Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

TEORI DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS


Dosen Pengampu : Ns. Fitri Nuriya Santy,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Disusun oleh :

Hani Rahma Yuliska 1926046


Ni Nyoman Widi Astari 1926074
Rona Safitri 1926120
Taufik Saputra 1926110
Yen Jessica 1926120
Yudi Yanjaya 1926122

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yangtelah memberikan rahmat,
serta kasih sayang Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Adapun
tujuan dengan dibuatnya makalah ini sebagai syaat untuk memenuhi nilai dalam mata kuliah
Keperawatan Maternitas.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak dapat terlepas daribimbingan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih pada dosen kami yaitu
Fitri Nuriya Santy,M.Kep.,Sp.Kep.Mat dan teman teman yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
kami khususnya. Kami menyadari masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami terima dengan senang hati.

Bandar Lampung, 17 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV/AIDS.................................................................................... 2
B. Etiologi........................................................................................................... 2
C. Patofisiologi................................................................................................... 3
D. Manifestasi Klinis.......................................................................................... 6
E. Penatalaksanaan Medis.................................................................................. 7

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian...................................................................................................... 9
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................... 10
C. Perencanaan.................................................................................................... 10
D. Evaluasi.......................................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Human Immunodeficiensy Virus (HIV) merupakan salah satu penyakit mematikan
didunia yang menjadi wabah internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza, Dewi,
DKK,201). penyakit HIV/AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan
ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk teinfeksi berbagai macam penyakit lain
(kemenkes, 2015). Meskipun telah ada kemajuannya dalam pengobatan, namun infeksi
HIV/AIDS masih merupakan masalah kesehatan yang penting didunia ini.
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak
negara diseluruh dunia. UNAIDS, badan WHO yang mengurusi masalah AIDS,
memperkirakan jumlah odha diseluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9-44,3 juta
orang. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan
berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, AIDS memerlukan
respon dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan pengobatan untuk
individu yang terinfeksi HIV.
Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan sebagai bentk paling
hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan respon imun, dan tanpa gejala yang
nyata. Hingga keadaan imunosupresi yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian (padila,2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari HIV/AIDS?
2. Apa penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?
4. Bagaimana manifestasi klinisnya?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dan pengertian HIV/AIDS
2. Mengetahui penyebab dan patofisiologi dari HIV/AIDS
3. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yakni virus yang
menyerang sistem imun sehingga kekebalan menjadi lemah bahkan sampai hilang.
Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Disease
Syndrome, yakni suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu virus HIV
(Sujana,2007).
Infeksi HIV merupakan penyakit kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh
retrovirus HUV tipe 1 atau HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). HIV secara
umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia, memperbanyak diri
didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit
infeksi. AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau
menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang yang didapat terkena infeksi HIV.
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas
seluler, dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau
biseksual, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi
darah lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut.
(DORLAN, 2002)
B. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari HIV/AIDS karena terganggunya system imun dalam tubuh
ODHA. Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien sehingga orang yang terinfeksi
HIV akan seumur hidup tetap terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak
khas seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam dan lain
sebagainya pada 3-6 minggu setelah infeksi (Sudoyo, 2006).
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui 6 cara penularan
yaitu :
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secaa vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air
mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai selaput lendir, penis,
dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dicairan tersebut masuk ke
aliran darah 9PELEKSI,1995 dalam Nursalam,2007).
b. Ibu pada bayi nya
Penularan HIVdari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Bila ibu
baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi
sebanyak 20%-35%. Sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu

2
kemungkinan mencapai 50% (PELEKSI,1995 dala, Nursalam,2007).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal
atau kontak antar kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan.
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah
dan menyebar keseluruh tubuh.
d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain
yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan
langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV, akan
langsung berdampak.
e. Alat-alat untuk menoreh kulit
Alat tajam seperti jarum,pisau, silet menyunat seseorang, membuat tato dan
sebagainya dapat menularkan infesi HIV sebab alat tersebut munfkin dipakai
tanpa ditsrilkan terlebih dahulu.
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan di kesehatan, maupun yang digunakan oleh para
pengguna narkoba sangat berpotensi menularkan HIV.
C. Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah human
immunodeficiencyvirus (HIV), yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus
tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologis lainnya, dan orang itu
mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang
respons imunologis diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan bila sel-
sel tersebut berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan terganggu.
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati sawar
darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga terpengaruh dengan peningkatan
produksi immunoglobulin total yang berhubungan dengan penurunan produksi antibody
spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin
rentan terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam
memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multisystem
yang dapat bersifat dolman bertahun-tahun karena menyebabkan imunodefisiensi secara

3
bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis penyakit ini bervariasi orang ke
orang (Bezt, Cecily Lynn. 2009).
Menurut Robbins, DKK (2011) perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami
menggunakan kaidah saling mempengauhi antara HIV dan sistem imun. Ada 3 tahap yang
dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus dan penjamu.
1). Fase akut pada tahap awal, mengganbarkan respon awal seseorang dewasa yang
imunokompeten terhadap infeksi HIV.
2). Fase kronis pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relativ virus.
3). Fase krisis, pada tahap akhir, ditandai dengan kehncuran penjamu yang sangat
merugikan peningkatan virema yang nyata, serta penyakit klinis.
PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS
Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium,
antara lain (Nursalam, 2007) :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika
hadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam
tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan (window period).
2. Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan
adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent
generalized lymphadenophaty) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan.
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit
infeksi sekunder.

4
PATHWAY

(HIV RETROVIRUS)

(STADIUM HIV (1-3 atau 6 bulan) Sindrom mononukleosida, yaitu


MENYERANG LIMFOSIT T CD4+ demam 38-40o c, pembesaran
Ditularkan melalui darah, semen, kelenjar getah bening dan di
sekresi vagina, ludah, air mata, ASI ketiak, disertai timbulnya bercak
kemerahan pada kulit.

(STADIUM ASIMPTOMATIK (5-10


tahun) Manifestasi
Masuk ke dalam organ tubuh tapi klinis
tidak mengalami gejala Pembesaran kelenjar getah bening di
leher, ketiak, paha. Keluar keringat
malam hari. Lemas, BB turun
5kg/bulan batuk kering, diare, bercak
di kulit,ulserasi, perdarahan, sesak
nafas, kelumpuhan, gangguan
penglihatan, kejiwaan terganggu.
(STADIUM PEMBESARAN KELENJAR
LIMFE 1 bulan set. Std,
Asimptomatik)
Tidak ada gejala

Kelainan otak, meningitis, kanker


kulit, luka ulserasi, infeksi yang
menyebar, TBC, diare kolik,
(STADIUM AIDS) candidiasis mulut dan pneumonia.
Tahap akhir infeksi, menyerang limfosit B
akan antibody spesifik dan system saraf
pusat, meliputi selaputnya yang sifatnya
toksik terhadap sel

5
D. Manifestasi Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10 tahun.
Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang dewasa.
Tanda-tanda yang ditemui pada penderita AIDS antara lain :
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam tubuh:
sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 38 0 C sampai 400 C dengan
pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya
bercak kemerahan pada kulit.

2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat
muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah
bening yang terus membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat paha.
Kemudian sering keluar keringat malam tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya
timbul rasa lemas, penurunan berat badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk
kering, diare, bercak-bercak di kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak
nafas, kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini
diindikasikan dengan adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita
AIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit berbahaya seperti kelainan
otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis
paru (TBC), diare kronik, candidiasis mulut dan pneumonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal
tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.
Manifestasi klinisnya antara lain:
1) Berat badan lahir rendah.
2) Gagal tumbuh.
3) Limfadenopati umum.
4) Hepatosplenomegali.
5) Sinusitis.
6) Infeksi saluran pernapasan atas berulang.
7) Parotitis.
8) Diare kronik atau kambuhan.
9) Infeksi bakteri dan virus kambuhan.
10) Infeksi virus Epstein-Barr persisten.

6
11) Sariawan orofaring.
12) Trombositopenia.
13) Infeksi bakteri seperti meningitis.
14) Pneumonia interstisial kronik.
Selain itu ada tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis HIV menurut
klasifikasi WHO, antara lain:
Gejala mayor:
 Gagal tumbuh atau penurunan berat badan
 Diare kronis
 Demam memanjang tanpa sebab
 Tuberkolosis
Gejala minor
 Limfadenopati generalisa
 Kandidiasis oral
 Batuk menetap
 Distress pernapasan / pneumonia
 Infeksi berulang
 Infeksi kulit generalisata
Komplikasi
1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC).

2. Pneumonia interstitial limfoid.

3. Tuberkulosis (TB).

4. Virus sinsitial pernapasan.

5. Candidiasis esophagus.

6. Limfadenopati

7. Diare kronik

E. Penatalaksanaan Medis

7
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti,
nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik
transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah:
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4+ dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu
megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi
kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada anak dengan HIV/ AIDS mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Kaji riwayat imunisasi
b) Kaji riwayat yang berhubungan dengan faktor risiko terhadap AIDS pada anak-anak
(mis., penularan HIV dari ibu kepada anak pada saat kehamilan, pemajanan terhadap
produk darah)
c) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang HIV/AIDS
d) Observasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak seperti gagal tumbuh,
limfadenopati, hepatosplenomegali
Selain faktor di atas, hal yang perlu dikaji adalah semua faktor yang mempengaruhi sistem
imun antara lain:
a) Pengkajian Kardiovaskuler
Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung kongestif
sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
b) Pengkajian Respiratori
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada,
napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
c) Pengkajian Neurologik
Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-
kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium, meningitis,
keterlambatan perkembangan.
d) Pengkajian Gastrointestinal
Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis
mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare
kronis, pembesaran limfa.
9
e) Pengkajain Renal
f) Pengkajaian Muskuloskeletal
g) Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
h) Pengkajian Hematologik
i) Pengkajian Endokrin

Untuk menegakkan diagnosis, maka pemeriksaan penunjang perlu dilakukan. Pemeriksaan


yang dapat dilakukan antara lain:

 TB (PPD): untuk menentukan pemajanan dan atau penyakit aktif (harus diberikan
dengan panel anergi untuk menentukan hasil negative-palsu pada respons defisiensi
imun). Pada pasien AIDS, 100% akan memiliki mikobakterium TB positif pada
kehidupan mereka bila terjadi kontak.
 Serologis:
 Tes antibody serum: skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan
mengindikasikan adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnosa.
  Tes blot western: mengkonfirmasikan diagnosa HIV.
 Sel T limfosit: penurunan jumlah total.
 Sel T4 helper (indikator system imun yang menjadi media banyak proses system imun
dan menandai sel-B untuk menghasilkan antibody terhadap bakteri asing): jumlah
yang kurang dari 200 mengindikasikan respons defisiensi imun hebat.
 Tes PHS: pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.
 Pemeriksaan neurologis, mis. EEG, MRI, skan CT otak, EMG/pemeriksaan konduksi
saraf: diindikasikan untuk perubahan mental, demam yang tidak diketahui asalnya
dan/atau perubahan fungsi sensori/motor (Doenges, 2001:836).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada anak dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
adalah sebagai berikut:
1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, adanya
organisme infeksius.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan
penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.
3. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan pembatasan fisik, hospitalisasi,
stigma sosial terhadap HIV.
C. Perencanaan

10
Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan diagnosa di atas mencakup pasien mengalami
risiko infeksi minimal, pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain, pasien
mendapatkan nutrisi yang optimal, dan pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya dan
aktivitas keluarga.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan
pertahanan tubuh, adanya organisme infeksius.

SASARAN: Pasien mengalami risiko infeksi minimal.


1. Gunakan teknik mencuci 1. Meminimalkan  Anak tidak kontak
tangan yang cermat. pemajanan pada dengan individu
2. Beri tahu pengunjung untuk organisme infeksius. terinfeksi.
menggunakan teknik 2. Meminimalkan  Anak dan keluarga
mencuci tangan yang baik. pemajanan pada menjalankan praktik
3. Batasi kontak dengan organisme infeksius. kesehatan yang baik.
individu yang mengalami 3. Mendorong kerja sama  Anak tidak
infeksi, termasuk keluarga, dan pemahaman menunjukkan bukti-
anak lain, teman dan 4. Menurunkan risiko bukti infeksi.
anggota staf. Jelaskan infeksi.
bahwa anak sangat rentan 5. Meningkatkan pertahanan
terhadap infeksi. alamiah tubuh yang masih
4. Observasi asepsis medis ada.
dengan tepat. 6. Agar dapat diberikan
5. Dorong nutrisi yang baik imunisasi yang tepat.
dan istirahat yang cukup. 7. Mencegah infeksi khusus.
6. Jelaskan pada keluarga dan
anak yang lebih besar
tentang pentingnya
menghubungi profesional
kesehatan bila terpajan
penyakit masa kecil (mis.,
cacar air, gondongan).

11
7. Berikan imunisasi yang
tepat sesuai ketentuan.
8. Berikan antibiotik sesuai
ketentuan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan
pertahanan tubuh, adanya organisme infeksius.
SASARAN: Pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain.

