Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA TB-MDR
DI RUANG RAJAWALI 6A RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah


Pembimbing Akademik : Ns. Yuni Dwi Hastuti, M.Kep
Pembimbing Klinik : Arina Sofia Yarlis, S.Kep,Ns

Oleh :
ELISYA KHARUNIAWATI
22020117220130

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXI


JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS
DI RUANG RAJAWALI 6A RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk RS : 19 September 2018
Tanggal Masuk Bangsal : 19 September 2018
Tanggal Pengkajian : 21 September 2018
A. Data Demografi
1. Biodata Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 48 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. No. Rekam Medik : C693xxx
f. Diagnosa Medis : TB-MDR
g. Pendidikan : SMP
h. Pekerjaan : IRT
i. Alamat Rumah : Rembang
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. S
b. Hubungan dg Klien : Anak
c. Usia : 28 Tahun
d. Agama : Islam
e. Alamat : Rembang

B. Keluhan Utama
Klien mengeluh batuk berdahak yang sulit keluar sejak + 5 bulan yang
lalu.

2
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan mengalami batuk berdahak yang susah
dikeluarkan. Klien mengatakan merasa lemas dan sedikit mual. Dalam
surat rujukan didapatkan keterangan bahwa Ny. S gagal pengobatan
kategori 1 pada bulan Mei 2018 dan dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Hasil pemeriksaan penunjang yang dibawa adalah Xpert-
MTB-RIF yang menunjukkan hasil terdeteksi resisten terhadap
Rifampisin. Klien mengatakan melakukan rawat jalan di RSUP Dr.
Kariadi sebanyak 3 kali dan kunjungan terakhir klien dianjurkan rawat
inap untuk pengobatan lebih lanjut. Pada dokumen lembar transfer pasien
internal dituliskan catatan telah dilakukan cek laboratorium hematologi
dan foto thorax (menunggu hasil), tes audiometri yang menunjukkan hasil
pada telinga kanan dan kiri mengalami kurang pendengaran derajat
sedang, dan terdapat usulan untuk konsul psikiatri dari bangsal Rajawali
6A.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sudah batuk selama + 6 tahun. Telah melakukan
pengobatan pada tahun 2017 di puskesmas terdekat selama 6 bulan
dengan diagnosa TB Paru. Klien mengatakan tuntas pengobatan dan tidak
pernah putus obat. Klien juga mempunyai riwayat Diabetes Mellitus sejak
2 tahun yang lalu.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak pertama klien mengatakan dulu adik perempuannya (anak
kedua Ny. S) pernah mengalami TB Paru telah menjalani 6 bulan
pengobatan dan dinyatakan sembuh. Suami klien mengatakan tidak ada
riwayat diabetes melitus di keluarga sebelumnya. Klien adalah anggota
keluarga pertama yang menderita DM, dan anggota keluarga kedua yang
menderita TBC.

3
4. Genogram

Keterangan :
: laki- laki
: perempuan
: meninggal
: klien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: tinggal serumah

D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri
PARAMETER HASIL PENGKAJIAN
Citra diri Klien menggambarkan dirinya sebagai seorang yang normal seperti
ibu- ibu pada umumnya. Tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus.
Identitas diri Klien mengatakan dirinya adalah sorang perempuan yang sekarang
sudah memiliki 2 orang anak
Ideal diri Klien mengatakan ingin segera dinyakatan sembuh dari penyakit TB
MDR yang dialaminya, klien merasa sudah rutin dan tuntas
pengobatan tapi malah tidak sembuh-sembuh
Harga diri Klien tidak malu mengalami penyakit TB, tetapi klien khawatir
anggota keluarganya akan tertular, sehingga klien selalu
menggunakan masker, klien juga khawatir apakah dirinya bisa
sembuh atau tidak
Peran diri Klien sebagai ibu rumah tangga yang selama sakit hanya istirahat di
rumah sakit tidak dapat berperan sebagai ibu maupun istri

4
2. Pola koping
Sebelum sakit : klien mengatakan biasanya jika banyak pikiran bercerita
dengan suaminya atau saudara lainnya untuk mendapatkan saran dan
dukungan.
Selama sakit : klien mengatakan sangat takut dan cemas dengan
kondisinya yang dapat menularkan penyakit dan apakah bisa
disembuhkan, cemas akan pengobatan yang lama, klien berbagi cerita
dengan pasien lain di ruang yang sama dan mengalami penyakit yang
sama sehingga bisa saling menguatkan.
3. Pola Kognitif :
Kognitif : Klien mengatakan mengetahui dirinya mengalami penyakit
kronis yaitu DM dan TB MDR.
Persepsi : Klien menerima semua ujian yang dialaminya berupa sakit
kronis yaitu DM dan TB MDR. Klien mengatakan ingin segera
dinyatakan sembuh dan menyelesaikan pengobatannya, klien merasa lelah
harus batuk terus menerus dan apakah bisa sembuh, klien merasa takut
dengan kondisinya.
Sensori: klien mengatakan semua indera nya berfungsi dengan baik dan
tidak ada keluhan.
4. Pola Interaksi : Selama interaksi klien menunjukkan sikap kooperatif
dan kontak mata cukup baik. Klien mampu menceritakan apa yang
dirasakan. Wajah menegang saat klien menceritakan kondisinya.
E. RIWAYAT SPIRITUAL
Klien beragama Islam dan selalu beribadah dengan cara berdoa dan
menyerahkan semuanya kepada Tuhan, Selama dirawat klien menjalankan
ibadah sholat di atas tempat tidur.
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. KeadaanUmum
Klien terlihat lemas
2. Kesadaran
Kesadaran komposmentis E4 M6 V5

5
3. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x.menit
0
Suhu : 36.5 C
4. Head to toe
a. Kepala (Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut)
Inspeksi :
Kepala : Bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam, kulit kepala
bersih.
Telinga : Telinga simetris antara sisnistra dan dekstra, pendengaran
(+).
Mata : Respon pupil(+), isokor(+), konjungtiva anemis(+), ikterik(-)
letak simetris, juling (-), gangguan penglihatan (-).
Hidung : tidak tampak pembesaran polip, tidak menggunakan alat
bantu nafas, tidak tampak sekret berlebih.
Mulut : Bibir pucat (+), membrane mukosa kering (+), bau mulut (-),
gigi tampak kuning.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan tidak ada nyeri tekan.pada kepala, telinga,
mata,mulut dan hidung
b. Leher
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut
Palpasi : Tidak ada benjolan, nadi karotis teraba, nyeri tekan (-),
pembesaran vena jugularis (-), pembesaran tiroid (-).
c. Paru dan Dada
Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris, tidak ada
jejas
Palpasi : taktil fremitus seimbang antara kanan dan kiri
Perkusi : redup

6
Auskultasi : terdengar bunyi ronkhi basah kasar pada kedua lapang
paru
d. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi :Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan (-)
ictus kordis teraba pada SIC 5 mid klavikula sinistra
Perkusi : Suara pekak
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung S1 dan S2, tidak terdapat
bunyi jantung tambahan
e. Abdome n
Inspeksi : Tidak terdapat luka, persebaran warna kulit merata
Auskultasi : Bising usus 7 kali per menit
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Terdengar bunyi timpani dan tidak ada nyeri ketukan
pada abdomen
f. Punggung
Inspeksi :Tidak ada lesi, tidak aja jejas.
Palpasi :Tidak terdapat nyeri tekan
g. Anus dan Genital
Tidak terdapat luka, tidak terpasang kateter DC
h. Ekstre mitas Atas
Kanan/ Dextra: Turgor kulit elastis, kulit kering, CRT< 3 detik,
sianosis (-) akral dingin (-), edema (-), kekuatan otot 5555, tidak ada
keterbatasan rentang gerak, terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm, flebitis
(-).
Kiri/ Sinistra: Turgor kulit elastis, kulit kering, CRT< 3 detik,
sianosis (-), akral dingin (-), edema (-), kekuatan otot 5555, tidak ada
keterbatasan rentang gerak.

