma barter juga merupakan salah satu penyebab BSK. Obesitas (kegemukan)
menyebabkan pH air kemih turun, kadar asam oksalat dan kalsium naik.

 Pemberi Asuhan Keperawatan


Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan
kebutuhan dasar pasien yang berkaitan dengan gangguan sistem perkemihan, dimana perawat
harus mengetahui apa yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan terkait
dengan gangguan perkemihan yang dialami pasien, agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat.

 Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khusunya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien terkait dengan gangguan
pada sistem perkemihan yang dialami pasien, perawat juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.

 Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan yang diberikankan sesuai keadaan pasien yang
mengalami gangguan sietem perkemihan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.

  Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuan klien.

  Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.

  Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

 Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

1. C.     Fungsi Perawat
Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:

1. Fungsi Independent
Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga
diri dan aktualisasi diri.

1. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau instruksidari perawat
lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan
oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

1. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama
tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita
yang mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.

Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk dari endapan mineral yang
ada di dalam kandung kemih. Ukuran batu kandung kemih sangat bervariasi dan semua orang
punya risiko untuk memiliki batu kandung kemih. Tapi laki-laki lanjut usia, biasanya lebih dari
52 tahun, lebih sering mengalaminya, terutama mereka yang menderita pembesaran prostat.
Saluran urine bisa tersumbat oleh batu kandung kemih. Terhalangnya saluran urine tersebut bisa
menyebabkan rasa nyeri saat buang air kecil, dan kesulitan berkemih atau tidak bisa berkemih
sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai