Anda di halaman 1dari 48

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


MENINGITIS

OLEH

FAQIHUDDIN 202008025P SYIHABUDDIN A 2020080032P


HARDIAN ADI S 202080026P FATIMATUZ Z 2020080055P
MELI CANDRA K 2020080027P ALIK CHUSNUL 2020080052P
WAHYU INDAH 2020080028P ISWATI 2020080053P
CICIK NURMA 2020080029P NUR AISYAH 2020080054P
RENI RAHAYU Y 2020080030P BUDI 2020080051P
SUMBANGSIH

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS
UNIVERSITAS GRESIK
2020 - 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Meningitis” dengan sebaik-
baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah
ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini.

Gresik, 24 mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................2

1.1 Latar Belakang..........................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................2

2.1 Definisi......................................................................................................2

2.2 Etiologi......................................................................................................2

2.3 Patofisiologi...............................................................................................2

2.4 Klasifikasi..................................................................................................2

2.5 Manifestasi................................................................................................2

2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................2

2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................2

2.8 Komplikasi................................................................................................2

BAB 3 TEORI ASUHAN KEPERAWATAN..................................................2


3.1 Pengkajian.................................................................................................2

3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................2

3.3 Intervensi...................................................................................................2

3.4 Implementasi.............................................................................................2

3.5 Evaluasi.....................................................................................................2

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS MENINGITIS.........................2

4.1 Kasus.........................................................................................................2

4.2 Pengkajian.................................................................................................2

4.3 Analisa Data..............................................................................................2

4.4 Diagnosa Keperawatan..............................................................................2

WOC........................................................................................................................2

BAB 5 PENUTUP.............................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis adaah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula

spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakter (infeksi skunder)

seperti sinusitis, otitis media, penumonia, endokarditis, atau osteomielitis.

Organisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi neisseria

meningitidis (meningitis meningokok), haemophilus influenzae dan streptococus

pneumoniae (organisme ini biasanya terdapat di nasofaring). Organisme penyebab

meningitis yang sering menyerang bayi (sapi usia 3 bulan adalah escherichia coli

dan listeriamonocytogenes). Berdasarkan penyebabnya, meningitis dapat dibagi

menjadi meningitis aseptik (aseptik meningitis) yang disebabkan oleh virus,

meningitis non infeksius yang disebabkan oleh darah diruang subarakhnoid, dan

meningitis bakterial (bacterial meningitis) yang desebabkan oleh berbagai macam

bakteri. (Batticaca, F.B, 2010)

Meningitis bakteri merupakan penyakit serius dan pencegahan sangat

penin g dilakukan. Meningitis bakteri ditularkan melalui kontak dekat langsung

dengan droplet pernafasan dari hidung atau tenggorok. Individu yang paling

berisiko adalah mereka yang tinggal bersama anak atau siapapun yang bermain

bersama atau kontak dekat dengan anak tersebut. (Kyle & Carman, 2015, p. 557)
Tipe meningitis virus disebut sebagai aseptic meningitis. Meningitis ini

terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles,

mumps, herpes simplex, dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya

terjadi di atas kortex serebral, substansi putih dan meningens. Kerentanan jaringan

otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang di pengaruhi.

Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat

menyebabkan neksrosis sel-sel. Virus yang lain menyebabkan perubahan produksi

enzim atau neurotransmiter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan

kemungkinan kelainan neurologi. (Widagdo,W, 2010, p. 125)

Dari beberapa literatur diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis dapat

terjadi oleh virus dan bakteri. Meningitis bakteri ditularkan dari kontak langsung

(droplet) sedangkan meningitis virus sebagai akibat dari berbagai macam penyakit

yang disebebkan oleh virus.

Menurut Aillen Marty,MD,Profesor infeksi menular dari Florida

International University dikutip dari health com oleh gita waras widyaningrum

dalam tulisannya pada bulan April 2020 mengatakan bahwa penyakit meningitis

dapat menyebabkan masalah serius,diantaranya kehilangan pendengaran,kesulitan

mengingat,gagal ginjal serta kerusakan otak.pada kasus serius bisa menyebabkan

kematian dalam beberapa jam.

Di dunia,Insiden meningitis karena Neissera meningitides tertinggi di

wilayah Afrika sub-Sahara yang dikenal dengan daerah “Sabuk

Meningitis” .Wilayah ini terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur.

Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia. Pada 1996 terjadi wabah
meningitis dimana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban

jiwa. Meningitis bacterial terjadi pada kira-kira 3 per 100.000 orang setiap

tahunnya di Negara-negara barat. Studi populasi secara luas memperlihatkan

bahwa meningitis virus lebih sering terjadi sekitar 10,9 per 100.000 orang, dan

lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka meningitis bacterial lebih

tinggi, yaitu 45,8 per 100.000 orang setiap tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari meningitis?

2. Bagaimana etiologi dari meningitis?

3. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?

4. Bagaimana manfestasi klinis dari meningitis?

5. Bagaimana penatalaksaan dari meningitis?

6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang bisa digunakan untuk pasien

meningitis?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien meningitis

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis meningitis
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui definisi meningitis

2. Mahasiswa mampu memahami apa saja penyebab dan patofisiologi

meningitis

3. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis meningitis

4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan meningitis

5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan

untuk pasien dengan meningitis

6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan

diagnosa medis meningitis

1.4 Manfaat Penelitian

Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan

pada pasien dengan diagnosa medis meningitis.Mahasiwa juga dapat melatih soft

skill dalam komunikasi pemberian edukasi tentang penyakit sebagai konselor

perawatan pasien dengan tepat


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Meningitis adalah radang pada menings ( membran yang mengelilingi otak

dan medula spinalis ) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.Meniningitis

merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya di timbulkan dari

mikroorganisme pneuomonik, meningokok, stafilokok, stretokok, hemophilus

infuenza dan bahan aseptis. ( Wijaya A,s, 2013, p. 24)

Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada

orang dewasa biasanya hanya terbatas di dalam ruang subraknoid, namun pada

bayi cenderng meluas sampai ke rongga subdural sebagai suatu efusi atau

empiema subdural atau bahkan ke dalam otak. (Nurarif, A.H, 2016, p. 114)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah

suatu infeksi yang terjadi pada lapisan otak yang disebabkan oleh virus,

bakteri dan jamur.

2.2 Etiologi
1. Bakteri : mycbakterium tuberculosa diplococus pneumoniae

(pneumokok ), neisseria meningitis (meningokok), streptococus

haemolyticuss, staphylococus aureus.

2. Virus, toxoplasma gondhii dan rickettsia

3. Faktor fredisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari pada wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infesi maternal pada minggu

terakhir kehamilan

5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin

6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan

dengan sistem persarafan.( Wijaya A,s, 2013, p. 24)

2.3 Patofisiologi

Meningitis umumnya dimulai dalam bentuk inflamasi di araknoid, yang

dapat berlanjut dengan timbul kongesti pada jaringan sekitarnya dan kerusakan

sebagian sel saraf.

Mikroorganisme secara khas masuk ke dalam sistem saraf pusat (SSP)

melalui salah satu dari empat jalur ini:

1. Darah (yang paling sering)

2. Lubang yang menghubungkan secara langsung cairan serebrospinal

dengan lingkungan sebagai akibat trauma

3. Lintasan di sepanjang nervus kranialis dan saraf perifer

4. Lintasan melalui mulut atau hidung

Mikroorganisme yang menginvasi akan memicu  respons inflamasi pada

meningen. Dalam upaya mengusir invasi tersebut, sel-sel neutrofil akan

berkumpul di daerah ini dan menghasilkan eksudat di dalam ruang subaraknoid

sehingga cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus,yang berakibat

sebagai berikut:
1. Menyebabkan eksaserbasi respons inflamasi yang akan menaikkan tekanan

dalam otak.

2. Dapat meluas hingga mengenai nervus kranialis serta saraf perifer, dan

keadaan ini akan memicu reaksi inflamasi tambahan.

3. Menimbulkan iritasi pada meningen, yang menyebabkan disrupsi

membran selnya dan mengakibatkan edema

Konsekuensi semua keadaan di atas adalah kenaikan tekanan intrakanial,

penggelembungan pembuluh darah, gangguan pasikan darah serebral,

kemungkinan trombosis atau ruptur, dan bila tekanan intrakranial tidak turun,

hasil akhir yang terjadi adalah infark serebri. Ensafalitis dapat pula terjadi sebagai

infeksi sekunder pada jaringan otak.

Pada meningitis aseptik, sel-sel limfosit akan menginfiltrasi lapisan

araknoid tetapi biasanya infiltrasi ini tidak sehebat pada meningitis bakterialis dan

juga tidak membentuk eksudat. Jadi, tipe meningitis ini bersifat sembuh sendiri.

(Kowalak,J,P, 2011, pp. 313-314)

2.4 Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi

pada cairan otak, yaitu :

1. Meningitis serosa (Non Bakteri/Aseptik)

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan

otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium


tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan

Ricketsia.

2. Meningitis purulenta (Meningitis bakteri/ Piogenik)


Adalah radang bernanah pada meningen terutama pada arakhnoid dan

piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara

lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis

(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,

Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,

Peudomonas aeruginosa.

2.5 Manifestasi

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering).pada literature lain

disebutkan ada 3 gejala Trias meningitis bakteri : Demam, Sakit

Kepala hebat dan Kaku kuduk

2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak

responsif, dan koma.

3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:

a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi pada kepala

mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam

keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan

sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan

fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada

ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama

terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.

4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK

akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda

perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa

dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan

penurunan tingkat kesadaran.

6. Adanya ruam merupakan ciri mencolok pada meningitis

meningococal.

7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-


tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

 Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah

sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip

terhadap beberapa jenis bakteri.


 Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel

darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur

biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus. Glukosa

serum : meningkat ( meningitis )

2. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

3. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil

( infeksi bakteri )

4. Elektrolit darah : Abnormal .

5. ESR/LED : meningkat pada meningitis

6. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah

pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

7. MRI/CT-SCAN : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat

ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

8. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra

kranial.

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien meningitis lebih bersifat mengatasi etiologi dan

perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja

yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas

penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang

mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang
cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Bisanya menggunakan

sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic

agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.

1. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

a. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg

selama 1 setengah tahun.

b. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.

c. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3

bulan.

2. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

a. Sefalosporin generasi ketiga

b. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari

c. Kloramfenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6

mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7

mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.

2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.

3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk

mengobati edema serebri.


4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.

5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian

tambahan volume cairan intravena.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul pada meningitis antara lain :

1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini

muncul karena adanya desakan pada intrakarnial yang meningkat sehingga

memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan infark kedaerah subdural

2. Peradangan pada daerag ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada

menigen dapat sampai kejaringan cranial lain baik melalui perembetan

langsung maupun hematogen termasuk ke ventricular

3. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi liquor

serebro spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga

memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju

medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan diintrakarnial.

4. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar keotak

karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang

tepat

5. Epilepsy
6. Retardasi mental. Retaldasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis

yang sudah menyebar ke serebrum sehingga menganggu gyrus otak anak

sebagai tempat penyimpanan memori

7. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi kaarena pengobatan

yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap

antibiotic yang digunakan untuk pengobatan (Ridha,N, 2014)


BAB 3 TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Biasanya meningitis menyerang pada usia muda yaitu 1 bulan hingga 5

tahun, dengan sebagian besar kasus pada anak kurang dari 1 tahun dan individu

dewasa muda 15 hingga 24 tahun. (Kyle & Carman, 2015)

3.1.2 Status kesehatan saat ini

1) Keluhan utama

Pada pasien meningitis biasanya keluhan utama yang dirasakan yaitu

muncul demam atau menggigil, kernig (+) (Carman, 2014, p. 138)

2) Alasan masuk rumah sakit

Keluhan yang dirasakan saat masuk rumah sakit biasanya pasien sakit

kepala, muntah, kejang, ruam pada kulit. (Carman, 2014, p. 138)

3.1.3 Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian yang didapatkan dengan adanya gejala-gejala yang dirasakan

meliputi sakit kepala, mual muntah, demam, perubahan tingkat kesadaran dan

merasa kaku pada leher (Widagdo,W, 2010, p. 125)


3.1.4 Riwayat penyakit terdahulu

3.1.5 Riwayat penyakit sebelumnya

Meningitis dapat terjadi sesudah seseorang megalami trauma atau

menjalani prosedur infasif ang meliputi ftartur tengkorak atau kraniu, luka tembus

pada kepala, pungsi lumbal, pemasangan shunt ventrikulus.(Kowalak,J,P, 2011, p.

314)

3.1.6 Riwayat penyakit keluarga

3.1.7 Pemeriksaan fisik

 Kesadaran umum

 Kesadaran :Biasanya pasien yang mengalami penyakit meninitis

kesadarannya apatis sampai koma ( Wijaya A,s, 2013, p. 29)

 Tanda-tanda vital

 Sistem pernafasan.:Pernapasan tidak teratur, kadang terjadi chyne

stokes, tacgipnea, napas cepat dan dangkal. ( Wijaya A,s, 2013, p.

29)

 Sistem kardiovaskuler:Pada sistem karidovaskuler terjadi kenaikan

tekanan intrakarnial yang dapat mengakibatkan pasien tidasadarkan

diri (koma) (Kowalak,J,P, 2011, p. 314)

 Sistem persyarafan

Disfungsi pada saraf cranial N III, VI, VIII

Neuron III & VI : biasanya pada pasien meningitis pemeriksaan

fungsidan reaksi pupil pada pasien meningitis yang tidak disertai

penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan, pada tahap lanjut


meningitis yang menganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari

fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan berlebihan

terhadap cahaya

Neuron VIII : biasanya pada pasien meningitis dengan stadium

lanjut ditemukannya adanya tuli konduktif dan tuli persepsi

(Widagdo,W, 2010, p. 126)

 Sistem perkemihan :Tidak terjadi gangguan pada sitem perkemihan

( Wijaya A,s, 2013, p. 22)

 Sistem pencernaan :Pada pasien meningitis biasanya terjadi mual

dan muntah (Kowalak,J,P, 2011, p. 134)

 Sistem integument:Pada sistem integument terjadi ruam petekia,

vesicular atau ruam mukular juga dapat terjadi pada pasien

meningitis (Carman, 2014, p. 139)

 Sistem musculoskeletal: Pada sistem musculoskeletal pasien yang

mengalami penyakit meningitis biasanya mengeluh nyeri dan kaku

pada leher atau kekakuan pada otot (Kyle & Carman, 2015, p. 557)

 Sistem reproduksi : Pada pasien meningitis biasanya tidak terjadi

gangguan pada sistem reproduksi. ( Wijaya A,s, 2013, p. 23)

 Sistem Endokrin : Tidak ada gangguan pada sistem endokrin

( Wijaya A,s, 2013, p. 22)

 Sistem imun : Pada sistem imun mengalami penurunan sistem

imun pada pasien meningitis ( Wijaya A,s, 2013, p. 22)


3.1.8 Pemeriksaan penunjang

1.Pemeriksaan cairan dan otak

 Bakteri

Tekanan cairan otak meningkat > 180 mmH20

Warna : keruh sampai purulent

Sel : leukosit meningkat, 95% PMNProtein : meningkat > 75

mg/100 ml

Gula : menurun  < 40 , normal 2/3 dari glukosa darah

 Virus

Warna : jernih

Sel : jumlah sel meningkat

Protein : normal

Gula : normal

Cl- : normal

2.Pemeriksaan darah tepi, leukosit meningkat

3.Elektrolit, hiponatremia karena pengeluaran ADH

4.LP, tidak untuk pningkatan TIK

5.CT scan, untuk edema serebral

6.Rontgen : radang paru / abses paru sebagai sumber infeksi( Wijaya A,s,

2013, p. 29)

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (PPNI, 2016, p. 51)

Definisi: Berisiko mengalami Penurunan sirkulasi darah ke otak

Faktor Risiko: Cidera Kepala


Kondisi Klinis Terkait: Cidera Kepala,Hidrosefalus,Infeksi Otak

(mis,meningitis,ensefalitis,abses serebri)

2. Nyeri Akut b.d pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional (PPNI, 2016, p. 172)

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga beratn yang berlangsung kurang

dari 3 bulan

Penyebab

 Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)

 Agen pencendera kimiawi (mis, prosedur operasi, trauma, )

Gejala dan Tanda Mayor

 Subjektif :Mengeluh nyeri

 Objektif :Tampak meringisBersikap protektif (mis, waspada

posisi menghindar nyeri)GelisahFrekuensi nadi meningkatSulit

tidurKondisi Klinis TerkaitKondisi pembedahanCedera

traumatisInfeksi

3. Hipertermia b.d proses terjadinya infeksi (PPNI, 2016, p. 284)

Definisi : Suhu tubuh meningkat dibawah rentang normal tubuh

Penyebab:

 Dehidrasi

 Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

 Peningkatan laju metabolism

 Respon trauma
Gejala dan Tanda Mayor

 Tanda dan gejala :

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif : Suhu tubuh di atas normal

Kondisi Klinis Terkait

 Proses infeksi

 Dehidrasi

 Trauma

4.Resiko Cedera b.d kerusakan fisik yang memnyebabkan seseorang tidak lagi

sepenuhnya sehat (PPNI, 2016, p. 294)

Definis : beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang memnyebabkan

seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik

Penyebab :

 Eksternal: Terpapar pathogen,Terpapar zat kimia toksik,Terpapar agen

nosokimial,Ketidakamanan transportasi

 Internal : Ketidaknormalan profil darah,Perubahan orientasi

afektif,Perubahan sensasi.Disfungsi autoimun,Disfungsi

biokimia,Hipoksia jaringan,Kegagalan mekanisme pertahanan

tubuh,Malnutrisi,Perubahan fungsi psikomotor,Perubahan fungsi kognitif

Kondisi Klinis Terkait

 Kejang

 Sinkop

 Gangguan penglihatan
 Gangguan pendengaran

 Hipotensi

 Retardasi Mental

3.3 Intervensi
3.3.1 Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif(PPNI, Standart Intervensi

Keperawatan Indonesia, 2016, p. 512)

Intervensi Utama :Manajemen Peningkatan Tekanan

Intrakranial,Pemantauan Tekanan Intrakranial

Intervensi Pendukung :

 Edukasi diet

 Edukasi Program Pengobatan

 Edukasi Prosedur Tindakan

 Manajemen Kejang

 Pemantauan Tanda Vital

3.3.2 Nyeri Akut (PPNI, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia, 2016, p.

484)

Intervensi Utama : Manajemen Nyeri, Pemberian Analgesik

Intervensi Pendukung :

 Edukasi Manajemen Nyeri

 Edukasi Proses Penyakit


 Edukasi Teknik Nafas

 Manajemen Kenyamanan Lingkungan

 Pemantaun Nyeri

 Pemberian Obat

 Terapi Sentuhan

3.3.3 Hipertermia(PPNI, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia, 2016, p.

468)

Intervensi Utama : Manajemen Hipertermia,Regulasi Temperatur

Intervensi Pendukung :

 Edukasi Analgesia Terkontrol

 Edukasi Dehidrasi

 Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh

 Edukasi Termoregulasi

 Manajemen Cairan

 Pencegahan Hipertermi Keganasan

 Perawatan Sirkulasi
3.3.4 Resiko Cedera(PPNI, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia, 2016, p.

496)

Intervensi Utama : Manajemen Keselamatan Lingkungan, Pencegahan

Cedera

Intervensi Pendukung

 Edukasi Pengurangan Risiko

 Identifikasi risiko

 Pemasangan Alat Pengaman

 Pencegahan Jatuh

 Pemberian Obat

3.4 Implementasi
3.4.1 Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif

Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (PPNI, Standart Intervensi

Keperawatan Indonesia, 2016, p. 205)

Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan tekanan dalam

rongga kranial

Tindakan :

Observasi:
 Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah

mneingkat,Tekanan nadi melebar,Bradikardia,Pola nafas irregular,

Kesadaran menurun)

 Monitor status pernafasan

 Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

 Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang

tenang

 Berikan Posisi Semi Fowler

 Cegah terjadinya kejang

 Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, bila perlu

 Kolaborasi pemberian pelunak tinja,bila perlu

3.4.2 Nyeri Akut

Manajemen Nyeri (PPNI, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia,

2016, p. 201)

Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringanatau fungsional dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan

tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil

-Frekuensi Nadi membaik

-Pola nafas membaik

-Keluhan nyeri menurun

Tindakan:

 Observasi :

-Identifikasi skala nyeri

-Identifikasi respon nyeri non verbal

-Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

-Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

-Monitor efek samping penggunaan analgetik

 Terapeutik

-Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri

-Fasilitasi istirahat tidur

-Pemilihan strategi mengurangi nyeri

 Edukasi

-Jelaskan strategi mengurangi nyeri

-Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri


 Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian analgetik,bila perlu

3.4.3 Hipertermi

Manajemen Hipertermia (PPNI, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia, 2016,

p. 181)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat

disfungsi termoregulasi

Tindakan :

 Observasi :

-Identifikasi penyebab hipertermia

-Monitor suhu tubuh

-Monitor kadar elektrolit

-Monitor haluaran urine

-Monitor komplikasi akibat hipertermia

 Terapeutik

-Sediakan lingkungan yang dingin

-Longgarkan pakaian

-Berikan cairan oral

-Lakukan pendinginan eksternal

 Edukasi
Anjurkan tirah baring

 Kolaborasi

Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

3.4.4 Risiko Cedera

Pencegahan Cedera (PPNI, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia, 2016, p.