7
i. Ekstre mitas Bawah
Kanan/ Dextra: Tidak terdapat lesi, turgor kulit elastis, kulit kering,
sianosis (-) akral dingin (-), edema (-), kekuatan otot 5555, tidak ada
keterbatasan rentang gerak pada ekstremitas kanan
Kiri/ Sinistra : Tidak terdapat lesi, turgor kulit elastis, kulit kering,
sianosis (-) akral dingin (-), edema (-), kekuatan otot 5555, tidak ada
keterbatasan rentang gerak pada ekstremitas k iri

G. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


(menurut teori Virginia Henderson)
1. Kebutuhan Bernafas dengan normal (Kebutuhan Oksigenasi)
Sebelum sakit : Klien mengatakan sudah terbiasa batuk se lama 6 tahun
dan merasa lebih mudah lelah karena nafasnya sering sesak.
Saat sakit :
Pernapasan baik, RR 20 kali/menit, tidak ada tanda sianosis, klien
sering batuk namun tidak mampu mengeluarkan dahak, terkadang klien
merasa sesak dan dibantu oksigen
2. Kebutuhan akan nutrisi
Nutrisi :
Komponen Saat Pengkajian
A (Antropometri) BB: 48 Kg, TB: 150 cm, IMT: 21.3 (normal)
Perhitungan :
Indeks Mass Tubuh ( IMT )
IMT saat sakit : BB / TB (m2 )
: 48/ ( 1,50) 2 = 21.3 (normal)
B (Biokimia) Hb : 7,9 g/dL, Glukosa puasa 352 mg/dL (H)
C (Clinic) Konjungtiva anemis (+), Bibir pucat (+) membrane mukosa
kering (+), klien nampak lemas
D (Diet) Klien mendapatkan diit biasa, susu DM 100 kkal
Cairan:
Input Output
Infus : 1500 cc BAK : 5 x 300 cc = 1500 cc
PRC : 100 cc BAB : 1 X 100 cc = 100 cc
Minum : 800 cc IWL : 15cc X 48kg (BB) = 720 cc / 24 jam
Jumlah : 2400 cc Jumlah: 2320 cc

*BC/24 jam : Input – Output = 2400 - 2320 = 80 cc

8
3. Kebutuhan eliminasi
a. BAB
Parameter Sebelum sakit Saat pengkajian
Frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari
Jumlah +- 100 cc +- 100 cc
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Bau Khas feses Khas feses
Darah Tidak ada Tidak ada
b. BAK
Parameter Sebelum sakit Saat pengkajian
Frekuensi 4 kali sehari 5 kali sehari
Jumlah +- 1600 cc +- 1500 cc
Konsistensi Cair Cair
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Warna Kuning, bening Kuning, bening
Bau Khas urin Khas urin
Darah Tidak ada Tidak ada

4. Kebutuhan Gerak dan keseimbangan tubuh (Aktivitas dan Latihan)

Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum 0 : Tidak mampu
√ 1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri √ 0 : Tergantung orang lain
(grooming) 1 : Mandiri
Berpakaian (dressing) √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) √ 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) √ 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)

9
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer √ 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2
orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas √ 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan
1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet √ 0 : Tergantung bantuan
orang lain
1 : Membutuhkan bantuan
tapi beberapa hal dilakukan
sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga √ 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 15 (Ketergantungan ringan)
Sumber: Dewi, Sofia Rosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Geriatrik.
Yogyakarta: Deepublish.
Interpretasi hasil Barthel Index :
20 : Mandiri
12–19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
Keterangan:
Kebutuhan aktifitas dan latihan pada klien pada kategori
ketergantungan ringan dengan nilai Index Barthel 15
5. Kebutuhan isthirahat dan tidur
Parameter Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 7 jam sehari 7 jam sehari
Kualitas baik baik
Gangguan Tidak ada Batuk, sesak,
berkeringat di malam
hari
Obat-obatan - -

10
6. Kebutuhan be rpakaian
Sebelum sakit : klien berganti pakaian sehari 2 kali
Saat sakit : klien beganti pakaian sehai 2 kali
7. Kebutuhan Mempertahankan te mperature tubuh atau sirkulasi
Suhu tubuh klien normal (T=36.5OC), klien terkadang berkeringat di
malam hari, klien tidak merasakan demam atau menggigil.
8. Kebutuhan akan personal hygiene
Hygiene Sebelum sakit Saat sakit
Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
Ganti baju 2 kali sehari 2 kali sehari
Rambut 2 kali seminggu 1 kali seminggu
Gosok gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
Kulit Lembab, bersih Lembab, bersih
Gatal Tidak ada Tidak ada

9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman


Klien merasa tidak nyaman dengan batuk terus menerus, ada dahak yang
sulit dikeluarkan, klien mengatakan merasa lemas dan mual.
Pengkajian DASS (Ansietas)

No. Aspek Penilaian 0 1 2 3


1 Mulut terasa kering v
Merasakan gangguan dalam bernapas (napas cepat, sulit
2 v
bernapas)
3 Kelemahan pada anggota tubuh v
Cemas yang berlebihan dalam suatu situasi namun bisa
4 v
lega jika hal/situasi itu berakhir
5 Kelelahan v
Berkeringat (misal: tangan berkeringat) tanpa stimulasi
6 v
oleh cuaca maupun latihan fisik
7 Ketakutan tanpa alasan yang jelas v
8 Kesulitan dalam menelan v
Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa
9 v
stimulasi oleh latihan fisik
10 Mudah panik v
Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang tidak biasa
11 v
dilakukan
12 Ketakutan v
Khawatir dengan situasi saat diri Anda mungkin menjadi
13 v
panik
14 Tidak berdaya v
Skor Ansietas adalah 14 (kecemasan sedang)

11
10. Kebutuhan Berkomunikasi
Klien mengatakan mendapatkan informasi dari perawat di Puskesmas, juga
dari dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang sering menemuinya di
rumah sakit.
11. Kebutuhan s piritual
Selama dirawat, klien mengatakan tetap berdoa dan sholat untuk
kesembuhannya.
12. Kebutuhan bekerja
Selama dirawat, klien tidak mampu mengerjakan aktivitas hariannya
sebagai ibu rumah tangga.
13. Kebutuhan be rmain dan rekreasi
Selama sakit rekreasi yang dilakukan klien hanya berbagi cerita dengan
pasien lain dan keluarganya yang selalu menemani.
14. Kebutuhan belajar
Klien belajar tentang bagaimana pengobatan yang baik dan penanganan
masalah kesehatan dari perawat, dokter, tenaga kesehatan di rumah sakit
dan dari keluarga pasien di sebelahnya yang sering berbagi informasi.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Xpe rt MTB-RIF Asay tanggal 9 Mei 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Metode Keterangan
Myobacterium tbc Detected low Not detected Standart
Rifampisin resisten Detected Not detected Standart

b. Hematologi tanggal 19 Septe mbe r 2018


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
Hematologi Paket
Hemoglobin 7.9 g/dL 12.00 - 15.00 L
Hematokrit 25.8 % 35 – 47 L
Eritrosit 3.24 10^6/uL 4.4 – 5.9 L
MCH 24.4 Pg 27.00 – 32.00 L
MCV 79.6 fL 76 – 96
MCHC 30.6 g/dL 29.00 – 36.00

12
Leukosit 18.1 10^3/uL 3.6 - 11 H
Trombosit 765 10^3/uL 150 – 400 H
RDW 15.8 % 11.60 – 14.80 H
MPV 9.6 fL 4.00 – 11.00
Kimia Klinik
Glukosa puasa 352 mg/dL 80-109: baik, 110-125: H
sedang, >126: buruk
GDP terganggu bila
110<= GDP<126 dan
GTT 2 jam < 140
Glukosa PP2 jam 385 mg/dL 80-140: baik, 145-179: H
sedang, >180: buruk
SGOT 12 u/L 15 – 34 L
SGPT 7 u/L 15 – 60 L
Ureum 32 mg/dL 15 – 39
Kreatinin 1.4 mg/dL 0.60 – 1.30 H
Asam urat 4.8 mg/dL 2.6 – 6.0
HbAIc 11.2 % 6.0 – 8.0 H
Elektrolit
Natrium 138 mmol/L 136 – 145
Kalium 4.0 mmol/L 3.5 – 5.1
Chlorida 104 mmol/L 98 – 107
Immunoserologi
HBsAg 0.19 Negatif < 1.0 Negatif
Equivocal 1-50
Positif > 50
TSHs 2.17 uIU/mL 0.51 – 4.94
Anti HIV NON
screening REAKTIF

b. Hematologi tanggal 22 Septe mbe r 2018


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
Hematologi Paket
Hemoglobin 11.1 g/dL 12.00 - 15.00 L
Hematokrit 34.5 % 35 – 47 L
Eritrosit 4.28 10^6/uL 4.4 – 5.9 L
MCH 25.9 Pg 27.00 – 32.00 L
MCV 80.6 fL 76 – 96
MCHC 32.2 g/dL 29.00 – 36.00
Leukosit 13.9 10^3/uL 3.6 - 11 H
Trombosit 543 10^3/uL 150 – 400 H
RDW 15.3 % 11.60 – 14.80 H
MPV 9.6 fL 4.00 – 11.00

13
2. Pemeriksaan Audiometri: 19 September 2018
Telinga kanan : kurang pendengaran tipe SNHL derajat sedang (PTA 42.5 dB)
Telinga kiri : kurang pendengaran tipe SNHL derajat sedang (PTA 42.5 dB)
Kesan : Kedua telinga kurang pendengaran, tipe sensotineural derajat sedang
Saran : Tatalaksana sesuai TS interna

14
I. TERAPI MEDIS DAN KEPERAWATAN
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
NaCl 0,9% 20 tpm IV pengganti cairan dan elektrolit natrium  Pasien dengan gagal jantung pemberian dosis besar
dan klorida pada kondisi kekurangan kongestif dapat menyebabkan
cairan misalnya diare, demam, dan  Pasien dengan gangguan fungsi penumpukan natrium
dehidrasi. Selain itu juga digunakan ginjal berat dan udem
sebagai cairan irigasi steril dan sebagai  Kondisi yang disertai dengan retensi
pelarut berbagai jenis obat. natrium dan edema
 Sirosis hepatis
 Tidak boleh digunakan sebagai
irigasi pada prosedur elektrosurgical
Lantus 10 unit SC Untuk dewasa, remaja, dan anak tahun Hipoglikemia Hipoglikemia, gangguan
dengan DM yang memerlukan terapi visual temporer,
insulin lipoatrofi atau
lipohipertrofi, reaksi
pada tempat injeksi.
Jarang reaksi alergi
berat atau edema.
Lorazepam 1 mg/ 24 po mengobati kecemasan, bekerja pada Hipersensitivitas terhadap  Mengantuk, pusing,
jam otak dan saraf (sistem saraf pusat) benzodiazepin atau bahan yang kelelahan;
untuk menghasilkan efek digunakan ketika formulasi (benzil  Penglihatan kabur;
menenangkan, dapat digunakan untuk alkohol, polietilen glikol, atau propilen  Masalah tidur
mengurangi gejala sakaw alkohol, glikol). Pasien glaukoma akut sudut (insomnia);
untuk mencegah mual dan muntah tertutup, kontraindikasi injeksi  Kelemahan otot,
akibat kemoterapi, dan kesulitan tidur lorazepam pada pasien apnea. kurangnya
(insomnia). keseimbangan atau
koordinasi;
 Amnesia atau lupa,
sulit berkonsentrasi;

15
 Mual, muntah,
sembelit;
 Perubahan nafsu
makan
 Ruam kulit
Novomix 6-0-6 unit SC Untuk pengobatan DM. Hipersensivitas, hipoglikemi Hipoglikemi
Bedaquiline 400mg/ 24 p.o 1. Pasien TB RO yang resistan  Hipersensitivitas  Detak jantung tak
jam terhadap FQ dan tidak resistan obat  Kalium darah rendah atau tingkat teratur
injeksi lini kedua (Pre-XDR) atau kalsium  Sakit kepala
pasien dengan alergi thd FQ  Nyeri sendi
2. Pasien TB RO yang resistan thd  Mual
obat injeksi lini kedua dan tidak  Sakit dada
resisten thd FQ (Pre-XDR) atau  Batuk darah
pasien dengan alergi thd obat
 Pingsan
injeksi lini kedua
 Risiko pemanjangan
3. Pasien TB RO yang alergi atau
interval QT,
dengan efek samping berat
hepatotoksisitas, dan
terhadap dua atau lebih obat
bahkan kematian
golongan 4 (Eto, Cs, PAS)
4. Pasien TB RO yang telah resistan
terhadap salah satu golongan FQ
dan salah satu obat injeksi lini
kedua (XDR)
Levofloxacin 750mg/24 p.o Golongan antibiotik quinolone yang Pasien yang hipersensitif atau alergi  Gangguan tidur.
jam dapat digunakan untuk mengobati terhadap levofloxacin dan antimikroba  Pusing.
infeksi bakteri, seperti infeksi saluran golongan kuinolon lainnya. Seseorang  Sakit kepala.
kemih, pneumonia, sinusitis, infeksi yang mempunyai penyakit epilepsi.  Diare.
kulit, jaringan lunak, dan infeksi Pasien dengan riwayat gangguan  Mual.
prostat. Obat ini juga dapat digunakan tendon terkait pemberian  Mempengaruhi hasil
untuk mengobati anthrax, serta fluorokuinolon. Anak atau remaja. uji lab organ hati

16
mencegah penyakit pes (termasuk Wanita hamil dan menyusui.  Reaksi alergi parah.
bentuk pneumonic dan septicemic).  Nyeri atau
Levofloxacin bekerja dengan cara pembengkakan sendi.
membunuh bakteri dan mencegahnya  Kesulitan melihat.
tumbuh kembali.  Berhalusinasi
Sikloserin 750mg/ 24 po dalam kombinasi dengan obat-obat gangguan fungsi ginjal berat, epilepsi, terutama neurologis,
jam lain, tuberkulosis yang resisten depresi, ansietas berat, keadaan termasuk sakit kepala,
terhadap obat-obat pilihan pertama. psikotik, ketergantungan alkohol; pusing, vertigo,
porfiria. mengantuk, tremor,
kejang, psikosis,
depresi; ruam; anemia
megaloblastik;
perubahan pada uji
fungsi hati.
Etionamid 750mg/ 24 po digunakan bersamaan dengan obat Hypersensitivitas terhadap obat ini,  kecanggungan atau
jam lain untuk mengobati tuberculosis severe liver disease, Porphyria. kehilangan
(TB). Ethionamide merupakan keseimbangan
antibiotik dan bekerja dengan  Depresi mental
menghentikan pertumbuhan bakteri.  Perubahan mood atau
perubahan mental
 Baal atau kebas,
kesemutan, terbakar
atau nyeri pada tangan
dan kaki
 Mata atau kulit
berwarna kekuningan
INH 300mg/ 24 po Indikasi isoniazid (INH) utamanya pasien yang alergi terhadap komponen pening, kejang,
(isoniazid) jam adalah pada kasus tuberkulosis. Pada obat INH, pasien yang pernah neuritis optik, gejala
tuberkulosis paru aktif, INH mengalami efek samping berat setelah mental, anemi
diindikasikan untuk pengobatan konsumsi INH (seperti demam, hemolitik,

17
tuberkulosis aktif yang disebabkan menggigil, atau artritir), dan pasien agranulositosis, reaksi
oleh infeksi Mycobacterium yang memiliki gangguan fungsi hati lupus,
tuberculosis yang masih sensitif aktif (seperti pada kerusakan hati artralgia dan
terhadap INH. Selain itu, pada berat, penyakit hati aktif, dan riwayat ginekomasti
tuberkulosis laten, INH digunakan kerusakan hati akibat penggunaan INH
untuk pengobatan pasien asimtomatik sebelumnya)
yang terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis
Ethambutol 1000mg/2 po  Jangan digunakan untuk penderita Kehilangan penglihatan
- mengobati tuberkulosis (TBC),
4 jam terutama bila diduga telah terjadi yang mengalami reaksi yang progresif, reaksi
resistensi. hipersensitivitas terhadap alergi, dan gangguan
ethambutol. pada saluran
- Penggunaan obat ini sebaiknya tidak  Tidak boleh diberikan kepada pasien pencernaan, terjadinya
secara tunggal namun yang menderita neuritis optik, masalah pada organ hati
dikombinasikan dengan obat-obat kecuali ada penilaian klinis yang (penyakit kuning),
anti tuberculosis yang lain. menyatakan obat ini bisa diberikan. neuritis perifer, efek
- mengobati infeksi oleh  Jangan menggunakan obat ini samping pada sistem
Mycobacterium avium complex, dan kepada pasien yang tidak bisa saraf pusat, serta
Mycobacterium kansaii. mendeteksi dan melaporkan hiperurisemia.
terjadinya gangguan penglihatan,
misalnya anak-anak < 13 tahun.
Pirazinamide 1200mg/ po obat yang digunakan dengan obat lain angguan fungsi hati berat, porfiria kerusakan hati
24 jam dengan fungsi untuk mengobati (lihat 11.8.2), hipersensitivitas (hepatotoksik) dan sakit
tuberkulosis (TB). Obat ini adalah terhadap pirazinamid, gout, wanita persendian (artralgia),
antibiotik dan bekerja dengan hamil dan menyusui Mual, demam ringan,
menghentikan pertumbuhan bakteri. pembesaran hati dan
limpa agak nyeri
mungkin diikuti dengan
ikterus

18
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. ANALISIS DATA
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C693xxx
Ruang Rawat : Rajawali 6A
No. Data Masalah Etiologi
1 DS: Ketidakefektifan bersihan Infeksi (Mycobacterium
- Klien mengeluh batuk berdahak yang sulit keluar. jalan nafas tuberculosa)
- Klien mengatakan sudah batuk selama + 6 tahun.
DO:
- Surat rujukan: Ny. S riwayat pengobatan TB Paru
tahun 2017 selama 6 bulan
- Xpert-MTB-RIF: detected resistant rifampisin
- Terdapat bunyi ronkhi basah kasar pada kedua lapang
paru
- RR : 20 kali per menit
- Leukosit 18.1 x 103 /uL (H)
2 DS: Ansietas Penularan interpersonal, proses
- klien khawatir anggota keluarganya akan tertular pengobatan yang panjang
- klien mengatakan sangat takut dan cemas dengan
kondisinya yang dapat menularkan penyakit dan
apakah bisa disembuhkan
- klien berbagi cerita dengan pasien lain di ruang yang
sama dan mengalami penyakit yang sama sehingga
bisa saling menguatkan.
- Klien mengeluh mual

19
- Klien cemas dengan pengobatan yang lama
DO :
- Skor DASS Ansietas 14 (kecemasan sedang)
- Kontak mata cukup
- Klien selalu menggunakan masker
- Wajah menegang saat klien menceritakan kondisinya.
- Rencana program pengobatan 2 tahun
3 DS: Mual Program Pengobatan
- Klien mengatakan merasa mual dan lemas
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
- Keluarga mengatakan harus memaksa klien untuk
makan
- Klien mengatakan batuk berdahak yang sulit keluar
- Klien mengatakan mual sampai muntah
DO:
- Hb 7.9 g/dL (L)
- Konjungtiva anemis, bibir pucat, nampak lemas
- Batuk terus menerus
- Klien nampak memegangi area perut
- OAT: Pirazinamide, Ethambutol, INH (isoniazid),
Etionamid, Sikloserin, Bedaquiline

20
B. PERUMUSAN MASALAH
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C693xxx
Ruang Rawat : Rajawali 6A
No. Dx Diagnosa Keperawatan Tgl. Dite mukan Tgl. Teratasi
(Kode Nanda)
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Infeksi (Mycobacterium 21/9/2018 24/9/2018
tuberculosa) dibuktikan dengan klien batuk sulit keluar dahak,
terdeteksi resisten rifampisin, ronki basah kasar di kedua lapang paru,
leukosit meningkat (00031)
2 Ansietas b.d penularan interpersonal, proses pengobatan yang panjang 21/9/2018 27/9/2018
dibuktikan dengan skor DASS 14, wajah tegang, klien menyatakan
kekhawatiran terhadap kondisinya dan penularan kepada anggota
keluarga, program pengobatan 2 tahun (00146)
3 Mual b.d program pengobatan dibuktikan dengan klien merasa lemas, 24/9/2018
mual, tidak nafsu makan, Hb di bawah batas normal, konjungtiva
anemis, bibir pucat, OAT (00134)

21
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C693xxx
Ruang Rawat : Rajawali 6A
Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan TTD
21/9/2018 Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas Els
nafas b.d Infeksi selama 3 x 24 jam, diharapkan klien - Observasi status pernapasan dan
(Mycobacterium tuberculosa) menujukkan kepatenan jalan nafas dengan auskultasi suara napas
dibuktikan dengan klien batuk kriteria hasil : - Posisikan pasien untuk
sulit keluar dahak, terdeteksi - Frekuensi pernafasan (tidak ada deviasi dari memaksimalkan ventilasi (semifowler)
resisten rifampisin, ronki basah kisaran normaal : skala 5) - Ajarkan batuk efektif
kasar di kedua lapang paru, - Kemampuan untuk mengeluarkan sekret - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
leukosit meningkat (00031) (Deviasi ringan dari kisaran normal: Skala 4)
- Batuk (Ringan : skala 4)
21/9/2018 Ansietas b.d penularan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan Kecemasan Els
interpersonal, proses selama 4 x 24 jam, diharapkan tingkat - Gunakan pendekatan yang tenang,
pengobatan yang panjang kecemasan klien menurun dengan kriteria dengarkan pasien
dibuktikan dengan skor hasil : - Identifikasi situasi yang memicu
ansietas 18, wajah tegang, - Wajah tegang (ringan : skala 4) kecemasan
klien menyatakan - Rasa takut yang disampaikan secara lisan - Berikan informasi terkait diagnosis,
kekhawatiran terhadap (ringan: skala 4) perawatan, prognosis
kondisinya dan penularan - Rasa cemas yang disampaikan secara lisan - Dorong keluarga mendampingi pasien
kepada anggota keluarga, (ringan: skala 4) - Dukung mekanisme koping yang
program pengobatan 2 tahun sesuai
(00146) - Ajarkan relaksasi benson
24/9/2018 Mual b.d program pengobatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Mual Els
dibuktikan dengan klien selama 3 x 24 jam, diharapkan klien dapat - Kurangi atau hilangkan faktor-fator
merasa lemas, mual, tidak mengontrol mual dengan kriteria hasil : yang bersifat personal yang memicu

22
nafsu makan, Hb di bawah - Mengenali onset mual (sering atau meningkatkan mual (kecemasan,
batas normal, konjungtiva ditunjukkan : skala 4) takut)
anemis, bibir pucat, OAT - Mendeskripsikan faktor penyebab mual - Tingkatkan istirahat dan tidur yang
(00134) (sering ditunjukkan : skala 4) cukup untuk memfasilitasi
- Menggunakan langkah pencegahan pengurangan mual
(sering ditunjukkan: skala 4) - Dorong pola makan dengan porsi
- Melaporkan mual terkontrol (sering sedikit makanan yang mendorong mual
ditunjukkan: skala 4) - Berikan cairan bening dingin yang
bersih dan makanan yang tidak bebau
dan berwarna yang sesuai
- Ajarkan teknik distraksi untuk
mengatasi mual

23
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C693xxx
Ruang Rawat : Rajawali 6A
Tanggal Diagnosa Jam Tindakan Keperawatan Hasil (Evaluasi Formatif) TTD
Keperawatan
21/9/2018 Ketidakefektifan 16.00 Memposisikan pasien untuk S : klien mengatakan lebih nyaman jika posisi Els
bersihan jalan memaksimalkan ventilasi (semifowler) kepalanya sedikit lebih tinggi
nafas b.d Infeksi O : klien memperlihatkan kenyamanan posisi
(Mycobacterium
tuberculosa) 16.15 Mengajarkan batuk efektif S: klien mengatakan akan mencoba batuk efektif Els
untuk mengeluarkan dahak
O: klien mampu mempraktekkan batuk efektif
20.00 Mengobservasi status respirasi S : klien mengatakan masih batuk, dahak jarang Els
keluar.
O : RR 21 kali/menit, klien nampak berkeringat,
klien masih batuk berdahak
Ansietas b.d 19.30 Menggunakan pendekatan yang S : klien merasa khawatir akan penularan TB MDR, Els
penularan tenang, mendengarkan pasien klien merasa lelah tidak sembuh-sembuh dan apakah
interpersonal, Mengidentifikasi situasi yang memicu dirinya bisa sembuh, klien mengeluh lemas,
proses kecemasan O : kontak mata cukup, wajah menegang saat
pengobatan bercerita, terkadang nampak sorot mata sedih
yang panjang 19.50 Mendorong keluarga mendampingi S : klien mengatakan tenang ada keluarga tapi merasa Els
pasien kasihan harus menunggui ditempat isolasi, klien
merasa merepotkan
O : hubungan klien dengan anggota keluarga nampak
baik

24
22/9/2018 Ketidakefektifan 15.00 Mengobservasi status pernapasan dan S: klien mengatakan terkadang terengah karena batuk Els
bersihan jalan auskultasi suara napas O: RR 22 kali/menit, ronki basah kasar di kedua
nafas b.d Infeksi lapang paru, klien terkadang batuk berdahak
(Mycobacterium Mengevaluasi batuk efektif yang telah S : klien mengatakan dahak masih sulit keluar, batuk
15.05 Els
tuberculosa) diajarkan masih ada, kadang terasa sesak, perut terasa sakit
O : klien kurang tepat menjelaskan cara batuk efektif
terkait minum air hangat dan inspirasi 2 kali
15.10 Mengajarkan kembali batuk efektif S : klien mengatakan akan mencoba kembali dan Els
mengingat teknik yang tepat
O : klien mampu mempraktekkan batuk efektif
20.10 Memposisikan klien fowler S : klien mengatakan nyaman saat batuk sambil Els
duduk bersandar
O : klien nampak relaks
Ansietas b.d 19.50 Memberikan informasi terkait S : klien mengatakan memahami terkait TB-MDR, Els
penularan diagnosis, perawatan, prognosis klien mengeluh mengapa harus dirinya yang terkena
interpersonal, namun klien semangat untuk pengobatan selanjutnya
proses O : klien nampak semangat lagi untuk pengobatan
pengobatan 20.00 Mendukung mekanisme koping yang S : klien mengatakan di ruangan banyak pasien yang Els
yang panjang sesuai senasib, membuatnya semangat bertukar cerita, klien
Mengajarkan relaksasi benson mengatakan lebih rileks setelah relaksasi
O : hubungan klien dan keluarga, klien dan pasien
lain nampak baik, klien nampak dapat melakukan
relaksasi benson
23/9/2018 Ketidakefektifan 22.00 Mengobservasi status pernapasan S : klien mengatakan sudah batuk efektif tapi dahak Els
bersihan jalan dan auskultasi suara napas sulit keluar, lebih nyaman posisi agak tinggi, klien
nafas b.d Infeksi Memposisikan pasien untuk mengatakan biasanya bisa tidur meski batuk nya
(Mycobacterium memaksimalkan ventilasi semakin berat
tuberculosa) O : klien nampak nyaman dan akan istirahat, RR 22
(semifowler)
kali/menit, batuk berdahak memberat di malam hari.

25
06.00 Melakukan fisioterapi dada S: klien mengatakan lebih nyaman setelah fisioterapi Els
Mengevaluasi batuk efektif dada
Mengobservasi status respirasi O: klien mencoba batuk efektif, dahak sedikit keluar,
klien, RR 18 kali/menit
24/3/2018 Ansietas b.d 06.40 Mendengarkan perasaan klien S : klien mengatakan badannya sudah tidak lemas Els
penularan setelah trasnfusi 3 kantong, klien sudah siap untuk
interpersonal, mulai pengobatan, klien khawatir harus minum obat
proses banyak takut jika bosan ditengah-tengah tapi klien
pengobatan berusaha untuk tetap semangat,
yang panjang O : klien mulai pengobatan TB-MDR setelah proses
transfusi selesai
07.00 - Mendorong keluarga untuk selalu S : klien mengatakan dukungan keluarga membuat Els
mensupport klien tenang, keluarga selalu memakai masker untuk
melindungi diri, bercerita dengan yang senasib
- Mendorong klien untuk bertukar membuat klien tidak patah semangat
pengalaman terkait pengobatan O : klien nampak senang kondisinya sudah tidak
- Memberikan edukasi efek samping lemas dan infus akan dilepas, klien nampak
obat memahami penjelasan perawat
Ketidakefektifan 21.00 Mengobserasi status respirasi S: klien mengatakan kadang-kadang masih batuk, Els
bersihan jalan Mengevaluasi batuk efektif dahak mudah keluar, tidak sesak
nafas b.d Infeksi O: RR 18 kali/menit, klien dapat mendemonstrasikan
(Mycobacterium batuk efektif dengan tepat.
tuberculosa)
Mual b.d 21.05 Mengobservasi keluhan pasien S : klien mengatakan sebelum pengobatan sudah Els
program terhadap terapi pengobatan yang mual dan lemas, efek pengobatan yang dirasa mual
pengobatan dimulai hari pertama semakin terasa enek/tidak enak.
O :-

26
21.20 Mendorong klien meningkatkan S : klien mengatakan akan mencoba tidur, klien tidak Els
istirahat dan tidur yang cukup untuk merasa sesak, klien berharap setelah istirahat mual
memfasilitasi pengurangan mual akan berkurang
O : klien persiapan untuk istirahat
25/9/2018 Mual b.d 07.00 Menganjurkan minum air putih S : klien mengatakan lebih enakan ketika minum Els
program dingin/jus buah atau hangat sesuai hangat, klien mengatakan setelah tidur mual
pengobatan keinginan klien berkurang
O : klien nampak lemas, porsi makan tidak habis
tersisa ½ porsi, susu tidak diminum, klien mau
minum air putih
27/7/2018 Ketidakefektifan 09.00 Mengobserasi status respirasi S: klien mengatakan batuk sudah sangat berkurang, Els
bersihan jalan tidak batuk berdahak, tidak sesak.
nafas b.d Infeksi O: RR 17 kali/menit, Nadi 87 kali/menit, TD
(Mycobacterium 120/80mmHg, suhu 36,80 C, posisi semifowler
tuberculosa)
Ansietas b.d 09.10 - Mendengarkan perasaan klien S : klien mengatakan kadang masih panik karena efek Els
penularan samping obat, takut engga kuat selama 2 tahun, tapi
interpersonal, - Mendorong keluarga untuk mencoba percaya Allah pasti bantu
proses memotivasi klien minum obat O: klien berusaha pasrah dan berjuang untuk
pengobatan - Mereview relaksasi benson pengobatan,aktif relaksasi benson
yang panjang
Mual b.d 09.30 - Mengobservasi mual S: klien mengatakan mual, muntah, pusing. Klien Els
program - Mengurangi atau menghilangkan mengatakan tidak nafsu makan.
pengobatan faktor-fator yang bersifat personal O : klien nampak lemas, klien memahami mual
yang memicu atau meningkatkan karena efek obat
mual seperti kecemasan, takut
11.00 Mendorong pola makan dengan porsi S : klien mengatakan mual dan enggan makan banyak Els
sedikit makanan yang mendorong O : klien makan sedikit sedikit dan nampak didorong
mual oleh keluarga untuk menghabiskan makanan

27
Mengajarkan teknik distraksi untuk S : klien mengatakan saat bercerita dengan keluarga Els
mengurangi mual mualnya berkurang, saat istirahat juga perut menjadi
Menganjurkan meningkatkan istirahat lebih nyaman
dan tidur yang cukup O : keluarga memahami teknik pengalihan
12.00 Mendorong klien makan sedikit tapi S : klien mengatakan akan berusaha tetap makan, Els
sering, menghentikan makan saat minum susu sedikit-sedikit dan banyak minum,
mual, dan melanjutkan makan saat kencing menjadi lancar
mual sudah tidak begitu muncul O : klien tidak menghabiskan susu, makanan tersisa
sedikit + 4 sendok nasi

28
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C693xxx
Ruang Rawat : Rajawali 6A
Tgl Diagnosa Keperawatan Jam Evaluasi Sumatif TTD
21/9/2018 Ketidakefektifan bersihan 21.00 S: klien mengatakan masih batuk, dahak jarang keluar. Els
jalan nafas b.d Infeksi O: RR 21 kali/menit, klien nampak berkeringat, klien masih batuk berdahak
(Mycobacterium A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi
tuberculosa) Indikator Target Capaian Evaluasi
Frekuensi pernapasan Tidak ada deviasi dari Deviasi ringan dari kisaran
kisaran normal: Skala 5 normal: Skala 4
Kemampuan Deviasi ringan dari Deviasi cukup berat dari
mengeluarkan sekret kisaran normal: Skala 4 kisaran normal: Skala 2
Batuk Ringan: Skala 4 Cukup : Skala 3
P:
1. Obserasi status pernapasan
2. Evaluasi efektivitas batuk efektif
Ansietas b.d penularan 21.00 S: klien khawatir penularan TB MDR, klien merasa lelah menanyakan apakah bisa Els
interpersonal, proses sembuh, klien mengeluh lemas
pengobatan yang panjang O: kontak mata cukup, wajah menegang saat bercerita, terkadang nampak sorot
mata sedih
A: Masalah ansietas belum teratasi
Indikator Target Capaian Evaluasi
Wajah tegang ringan : skala 4 Sedang: skala 3
Rasa takut yang ringan : skala 4 Sedang : skala 3
disampaikan secara lisan
Rasa cemas yang Ringan : skala 4 Cukup berat : skala 2
disampaikan secara lisan

