Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin
belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia
kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum
selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu
didahului dengan matinya janin dalam Rahim (Manuaba, 2007:683).
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi
tersering pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari
kehamilan yang ditemukan.Namun angka kejadian abortus sangat tergantung
kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada
wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita yang
hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup(Manuaba, 2007:683).
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat
diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan
irreguler(Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).
Abortus inkompletus yaitu pengeluaran produk konsepsi secara
spontan sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering terjadi minggu ke 8-
12, lebih jarang trimester II karena mungkin etiologinya berbeda). (Dr. M.
Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).

B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin
dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan,
gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom: Gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom, termasuk kromosorn seks.
b. Faktor lingkungan endometritum.
Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Gizi
ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
2. Pengaruh luar
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
3. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak
dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes
melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga
menimbulkan keguguran.
4. Penyakit ibu. Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis.
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi
retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
penyakit diabetes melitus.
5. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi
uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi
serviks), robekan serviks postpartum.
6. Faktor antibody autoimun, terutama :
Antibody antiphosfolipid :
a. Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan
b. Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti abortus
c. Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC)
d. Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan menyebabkan
abortus.

C. PATPFISIOLOGIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk
ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol karena
terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan
dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2005).
D. PATHWAY

Perdarahan
nekrosis

Hasil konsepsi
terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar Hasil konsepsi keluar


sempurna (abortus tidak sempurna (abortus
kompletus) inkompletus)

Merasa kehilangan
perdarahan

Ansietas
Duka cita Kekurangan
volume
Stress cairan

Risiko
Nyeri infeksi
Akut

Risiko syok
Intolerans
i aktifitas
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah.
Aspek klinis abortus spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens.
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis
abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam
pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya
adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian
terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi
perdarahan ringan selama beberapa minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal
ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila
plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau
lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-
kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium
uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis
dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga
semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri
menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada
pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan
busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari
kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20
minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi
diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone
progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali
atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan


kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000
gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat
terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga
tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan– tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

F. MANIFESTASI KLINIS
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai
berikut:
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3. Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
4. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri
atau  kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringan keluar.
6. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
b. Adakah disertai bekuan darah
c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d. Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam speculum
a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c. Apakah tampak jaringan keluar ostium
d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan
d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
e. Adakah rasa nyeri pada perabaan
f. Adakah terasa tumor atau tidak
g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang


(crossmatch)

1. Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai


2. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan
3. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan
perkembangan lanjut

PENATALAKSANAAN

Penanganan umum:
1. Kuretase dapat dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi dalam
uterus  Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat
anestesi (dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam.
Setelah pasien terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika
melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok
kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk
mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena
pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih
dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa
plasenta, atau kasus endometrium.Alat kuretase baik sendok maupun
selang dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina. Bila menggunakan
sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum
jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya
tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-krok”
(beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir
selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot
secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret memakan waktu
sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).
2. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat,
komplikasi berat atau masih cukup stabil)
3. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan)
4. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk kerumah sakit.
a. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat
segera atasi komplikasi tersebut
b. Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan
tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis
atau Ringer

Penatalaksanaan berdasarkan jenis abortus (abortus inkomplitus)

1. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan
NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan
transfuse darah
2. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan
3. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular
untuk mempertahankam kontraksi otot uterus
4. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi
5. Bila tak ada tanda–tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin
500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
6. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8
jam

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan:

1. Melakukan vulva hygiene untuk mengurangi terjadinya infeksi pada area


vagina minimal 2x sehari
2. Menganjurkan pasien istirahat yang cukup
3. Menjelaskan kepada klien tentang penyebab abortus dan penaganan
terhadap abortus
4. Monitor intake dan output cairan klien

H. KOMPLIKASI
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat
retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam uterus.Sinekia intrauterin dan
infertilitas juga merupakan komplikasi dari abortus.
Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi,
seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan sisa
yang tidak lengkap dan infeksi. Komplikasi ini meningkat pada umur
kehamilan setelah trimester pertama. Panas bukan merupakan kontraindikasi
untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang memadai segera
dimulai.Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan kuretase antara lain :
1. Komplikasi Jangka pendek
a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah,
bradikardi dan cardiac arrest.
b. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila
perforasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan
aspirator. Selanjutnya kavum uteri dibersihkan sedapatnya. Pasien
diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan akan berhenti
segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.
c. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila
pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.
d. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi.
Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.
e. Infeksi akut dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya
berupa pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman aerobik
maupun anaerobik. Bila ditemukan sisa jaringan konsepsi, dilakukan
pembersihan kavum uteri setelah pemberian antibiotika profilaksis
minimal satu hari.
2. Komplikasi jangka panjang.
Infeksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun karena
infeksi yang pengobatannya tidak tuntas dapat menyebabkan:
a. Infertilitas baik karena infeksi atau tehnik kuretase yang salah sehingga
terjadi perlengketan mukosa (sindrom Asherman)
b. Nyeri pelvis yang kronis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan
perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami
oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya
5. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan
dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan
dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
8. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji
mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran
dan penghidung.Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi
kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh
dengan jari.
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung
pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang
organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi
yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan
bunyi yang terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang
antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson &
Taylor, 2005: 39)
d. Pemeriksaan laboratorium :Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang:
rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana: Kaji mengenai
pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
e. Data lain-lain :
1. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.
2. Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola
komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan
mekanisme koping yang digunakan.
3. Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien
4. Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengann efek prosedur invasif
5. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan
3. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
.

1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukantindakan keperawatan Manajemen nyeri


agen pencedera fisiologi (D.0077) selama 2x24 jam diharapkan nyeri akut
dapat teratasi dengan kriteria hasil Observasi
(L.08066) :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
a. Keluhan nyeri menurun
durasi, frekuensi, kualitas,
b. Meringis menurun
intensitas nyeri.
c. Gelisah menurun
2. Identifikasi skala nyeri.
d. Frekuensi nadi membaik
3. Monitor efek samping penggunaan
e. Pola napas membaik
analgetik.
Terapeutik
4. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi musik, terapi pijat, aroma
terapi, kompres hangat/dingin)
Kolaborasi
7. Pemberian analgetik, jika perlu

3. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen energi ( L.05178)
dengan kelemahan (D.0056) selama 2x24 jam diharapkan masalah Observasi
intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan 1. Kaji adanya gangguan fungsi
kriteria hasil ( L.05047) : tubuh
1. TTV normal 2. Monitor kelelahan fisik.
2. Saturasi oksigen normal 3. Monitor TTV
3. Kekuatan ekstremitas atas dan bawah 4. Monitor nutrisi dan sumber energi
meningkat
4. Kelemahan menurun Terapeutik
5. Monitor pola tidur
6. Berikan lingkungan yang nyaman
7. Bantu klien mengidentifikasi
aktivitas yang dapat dilakukan
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkat kan asupan
cairan

Ansietas berhubungan dengan krisis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas (L.09314)
situasional (D.0080) selama 2x24 jam diharapkan gangguan Observasi
ansietas menurun dengan kriteria hasil 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
(L.09093) : berubah (mis. Kondisi, waktu,
a. Verbalisasi khawatir menurun stressor)
b. Perilaku gelisah menghilang 2. Monitor tanda ansietas (verbal
c. TTV dalam batas normal dan non verbal)
d. Frekuensi Terapeutik
3. Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Pahami situasi yang membuat
ansietas

Edukasi

5. Latih kegiatan pengalihan, untuk


mengurangi ketegangan
6. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

7. Kolaborasi pemberian obat anti


ansietas, jika perlu
Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I.14539)
dengann efek prosedur invasif selama 2x24 jam diharapkan tidak ada Observasi
(kuretase) (D.0142) tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
(L.14137): 2. Monitor keadaan lokia (warna,
a. Nyeri menurun jumlah, dan bau)
b. Kemerahan menurun Terapeutik
c. Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
d. Nafsu makan meningkat kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien.
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Anjurkan meningkatkan nutrisi dan
cairan
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
Resiko syok berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan syok (I.02068)
kekurangan volume cairan (D.0039) selama 2x24 jam diharapkan risiko syok Observasi
pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil 1. Monitor status oksigenasi dan
(L.03032) : cairan
a. Saturasi oksigen meningkat 2. Monitor tingkat kesadaran
b. Tigkat kesadaran meningkat
c. Tekanan darah membaik Terapeutik
d. Frekuensi napas membaik 3. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
> 94%
4. Lakukan skin test untuk
mencegah alergi
Edukasi
5. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
6. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
S : Subjektif
Data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien.
O : Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi langsung kepada
pasien
A : Analisa
Masalah keperawatan/diagnosa yang masih terjadi atau baru saja terjadi
akibat perubahan satus kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan objektif.
P : Planning
Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau menambah rencana tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis


kontrasepsi pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
JNPK_KR. 2008. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar (PONED).
Kusmiyati, Dkk. 2009. Perawatan ibu hamil. Yogjakarta : Fitramaya.
Manuaba, 2007. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: EGC.
Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan dalam Asuhan Kompleks Maternal &
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnois Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI\
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS G1P00000 UK 8 MINGGU
+ ABORTUS INCOMPLETE DI RUANG VK RSI DARUS
SYIFA’ SURABAYA

OLEH :

ALIK CHUSNUL
MU’AFIYAH

NIM : 2022090030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS GRESIK

2022

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS G1P00000
UK 8 MINGGU + ABORTUS INCOMPLETE DI RUANG VK RSI
DARUS SYIFA’ SURABAYA
Surabaya, 23 Oktober 2022

Mahasiswa

Alik Chusnul Mu’afiyah


NIM : 2022090030

Preseptorship Dosen Pembimbing

Roudlotul Hikmah, Amd.Keb Yuanita Syaiful,S.Kep.,Ners.,M.Kep


NPP : 02.188.01.08 NIDN : 0710112801

Mengetahui
KEPALA RUANGAN

Roudlotul Hikmah, Amd.Keb.


NPP : 02.188.01.08

Anda mungkin juga menyukai