275)

Definisi: Mengidentifikasi dan menurunkan risiko mengalami bahaya atau

kerusakan fisik

Tindakan :

 Observasi

-Identifikasi area lingkungan yang berpotensi membuat cedera

-Identifikasi obat yang brpotensi menyebabkan cedera

 Terapeutik

-Sediakan pencahayaan yang memadai

-Sosialisasikan lingkungan ruang rawat

-Pertahankan posisi tempat tidur diposisi terendah

-Pastikan barang barang pribadi mudah dijangkau

 Edukasi

-Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh

-Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa

menit sebelum berdiri


3.5 Evaluasi
Setelah semua tindakan keperawatan telah dilakukan, perawat

menyelesaikan evaluasi untuk menentukan tercapainya tujuan kesehatan

pasien dengan outcome yang mungkin ditunjukan oleh pasien secara general

tergambar dalam 3 bentuk berikut

 Peningkatan kondisi pasien

 Kondisi pasien stabil

 Kondisi pasien yang menurun /memburuk, meninggal,atau boleh pulang

Pada situasi kondisi pasien yang tidak menunjukan adanya peningkatan, atau

jika tujuan kesehatan tidak tercapai,proses keperawatan dimulai lagi dari langkah

pertama dan pengkajian sampai evaluasi.

Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada Tujuan dan Kriteria Hasil yang

sudah disusun sejak menentukan Renpra yang ditulis dengan menggunakan

metode SOAP

 S: Subjektif; Data subjektif pasien atau keluhan pasien

 O:Objektif ; Data objektif pasien berdasarkan observasi perawat

 A:Assesment: Apakah tujuan tercapai,tercapai sebagian atau belum

tercapai
 P:Planning ; Rencana selanjutnya.Misal: Apabila tujuan belum tercapai

atau tercapai sebagian maka lanjutkan intervensi,apabila tujuan sudah

tercapai maka pertahankan kondisi pasien.


BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

4.1 Kasus
nama : Ny SWH

umur : 35 tahun

no.RM : 980662

status : sudah kawin

pendidikan : SMA

perkerjaan : ibu rumah tangga

agama : islam

alamat : Dsn ngrambe,kec nggeneng Kab.Ngawi

Diagnosa medis : meningitis

Penanggung jawab: Tn. AS ( suami),umur 37 tahun.

pasien masuk tanggal 20 mei 2021

Pasien masuk RSUD Bhakti Dharma Husada melalui IGD pada tanggal

20 Mei 2021 jam 23.14 WIB. Dengan keluhan sakit kepala sudah 3 hari sampai

tidak bisa bangun dari tempat tidur selama 2 hari,di sertai demam serta

menggigil,lemas, mual dan muntah. Pasien tampak gelisah.

Keluarga mengatakan pasien belum pernah dirawat drumah sakit, keluarga

mengatakan ± 3 bulan yang lalu pasien selalu mengeluh dengan sakit kepala

dan batuk yang dirasakannya pasien selalu menolak bila diajak untuk berobat,

sebelum pasien dibawah ke rumah sakit pasien sudah demam selama ± 3 hari.
4.2 Pengkajian
4.2.1 Pemeriksaan Fisik

 keadaan umum pasien : Lemahtingkat kesadaran , GCS E:3V: 5M:

5.TD: 120/70 mmHg, nadi 120x/menit, RR: 26x/menit, suhu:

38,8°C.

 Kepala tampak simetris, rambut tidak mudah rontok, tidak ada lesi

dan oedema.Wajah tidak pucat,pemeriksaan Mata tampaksimetris,

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterikpemeriksaan

reflek pupil isokor dengan diameter 2/2mm,Hidung simetris,

tampak bersih,tidak ada pernafasan cuping hidung, lesi tidak ada,

Mulut tidak pucat, tidak terdapat lesi.pemeriksaan Leher tidak ada

pelebaran vena jugularis, tidak adapembesaran kelenjar getah

bening,adanya kakukuduk.

 .Dada simetris, pergerakan dinding dada kiri sama

dengankanan, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor.Pada

pemeriksaanKardiovaskuler : ictus cordis tidak terlihat dan ictus

cordis teraba, perkusi pekak, irama teratur.Ekstermitas atas

dan bawah: CRT kembali < 2 detik, tidak ada oedema, tangan

kanan terpasang infus naCl 0,9%

 .Pemeriksaan rasangan meningeal: kaku kudukpositif, tanda

kernigpositif, tanda brudzinski negatif ,

 CT scan hasil edema serebralsisi kiri dan hyperemia

korteks serebral,empyema subdural di sisi kiri


 Pola AktifitasPola Nutrisi dan Cairan : Keluarga mengatakan saat

sehat pasien makan 3x sehari dengan nasi +lauk +sayur, namun

jarang makan buah, dan minum air putih sebanyak 8-9 gelas (1800-

2000cc/hari). Saat sakit pasien hanya habis setengah porsi karena

mual

 Pola Eliminasi : Keluarga mengatakan saat sehat BAB pasien

lancar 1-2 x sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan, BAK

lancar, tidak ada keluhan, sebanyak ± 7-8 x perhariSaat sakit

pasien tepasang kateter, input = 1500cc/hari, urien 24

jam1000 cc/hari, warna kuning pekat dan BAB 1x/ hari,

konsistensi lembek, menggunakanpempes.

 Istirahat dan TidurSaat Sehat pasien ,tidur malam ± 8 jam/hari,

tidur siang ±3 jam/hari.Saat Sakit, pola tidur dan istirahat

dibantu dengan obat

 Aktifitas dan LatihanSaat Sehat : keluarga mengatakan pasien

seorang mahasiswa dan dapat melakukan kegiatan serta

aktivitas sendiri.Saat Sakit : pasien mengalami kelemahan sehingga

pemenuhan ADL pasien sebagian dibantu oleh keluarga

 Data penunjangHasil pemeriksaan laboratorium yang didapatkan

pada pemeriksaan,

pada tanggal 20 Mei 2021:

-DL:Haemoglobin: 12,4 g/dl(12-16), Lekosit: 35.930/mm (5.000-

10.000)Trombosit: 110.000/mm (150.000- 400.000)


-Glukosa sewaktu: 161 mg/dl (< 200) ,

-Ureum darah : 63 mg/dl (10,0-50,0),

-Kreatinin darah:1,1mg/dl (0,6 – 1,1),

Elektrolit: Natrium: 129 mmol/L (136-145),Kalium : 3,7 mmol/L

(3,5-5,1), Klorida serum : 96 mmol/L

-.Hasil laboratorium lumbal pungsiVolume ± 5cc Kekeruhan:

negatifWarna: beningJumlah sel: 49/mmpH :7,35 pCO2 :37 mmHg

pO2 : 176 mmHg

 Terapi :

-Dexametason 4x1 ampul

- Draprazol 400grm 2x1

-Ceftriaxson 2grm 2x1

-Paracetamol 75gram 3x1

4.3 Analisa Data


NO DATA PROBLEM ETIOLOGI

1 Data Subjektif Nyeri akut Agen pencedera

Klien mengeluh (D.007) fisiologis( inflamasi

-2 hari tidak bangun dari TT )

-Lemas

-Sakit kepala

-Demam dan menggigil

-Mual muntah

Data Objektif
-Pasein tampak meringis

-RR: 26x/menit

- Nadi:120x/menit

-Nafsu makan berubah

-Kaku kuduk

-Sulit tidur

2 Data Subjektif Hipertermia Proses Penyakit

Klien mengeluh demam disertai (D.0130) (infeksi)

menggigil

Data Obyektif

-suhu 38,8,Nadi 120x/menit RR

26x/menit

-Kulit merah dan terasa hangat

Hasil Lab?

Data Subjektif Risiko Perfusi Edema Serebral

Pasien mengeluh sakit kepala ± Serebral tidak

3hari, sampai tidak bisa bangun efektif

dari tempat tidur. (D.0017)

Data Objektif

- GCS = E=3 V=5 M=5

-Pasien tampak gelisah

-Kondisi klinis terkait:infeksi Otak

- CT scan hasil edema serebral sisi

kiri dan hyperemia

korteks serebral, empyema subdural


di sisi kiri

4.4 Diagnosa Keperawatan


1.Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis

2.Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit

3.Resiko perfusi serebral Tidak efektif berhubungan dengan edema serebral

4.5 Perencanaan
DIAGNOSA KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN

KEPERAWATAN

Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukann Tindakan


Observasi
dengan Agen Pencedera tindakan keperawatan
-Identifikasi
Fisiologis selama 3 x 24 jam
lokasi,karakteristik,durasi,
diharapkan tingkat nyeri frekuensi, kuyalitas,
intensitas nyeri
menurun (L.08066) dengan
-Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil :
-Identifikasi respon nyeri
-Keluhan nyeri menurun non verbal
-Identifikasi faktor yang
-Meringis menurun
memperberat dan
-Sikap protektif menurun memperingan nyeri
Gelisah menurun -Identifikasi pengetahuan
- dan keyakinan tentang
-Kesulitan tidurmenurun
nyeri
-Menarik diri menurun -Identifikasi pengaruh

-Berfokus pada diri nyeri terhadap kualitas


sendirimenurun
hidup
-Diaforesismenurun -Monitor keberhasilan
-Nadi:80-100x/mnt terapim komplementer
yang sudah diberikan
-Monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
-Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan
tidur
-Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
-Jelaskan
penyebab,periode dsn
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
-Anjurkan memonitor
nyeri secarta mandiri
Ajarkan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
analgetic, bila perlu
Ansietas

Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Tindakan


keperawatan selama 3 x 24

jam diharapkan suhu tubuh Observasi

dalam rentang normal -Monitor TTV tiap 2 jam

dengan kriteria hasil -Tingkatkan asupan cairan

-Suhu Tubuh:36,5-37,5oC dan nutrisi yang adekuat

-Nadi:80-100x/mnt -Ajarkan kompres hangat

-Rr:16-20x/mnt dan memperbanyak minum

- Kulit merah cukup air putih

menurun -Pemberian antipiretik

-Suhu kulit cukup (paracetamol)

membaik

Risiko Perfusi Cerebral Setelah dilakukan tindakan Tindakan

Tidak Efektif keperawatan selama 2 x 24 Observasi

jam diharapkan perfusi -Monitor tanda/gejala

cerebral meningkat dengan peningkatan TIK

kriteria hasil : -Berikan posisi semifowler

-Sakit kepala cukup -Jelaskan tujuan dan

menurun prosedur pemantauan

-Kesadaran cukup -Kolaborasi dengan dokter

membaik |(GCS:E=4 V=5 tanda dan gejala bila

M=6) terjadi peningkatan TIK

-Gelisah cukup menurun dan terapi yang akan

diberikan.
WOC
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poin

antara lain :

1. Meningitis adalah radang pada menings ( membran yang mengelilingi


otak dan medula spinalis ) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau
jamur.Meniningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya di
timbulkan dari mikroorganisme pneuomonik, meningokok, stafilokok,
stretokok, hemophilus infuenza dan bahan aseptis. ( Wijaya A,s, 2013,
p. 24)

2. Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium


tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia

3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki laki
lebih sering dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lain
ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
Sedangkan faktor imunologinya adalah defisiensi mekanisme imun,
defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau
injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.

4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosa


dan Meningitis purulenta.

5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antara


lain:
a. beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan
posisi kepala datar.

b. Pantau adanya kejang

c. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata,


berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan
rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.

d. Kaji derajat imobilisasi pasien.

e. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam


perasaaan, sensorik dan proses pikir.

f. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya

A. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan
bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis.
Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak digunakan
untuk mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya A,s. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Batticaca, F.B. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien denan Gangguan Sistem

Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Carman. (2014). Buku Praktik Keperawatan Paediatri. Jakarta: EGC.

Kowalak,J,P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan.

Kyle & Carman. (2015). In Buku Ajar Keperawatan Paediatri (p. 557). Jakarta:

EGC.

Nurarif, A.H. (2016). In Asuhan Keperawatan Praktis (p. 114). Yogyakarta:

Medication Publising.

PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

Dewan Pegurus Pusat.

PPNI. (2016). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: TIM pokja

PPNI.

Ridha,N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widagdo,W. (2010). Asuhan Keperawatan pada KLien dengan Ganggguan Sistem

Persyarafan. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan.

Anda mungkin juga menyukai