1. Implementasikan dan 1. Mencegah penyebaran  Orang lain tidak


lakukan Kewaspadaan virus. mendapatkan
Universal, khususnya 2. Hal ini merupakan penyakit tersebut.
isolasi bahan tubuh. masalah yang sering
2. Instruksikan orang lain terjadi dan dapat
(mis., keluarga, anggota mempengaruhi
staf) untuk menggunakan penggunaan kewaspadaan
kewaspadaan yang tepat. yang tepat.
Jelaskan adanya kesalahan 3. Mencegah penyebaran
konsep tentang penularan infeksi.
virus.
3. Ajarkan metode
perlindungan anak yang
sakit.
4. Usahakan untuk mencegah
bayi dan semua anak kecil
agar tidak menempatkan
tangan dan objek pada area
terkontaminasi.
5. Kaji situasi rumah dan
implementasikan tindakan
perlindungan yang mungkin
dilakukan pada situasi

12
individu.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis
oral.
SASARAN: Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal.
1. Beri makanan dan kudapan 1. Memenuhi kebutuhan tubuh  Anak
tinggi-kalori dan tinggi- untuk metabolisme dan mengkonsumsi
protein. pertumbuhan. jumlah nutrien yang
2. Beri makanan yang disukai 2. Mendorong agar anak mau cukup (uraikan).
anak makan.
3. Perkaya makanan dengan 3. Memaksimalkan kualitas
suplemen nutrisi (mis., susu asupan makanan.
bubuk atau suplemen yang 4. Intervensi nutrisi tambahan
dijual bebas). dapat diimplementasikan
4. Pantau berat badan dan bila pertumbuhan mulai
pertumbuhan. melambat atau berat badan
turun.
5. Kolaborasi dalam 5. Mengobati kandidiasis oral.
pemberian obat anti jamur
sesuai instruksi.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan
pembatasan fisik, hospitalisasi, stigma sosial terhadap HIV.
SASARAN: Pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya dan aktivitas keluarga.
1. Bantu anak dalam 1. Memfasilitasi koping.  Anak dapat
mengidentifikasi kekuatan 2. Anak tidak perlu diisolasi. berinteraksi dengan
pribadi. orang lain.
2. Didik petugas sekolah dan

13
teman sekelas tentang HIV.
3. Dorong anak untuk
berpartisipasi dalam aktivitas
bersama anak-anak dan
keluarga yang lain.

D. Evaluasi
Evaluasi hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan adalah sebagai berikut:
1. Anak tidak kontak dengan individu terinfeksi.
2. Anak dan keluarga menjalankan praktik kesehatan yang baik.
3. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi.
4. Orang lain tidak mendapatkan penyakit tersebut.
5. Anak mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup.
6. Anak dapat berinteraksi dengan orang lain.

BAB IV

14
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV secara umum adalah virus yang hany dapat menginfeksi manusia, memperbanyak diri
didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebaln dii manusia terhadap penyakit
infeksi. AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya penurunan
sistem imun dari tubuh seseorang yang diakibatkan oleh virus HIV. Penularan HIV dari
ibu ke anak yang bisa terjadi didalam kandungan (antepartum). Selama persalinan
(interpartum), pada bayi baru lahir terpapar oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
(postpartum) dan pada bayi tertular melalui pemberian ASI.

B. Saran
Karena sampai pada saat ini belum diketahui vaksin dari virus HIV/AIDS ini lebih baik
kita melakukan pencegahan dengan cara melakukan tindakan penerapan pencegahan
melalui perubahan perilaku. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat melaksanakan
tindakan yang tepat dan benar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penderita
HIV/AIDS.

DAFTAR PUSTAKA
15
Bezt, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

DR. Nursalam, M.Nurs dan Ninuk Dian Kurniawati, S.Kep. Ns. 2007. Asuhan Keperawatan
pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS Edisi Pertama. Salemba Medika: Jakarta.

Lily, V.L. 2004. Transmisi HIV dari Ibu ke Anak. Majalah Kedokteran Indonesia. 54.

Martono, Lydia Harlina. 2008. Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka

PELKESI. 1995. Pendekatan Perencanaan Program PMS dan AIDS di Masyarakat. Jakarta:
PELKESI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8
Vol. 3. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta:

Departemen Penyakit Dalam FKUI

Sujana, Arman. 2007. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Mega Aksara

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

https://id.scribd.com/doc/141353461/Makalah-Askep-Hiv-Aids
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_FAUZIAH_ISWANDI_PDF.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai