OLEH
FENSKA RUSPANAH
12114201180136
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kasih dan karunia-Nya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan proposal ini dengan
judul “Hubungan Pengetahuan Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Demam
Tifoid Di Wilayah Puskesmas Kairatu (Seram Bagian Barat)” Peneliti membuat
proposal ini untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada program studi keperawatan fakultas kesehatan Jurusan
Keperawatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal ini tidak mungkin
terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini izinkan Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. H.H Hetharia, M. Th., selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia
Maluku dan Wakil Rektor Rektor I, II, III, dan IV Universitas Kristen
Indonesia Maluku
2. B. Talarima, SKM., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Kristen Indonesia Maluku Wakil Dekan I,II, III Fakultas Kesehatan
Universitas Kristen Indonesia Maluku
3. Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan.
4. Ns. Mevi Liilipory, S.Kep., M.Kep selaku Sekretaris Program studi
5. Ns. D. F. Sumah, S.Kep., M.Kep. Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan mengarahkan peneliti sehingga proposal ini dapat
terselesaikan.
i
7. Seluruh staf Dosen Program Studi Keperawatan UKIM yang telah membekali
Peneliti dengan sejumlah ilmu pengetahuan selama berada didalam proses
perkuliahan dan seluruh karyawan dan karyawati Fakultas Kesehatan dan
Universitas yang telah membantu melayani Peneliti dalam menyelesaikan
administrasi.
8. Papa, mama, kakak dan semua keluarga yang selalu memberikan doa,
semangat, motivasi dan dukungan dalam penyelesaian studi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua amal dan kebaikan
mereka. Peneliti menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam
Penelitian proposal ini. Oleh karena itu peneliti harapkan kritikan dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan proposal ini. Akhirnya peneliti mengharapkan
semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Ambon, Juli
2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................…..i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................……...ii
KATA PENGANTAR....................................................................................……..iii
DAFTAR ISI...................................................................................................……...v
DAFTAR TABEL...........................................................................................……..vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................……..vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................……..vii
BAB I PENDAHULUAN .. ....................................................................……... 1
A. Latar Belakang .........................................................................……….1
B. Rumusan Masalah.....................................................................……….6
C. Tujuan Penelitian......................................................................……….7
D. Manfaat Penelitian....................................................................……….7
BAB II TINJUAUAN PUSTAKA..........................................................….........9
A. Tinjauan umum demam tifoid...............................................……….9
B. Tinjauan umum pengetahuan………………………………..….......14
C. Tinjauan umum personal hygiene............................................…….18
D. Tinjauan umum sanitasi lingkungan………………………………...20
E. Kerangka Konsep Penelitian………………………………………..24
F. Hipotesis penelitian...............................................................………24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................………26
A. Jenis Penelitian.........................................................................……....26
B. Lokasi dan waktu penelitian.....................................................………26
C. Populasi dan Sampel ................................................................………26
D. Variabel Penelitian. ..................................................................……....27
E. Defenisi operasional …………………………………………………..28
F. Instrumen penelitian …………………………………………………..30
G. Tahapan penelitian ……………………………………………………32
H. Pengumpulan data ……………………………………………………33
I. Pengolahan dan Analisa Data.....................................................…....33
iii
DAFTAR PUSTA...........................................................................................………35
LAMPIRAN ………………………………………………………….……………..38
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAAN
1. SK Pembimbing
3. Lembar infoconsent
4. Kusioner
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam Tifoid atau yang biasa disebut dengan typhus abdominalis merupakan salah
satu infeksi yang terjadi di usus halus. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang
penting didunia terkait dengan angka morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan oleh
Data dari Global Burden of Disease (GBD) pada konsep Disability-Adjusted Life Year
(DALY) menunjukkan bahwa kejadian Demam Tifoid secara global pada tahun 2018
menduduki posisi 6 dengan nilai 1895,4 DALYs per 100.000. Data terakhir tahun 2019
didapatkan adanya perbaikan pada penyakit ini yang ditunjukkan dengan penurunan posisi
menjadi 12 dengan nilai 1251,52 DALYs per 100.000 (Global Burden of Disease, 2019).
Menurut data terbaru dari WHO (World Health Organisation), diperkirakan bahwa setiap
tahun diseluruh dunia terdapat antara 11 - 21 juta kasus demam tifoid dengan insiden
Tifoid tahun 2013 sebesar 4,0%. Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi
Demam Tifoid tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (10,3%), Papua
(8,2%), Sulawesi Tengah (5,7%), Sulawesi Barat (6,1%), dan Sulawesi Selatan (4,8%)
(Riskesdas, 2013). Sedangkan pada tahun 2018 terjadi peningkatan yaitu sebesar 4,5%. Lima
provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi Demam Tifoid tertinggi untuk semua umur
adalah Papua (9,1%), Gorontalo (7,0%), Nusa Tenggara Timur (6,9%), Sulawesi Barat
(6,1%), dan Jawa Barat (4,8%) (Riskesdas, 2018). Untuk provinsi Maluku angka kejadian
1
Demam Tifoid pada tahun 2013 menempati urutan ke 23 yaitu sebesar 1,9% dan terjadi
peningkatan pada tahun 2018 menempati urutan 19 yaitu sebesar 2,1% (Riskesdas, 2018).
Di Provinsi Maluku berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi Maluku prevalensi
kejadian demam tifoid pada tahun tahun 2022 sebesar 324 orang (Dinkes Provinsi Maluku,
2022) Berdasarkan data penderita penyakit Demam Tifoid dari Puskesmas Kairatu pada tahun
2020 yang tercatat 13 penderita dan tahun 2020 penderita Demam Tifoid di Puskesmas
Kairatu mengalami penurunan yaitu sebesar 8 penderita. Sedangkan tahun 2021 brdsarkan
data dari wilayah kerja Puskesmas Kairatu cenderung mengalami kenaikan menjadi 32
Demam Tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi,
kuman tersebut menyerang sistem pencernaan dengan gejala yang tampak adalah demam
selama satu minggu atau lebih dan disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran Demam Tifoid termasuk kedalam penyakit yang diinfeksi oleh
bakteri. Penyakit Demam Tifoid biasanya ditularkan dari makanan serta minuman yang
terkontaminasi bakteri Salmonella typhi. Bakteri Salmonella Typhi mempunyai sifat patogen
yang dapat menginfeksi manusia maupun hewan. Salmonella Typhi dapat bertahan hidup di
alam bebas seperti di dalam air, tanah atau bahkan pada makanan. Iklim tropis adalah salah
satu iklim yang sangat disenangi oleh bakteri tersebut, oleh karena itu penyakit Demam
Kejadian demam tifoid erat kaitannya dengan higiene pribadi, seperti higiene
perorangan (kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan kebiasaan mencuci tangan setelah
buang air besar) yang rendah, dan higiene makanan yang perilaku masyarakat yang tidak
mendukung untuk hidup sehat (Depkes RI, 2006). Faktor lain yang dapat mempengaruhi
2
penderita demam tifoid antara lain pengetahuan yang rendah tentang kebersihan diri, seperti
tidak mencuci tangan setelah makan dan buang air besar, kebiasaan makan di luar rumah,
cara istirahat, pendidikan yang rendah dan riwayal kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi demam tifoid di mana hal tersebut dapat menyebabkan vektor menyebar melalui
Salah satu faktor yang mempengaharui kejadian demam tifoid adalah pengetahuan.
Pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki seseorang
melalui pendidikan dan pengalaman. Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
kesejahteraan dimana hanya tidak bebas dari penyakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain; pengalaman, tingkat pendidikan yang luas, keyakinan tanpa adanya
pembuktian, fasilitas (televisi, radio, majalah, koran,buku), penghasilan, dan sosial budaya
Seseorang yang tahu dan memiliki pengalaman yang baik tidak beresiko terkena
Demam tifoid yang di sebabkan bakteri Salmonella Thypi yang menularkan melalui
makanan. Sedangkan seseorang yang memiliki pengetahuan yang kurang baik beresiko
tertular bakteri Salmonella Thypi sehingga terkena Demam tifoid (AN Putri, 2018). Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurvina (2017), menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian demam tifoid dengan nilai p value
3
(0,000) a (0,05) Didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Cholifah (2018),
yang menyatakan ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan terhadap kejadian
demam tifoid dengan Hasil uji Chi Square bahwa p=0,000 dan r hitung 0,035 yaitu dengan
tingkat keeratan hubungan sedang, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan belum tentu
demam tifoid. Hubungan antara hygiene perorangan dengan kejadian demam tifoid karena
kurang memperhatikan kebiasaan seseorang seperti halnya dalam mencuci tangan sebelum
makan. Hygiene perorangan adalah tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2016). Personal hygiene yang
rendah dalam kehidupan sehari-hari seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar,
tidak mencuci tangan sebelum makan serta kebiasaan tidak mencuci bahan makanan mentah
yang akan dimakan langsung. Tujuan mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari
segala kotoran, mencegah penularan penyakit, dan melatih kebiasaan yang baik sedangkan
hygiene makanan dan minuman yang rendah merupakan faktor yang paling berperan pada
Banyak sekali contoh untuk ini diantaranya, makanan yang dicuci dengan air yang
terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja
manusia, makanan yang tercemar (Depkes RI, 2016). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Eunike Risani Seran (2015), yang berjudul hubungan personal hygiene
dengan kejadian demam typhoid di Puskesmas Tumaratas dengan hasil menunjukan ada
hubungan antara personal hygiene dengan kejadian demam typhoid (p-0,02) Diukung hasil
4
penelitian Haslinda (2016), yang menyatakan ada hubungan antara personal hygiene dengan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
keadaan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti botal-botal dan ban bekas
menjadi media tempat berkembangnya vektor penyakit (Budiman, 2016). Lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan
manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi
lingkungan biotik dan abiotik. Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam
kehidupanmasyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat, lingkungan yang kumuh,
kebersihan tempat-tempat umum (rumah makan, restoran) yang kurang serta perilaku
masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis
termasuk Demam Tifoid (Kemenkes RI, 2019). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ratna Sari Dewi (2020) tentang Faktor Kebiasaan Dan Sanitasi Lingkungan
Kabupaten Boyolali menyatakan ada hubungan antara sarana sumber air bersih dengan
Bagian Barat (SBB) dan terletak di Kecamata Jalan Trans Seram, Kamal.. Puskesmas Kairatu
Barat membawahi 6 desa diantaranya Desa Wasarisa, Desa Kamal, Desa Nurue, Desa
5
Waisahu, Desa Waihattu, Desa Lohiatala Puskesmas Kairatu Barat memiliki 53 pegawai
termasuk di dalamnya terdapat 25 tenaga perawat Dalam melayani pasien, para pegawai di
Puskesmas Kairatu Barat menjunjung tinggi motto yaitu "melayani dengan ketulusan hati
Studi pendahuluan yang di lakukukan pada tanggal 21 maret 2022 di Wilayah Kerja
mayoritas penderita demam tifoid yang dirawat memiliki pengetahuan yang kurang baik
tentang penyakit demam tifoid. Selain itu hasil wawancara dengan 4 penderita Demam Tifoid
sebagai responden di ruang rawat inap bangsal 3 di dapati penderita kurang mrmperhatikan
kebersihan diri seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, sering mengonsumsi makanan
di luar rumah. Penderita juga mengatakan masih menggunakan sungai untuk mencuci,
menggunakan jamban sehingga hal tersebut dapat menyebabkan vector menular melalui
makanan yang terkontaminasi bakteri salmonella typhi dan menyebabkan penyakit Demam
Hal ini yang mendorong penulis untuk untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian Demam Tifoid di wilayah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang di atas,maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu.
Mengetahui hubungan pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian Demam Tifoid di
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kairatu.
2. Tujuan khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
dan hygiene perorangan serta menerapkan ilmu kesehatan masyarakat dalam bidang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
7
b. Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Kairaratu
c. Bagi peneliti
d. Bagi pasien Demam Tifoid sebagai acuan yang dapat digunakan untuk
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Tifoid
juga dapat menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan
paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Pada daerah endemik, sekitar 90% dari
demam enterik adalah demam tifoid (Linson, 2016). Penyakit sistemik yang bersifat
akut atau dapat disebut demam tifoid, mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang
bervariasi dari ringan berupa demam, lemas serta batuk yang ringan sampai dengan
(Sucipta, 2015).
2. Etiologi
Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama tifus di
kalangan masyarakat adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonela typhi yang menyerang saluran pencernaan. Kuman ini masuk ke dalam
tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar, baik saat memasak ataupun
melalui tangan dan alat masak yang kurang bersih. Selanjutnya, kuman itu diserap
oleh usus halus yang masuk bersama makanan, lantas menyebar ke semua
organ tubuh, terutama hati dan limpa, yang berakibat terjadinya pembengkakan
dan nyeri. Setalah berada di dalam usus, kuman tersebut terus menyebar ke dalam
9
peredaran darah dan kelenjar limfe, terutama usus halus. Dalam dinding usus
inilah, kuman itu membuat luka atau tukak berbentuk lonjong. Tukak tersebut bisa
ke dalam rongga perut. Jika kondisinya sangat parah, maka harus dilakukan
operasi untuk mengobatinya. Bahkan, tidak sedikit yang berakibat fatal hingga
berujung kematian. Selain itu, kuman Salmonela Typhi yang masuk ke dalam
tubuh juga mengeluarkan toksin (racun) yang dapat menimbulkan gejala demam
pada anak. Itulah sebabnya, penyakit ini disebut juga demam tifoid (Fida & Maya,
2016).
3. Patofisiologi
beberapa tahapan. Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat
bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus
pada ileum terminalis. Bakteri melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui
barier usus yang melibatkan mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan
sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem
limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan
gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode
Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan
10
sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah
periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah
kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila
tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa,
sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patches di mukosa ileum terminal.
Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi melalui proses inflamasi yang
dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis demam tifoid pada anak sering kali tidak khas dan sangat
bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam
tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas
disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik
berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau timbul
merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua penderita
demam tifoid.
11
Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan
daripada S. typhi. Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada
disebabkan oleh malaria. Namun demikian demam tifoid dan malaria dapat timbul
bersamaan pada satu penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi
dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain S. typhi juga dapat menembus sawar
mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut
kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap lanjut dapat muncul
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi
melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodormal, yaitu
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat (Putra et al.,
2017).
5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada demam tifoid adalah perdarahan usus dan
perforasi. Perdarahan usus dan perforasi merupakan komplikasi serius dan perlu
Komplikasi lain yang lebih jarang antara lain pembengkakan dan peradangan pada
12
otot jantung (miokarditis), pneumonia, peradangan pankreas (pankreatitis), infeksi
ginjal atau kandung kemih, infeksi dan pembengkakan selaput otak (meningitis), serta
6. Pemeriksaan Diagnostik\
Diagnosis dini demam tifoid dan pemberian terapi yang tepat bermanfaat untuk
mendapatkan hasil yang cepat dan optimal sehingga dapat mencegah terjadinya
Gambaran darah tepi pada permulaan penyakit dapat berbeda dengan pemeriksaan
pada keadaan penyakit yang lanjut. Pada permulaan penyakit, dapat dijumpai
pergeseran hitung jenis sel darah putih ke kiri, sedangkan pada stadium lanjut terjadi
Ciri lain yang sering ditemukan pada gambaran darah tepi adalah aneosinofi lia
dan titrasi antibodi terhadap organisme penyebab. Kultur darah merupakan gold
standard metode diagnostik dan hasilnya positif pada 60-80% dari pasien, bila darah
yang tersedia cukup (darah yang diperlukan 15 mL untuk pasien dewasa). Untuk
daerah endemik dimana sering terjadi penggunaan antibiotik yang tinggi, sensitivitas
13
Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen
hari 6-8 dan antibodi terhadap antigen H dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit. Pada
orang yang telah sembuh, antibodi O masih tetap dapat dijumpai setelah 4-6 bulan
dan antibodi H setelah 10-12 bulan. Karena itu, Widal bukanlah pemeriksaan untuk
4 kali pada dua pengambilan berselang beberapa hari atau bila klinis disertai hasil
positif menunjukkan adanya infeksi terhadap Salmonella. Antigen yang dipakai pada
Pemeriksaan lain adalah dengan Typhidot yang dapat mendeteksi IgM dan IgG.
IgG dan IgM menunjukkan demam tifoid akut pada fase pertengahan. Antibodi IgG
dapat menetap selama 2 tahun setelah infeksi, oleh karena itu, tidak dapat untuk
membedakan antara kasus akut dan kasus dalam masa penyembuhan (Linson et al.,
2017).
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau
kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap apa
yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam Nurroh 2017).
14
Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang
2. Tingkat Pengetahuan
mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada enam tingkatan
1. Pengetahuan (Knowledge)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut untuk mengetahui
2. Pemahaman (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan,
tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.
3. Penerapan (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat
menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
suatu objek.
15
5. Sintesis (synthesis)
seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
6. Penilaian (evaluation)
objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
2) Pekerjaan
16
Menurut Thomas yang dikutip oleh (Nursalam, 2017), pekerjaan kebutuhan
keluarga.
3) Umur
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan berkerja. Dari segi
yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan
tingkat higienitas dari anak dimana ibu berperan untuk mengedukasi agar anak
sekitarnya agar terhindar dari infeksi kecacingan tetapi hal ini tidak akan
berhasil jika pengetahuan ibu mengenai kecacingan itu sendiri kurang. Ibu
dengan wawamcara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur
17
dan disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan
1) Pertanyaan subjektif
dengan penelitian yang melibatkan faktor subjetif dari penilai, sehingga hasil nilai
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif sperti pilihan ganda (multiple choise), betul salah
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan (kebersihan diri)
adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2016).
18
kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk
Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan perawatan diri, baik
secara sendiri maupun dengan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan cara
nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan serta mencegah
Definisi Kebersihan Kuku Kuku atau Unguis Menurut kamus kedokteran Dorland
adalah Lempengan kulit bertanduk pada permukaan dorsal ujung distal falang terminal
jari tangan atau jari kaki, yang tersusun dari kerak-kerak epitel yang memipih dan
berkembang dari stratum lucidum kulit. Pengertian kuku pada umumnya adalah
bagian tubuh manusia yang bersifat keras, tumbuh di ujung jari dan berfungsi sebagai
pelindung.
mempertahankan perawatan diri karena kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui
kuku (Hidayat, 2018). Oleh karena itu, Potong kuku 1x/mg atau saat terlihat panjang
(Haince, 2017).
19
Menurut Fani Mayona (2018), pengukuran personal hygiene dapat diungkap melalui
kaki dan tangan, mencuci rambut, membersihkan mulut, membersihkan mata, hidung,
1. Sanitasi Lingkungan
perpindahan penyakit tersebut. Secara luas, ilmu sanitasi merupakan penerapan dari
lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk memantau dan
mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta dapat
adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya
dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia
Definisi sanitasi dari WHO merujuk kepada penyediaan sarana dan pelayanan
20
pembuangan limbah kotoran manusia seperti urin dan feses. Istilah sanitasi juga
mengacu kepada pemeliharaan kondisi hygien melalui upaya pengelolaan sampah dan
lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup penyediaa air yang bersih dan
aman, pembuangan limbah (hewan, manusia, dan industri) yang efisien, perlindungan
makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman , serta
lingkungan fisik manusia yang dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau
subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci tangan dalam memelihara
Tempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba
21
rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia
sudah membangun rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba
modern (Pasaribu, 2015). Definisi rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak
fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat kesehatan, antara lain dilengkapi
dengan jenis kloset leher angsa atau plengsengan dengan tutup dan memiliki tempat
pembuangan akhir tinja tangki (septic tank) atau Sistem Pengolahan Air Limbah
(SPAL), dan merupakan fasilitas buang air besar yang digunakan sendiri atau bersama
Karena itu, kondisi rumah dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental
sehat rumah juga harus aman dan perlu pula memperhatikan estetika agar dapat
Kriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan, antara lain (Chandra,
2006):
a. Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun.
b. Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik.
d. Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran (misalnya kawasan industri) dengan
jarak minimal sekitar 5 km dan memiliki daerah penyangga atau daerah hjau (green
22
3. Cara Mengukur Sanitasi Lingkungan
Menurut Adeilla Dyah Safitri (2020), pengukuran sanitasi lingkungan rumah dapat
lingkungan rumah. Aspek-aspek sanitasi lingkungan rumah antara lain lantai, sarana
air bersih, jamban, sarana pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah, dan
yaitu:
23
E. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka, dapat disusun kerangka teori sebagai berikut
Pengetahuan
Kejadian
Personal Hygine Demam Tifoid
Sanitasi
Lingkungan
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan
Gambar 2.1
Kerangka konsep
F. Hipotesis penelitian
1. Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Demam Tifoid di
2. Ho. Tidak ada bubungan antara personal hygiene dengan kejadian Demam
24
3. Ho. Tidak ada bubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian Demam
2. Ha: Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian Demam Tifoid di
3. Ha: Ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian Demam Tifoid di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
25
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan dengan metode survei
analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional adalah penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan mengaga femena kesehatan itu terjadi, kemudian
melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena dan faktor penyebab, dimana
pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu)
(Notoadmojo, 2018).
1. Lokasi penelitian
2) Waktu penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari objekat subyek yang mempunyai
karakteristik dan kualitas ditarik kesimpulannya (Surjani, 2015) Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh penderita Demam Tifoid yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi, sedangkan teknik pengambilan sampel disebut dengan sampling.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling Total sampling
adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Jadi
jumlall sampel dalam penelitian ini adalah penderita Demam Tifoid yang berada di Kerja
26
Puskesmas Kairatu yaitu sebesar 32 orang.
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria ekslusi
D. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi 2 (dua) menurut Sugiyono (2016) yaitu:
1. Variabel indenpenden
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan
personal hygiene
2. Variabel dependen
Variable dependen atau variable terikat dalam penelitian ini adalah kejadian Demam
Tifoid.
E. Defenisi Operasional
27
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Skala
Oprasional pengukuran
Variabel
Indenpendet
1. Baik jika
1. Variabel Hasil tahu Kuesioner skor ≥70% Ordinal
Pengetahuan seseorang terhadap atau jabawan
kejadian demam responden
tifoid baik benar 8-11
penyebab, tanda pertanyaan
dan gejala,
komplikasi serta 2. Kurang baik
cara jika skor
pencegahannya. <70% atau
jawaban
responden
benar 1-7
pertanyaan
28
2. Personal Perilaku seseorang Kuesioner 1. Baik jika Ordinal
hygine untuk memelihara skor ≥70%
atau menjaga atau jabawan
kesehatan agar responden
tidak sakit benar 4-5
pertanyaan
1. Kebiasaan
mencuci 2. Kurang baik
tangan dengan jika skor
sabun dan air <70% atau
sebelum jawaban
makan responden
2. Kebiasaan benar 1-3
mencuci pertanyaan
tangan dengan
sabun dan air
setelah BAB
3. Kebiasaan
minum air
matang
4. Kebiasaan
mengkonsums
i makanan
(daging,
kerang, susu
dan telur)
yang matang
5. Kebiasaan
mencuci buah
dan sayuran
mentah
sebelum
dikonsumsi
6. Penggunaan
alat makan
dan minum
yang bersih.
29
1. Sanitasi
3. Sanitasi Kondisi Lembar tidak baik, Ordinal
lingkungan lingkungan yang Observasi jika
dinilai dari kualitas jawaban
sumber air bersih, responden
sarana < 70%
pembuangan tinja,
SPAL, Sarana 2. Sanitasi
pembuangan Baik, jika
sampah dan jenis jawaban
lantai rumah responden
≥70%
F. Intsrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan
dan memperoleh data agar penelitian yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan mudah dalam
penelitian ini peneliti dapat mengumpulkan data dengan menggunakan lembar observasi dan
kuesioner.
a. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan tentang Demam Tifoid. Terdiri dari 12
item pernyataan tentang pengetahuan. Skala penilaian yang digunakan adalah skala guttman
dengan rentang jawaban Benar =1 atau Salah =0. Kuesioner ini merupakan modifikasi
30
kuisioner tentang pengetahuan menganai demam tifoid dan sudah dilakukan Uji Validasi
p=0,002 dan Uji Reliabilitas r=0,8762 yang di ambil dari peneltian yang dilakukan oleh Siti
Nur Cholifah, (2018). Dari defenisi operasional untuk variabel pengatahuan orang tua data
menggunakan nilai median yaitu untuk total skor dikategorikan Baik jika skor >70% atau
jawaban responden benar 8-12 pertanyaan dan Kurang jika skor <70% atau jawaban
Total pertanyaan
b. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui personal hygiene terhadap kejadian demam
tifoid. Terdiri dari 9 item pernyataan tentang personal hygiene. Skala penilaian yang
digunakan adalah skala guttman dengan rentang jawaban YA=1 atau TIDAK=0.
Kuesioner ini merupakan modifikasi kuisioner tentang personal hygene dan sudah
dilakukan uji validasi p= 0,004 dan reliabilitas r= 0,9764 yang diambil dari peneltian
yang dilakukan oleh Haslinda (2016). Dari defenisi operasional untuk personal hygene
distribusi data menggunakan nilai median yaitu untuk total skor dikategorikan Baik jika
skor >75% atau jawaban responden benar 6-9 pertanyaan dan Kurang jika skor <75%
atau jawaban responden benar 1-5 pertanyaan. Rumus perhitungan kuisioner personal
hygiene yaitu:
total pertanyaan
c. Lembar observasi untuk melihat keadaan sanitasi lingkungan rumah. Terdiri dari 8 item
pernyataan tentang sanitasi lingkungan rumah dan memiliki total skor secara
keseluruhan yaitu 23. Skala penilaian yang digunakan adalah skala likert dengan rentang
31
jawaban Sanitasi tidak baik, jika jawaban responden < 75% atau memiliki total
skor (0 – 17) dan Sanitasi Baik, jika jawaban responden > 75% atau jika memiliki total
skor (18 - 23). Rumus perhitungan lembar observasi sanitasi lingkungan yaitu:
G. Tahapan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari prodi S-1
pengurusan ijin penelitian yang ditujukan pada Kepala Puskesmas Kairatu, serta
2. Pelaksnaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data awal sebagai bahan untuk
b. Setelah peneliti mendapat ijin dari Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku
dan Ketua Prodi S-1 Ilmu keperawatan Universitas Kristen Indonesia Maluku,
Puskesmas Kairatu
32
d. Menghitung jumlah populasi penderita Tifoid
H. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berdasarkan penelitian yang dilakukan yaitu dengan data primer
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab tujuan dari
pada penelitian yang telah dirumuskan. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi dimana peneliti
melakukan penelitian. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen
1. Pengolahan data
Pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan bantuan komputer. Dalam proses
a. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran
b. b. Coding
33
c. Entry
Entry adalah suatu proses memasukan data kedalam computer untuk selanjutnya
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
ini dilakukan dengan uji Chi Square untuk semua variabel. Dengan asumsi
bahwa batas bermakna a=0,05, hal ini berarti bahwa jika nilai p≤0,05 dapat
dikatakan mempunyai hubungan yang bermakna, namun jika nilai p>0.05, maka
34
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, D. (2013). Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Yogyakarta: Nuba 7(2),
detail/1190973
Ashurst. J. (2020) Salmonella typhi. Treasure Island (FL) StatPearls Publishing Available
at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NAKS19082
Bhandari, J., Thada, P. K. and DeVos, E. (2020). Typhoid Fever Florida StatPearls. at:
doi:10.22435/mpk.v2612.5447.99 108
Global Burden of Disease Collaborative Network. Global Burden of Disease Study 2017
(GBD 2017) Results. Seattle, United States: Institute for Health Metrics and
https://www.sciencedirect.com/science/article/pi/S0140673617321542
35
Kumar, (2019) Karakteristik Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Demam, Kadar Hemoglobin,
Leukosit, dan Trombosit Penderita Demam Tifoid Pada Pasien Anak di RSU
Naveed, A. and Ahmed, Z., (2016). Treatment of Typhoid Fever in Children Comparison
https://cujournal.org/index.php/c/article/view/7069/6830
Radhakrishnan, A, Als, D, Mintz, ED, Crump, JA, Stanaway, J. Breiman, RF, Bhutta, ZA
NCBI) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6128367/
id:18154/1/6450408802.pdf
MuhammadiyahSurakarta.http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/bitstream/1
23456789/1496/1/PDP NANDA.pdf
36
World Health Organization. (2018). Call for nomination of experts to serve on the
http://eprints.ums.ac.id/59665/8/DAFTAR 20PUSTAKA.pl
37
LAMPIRAN
38
SURAT PERMINTAAN UNTUK MENJADI RESPONDEN HUBUNGAN
PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS KAIRATU KABUPATEN SERAM
BAGIAN BARAT (SBB)
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai
responden, kerahasiaan mengenai semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila saudara menyetujui untuk
berpartisipasi dalam penelitian saya, mohon kesediaanya untuk mendatangani
persetujuan dan menjawab pertanyaan pertanyaan yang saya buat. Atas perhatian dan
kesediaan saudara menjadi responden sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Ambon, 2022
Responden
(………………………..)
39
LEMBAR KUESIONER
SD SMP SMA
4. Pekerjaan :
40
3. Gejala penyakit Tifoid (Tipes) ini adalah demamselama I
minggu.
4. Sakit kepala adalah tanda-tanda dari penyakit demam tifoid
(tipes) ini.
5.Demam Tifoid (Tipes) mengakibatkan mual-muntah.
41
4. Apakah anda mencuci tangan sebelum makan?
42
(SGL/SPT/PP/K c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi 2
U/PAH) syarat kesehatan
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi 3
syarat kesehatan
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 4
kesehatan
3. Jamban (sarana a. Tidak ada 0
pembuangan b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, 1
kotoran) disalurkan ke sungai/kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 2
disalurkan ke sungai/kolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 3
disalurkan ke septic tank
e. Ada, leher angsa, ada tutup, disalurkan ke 4
septic tank
4. Sarana a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur 0
Pembuangan Air di halaman rumah
Limbah (SPAL) b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 1
air (jarak dengan sumber air <10 m)
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, diresapkan tetapi tidak mencemari 3
sumber air (jarak dengan sumber air >10 m)
e. Ada, disalurkan ke selokan tertutup (saluran 4
kota) untuk diolah lebih lanjut
5. Sarana a. Tidak ada 0
pembuangan b. Ada, tidak kedap air dan tidak ada tutup 1
sampah (tempat c. Ada, kedap air dan tidak ada tutup 2
sampah d. Ada, kedap air, dan tertutup 3
43
44
45
46