SB
DENGAN FRAKTUR HUMERUS DEXTRA
DI RUANG RAJAWALI 2B RSUP DR KARIADI SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Koordinatir : Ns. Susana ,M.NS
Dosen Pembimbing Akademik : Chandra B R, M.Kep.,Sp.Kep.M.B
Pembimbing Klinik : Ns. Sukma,S.Kep
Disusun oleh :
Isna Intan Jauhara
22020117210038
I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk RS : 12 Desember 2017
Tanggal Masuk Bangsal : 12 Desember 2017
Tanggal Pengkajian : 12 Desember 2017
II. ANALISA DATA
A. Data Demografi
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn. SJ
b. Usia : 49 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki- laki
d. Agama : Islam
e. No. Rekam Medik : C669117
f. Diagnosa Medis : Fraktur Humerus
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan : Wiraswasta
i. Alamat Rumah : Jatisari, Mijen, Semarang
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. P
b. Hubungan dg Klien : Istri
c. Usia : 45 th
d. Agama : Islam
e. Alamat : Jatisari, Mijen, Semarang
B. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan nyeri pada bagian tangan sebelah kanan.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan 2 hari yang lalu terjatuh saat sedang merenovasi
rumahnya (memplafon atap rumah) dari ketinggian + 3 m. Saat terjatuh klien
mengatakan jatuh dengan posisi lengan kanan terlebih dahulu dan menjadi
tumpuan saat jatuh. Pada tanggal 11 Desember 2017. klien dibawa ke IGD
RSDK Semarang. Di IGD klien mendapatkan tindakan pembidaian untuk
fraktur humeres dextra serta mendapat injeksi ketorolac 30 mg, ranitidin 50 mg
dan ceftriaxone 2 gr. Setelah mendapat perawatan di IGD klien dipindah ke
ruang rajawali 2B.
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan merasakan nyeri pada
bagian tangan kanannya dan bertambah ketika bergerak tiba-tiba, dengan skala
nyeri 5 dengan menggunakan NRS dirasakan menetap selama + 5 menit.
Terlihat memar pada tangan kanan klien. Pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD: 130/80 mmHg, HR 90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37 0c,
SpO2 100%, CRT < 3 detik.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit
serta tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Klien terlihat lemah
2. Kesadaran
Kesadaran komposmentis E4M6V5
3. Tanda Tanda Vital
a. TD : 130/80 mmHg,
b. HR : 90 x/menit,
c. RR : 20 x/menit,
d. Suhu : 37 0c
e. Pengkajian Nyeri
P : Nyeri terasa dibagian lengan tangan kanan
Q : Nyeri terasa cenut-cenut
R : Skala nyeri 5 dengan menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
T : + 5 menit dan menetap
4. Head To Toe
a. Kepala (Kepala, Mata, Telinga, Mulut)
Inspeksi :
Bentuk kepala mesochepal, warna rambut putih (uban) tidak rata kulit
kepala bersih. Telinga simetris antara sisnistra dan dekstra, pendengaran
(+). Respon pupil (+), isokor (+), konjungtiva anemis (+), ikterik (-), letak
simetris, juling (-), gangguan penglihatan (-).Bibir pucat (+) membrane
mukosa kering (+) bau mulut (-), gigi tampak kuning. Menggunakan alat
bantu napas (-), menggunakan NGT(-), polip (-) sekret (-) perdarahan (-)
cuping hidung (-)
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan tidak ada nyeri tekan.pada kepala, telinga,
mata,mulut dan hidung.
b. Leher
Inspeksi :
Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut.
Palpasi :
Tidak ada benjolan, nadi karotis teraba, luka nyeri tekan (-), pembesaran
vena jugularis (-), pembesaran tiroid (-)
c. Paru dan Dada
Inspeksi :
Simetris ,Retraksi dada (-) jejas (-) pergerakan dada kanan dan kiri sama
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan, pergerakan dada kanan dan kiri sama saat
inspirasi dan ekspirasi, taktil fremitus seimbang.