29
P:
1. Jelaskan jalannya penyakit
2. Ajarkan koping efektif dan relaksasi
22/9/2018 Ketidakefektifan bersihan 21.00 S: klien mengatakan terkadang terengah karena batuk Els
jalan nafas b.d Infeksi O: RR 22 kali/menit, ronki basah kasar di kedua lapang paru, klien terkadang batuk
(Mycobacterium berdahak, klien belum menerapkan batuk efektif.
tuberculosa) A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi
Indikator Target Capaian Evaluasi
Frekuensi pernapasan Tidak ada deviasi dari Deviasi ringan dari kisaran
kisaran normal: Skala 5 normal: Skala 4
Kemampuan Deviasi ringan dari Deviasi cukup berat dari
mengeluarkan sekret kisaran normal: Skala 4 kisaran normal: Skala 2
Batuk Ringan: Skala 4 Cukup : Skala 3
P:
1. Observasi status respirasi
2. Evaluasi batuk efektif, lakukan fisioterapi dada jika perlu
Ansietas b.d penularan 21.00 S: Els
interpersonal, proses - Klien mencoba semangat karena tidak sendirian
pengobatan yang panjang - klien mengatakan memahami terkait TB-MDR
- klien terkadang merasa takut pengobatan yang lama
- klien merasa cemas kalau anggota keluarga tertular
O:
- hubungan klien dan keluarga, klien dan pasien lain nampak baik
- klien nampakrelaks setelah melakukan relaksasi benson
A: Masalah ansietas belum teratasi
Indikator Target Capaian Evaluasi
Wajah tegang ringan : skala 4 Ringan: skala 4
Rasa takut yang ringan : skala 4 Sedang : skala 3
disampaikan secara lisan
Rasa cemas yang Ringan : skala 4 Sedang : skala 3

30
disampaikan secara lisan
P:
1. dorong keluarga untuk memotivasi klien
2. edukasi terkait pengobatan
24/9/2018 Ketidakefektifan bersihan 07.00 S: Els
jalan nafas b.d Infeksi - Klien mengatakan lebih nyaman setelah fisioterapi dada
(Mycobacterium - Klien mengatakan selalu mencoba batuk efektif
tuberculosa) - Klien mengatakan batuk berkurang
O:
- Klien dapat batuk efektif
- Klien dapat mengeluarkan sedikit dahak setelah fisioterapi dada
- Klien batuk ringan
- RR 18 kali/menit
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi
Indikator Target Capaian Evaluasi
Frekuensi pernapasan Tidak ada deviasi dari Tidak ada deviasi dari
kisaran normal: Skala 5 kisaran normal: Skala 5
Kemampuan Deviasi ringan dari Deviasi ringan dari kisaran
mengeluarkan sekret kisaran normal: Skala 4 normal: Skala 4
Batuk Ringan: Skala 4 Ringan : Skala 4
P:
1. Observasi status respirasi
2. Monitor batuk efektif dan pengeluaran dahak
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
24/9/2018 Ansietas b.d penularan 07.00 S: Els
interpersonal, proses - klien mengatakan sudah siap untuk mulai pengobatan
pengobatan yang panjang - klien khawatir akan bosan ditengah-tengah pengobatan tapi klien berusaha
untuk tetap semangat
- klien masih cemas dengan efek samping pengobatan
O:

31
- wajah tidak menegang saat mengungkapkan perasaan
- kontak mata baik, interaksi baik
- hubungan dengan keluarga dan pasien satu ruangan baik
- koping yang dilakukan adalah bertukar pengalaman dengan pasien lain
A: Masalah ansietas belum teratasi
Indikator Target Capaian Evaluasi
Wajah tegang ringan : skala 4 Tidak ada: skala 5
Rasa takut yang ringan : skala 4 Sedang : skala 3
disampaikan secara lisan
Rasa cemas yang Ringan : skala 4 Sedang : skala 3
disampaikan secara lisan
P:
1. Dorong keluarga untuk memotivasi klien
2. Dukung koping yang disukai
3. Anjurkan relaksasi benson
27/9/2018 Mual b.d program 15.00 S: Els
pengobatan - klien mengatakan mual, muntah, pusing
- Klien mengatakan tidak nafsu makan.
- klien mengatakan saat bercerita dengan keluarga mualnya berkurang, saat
istirahat juga perut menjadi lebih nyaman
O:
- Klien dapat menyebutkan penyebab mual karena obat dan kadang muntah
- klien nampak lemas
- Klien makan sedikit sedikit dan nampak didorong oleh keluarga untuk
menghabiskan makanan
- klien tidak menghabiskan susu, makanan tersisa sedikit + 4 sendok nasi
- Klien dapat mengontrol mual dengan makan sedikit tapi sering, cukup minum air
putih
- Keluarga mampu melakukan pengalihan fokus saat klien mual
A: Masalah mual belum teratasi

32
Indikator Target Capaian Evaluasi
Mengenali onset mual sering ditunjukkan: sering ditunjukkan:
skala 4 skala 4
Mendeskripsikan faktor sering ditunjukkan: sering ditunjukkan:
penyebab mual skala 4 skala 4
Menggunakan langkah sering ditunjukkan: sering ditunjukkan:
pencegahan skala 4 skala 4
Melaporkan mual sering ditunjukkan: jarang ditunjukkan:
terkontrol skala 4 skala 2
P:
1. Monitor keluhan mual dan muntah selama pengobatan
2. Dorong klien kontrol mual
3. Dorong meningkatkan asupan nutrisi
27/9/2018 Ansietas b.d penularan 15.00 S: Els
interpersonal, proses - klien mengatakan kadang masih panik karena efek samping obat, takut engga
pengobatan yang panjang kuat selama 2 tahun
- klien mencoba percaya Allah pasti bantu
O:
- wajah tidak menegang saat mengungkapkan perasaan
- kontak mata baik, interaksi baik
- hubungan dengan keluarga dan pasien satu ruangan baik
- koping yang dilakukan adalah bertukar pengalaman dengan pasien lain
- klien berusaha pasrah dan berjuang untuk pengobatan
- aktif relaksasi benson
A: Masalah ansietas teratasi
Indikator Target Capaian Evaluasi
Wajah tegang Ringan : skala 4 Tidak ada: skala 5
Rasa takut yang Ringan : skala 4 Ringan : skala 4
disampaikan secara lisan
Rasa cemas yang Ringan : skala 4 Ringan : skala 4

33
disampaikan secara lisan
P:
1. Dorong keluarga untuk memotivasi klien
2. Dukung koping yang disukai
3. Anjurkan relaksasi benson

34
VI. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada tanggal 21 September 2018 didapatkan hasil bahwa
Ny. S memiliki riwayat pengobatan TB selama 6 bulan di tahun 2017.
Riwayat keluarga diketahui ada anggota keluarga yang pertama kali
terkena TB Paru adalah anak Ny. S telah menjala ni pengobatan selama 6
bulan dan dinyatakan sembuh. Individu dapat terinfeksi virus
Mycobacterium tuberculosa melalui droplet nuclei dari pasien TB paru
ketika pasien batuk, bersin, maupun tertawa. Saat Mycobacterium
tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat
melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TB paru akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. S istem imun tubuh berespon
dengan melakukan reaksi inflamasi (Darliana, 2017).
Pemeriksaan penunjang Xpert-MTB-RIF menunjukkan hasil Ny. S
terdiagnosa TB-MDR Rifampisin yaitu tuberculosis multi drug resistant
terhadap rifampisin. Tuberkulosis resisten-Rifampisin disebabkan oleh
bakteri yang tidak merespon rifampicin, salah satu obat anti-TB yang
paling kuat biasanya juga resisten terhadap ionazid (WHO, 2017).
Rifampisin dan Isoniazid adalah tulang punggung rejimen pengobatan
karena kombinasi kedua obat tersebut mempunyai sifat yang kuat sebagai
OAT (obat anti tuberkulosis) yaitu aktivitas bakteri dini, aktivitas
sterilisasi, dan kemampuan untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap
obat penyerta. Sehingga resisten terhadap kedua obat tersebut dengan atau
tanpa OAT lainnya merupakan poliresisten yang paling menyulitkan,
dinyatakan sebagai multi-drug resistant tuberculosis (Sutoyo, 2010).

