Pengaruh Pemberian Melon Pillow terhadap Kejadian Resiko dan Pressure Ulcer
Grade 1
Di Ruang ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG
Oleh :
Cover.............................................................................................................. I
Daftar Isi........................................................................................................ Ii
Daftar Gambar............................................................................................... iii
Daftar Tabel................................................................................................... Iv
BAB I Pendahuluan........................................................................................ 5
BAB II Tinjauan Teori................................................................................... 9
BAB III Metode Penerapan......................................................................... 22
BAB IV Hasil Penerapan.............................................................................. 29
BAB V Pembahasan.....................................................................................
BAB VI Kesimpulan dan saran....................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasien kritis terpasang ventilator dengan masa rawat yang lama akan
menimbulkan banyak masalah kesehatan yang muncul, diantaranya yaitu
dampak komplikasi jangka panjang dan jangka pendek, munculnya pneumonia,
kelemahan, nyeri akut, immobilisasi/bed rest hingga masalah semua fungsi
organ tubuh karena pengaruh infeksi yang didapat saat dirawat di Intensive Care
Unit (ICU) dan dapat mempengaruhi morbiditas, mortalitas, biaya, dan kualitas
hidup.
Pasien yang terpasang ventilator mekanik dalam waktu yang lama dan
terbatas pada tempat tidur membutuhkan perawatan total. Di samping itu pasien
kritis diberikan sedasi atau obat penenang yang dapat menurunkan kesadaran
pasien dan mengakibatkan penurunan kemampuan secara aktif untuk merubah
posisi sehingga mengalami tekanan yang lama. Selain itu, dampak yang
merugikan karena pada posisi imobilisasi konsumsi oksigen akan meningkat.
Posisi terlentang yang diberikan secara terus menerus berdasarkan penelitian di
ICU Amerika dapat menurunkan sirkulasi darah dari ekstremitas bawah yang
seharusnya banyak menuju dada (Barbara, 2017).
Pada tiga hari pertama bedrest, volume plasma berkurang 8%- 10% pada
minggu keempat bedrest pasien mengalami kehilangan volume plasma 15%-
20%. Secara normal kulit tidak dapat mentolelir tekanan yang lama, oleh karena
itu pasien yang imobilisasi dan yang bedrest memiliki resiko terbesar terhadap
kerusakan kulit dan keterlambatan penyembuhan luka. Selain itu penurunan
volume plasma mengakibatkan terjadi peningkatan beban jantung, peningkatan
masa istirahat dari denyut jantung, dan penurunan dari ke volume dengan
penurunan curah jantung. Pasien kritis yang terpasang ventilator berada dalam
suatu posisi dalam jangka waktu lama baik posisi duduk maupun berbaring
dengan pergerakan yang terbatas maka akan mengakibatkan pasien beresiko
mengalami dekubitus karena tidak mampu mengubah posisi untuk
menghilangkan tekanan. Tekanan eksternal secara konstan selama 2 jam atau
6
mobilisasi dini duduk di tempat tidur, duduk di kursi hingga bergerak dan
berpindah tempat. Efek samping yang ditimbulkan adanya perubahan saturasi
oksigen kurang dari 80%. Penelitian Ozyurek et all telah dilakukan 37 sesi
mobilisasi terhadap 31 pasien kritis yang mengalami obesitas menunjukan
peningkatan SpO2 dari 98% menjadi 99% setelah dilakukan mobilisasi dan
Respirasi 23x/mnt menjadi 25x/menit. Penelitian lain dilakukan di Australia
untuk mengevaluasi efek hemodinamik dan metabolisme yang di lakukan
mobilisasi untuk 32 orang pasien yang menerima ventilasi mekanis dengan
mode SIMV. Setelah beberapa kali diberikan latihan mobilisasi berupa Head of
bed ditemukan peningkatan yang signifikan pada denyut jantung, sistolik, curah
jantung, konsumsi oksigen, produk karbondioksida dan PaCO2 (Umei, 2016).
Penelitian mobilisasi progresif bermanfaat untuk mencegah resiko
dekubitus dengan posisi CLRT setiap 2 jam. Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian yang menyatakan CLRT berpengaruh untuk mencegah luka dekubitus
dengan hasil uji satatistik p=0,039. Sebanding dengan hasil penelitian lainnya
ada pengaruh alih baring terhadap kejadian dekubitus p= 0,011. Beberapa
standar operasional prosedur (SOP) frekuensi CLRT dalam upaya pencegaan
dekubitus yaitu setiap 2-3 jam pada ranjang standar dan reposisi 4-6 jam pada
ranjang visco-elastic, kedua frekuensi tersebut secara dapat mengurangi jumlah
kejadian dekubitus dan mengurangi kejadian resiko dekubitus (Kang, 2017).
Prevalensi kejadian pressure injury di ruang ICU RSUP DR KARIADI
sendiri masih belum jelas. Tidak adanya dokumentasi terkait kasus/kejadian
terkait PI menyebabkan sulit untuk melacak atau mengetahui prevalensinya,
namun berdasarkan penuturan perawat di ICU RSUP DR KARIADI ditemukan
fenomena bahwa pressure injury sering terjadi setelah beberapa hari dilakukan
perawatan. Berdasarkan hasil observasi selama 1 minggu praktik di ICU RSUP
DR Kariadi Semarang didapatkan 6 dari 10 kasus mengalami luka tekan grade 1.
Beberapa tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pemberian minyak
zaitun dan VCO (Virgine Coconut Oil) yang dioleskan ketika pasien mandi di
bagian-bagian yang sering beresiko terjadi PI. Rata-rata pasien juga sudah
diposisikan head up 30 derajat, namun perawat tidak memiliki waktu untuk
memiringkan pasien pada posisi lateral 30 derajat setiap 2 jam. Berdasarkan
9
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manfaat penggunaan bantalan melon pillow berbentuk
huruf C sebagai tindakan pencegahan pressure injury di ICU
2. Tujuan Khusus
a. Gambaran karakteristik pasien kritis terpasang ventilator pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
b. Mendeskripsikan resiko dekubitus pada pasien kritis terpasang ventilator
sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi progresif level I (posisi lateral)
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan bantal
c. Menganalis pengaruh mobilisasi progresif level I (posisi lateral) terhadap
resiko dekubitus pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menggunakan bantal
C. MANFAAT
1. Intensive Care Unit
a. Menjadi sebuah intervensi keperawatan yang dapat dipertimbangkan
untuk mengurangi kejadian pressure injury yang dapat dimanfaaatkan
secara langsung bagi pasien yang dirawat di rumah sakit, sebagai bentuk
pelayanan prima
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi kepada pihak rumah
sakit untuk mengembangkan prosedur tetap (protap) dan peningkatan
pelayanan melalui pelaksanaan mobilisasi progresif pada pasien kritis
terpasang ventilator dalam upaya pencegahan kejadian dekubitus.
c. Penelitian ini dapat memberikan dukungan terhadap intervensi
keperawatan yang dapat di terapkan pada pelaksanaaan mobilisasi
10
TINJAUAN TEORI
A. Luka Tekan
1. Pengertian
Luka tekan adalah kerusakan yang terlokalisasi pada kulit dan atau jaringan
dibawahnya oleh penonjolan tulang sebagai akibat dari tekanan, pergeseran,
gesekan, atau kombinasi dari beberapa hal tersebut. (NPUAP-EPUAP,
2014). Menurut Perry et al, (2012) luka tekan adalah kerusakan pada kulit
dan atau jaringan dibawahnya, disebabkan oleh adanya penonjolan tulang,
sebagai akibat dari tekanan atau kombinasi tekanan dengan gaya geser dan
atau gesekan. Luka tekan terjadi pada individu yang berada diatas kursi atau
diatas tempat tidur, seringkali pada inkontinensia, malnutrisi, ataupun
individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami
gangguan tingkat kesadaran.
2. Klasifikasi
Menurut National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) 2014, derajat
luka tekan dibagi menjadi enam dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Derajat I : Nonblanchable Erythema
Derajat I ditunjukkan dengan adanya kulit yang masih utuh dengan
tanda-tanda akan terjadi luka. Apabila dibandingkan dengan kulit yang
normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut : perubahan
temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan konsistensi
jaringan (lebih keras atau lunak), dan perubahan sensasi (gatal atau
nyeri). Cara untuk menentukan derajat I adalah dengan menekan daerah
kulit yang merah (erytema) dengan jari selama tiga detik.
12
13
3. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko terjadinya luka tekan adalah sebagai berikut :
a. Mobilitas dan Aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh, sedangkan aktifitas merupakan kemampuan untuk berpindah.
Pasien dengan berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu
untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena dekubitus. Salah satu
penyebab kurangnya mobilisasi pada pasien kritis di ICU adalah
ketidakstabilan hemodinamik. Imobilisasi pasien di ICU memberikan
kontribusi pada komplikasi lanjut yang cukup tinggi pada pasien dengan
kondisi kritis hingga berakhir pada kematian. Pada pasien kritis yang
mengalami imobilisasi akan memunculkan dampak yang merugikan
karena pada posisi imobilisasi konsumsi oksigen pada pasien kritis akan
meningkat.
b. Penurunan persepsi sensori
Pasien yang tidak mampu merasakan atau mengkomunikasikan nyeri
yang dirasakan akibat tekanan cenderung mengalami luka tekan.
Perubahan sensori membuat pasien mengalami ketidakmampuan
memproses stimulasi secara optimal karena penurunan kesadaran.
Apabila terjadi dalam durasi yang cukup lama maka pasien akan mudah
untuk mengalami luka tekan.
16
c. Kelembaban
Penyebab terjadinya dekubitus di ICU adalah karena kondisi kulit yang
lembab secara berlebihan karena kurangnya mobilisasi. Pada pasien
kritis yang mengalami penurunan kesadaran seringkali tidak sadar
membuang urin dan feses, keringat atau drainase sehingga membuat kulit
menjadi lunak dan lebih rentan terhadap kerusakan akibat tekanan.
Inkontinensia menyebabkan kulit terkontak dalam jangka waktu yang
lama dengan zat- zat seperti urea, bakteri, jamur dan enzim yang berada
dalam urin dan feses. Zat-zat ini bersifat iritan dan akan menyebabkan
kerusakan pada kulit.
d. Gesekan dan Robekan
Kerusakan seperti ini lebih sering terjadi pada pasien yang istirahat
baring. Gesekan mengakibatkan cidera kulit dengan penampilan seperti
abrasi. Kulit yang mengalami gesekan akan mengalami luka abrasi atau
laserasi superficial. Ketika pasien di posisikan semi fowler maka
gravitasi akan menarik tubuh kebawah sementara permukaan jaringan
tubuh dan permukaan matras berupaya mempertahankan tubuh pada
posisinya akibatnya karena kulit tidak bisa bergerak bebas maka akan
terjadi penurunan toleransi jaringan. Gesekan atau robekan yang terjadi
pada pasien kritis disebabkan karena pasien tidak mampu mengontrol
perubahan posisi yang terjadi.
e. Nutrisi
Sebagian besar pasien kritis mengalami malnutrisi. Penurunan intake
nutrisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk makan sendiri,
hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya
diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.
Hipoalbuminemia mengakibatkan jaringan lunak mudah sekali rusak.
Kekurangan protein juga dapat mengakibatkan edema, mengganggu
distribusi oksigen dan transportasi nutrisi. Kondisi ini akan
meningkatkan sampah metabolik yang meningkatkan resiko luka tekan.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode QIP
Metode yang digunakan yaitu Quasi-experimental dengan pre-post test only with
control group. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberi perlakuan,
sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan (Syamsuddin, 2011).
R1 X 01
R2 02
Keterangan:
R1 : responden perlakuan
R2 : responden kontrol
01 : kelompok perlakuan
02 : kelompok kontrol
X : pemberi perlakuan
B. Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien di ICU dengan pressure
memilih sampel diantara populasi sesuai kriteria inklusi, sehingga sampel dapat
1. Kriteria inklusi:
a. Pasien dengan skore braden <12
b. Pressure ulcer grade 1
20
c. Imobilisasi
d. Menggunakan tempat tidur dan kasur standar yang dipakai di ICU
2. Kriteria eksklusi:
a. Pasien dengan kondisi gelisah
b. Pasien dengan riwayat kejang
c. Sudah terdapat dekubitus lebih dari derajat I
d. Pasien flail chest
e. Pasien Spinal Cord Injury (SCI)
f. Pasien dengan trauma servical
D. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yang ada 2 dimana masing-
masing instrument tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
1. Instrumen pertama menggunakan Braden Scale digunakan untuk mengukur
skala resiko dekubitus pada pasien.
22
E. Desain Alat
Melon pillow adalah bantal dengan sudut 30 derajat yang digunakan untuk
penyanggah yang berfungsi sebagai pencegahan pressure ulcer, gesekan, dan
kelembaban. Kelembaban akan mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan
(fiction) dan perobekan jaringan (shear). Perobekan jaringan merupakan
kekuatan mekanisme yang meregangkan dan merobek jaringan, pembuluh darah
serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan dengan tulang yang
menonjol. Contoh yang paling sering diterapkan yaitu posisi semi fowler. Pada
posisi ini sering kali pasien melorot kebawah sehingga terjadi pergesekan antara
kulit dengan tulang yang menonjol. Sehingga melon pillow dibuat sebagai
23
Modifikasi
F. Prosedur Penelitian
a. Pengkajian
BUAT RENCANA
KEPERAWATAN Menekan daerah kulit
yang merah (erytema)
dengan jari selama tiga
Gambar 10. Prosedur Penelitian (Pengkajian)
detik
b. Perencanaan
c. Implementasi
Pressure ulcer
Pengkajian (pemilihan
subjek)
Kelompok Kelompok
intervensi kontrol
hari 1 evaluasi
hari 1
Derajat Pressure
hari 2 evaluasi ulcer
hari 1 &
Braden Score
hari 3 evaluasi
hari 1
BAB IV
HASIL PENERAPAN
Tabel 1.1
Distribusi Karakteristik Demografi Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol di Ruang ICU RSUP Dr Kariadi Semarang dari 22 November - 4
Desember 2018 (N=6)
2. Hasil analisa data resiko Pressure Injury responden pada penelitian ini
menggambarkan distribusi responden berdasarkan resiko Pressure Injury
dengan skala Braden.
Tabel 1.2
Distribusi Resiko Pressure Injury dengan skala Braden terhadap gambaran resiko
Pressure Injury dengan pengkajian skala Braden faktor risiko Pressure Injury di
ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang November-Desember 2018 (N=6)
Braden skore Luka Tekan Pre Intervensi Braden skore Luka Tekan Post Intervensi
Kel. Tidak Tidak
RST % RT % Terjadi % % RST % RT % Terjadi % %
Terjadi Terjadi
K 2 66,6 1 33,3 0 0 3 100 2 66,6 1 33,3 1 33,3 2 66,6
I 2 66,6 1 33,3 0 0 3 100 2 66,6 1 33,3 0 0 3 100
Tabel 1.4
Gambaran kejadian pressure injury setelah diberikan intervensi melon pillow
(N=6)
Keterangan
(Jumlah 0 1
Kejadian)
5. Pengaruh melon pillow pada kejadian pressure injury di Ruang ICU RSUP Dr.
Kariadi Semarang Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol.
Tabel 1.5
Pengaruh melon pillow dengan Kejadian Pressure Injury pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang (N=6)
Pada tabel 1.5 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan antara perlakuan
posisi lateral 300 dengan melon pillow terhadap kejadian pressure injury
ditemukan terdapat 1 responden (33,3%) pada kelompok kontrol mengalami
pressure injury. Sedangkan 3 responden (100%) kelompok intervensi tidak
32
BAB V
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Demografi
a. Kategori usia
Distribusi kategori usia responden pada kelompok kontrol 2 responden
(66,6%) berada pada kategori dewasa akhir dan 1 responden (33,3%) berada
pada kategori usia pre Lansia sehingga memiliki resiko tinggi terjadinya
pressure injury. Penelitian Widodo (2010), menyebutkan bahwa 62,5%
pressure ulcer terjadi pada usia 25-65 tahun. Usia tua memiliki resiko tinggi
untuk terkena luka tekan atau pressure injury karena kulit dan jaringan akan
berubah seiring penuan. Penuaan mengakibatkan kehilangan otot,
penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori dan
penurunan elastisitas kulit. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor
penuaan lain dan akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya
terhadap tekanan, pergesekan dan tenaga yang merobek (Purwaningsing,
2010).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Schoonhoven, Bousema dan Buskens (2017) terhadap 1229 pasien yang
dirawat minimal 3 hari dibangsal bedah, interna, neurologi dan geriatrik
Rumah Sakit Netherland. Hasil yang didapatkan yaitu angka kejadian
pressure inury tertinggi dijumpai pada pasien bedah dan terendah pada
pasien geriatrik dan neurologi. Walaupun pertambahan usia merupakan
salah satu faktor pencetus terjadinya pressure injury. Penelitian ini
menunjukan bahwa kejadian pressure injury pada pasien di geriatrik lebih
rendah dibandingkan pada pasien bedah.
Dengan bertambahnya usia maka kecendurungan pressure injury juga
akan meningkat, namun tidak semua kelompok usia lanjut akan mengalami
pressure injury. Sebaliknya pada kelompok usia yang lebih muda bisa juga
mengalami pressure injury. Penelitian ini menunjukan perbedaan kategori
usia yang tidak bermakna diantara 2 kelompok, faktor usia bukan
merupakan faktor penyebab utama terjadinya pressure injury tetapi dengan
34
pertambahan usia dan disertai dengan faktor resiko lain yang akan
menyebabkan peningkatan resiko terjadinya pressure injury.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin pada kelompok intervensi 2 responden (66,6%) laki-
laki dan 1 responden (33,3%) perempuan. Sedangkan pada kelompok
kontrol 2 responden (66,6%) perempuan dan 1 responden (33,3%) laki-laki.
Karakteristik jenis kelamin responden yang terlibat yaitu seimbang antara
laki-laki dan perempuan. Penelitian Afriyani (2011) menunjukkan distribusi
frekuensi jenis kelamin perempuan sebanyak 20 responden (55,5 %) dan 16
responden laki-laki (44,4%) dengan konsistensi hasil penelitian terjadinya
decubitus derajat I sebanyak 16 responden. Menurut pendapat peneliti
bahwa perempuan lebih rentan mengalami kejadian PI, dimana kadar Hb
cenderung lebih rendah karena setiap bulan mengalami menstruasi.
Sedangkan menurut Suriadi (2004), jenis kelamin bukan termasuk faktor
resiko dekubitus. Ada beberapa faktor hormonal penting yang kemungkinan
berperan dalam menerangkan adanya perbedaan antara pria dan wanita,
yaitu kaum wanita dilindungi oleh hormone estrogen sebelum masa
menopause.
c. Kadar Albumin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
kadar albumin rendah yaitu 6 responden (100%). Albumin merupakan
ukuran variabel yang digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien.
Pasien dengan kadar albumin dibawah normal berisiko tinggi mengalami
luka tekan. Kadar albumin yang rendah dalam tubuh disebabkan karena
gangguan sintesa (malnutrisi, disfungsi hepar) atau kehilangan (asites,
protein hilang karena nefropati, atau enteropati) sehingga menyebabkan
gangguan yang serius pada onkotik ekstravaskuler dan terjadi edema.
Edema akan menurunkan toleransi kulit dan jaringan yang ada dibawahnya
terhadap tekanan, friksi, dan gaya gesek. Selain itu mengganggu distribusi
oksigen dan transportasi nutrisi. Kondisi ini akan meningkatkan sampah
metabolik yang dapat meningkatkan risiko luka tekan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sri Hastuti 2013 di Rumah Sakit Ibnu Sina
35
terjadinya maserasi dan kulit menjadi mudah terkena gesekan. Pergesekan dapat
merusak permukaan epidermis kulit dan bisa terjadi pada saat penggantian sprei
pasien yang tidak hati-hati. Kulit menjadi trauma dan terjadi decubitus
(Nursalam, 2011). Oleh karena itu, pada project ini peneliti melakukan
pencegahan dengan pemberian posisi lateral 30 derajat menggunakan melon
pillow. Perubahan posisi miring kanan, terlentang dan miring kiri dilakukan
setiap 2 jam sekali dengan menggunakan melon pillow di daerah punggung
sampai ke sacrum selama 3 hari. Peneliti memilih untuk melakukan intervensi
dengan posisi miring 30 derajat karena posisi tersebut dapat memfasilitasi suplai
oksigen sebagai nutrisi jaringan kulit dan kelembapan, sehingga tidak terjadi
luka tekan.
39
BAB VI
A. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil penerapan maka kesimpulan QIP ini adalah : Responden
dalam studi kasus ini berjumlah 6 orang, dengan responden kelompok
intervensi 3 dan 3 responden kelompok kontrol.
b. Usia responden sebagian besar adalah pada kategori dewasa akhir yaitu
sebanyak 3 responden dan jenis kelamin pada kedua kelompok berjumlah
sama antara laki-laki dan perempuan.
c. IMT responden sebagian besar nilainya normal yaitu 5 responden, sedangkan
1 responden dengan BB kurang.
d. Sebelum penerapan melon pillow, ditemukan resiko sangat tinggi Pressure
Injury pada 3 responden, dan resiko tinggi PI pada 3 responden.
e. Setelah penerapan melon pillow, pada kelompok intervensi tidak terjadi PI,
namun terjadi PI derajat II pada kelompok control.
f. Terdapat pengaruh pemberian bantalan melon pillow terhadap resiko dan
derajat kejadian pressure injury di ICU RSUP DR Kariadi.
B. Saran
a. Instalasi ICU
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif
bagi ruang ICU RSUP Dr. Karyadi sebagai gambaran angka kejadian
pressure injury di ruang ICU.
b. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menginovasi intervensi pemberian
melon pillow dari bahan yang sebelumnya dengan menambahkan bahan
pelindung pada bantal berupa bahan yang tidak panas, serta dapat
menyerap air (berpori) sehingga hasil pemberian bantalan lebih efektif.
Serta dalam pemberian lapisan diharapkan diperhatikan pembalutannya
agar tidak menambah resiko adanya luka tekan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Defloor, T. 2010. The Effect of Position and Matterss on Interface Pressure. Applied
Nursing Research. 13(1).
Schoonhoven, L., Haalboom, JR, Bousema, MT, Algra, A, Grobbee, DE., Grypdonck,
MH., Buskens, E. 2017. Prospective Cohort Study Routine Use of Risk
Assessment Scales of Prediction of Pressure Ulcers. BMJ. 325-797.
Young. 2014. The 300 Tilt Position VS 900 Lateral and Supine Positions in Reducing the
Incidence of Non Blanching Erythema in a Hospital Inpatient Population.
Journal of Tissue Viability. 14(3).
Bryant, R.A., & Nix, D.P. (2006). Acute and Chronic Wounds: Current Management
Concepts 3rd Edition, Mosby, St Louis
Apold J, Rydrych D. Preventing device-related pressure ulcers: using data toguide
statewide change. J Nurs Care Qual 2012;27(1):28-34.
Barbara, A.D. & Ayello, E.A. 2017. Pressure Injuries Caused By Medical Devices And
Other Objects. AJN. 117(12):36-45.
Black J, et al. 2015. Use of wound dressings to enhance prevention of pressure ulcers
caused by medical devices: MDR ulcers. Int Wound J.12(3):322-327
Coleman S, et al. 2013. Patient risk factors for pressure ulcer development: systematic
review. Int J Nurs Stud.50(7):974-1003.
Dalmore BA, Ayello EA. 2017. CE: Pressure Injuries Caused by Medical Devices and
Other Objects A Clinical Update. The American Journal of Nursing. 117(12):36-
45
The National Pressure Ulcer Advisory Panel. 2016. National Pressure Ulcer Advisory
Panel (NPUAP) announces a change in terminology from pressure ulcer to
pressure injury and updates the stages of pressure injury. [press release].
Wahyu Rima Agustin, 2015 Pengaruh Microfiber Triagle Pillow Terhadap Kejadian
Ulcus Dekubitus Pada Pasien Immobilisasi Di Ruang Perawatan Rumah Sakit
Sukoharjo, Jurnal Kesmadaska
Umei, N., Atagi, K., Okuno, H., Usuke, S., Otsuka, Y., Ujiro, A., & Shimaoka, H.
(2016). Impact of mobilisation therapy on the haemodynamic and respiratory
status of elderly intubated patients in an intensive care unit: A retrospective
analysis. Intensive and Critical Care Nursing, 35, 16–21.
Karmiza. (2014). Left lateral positioning with head elevation increase the partial
pressure of oxygen on patients with mechanical ventilation. 9(1) : 59-65.
43
Porritt, Kylie. (2018). The Effects of Lateral Positioning in Critically Ill Adults. 118(1) :
66.
Rolf, Peter, Carsten, Norbert, Amy, Ann, Arnold, Dale. (2016). Barriers and Strategies
for Early Mobilization of Patients in Intensive Care Units. 13(5)
Doma, Puguh, Syamsul. (2017). Perbedaan efektivitas posisi miring 30 derajat dan 90
derajat dalam menurunkan risiko dekubitus
pada pasien bedrest total di rsud salatiga.
Kang. (2017). The Value Of Beds With Continuous Lateral Rotation Therapy To
Prevent Ventilator-Associated Pneumonia And Pressure Injuries: A Cost-
Effectiveness Analysis. 20(9) : A583.