Perkusi :
Terdengar bunyi sonor
Auskultasi :
Suara napas vesikuler (-), bronkial (-), Ronkhi (-), Wheezing (-), mengi (-).
d. Jantung
Inspeksi :
Ictus kordis tidak nampak
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan (-) ictus kordis teraba pada IC
5 mid klavikula sinistra
Perkusi :
Tidak ada pembesaran jantung,batas kanan atas SIC II Linea Para Sternalis
Dextra, Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra, Kiri atas: SIC II
Linea Para Sternalis Sinistra, dan Kiri bawah: SIC IV Linea Medio
Clavicularis Sinistra
Auskultasi :
Terdengar bunyi jantung “Lup” “Dup” (S1 dan S2) tidak terdapat bunyi
jantung tambahan
e. Abdomen
Inspeksi :
Tidak terdapat jejas, distensi abdomen (-), jaringan parut (-), pengeluaran
cairan umbilicus (-).
Auskultasi :
Bising usus 5-6 x/m
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan tidak nyeri tekan
Perkusi :
Terdengar bunyi timpani
f. Punggung
Inspeksi :
Tidak ada lesi, tidak aja jejas.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan pada luka.
g. Anus dan Genital
Tidak ada lesi, terpasang DC (-)
h. Ekstremitas Atas
Kanan:
Terpasang bidai pada lengan kanan , tampak adanya lebam dan memar,
CR> 3 detik, sianosis (+), akral dingin , tampak edema (+), kekuatan otot
humerus – radius ulna/antebrakhi-pergelangan tangan dan jari-jari 1,
terdapat keterbatasan rentang gerak.
Kiri:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CR< 3 detik, sianosis (-), akral dingin (-),
flebitis (-), edema (-), kekuatan otot humerus – radius ulna/antebrakhi-
pergelangan tangan dan jari-jari 5, tidak ada keterbatasan rentang gerak.
i. Ekstremitas Bawah
Kanan:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CR< 3 detik, sianosis (-) akral dingin (-),
tampak memar, kekuatan femur-kruris-pedis dan jari-jari 3-3-3-3, terdapat
keterbatasan rentang gerak pada ekstremitas kanan.
Kiri:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CR < 3 detik, sianosis (-) akral dingin (-),
flebitis (-), edema (-), kekuatan femur-kruris-pedis dan jari-jari 5-5-5-5,
tidak ada keterbatasan rentang gerak pada ekstremitas kanan.
j. Pemeriksaan Rentang Gerak
1. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
2. Bahu
Gerakan Penjelasan Kiri Kanan
3. Siku
Gerakan Penjelasan Kiri Kanan
4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Kiri Kanan
5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Kiri Kanan
7. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Kiri Kanan
8. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
10. Kaki
Gerakan Penjelasan Kiri Kanan
k. Pemeriksaan Neurosensori
1. Saraf Olfaktori (1) : Klien dapat mencium kayu putih yang diberikan
2. Saraf Optikus (2) : Tidak ada masalah penglihatan dan lapang pandang
3. Saraf Okulamotor, Trohlearis, dan Abdusen (3,4,5,6) : Kelopak mata
dapat diangkat, bola mata klien dapat berputar, refleks pupil, berkedip.
4. Saraf Fasialis (7) : Klien dapat senyum, bersiul, mengangkat alis mata,
menutup kelopak mata dan menjulurkan lidah. Klien juga dapat
membedakan rasa manis dan asin
5. Saraf Verstibulocochlearis (8): klien dapat mendengarkan buni wibber
seimbang
6. Saraf Glosofaringeus (9) : klien dapat membedakan rasa manis dan
asam
7. Saraf Vagus (10) : klien dapat menelan saliva, dapat menucapkan ah
8. Saraf Asesoris (11) : klien dapat menggerakan bahu kanan
9. Saraf hipoglosus (12) : klien dapat menjulurkan lidah dan menggerakan
ke sisi kanan dan kiri
E. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia
1. Persepsi Kesehatan/ Management Kesehatan
Klien mengatakan selama ini jarang memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan, klien sering membeli obat warung saat merasa tidak enak badan.
Ketika klien jatuh klien tidak langsung memeriksakan kondisi badannya ke
pelayanan kesehatan, karena dirasa tidak akan buruk, namun semakin sakit
akhirnya klien memeriksakan kondisi ke pelayanan kesehatan.
2. Nutrisi – Metabolik
Nutrisi
Saat Pengkajian
A
(Antropometri) BB: 68 Kg, TB: 165 cm, IMT: 24,9 (normal)
Cairan
Input Output
Infus : 1000 cc BAK : 1500 cc
Minum : 400 cc BAB : 200 cc
Jumlah : 1400 cc IWL : 600 cc
Jumlah: 1100 cc
*BC/10 jam : Output – Input
: 1100-1400= - 300 cc
Keterangan:
Saat sebelum sakit klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan
kebutuhan nutrisi dan cairan, namun saat sakit klien nampak tidak
menghabiskan makanannya.
3. Eliminasi
BAK
Sebelum masuk RS Keterangan Saat Pengkajian
4-5 kali/hari Frekuensi 4-5 kali/hari
Kuning jernih Warna Kuning jernih
Khas feses Bau Khas urin
Cair Konsistensi Cair
- Darah -
±1500 cc Jumlah ±1500cc
BAB
Sebelum masuk RS Keterangan Saat Pengkajian
1 kali/ hari Frekuensi Belum BAB
Kuning kecoklatan Warna -
Khas feses Bau -
Lembek Konsistensi -
- Darah -
±250 cc Jumlah -
4. Aktivitas – Latihan
Saat Pengkajian:
Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri (grooming) √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Berpakaian (dressing) √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) √ 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) √ 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer √ 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2
orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas √ 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet √ 0 : Tergantung bantuan orang
lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi
beberapa hal dilakukan sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga √ 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 0 5 6 0 12 (Ketergantungan sedang)
5. Kognitif – Persepsi
Klien terlihat merasa gelisah dan tidak tenang ketika merasa nyeri. Klien
mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini, klien merasa kesulitan
dalam segala hal, dan untuk tidurpun tidak bisa karena nyeri yang dirasa.
6. Tidur – Istirahat
Saat Pengkajian
Kategori Saat Pengkajian
Frekuensi Klien mengatakan saat sakit tidak dapat tidur, tidur pukul 02.00 dan
terbangun pukul 05.00
Pola Tidur Klien mengatakan tidur sering bangun 4-5 kali
Kualitas Klien mengatakan tidur kurang nyenyak karena merasa nyeri sehingga
mengganggu dan tidak nyaman.
V. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.SB
No. Rekam Medik : C669117
Ruang Rawat : Rajawali 2B
Tgl No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
12 Desember 2017 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain Management
selama 3x8 jam diharapkan nyeri klien 1. Kaji secara komprehensif terhadap nyeri termasuk
teratasi dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
- Klien mengatakan nyeri berkurang intensitas nyeri dan faktor presipitasi
- Skala nyeri dari 5 menjadi 2 2. Observasi reaksi ketidaknyamanan secara non
- Klien mampu melakukan manajemen verbal
nyeri 3. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon ketidaknyamanan klien (suhu ruangan,
cahaya dan suara)
4. Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi
(terapi musik klasik dan kompres air biasa)
5. Kolaborasi pemberian analgesic
12 Desember 2017 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Environmental Management
selama 3 x 8 jam diharapkan 1. Menyediakan kondisi lingkungan yang aman
- Kekuatan otot ekstremitas kiri 5/5 2. Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi
- Klien dapat berpindah
- Klien dapat membolak-balikan badan Exercise Therapy: balance
1. Ajarkan latihan ROM
2. Monitor TTV
12 Desember 2017 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Infection Control
selama 3x8 jam diharapkan resiko 1. Inspeksi kulit dan membaran mukosa terhadap
infeksi klien teratasi dengan kriteria kemerahan, panas
hasil : 2. Dorong masukan nutrisi yang cukup
- Klien bebas dari tanda dan gejala 3. Dorong Istirahat
infeksi 4. Anjurkan cuci tangan
- jumlah leukosit dalam batas normal 5. Ganti alat pembidaian sesuai interval yang
ditentukan
VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.SB
No. Rekam Medik : C669117
Ruang Rawat : Rajawali 2B
Tanggal NDx Jam Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf
12/12/2017 1 14.30 Mengkaji secara komprehensif terhadap nyeri termasuk lokasi, Isna
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor
presipitasi dan mengobservasi reaksi ketidaknyamanan secara non
verbal
S:
- Klien mengatakan merasakan nyeri pada bagian tubuhnya, terutama
pada bagian lengan tangannya dan merasakan nyeri pada bagian paha
kanan nya
- Klien mengatakan sulit bergerak dan akan terasa sakit saat badannya
tidak sengaja bergerak
O:
- Klien tampak meringis menahan sakit
P : Nyeri terasa dibagian lengan tangan kanan
Q : Nyeri terasa cenut-cenut
R : Skala nyeri 5 dengan menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
T : + 5 menit dan menetap
12/12/2017 1 14.45 Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon Isna
ketidaknyamanan klien dan mengajarkan cara penggunaan terapi non
farmakologi (komprea air biasa)
S:
- Klien mengatakan lebih nyaman ketika ruangan gelap
- Klien mengatakan bersedia melakukan terapi bersama ntuk mengurangi
nyeri
- Klien mengatakan merasakan lebih rileks dan nyerinya berkurang
- Klien bersedia melakukan terapi musik klasik saat nyeri
O:
- Klien berada pada tempat dengan lampu yang dipadamkan
- Klien tampak lebih rileks
- Skala nyeri klien menjadi 4
13/12/2017 3 15.00 Menginspeksi kulit dan membaran mukosa terhadap kemerahan, panas Isna
S:
- Klien mengatakan badannya terasa panas
O:
- Lengan klien tampak bengkak dengan warna kebiruan
13/12/2017 2 18.30 Menyediakan kondisi lingkungan yang aman dan mengkaji kemampuan Isna
klien dalam mobilisasi
S:
- Klien mengatakan tidak dapat mebolak balikan anggota badannya
- Klien mengatakan tangan kirinya sedikit kaku
O
- Klien tampak kesulitan berpindah
- Pada bad klien terlihat terpasang pagar penghalang
13/12/2017 2 19.00 Monitor TTV Isna
S:
O:
TD : 130/80 mmHg,
HR : 90 x/menit,
RR : 20 x/menit,
Suhu : 37 0c
13/12/2017 3 19.15 Dorong masukan nutrisi yang cukup Isna
S:
- Klien menagtakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan akan meningkatkan makannya
O:
-
13/12/2017 1 21.00 Mengkaji secara komprehensif terhadap nyeri termasuk lokasi, Isna
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor
presipitasi dan mengobservasi reaksi ketidaknyamanan secara non
verbal
S:
- Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada bagian tubuhnya
O:
- Klien tampak meringis menahan sakit
P : Nyeri terasa dibagian lengan tangan kanan
Q : Nyeri terasa cenut-cenut
R : Skala nyeri 4 dengan menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
T : + 3 menit dan menetap
13/12/2017 1 21.30 Memotivasi klien menggunakan terapi non farmakologi (terapi musik Isna
klasik) untuk mengatasi nyeri
S:
- Klien mengatakan merasakan lebih rileks dan nyerinya berkurang
- Klien mengatakan meminta lagu klasik yang baru untuk mengatasi
nyeri
O:
- Klien tampak lebih rileks
- Skala nyeri klien menjadi 4
13/12/ 2017 1 22.00 Kolaborasi pemberian analgesik Isna
S:
Klien bersedia diberi obat
O:
Ketorolac 30 mg
14/12/2017 2 05.30 Monitor TTV Isna
S:
O:
TD : 120/80 mmHg,
HR : 100 x/menit,
RR : 18 x/menit,
Suhu : 36,5 0c
14/12/2017 3 05.45 Menginspeksi kulit dan membaran mukosa terhadap kemerahan, panas Isna
S:
- Klien mengatakan badannya terasa panas
O:
- Lengan klien tampak bengkak dengan warna kebiruan
14/12/2017 2 06.00 Mengajarkan latihan ROM pada tangan kiri Isna
S:
- Klien bersedia melakukan latihan ROM tangan
- Klien mengatakan badannya menjadi lebih tidak kaku
O
- Kekuatan otot pada ekstremitas kiri 5
14/12/2017 1 21.00 Mengkaji secara komprehensif terhadap nyeri termasuk lokasi, Isna
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor
presipitasi dan mengobservasi reaksi ketidaknyamanan secara non
verbal
S:
- Klien mengatakan nyeri pada bagian tubuhnya berkurang
O:
P : Nyeri terasa dibagian lengan tangan kanan
Q : Nyeri terasa cenut-cenut
R : Skala nyeri 3 dengan menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
T : + 3 menit dan menetap
14/12/2017 1 21.30 Memotivasi klien menggunakan terapi non farmakologi (terapi musik Isna
klasik) untuk mengatasi nyeri
S:
- Klien mengatakan sudah sering mealakukan terapi musik klasik yang
daiajrkan perawat
O:
- Klien tampak lebih rileks
- Skala nyeri klien menjadi 3
14/12/ 2017 1 22.00 Kolaborasi pemberian analgesik Isna
S:
Klien bersedia diberi obat
O:
Ketorolac 30 mg
15/12/2017 2 05.30 Monitor TTV Isna
S:
O:
TD : 130/80 mmHg,
HR : 90 x/menit,
RR : 20 x/menit,
Suhu : 36,5 0c
15/12/2017 3 05.45 Menginspeksi kulit dan membaran mukosa terhadap kemerahan, panas Isna
S:
- Klien mengatakan badannya terasa panas
O:
- Lengan klien tampak bengkak dengan warna kebiruan
15/12/2017 2 06.00 Mengajarkan latihan ROM pada tangan kiri Isna
S:
- Klien bersedia melakukan latihan ROM tangan
- Klien mengatakan badannya menjadi lebih tidak kaku
O
- Kekuatan otot pada ekstremitas kiri 5
15/12/2017 3 08.00 Mengganti perban bidai pada klien sesuai interval yang ditentukan Isna
S:
- Klien bersedia diganti bidai
O:
- Tidak ditemukan tanda dan gejala infeksi pada klien
VII. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.SB
No. Rekam Medik : C669117
Ruang Rawat : Rajawali 2B
Tanggal NDx Jam Evaluasi Sumatif Paraf
15/12/2017 1 08.00 S: Isna
- Klien menagtakan ketika nyeri, klien menggunakan terapi musik
klasik untuk mengatasi nyerinya
- Klien mengatakan nyeri yang dirasa berkurang daripada ketika
pertama datang di ruang rajawali 2b
O:
P : Nyeri terasa dibagian lengan tangan kanan
Q : Nyeri terasa cenut-cenut
R : Skala nyeri 3 dengan menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
T : + 3 menit dan menetap
A:
Masalah belum Teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
- Terapi Musik Klasik
- Ajarakan teknik nonfarmakologi post operasi (Berdzikir, nafas dalam)
15/12/2017 2 08.20 S: Isna
- Klien mengatakan sudah bisa membolak balikan badannya
- Klien mengatakan kaki nya sudah tidak merasakan nyeri
O:
- Kekuatan otot ekstremitas kiri klien 5/5
- Klien dapat membolak-balikan posisi badannya
A:
Masalah teratasi
P:
Anjurkan pasien tetap melakukan ROM pada bagian tubuh lain ( bukan
fraktur)
15/12/2017 3 08.35 S: Isna
O:
- Tidak ditemukan tanda dan gejala infeksi
- Lebam pada lengan atas klien sudah berkurang
A:
Masalah Teratasi
P:
Pertahankan penjagaan klien terhadap infeksi
Berikan terapi penggantian balut luka sesuai interval yang ditentukan
ketika post op
VIII. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengkajian
Menurut Smeltzer & Bare (2002) tanda dan gejala fraktur humerus adalah
nyeri, deformitas, krepitus atau adanya derik tulang dan terjadi pembengkakan dan
perubahan warna. Hasil pengkajian pada Tn.SB pada tanggal 12 Desember 2017 di
dapatkan bahwa klien mengeluhkan nyeri dan terasa dibagian lengan tangan kanan
, terasa cenut-cenut, skala nyeri 5 dengan menggunakan Numerical Rating Scale
(NRS). Ditemukan pula pembengkakan pada lengan atas klien dengan warna
kebiruan pada kulit klien.
Menurut Reksoprodjo (2010) fraktur humerus disebabkan oleh trauma dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, trauma dapat dibedakan menjadi 2
jenis yaitu trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung yaitu
terjadi benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur ditempat itu. Sedangkan
Trauma tidak langsung yaitu terjadi benturan pada tulang dan titik tumpu benturan
dengan terjadinya fraktur berjauhan. Hasil pengkajian pada Tn.SB pada tanggal 12
Desember 2017 didaptak klien mengalami trauma langsung, yaitu klien terjatuh
dengan ketinggian 3 meter dan saat jatuh klien mengatakan tangan kanannya
menjadi tumpuan ketika terjatuh.
Hasil pengkajian pula didapatkan bahwa tidak terdapat perlukaan pada kulit,
sehingga dapat disimpulkan bahwa klien mengalami fraktur tertutup. Fraktur
tertutup yaitu (simple fraktur) apabila terdapat tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar.
2. Masalah Keperawatan Pada Saat Klien Dirawat
Masalah keperawatan yang ditemukan pada klien adalah Nyeri Akut (00132)
bd agens cidera fisik: trauma, hambatan mobilitas fisik (00085) bd nyeri, dan resiko
Infeksi (00004). Pada pembahasan ini yang akan dibahas yaitu nyeri akut dan
hambatan mobilitas fisik.
3. Tindakan Keperawatan Selama Dirawat
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri akut pada Tn.SB
adalah manajemen nyeri terapi non farmakologi terapi musik klasik. Berdasarkan
penelitain yang dilakukan oleh Hayati pada tahun 2013 didapatkan hasil teradpat
efektifias pemberian musik klasik terhadap skala nyeri pada pasien pre operasi
fraktur di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan disimpulkan terapi musik efektif
menurunkan skala nyeri pada pasien pre operasi fraktur. Hal tersebut jugas ealras
dengan penelitain Mc Caffery bahwa intensitas nyeri menurun sebanyak 33%
setelah terapi music menggunakan Mozart yang dilakukan selama 15 menit.
Terapi musik adalah satu terapi nonfarmaklogis yang bertujuan untuk
menigkatkan kualitas fisik dan mental melalui rangsangan suara yang terdiri dari
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa
sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Efek
relaksasi dari terapi musik dapat memperlebar dan melenturkan pembluh darah
sehingga berfungsi memperlancar peredaran darah di seluruh tubh. Terapi musik
dapat menurangi kecemasan dan membuat pasien lebih rileks dengan hasil akhir
memberikan efek positif terhadap penurunan intensitas nyeri (Tamsuri ,2007).
Musbikin pada tahun 2009 menyebutkan musik yang memiliki tempo yang lambat
dan menenangkan adalah musik klasik. Musik klasik memiliki aspek terapeutik
sehingga banyak digunakan untuk menenangkan, dan juga penyembuhan karena
saraf penerus musik dan saraf penerus rasa sakit adalah sama. Farida tahun 2010
menyebutkan terapi musik klasik dapat mengatsi nyeri berdasarkan teori gate
control, bahwa implus nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan
di sepanjang sistem saraf pusat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi hambatan mobilitas
fisik bd nyeri pada Tn.SB adalah dengan mengajarkan latiahn ROM . Latihan
kekuatan otot adalah latihan penguatan penguatan/pengencangan otot gluteal dan
kuadrisep serta latihan pergerakan sendi yang dilakukan sebelum tindakan operasi
dengan tujuan untuk memelihara kekuatan otot yang diperlukan untuk berjalan.
Sebelum operasi, mobilisasi klien dapat terganggu karena adanya nyeri,
pembengkakan dan imobilisasi bagian yang fraktur. Perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan harus membantu klien untuk melakukan mobilisasi dengan
memberikan latihan kekuatan otot. Manfaat dari latihan otot sebelum operasi adalah
kekuatan otot tetap terjaga, sehingga atropi otot dapat dihindari, dan pasien akan
lebih siap, untuk melakukan ambulasi dini pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2002).
hasil penelitian Eldawati (2011) didapatkan hasil bahwa ada perbedaan rata – rata
kemampuan ambulasi dini yang lebih baik pada kelompok yang diberikan latihan
kekuatan otot dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan, dengan nilai p
= 0.017. Menurut penelitian ini bahwa dengan dilakukannya latihan kekuatan otot
preoperasi, maka ketahanan otot (endurance) pasien akan lebih terjaga. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sheps (2006), seorang profesor dari University of
British Columbia mengatakan bahwa klien yang mengalami fraktur ekstrimitas atas
yang melakukan mobilisasi dini baik berupa latihan gerak sendi maupun mobilisasi
jalan mempunyai kecenderungan untuk beraktivitas normal lebih cepat
dibandingkan dengan klien yang tidak melakukan mobilisasi dini.
4. Evaluasi
Terapi relaksasi musik klasik dapat disimpulkan dapat mengurangi skala nyeri
pada Tn.SB karena dengan terapi musik klasik dapat mengurangi kecemasan dan
membuat pasien lebih rileks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap
penurunan intensitas nyeri. Terapi ROM juga diperlukan untuk pasien pre operasi
fraktur karena untuk memelihara kekuatan otot, hal tersebut terjadi pada Tn.SB
dapat mempertahankan kekuatan ekstremitas kirinya yaitu 5/5.