35
Risiko resistensi obat menjadi meningkat pada kasus dengan riwayat
pengobatan, sehingga disadari bahwa kekerapan TB MDR meningkat pada
kelompok TB yang berisiko tersebut yaitu pasien TB kronik, TB gagal
pengobatan, TB kambuh dan TB dengan riwayat drop out/default. Selain
kelompok pasien dengan riwayat pengobatan, resistensi juga dicurigai pada
pasien TB yang tidak konversi setelah pengobatan awal/intensif, serta
pasien TB yang mempunyai kontak erat dengan pasien TB-MDR (Sutoyo,
2010). Pada kasus Ny. S didapatkan keterangan dari klien dan keluarga
bahwa pada riwayat pengobatan sebelumnya menyatakan selalu rutin
minum obat selama 6 bulan tanpa pernah putus obat.
Gejala klasik klinis tuberkulosis paru yaitu batuk kronik (>3
minggu), produksi sputum, nafsu makan menurun, kehilangan berat badan,
demam, keringat malam, dan hemoptisis. Batuk merupakan gejala yang
paling sering ditemukan dan terjadi karena adanya iritasi bronkus. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah adanya
peradangan batuk menjadi disertai dengan sputum (produktif). Keadaan
yang lanjut berupa batuk darah atau hemoptisis (Fadel, 2016). Pada Ny. S
ditemukan bahwa klien telah mengalami batuk berdahak sulit keluar + 5
bulan namun tidak sampai berdarah. Pernapasan klien 20 kali/menit dan
hasil laboratorium didapatkan leukosit 18.1 x 103 /uL (H).
Masalah lain yang muncul pada Ny. S adalah klien mengatakan takut
dan cemas akan menulari anggota keluarga yang lain, sering merasa mual,
dan khawatir akan rencana pengobatan selama 2 tahun. Diperoleh data
DASS yaitu 14 tergolong kecemasan sedang. Ketika berbicara, wajah klien
menegang dan kontak mata cukup baik. Kecemasan pada pasien TB-MDR
dilaporkan cukup tinggi terjadi pada awal pengobatan. Depresi juga dapat
muncul pada kasus ini. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh persepsi
masyarakat terhadap penderita TB yang salah, antara lain adalah
stigmatisasi. Munculnya gangguan psikiatri ini sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengobatan, karena pasien sulit untuk diajak
kerjasama baik dalam pemberian obat maupun pemeriksaan lain yang

36
harus dilakukan (Bloss dkk, 2010). Untuk itu deteksi dini ansietas maupun
depresi perlu dilakukan supaya tenaga kesehatan mampu mengontrol
pasien dalam pengobatan nantinya.
Ny. S mengeluh mual sebelum pengobatan TB-MDR dimulai, hal ini
belum teridentifikasi penyebab mualnya. Pada hari pertama pengobatan,
klien mengeluh mual sampai muntah, menyebabkan klien tidak nafsu
makan. Ny. S mengatakan perut tidak nyaman setelah minum OAT dan
kepala menjadi pusing. Klien nampak lemas, bibir pucat dan kering, klien
mendapat terapi OAT: Pirazinamide, Ethambutol, INH (isoniazid),
Etionamid, Sikloserin, dan Bedaquiline. Kemenkes RI (2014)
menyebutkan dalam pengobatan TB, efek samping obat dapat
menyebabkan penderita tidak tahan dan memutuskan untuk berhenti
pengobatan. Efek samping yang dirasakan bisa saja merugikan dan berat,
beberapa efek samping yang mungkin dan sering dirasakan penderita
selama pengobatan adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit
perut, pusing, sakit kepala, gatal- gatal, nyeri sendi kesemutan, gangguan
penglihatan gangguan pendengaran, warna kemerahan pada a ir seni
(urine). Beratnya efek samping yang dialami tersebut akan berdampak
pada kepatuhan berobat penderita dan bahkan dapat berakibat putus
berobat (loss to follow-up) dari pengobatan (Sari, dkk., 2014).

2. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien


Berdasarkan hasil pengkajian, dilakukan analisis data dan ditentukan 3
diagnosa keperawatan selama mengelola pasien. Diagnosa prioritas adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d infeksi (Mycobacterium
tuberculosa) dibuktikan dengan klien batuk sulit keluar dahak, terdeteksi
resisten rifampisin, ronki basah kasar di kedua lapang paru, leukosit
meningkat (00031). Diagnosa kedua adalah ansietas b.d penularan
interpersonal, proses pengobatan yang panjang dibuktikan dengan skor
DASS 14, wajah tegang, klien menyatakan kekhawatiran terhadap
kondisinya dan penularan kepada anggota keluarga, program pengobatan 2

37
tahun (00146). Diagnosa ketiga adalah mual b.d program pengobatan
dibuktikan dengan klien merasa lemas, mual, tidak nafsu makan, Hb di
bawah batas normal, konjungtiva anemis, bibir pucat, OAT (00134).
3. Tindakan keperawatan yang direncanakan dan diberikan
Pada masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas
menurut NIC dilakukan manajemen jalan nafas yaitu mengobservasi status
pernapasan dan auskultasi suara napas, memberikan posisikan untuk
memaksimalkan ventilasi (semifowler), mengajarkan batuk efektif, dan
melakukan fisioterapi dada bila perlu (Bulechek et al, 2016). Batuk adalah
gejala yang paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan
terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita
bangun pagi hari (Alsagoff, 2005). Untuk mengeluarkan sekret dengan
baik caranya dengan cara batuk yang benar yaitu batuk efektif. Batuk
efektif yaitu merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekret (Kusyati,
2006). Batuk efektif adalah merupakan suatu metode batuk dengan benar,
dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Potter&Perry, 2006).
Batuk efektif diharapkan dapat membantu penderita untuk
mengeluarkan sputum yang baik sehingga dapat segera dilakukan
pemeriksaan sputum kemudian dilakukan pengobatan yang tepat, selain itu
sputum atau dahak yang mampu dikeluarkan akan memberikan efek lega
sehingga penderita tidak mengalami sesak napas. Cara melakukan batuk
efektif posisi badan agak condong kedepan, kemudian hirup napas dalam 2
kali secara perlahan- lahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut
hirup napas dalam ketiga kalinya ditahan 3 detik kemudian batukkan
dengan kuat 2 atau 3 kali secara berturut turut tanpa menghirup napas
kembali selama melakukan batuk kemudian napas ringan (Hidayat, 2006).
Fisioterapi dada sangat signifikan terhadap peningkatan pengeluaran
volume sputum (Soemarno et al, 2005). Kombinasi betuk efektif,

38
fisioterapi dada, dan postural drainage juga terbukti menurunkan frekuensi
batuk dan pernafasan pada pasien TB paru (Sefriatin, 2015).
Tindakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan ansietas dilakukan
pengurangan kecemasan yaitu menggunakan pendekatan yang tenang dan
mendengarkan pasien, mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan,
memberikan informasi terkait diagnosis, perawatan, prognosis, mendorong
keluarga mendampingi pasien, mendukung mekanisme koping yang
sesuai, dan mengajarkan relaksasi benson. Informasi terkait efek samping
obat juga harus diberitahukan sebelum pengobatan, hal ini dilakukan
supaya dalam keberjalanannya penderita tidak salah paham dengan kondisi
yang dirasakan selama pengobatan. Sebagian besar penderita merasa tidak
tahan terhadap efek samping OAT yang dialami selama pengobatan, dan
hal ini menyebabkan pasien tidak patuh minum obat. Penderita TB yang
tidak patuh dalam pengobatan kemungkinan besar disebabkan pemakaian
obat jangka panjang, efek samping yang mungkin timbul, dan kurangnya
kesadaran penderita akan penyakitnya. Pemberian edukasi menjadi hal
penting untuk mengurangi kecemasan dan diharapkan turut mensukseskan
program pengobatan (Kemenkes RI, 2014).
Mendorong keluarga untuk mendampingi pasien merupakan upaya
melibatkan keluarga dalam perawatan pasien. Dukungan keluarga adalah
bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk
dukungan emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan
penghargaan (menghargai, umpan balik), dukungan informasi (saran,
nasehat, informasi) maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan
tenaga, dana, dan waktu (Bomar, 2004). Menurut Ratna (2010) dukungan
dari keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika menghadapi
masalah (kesehatan) dan sebagai strategi preventif untuk mengurangi
stress atau kecemasan dimana pandangan hidup menjadi luas, dan tidak
mudah stress. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam perawatan
pasien, dapat membantu menurunkan kecemasan pasien, meningkatkan
semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani pengobatan.

39
Kecemasan juga dapat berkurang dengan diberikan relaksasi. Salah
satu metode relaksasi adalah teknik relaksasi napas dalam, yang bertujuan
untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi
stress baik fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
kecemasan (Smeltzer&Bare, 2011). Pengembangan dari teknik relaksasi
napas dalam telah dilakukan untuk memaksimalkan manfaat yang
diperoleh, salah satunya adalah relaksasi benson. Relaksasi Benson
merupakan pengembangan dari respon relaksasi yang dikembangkan oleh
Benson, dimana relaksasi ini merupakan gabungan antara relaksasi dengan
keyakinan agama yang dianut. Fokus dari relaksasi ini pada ungkapan
tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai
sikap pasrah. Ungkapan yang digunakan dapat berupa nama-nama Tuhan,
atau kata yang memiliki makna menenangkan bagi klien itu sendiri
(Benson&Proctor, 2000). Relaksasi benson terbukti memiliki pengaruh
besar dalam menurunkan tingkat kecemasan dan dapat digunakan sebagai
manajamen kecemasan non- farmakologis (Solehati, 2014).
Tindakan keperawatan juga diberikan pada efek mual yang dirasakan
selama pengobatan. Menurut Bulechek, et al (2016), tindakan yang dapat
dilakukan adalah manajemen mual, dengan mengurangi atau
menghilangkan faktor- fator yang bersifat personal yang memicu atau
meningkatkan mual (kecemasan, takut), meningkatkan istirahat dan tidur
yang cukup untuk memfasilitasi pengurangan mual, mendorong pola
makan dengan porsi sedikit makanan yang mendorong mual, memberikan
minuman dingin, dan mengajarkan teknik distraksi untuk mengatasi mual.
Mual yang dialami klien karena efek pengobatan FDC OAT diatasi
dengan menganjurkan klien meminum obat sebelum makan dan ketika
muncul sensasi mual, klien dianjurkan untuk minum minuman yang dingin
seperti jus buah atau air putih. Terapi nonfarmakologi berupa pemberian
minuman dingin lebih cepat diserap dalam tubuh dari pada air hangat dan
akan membantu rehidrasi, sehingga dapat mengupayakan klien agar

40
merasa segar, membuka nafsu makan dan secara sadar dapat
mengendalikan aktivitas faal dan psikis, memperbaiki kondisi disfungsi
faal/psikis, sehingga berhasil menstabilkan emosi dan mengatasi gejala
penyakitnya terutama keluhan mual muntah pada klien akibat efek
pengobatan. Minuman dingin dapat memiliki peran untuk memberikan
kesegaran tubuh dan membuka nafsu makan (Noorwati, 2006). Distraksi
merupakan intervensi yang membuat individu berkonsentrasi pada
stimulus yang menyenangkan dari pada berfokus pada gejala yang tidak
menyenangkan (Schneider, 2000). Terapi non- farmakologi seperti
akupuntur, relaksasi otot progresif, relaksasi, distraksi, imajinasi
terbimbing selain dapat menurunkan intensitas nyeri juga membuktikan
bahwa dapat mengurangi gejala seperti mual dan muntah (Mustian et al,
2011). Distraksi pada Ny. S dilakukan dengan berbincang-bincang dengan
anggota keluarga yang menunggu maupun dengan sesama pasien di
ruangan. Selain sebagai distraksi untuk mengurangi gejala mua l muntah,
hal ini merupakan koping untuk menurunkan kecemasan pasien.

4. Evaluasi
Selama pengelolaan pasien didapatkan pada hari ketiga yaitu 24
September 2018 klien mengatakan batuk berkurang, sudah mampu
mengeluarkan sputum, RR 18 kali/menit. Masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas teratasi dengan tercapainya indikator tujuan kepatenan
jalan napas yaitu frekuensi pernafasan (tidak ada deviasi dari kisaran
normal : skala 5), kemampuan untuk mengeluarkan sekret (deviasi ringan
dari kisaran normal: skala 4), dan batuk (ringan : skala 4). Pada tanggal 27
September 2018, klien melaporkan gejala batuk sudah menghilang.
Pada masalah keperawatan ansietas, dapat tercapai pada tanggal 27
September 2018. Dibuktikan dengan klien mengatakan kadang masih panik
karena efek samping obat, takut engga kuat selama 2 tahun, klien mencoba
percaya Allah pasti bantu, wajah tidak menegang saat mengungkapkan
perasaan, kontak mata baik, interaksi baik, hubungan dengan keluarga dan

41
pasien satu ruangan baik, koping yang dilak ukan adalah bertukar
pengalaman dengan pasien lain, klien berusaha pasrah dan berjuang untuk
pengobatan, aktif relaksasi benson. Hal ini dianalisis telah memenuhi
indikator hasil yaitu wajah tegang (tidak ada: skala 5), rasa takut yang
disampaikan secara lisan (ringan: skala 4), dan rasa cemas yang
disampaikan secara lisan (ringan: skala 4).
Pada hari ke 4 pengelolaan, klien baru mendapatkan terapi pengobatan
OAT. Sehingga muncul masalah baru terkait efek samping obat yaitu
keluhan mual, muntah, dan pusing. Setelah dilakukan intervensi,
didapatkan hasil mengenali onset mual (sering ditunjukkan : skala 4),
mendeskripsikan faktor penyebab mual (sering ditunjukkan : skala 4),
menggunakan langkah pencegahan (sering ditunjukkan: skala 4), dan
melaporkan gejala berkurang (jarang ditunjukkan: skala 2), sehingga dapat
ditarik kesimpulan masalah mual b.d program pengobatan belum teratasi.

42
DAFTAR PUSTAKA

Alsagoff, Hood dkk. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :


Airlangga University Press.
Benson, H, & Proctor, W. (2000). Dasar-dasar respon relaksasi. Edisi 1.
Alinurhasan. Bandung: Penerbit Kaifa.
Bloss E, dkk. (2010). Adverse events related to multidrug-resistant tuberculosis
treatment, Latvia, 2000–2004. Int J Tuberc Lung Dis. 2010;14(3):275–81.
Darliana Devi. (2017). Manajemen pasien tuberculosis paru. Idea Nursing
Journal. 2(1): 27-31.
Fadel, MI. (2016). Intervensi untuk Mencegah Tuberkulosis Resisten Obat.
Majority. 5(4): 65-70.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
Kusyati, E, (2006). Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2006). Konsep Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Mustian KM, Devine K, Ryan JL, Janelsins MC, Sprod LK, Peppone LJ, et al.
(2011). Treatment of nausea and vomiting during chemotherapy. US Oncol
Hematol. 7(2):91-7.
Noorwati. (2006). Terapi nutrisi pada pasien kanker. Dalam Sudoyo Et all. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta ; hal 846-848
Bulechek, Gloria. et al. (2016). Nursing Intervention Classification. Edisi ke-6.
Singapore: Elsevier.
Perry, Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan
Praktek. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Sari, ID Yuniar Y, dan syaripuddin M. (2014). Studi Monitoring Efek Samping
Obat Anti Tuberkulosis FDC Kategori 1 di Provinsi Banten dan Provinsi
Jawa Barat. Jurnal Media Litbangkes. 24(1): 28-35.

43
Sefriatin. (2015). Kombinasi pemberian fisioterapi dada, terapi postural
drainage, dan batuk efektif terhadap penurunan frekuensi batuk dan
pernapasan pada pasien TB Paru. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.
Schneider, S.M, & Workman, M.L. (2000). Virtual reality as a distraction
intervention for children receiving chemotherapy. Pediatric Nursing. 26(6):
593-597.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2011). Smeltzer and Bare’s textbook of medical
surgical nursing (vol 1, ed ke-2). Philadelphia: Lippincott
Williams&Wilkins.
Solehati, T., Rustina, Y. (2014). The Reduction of Anxiety Level With Benson
Relaxation at Cibabat Cimahi Hospital. Journal of Nurisng and Health
Care. 1(2):167-171.
Sutoyo, DK. (2010). Multi-Drug Resistance (MDR) pada Tuberkulosis.
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI SMF Paru
RS Persahabatan. Jakarta.
WHO. (2017). MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS (MDR-TB). Diunduh
pada 22 September 2018 di http://www.who.int/tb/challenges/mdr/MDR-
RR_TB_factsheet_2017.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai