I. Masalah utama
A. Definisi
B. Etiologi
dengan pemasangan
10. Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)
dinamika keluarga.
C. Manifestasi Klinis
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
Pengobatan diri
makan
15. Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri
tidak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan
fungsi saraf. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh
gangguan.
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan,
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda setiap
penerimaan)
dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri.
lingkungan.
F. Pohon Masalah
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Objektif :
terganggu.
Subjektif :
berfungsi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh
adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran
serta pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi
perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan
masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan
sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat
mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).
a. Diagnose I : gangguan citra tubuh
SP Pasien
- Tujuan Umum : Kepercayaan diri klain kembali normal
- Tujuan khusus :
Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra
tubuh.
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
- Intervensi
Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang
dulu dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat
ini terhadap citra tubuhnya
Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh
yang terganggu
Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
Gunakan protese, wig, Gunakan protese, wig,kosmetik atau
yg lainnya sesegera mungkin,gunakan pakaian yang baru.
Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap.
Bantu pasien menyentuh bagian tersebut
Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah
kepada pembentukan tubuh yang ideal.
Lakukan interaksi secara bertahap
Susun jadual kegiatan sehari-hari.
Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat
dalamkeluarga dan sosial.keluarga dan sosial
Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya
Beri pujian thd keberhasilan pasien melakukan interaksi.
SP keluarga
- Tujuan umum : Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan
kepercayaan diri klien
- Tujuan khusus :
Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra
tubuhcitra tubuh
Keluarga mengetahui cara mengatasi
Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan
citra tubuhmasalah gangguan citra tubuh
Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra
tubuh.
Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan
Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan
memberikan pujian atas pasien dan memberikan pujian
atas keberhasilannya
- Intervensi
Jelaskan dengan keluarga ttg ggn citra tubuh yang tjd pada
pasien
Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra
tubuh
Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien
Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien
dirumah
Menfasilitasi interaksi dirumah.
Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial
Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif
- Klien mengatakan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
- Klien mengatakan perasaan negative tentang perubahan tubuhnya
- Klien mengatakan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
Data objektif
- Klien tampak berfokus berlebihan pada perubahan tubuh
- Klien tampak menghindar/menyentuh bagian tubuh
- Klien tampak berfokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan citra tubuh
3. Tindakan keperawatan
SP1
- Mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang hilang,
rusak, mengalami gangguan
- Diskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh
- Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik
- Mengevaluasi perasaan pasien
B. Proses Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Sugiyarti, bapak bisa panggil
saya sugi. Saya perawat dari universitas Muhammadiyah Tangerang.
Bapak siapa namanya ? senang dipanggil apa pak ?”
b. Validasi/evaluasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
c. Kontrak
- Topik : “Senang saya bisa berkenalan dengan bapak, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang tentang apa yang dirasakan bapak
saat ini“
- Waktu : “Bapak mau berapa lama berbincang-bincang dengan
saya ? bagaimana kalau 15 menit saja pak ? “
- Tempat : “Dimana bapak ingin berbincang-bincang dengan saya ?
bagaimana kalau jika disini saja ?“
- Tujuan : “ Tujuannnya agar kita saling mengenal“
2. Fase kerja
“Bagaimanaa perasaan bapak terhadap bagian tubuh yang masih sulit untuk
digerakkan ? Apa harapannya untuk penyembuhan ini ? Bagus sekali, bapak
sudah mengungkapkan perasaan dan harapan.
“Baiklah begini pak, bapak hanya memiliki dua tangan yang berfungsi dan
kedua kaki bapak sudah tidak berfungsi lagi.”
“Jadi, bapak masih bisa menggunakan kedua tangan bapak yang masih bisa
digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.”
“Saya mengerti bapak, tapi setidaknya bapak sudah berusaha untuk
melatihnya sendiri. Sekarang saya mengajarkan bapak bagaimana
agar bisa tetap beraktivitas meskipun hanya dengan menggunakan kedua
tangan bapak yang masih dapat digunakan.”
“Bapak dulu sebelum mengalami amputasi, apa saja kegiatan atau aktivitas
yang bapak sering lakukan di rumah?”
“Apa sekarang bapak masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
bapak ? Begini pak, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan bapak
agar dapat beraktivitas meskipun dengan menggunakan satu tangan.
Tapi sebelumnya kita coba berlatih untuk menggerakkan dan melakukan
aktivitas yang ringan-ringan.”
“Baiklah pak, bapak melakukan aktivitas dengan kedua tangan yang masih
bapak miliki seperti contohnya seperti mandi, mencuci piring, menyetrika
dan lain-lain. sekarang bapak bisa mencobanya sendiri.”
“baiklah pak, sekarang bapak sudah mengetahui potensi yang masih bapak
miliki, saya berharap bapak bisa berlatih seperti yang sudah katakan.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang ?”
b. Evaluasi objektif
“Wah, banyak sekali bagian tubuh bpk yang masih berfungsi dengan
baik.” (sebutkan beberapa bagian tubuh yang masih berfungsi).”
c. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatan untuk menggunakan anggota
tubuh yang masih berfungsi dengan baik”. (Masukkan jadwal kegiatan). “
d. Kontrak
- Topic
“Baiklah pak, pertemuan kita cukup sampai disini, besok kita akan
bertemu lagi ya pak.”
- Waktu
“Jam berapa ingin berbincang-bincang dengan saya ?”
- Tempat
“Dimana bapak ingin berbincang-bincang dengan saya besok ?
baiklah sampai jumpa besok. saya permisi yaa”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif
- Klien mengatakan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
- Klien mengatakan perasaan negative tentang perubahan tubuhnya
- Klien mengatakan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
Data objektif
- Klien tampak berfokus berlebihan pada perubahan tubuh
- Klien tampak menghindar/menyentuh bagian tubuh
- Klien tampak berfokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan citra tubuh
3. Tindakan keperawatan
SP2
B. Proses Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Sugiyarti, bapak bisa panggil
saya sugi. Saya perawat dari universitas Muhammadiyah Tangerang.
Bapak siapa namanya ? senang dipanggil apa pak ?”
b. Validasi/evaluasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
c. Kontrak
- Topik : “Senang saya bisa berkenalan dengan bapak, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang dan mengajarkan bapak bagaimana
cara untuk melakukan pekerjaan yang lainnya dan
mengkoordinasikan bagian tubuh bapak yang lain.”
- Waktu : “Bapak mau berapa lama berbincang-bincang dengan
saya ? bagaimana kalau 15 menit saja pak ? “
- Tempat : “Dimana bapak ingin berbincang-bincang dengan saya ?“
- Tujuan : “ Tujuannnya agar kita saling mengenal“
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan bapak sekarang, apakah sudah membaik? apa yang
membuat bapak sulit untuk beraktivitas?”
“Jadi bapak ingin bisa berjalan lagi dengan kaki palsu yang bapak miliki dan
bapak bisa bekerja lagi seperti dulu saat menggunakan satu kaki.”
“Bagaimana jika kita berlatih menggunakan kaki palsu yang bapak miliki?”
“Nah bagus sekali pak, bapak bisa berjalan dengan bantuan kaki palsu, jadi
bapak bisa melakukan aktivitas lagi dengan bantuan kaki palsu ya pak.
Tetapi bapak masih harus didampangi oleh keluarga bapak agar tidak jatuh
ya pak dan berhati-hati saat menggunakan kaki palsu.”
“Wah bapak hebat sekali. Bapak masih semangat untuk bisa beraktivitas
seperti dulu dan giat untuk bisa bekerja lagi, tetapi bapak juga harus berhati-
hati ya pak saat beraktivitas diluar rumah menggunakan kaki palsu.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih menggunakan kaki
palsu?”
b. Evaluasi objektif
“Coba apa bapak/ibu bisa menjelaskan sedikit yang kita diskusikan
tadi ?”
c. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatan bapak untuk berlatih?“
d. Kontrak
- Topic
“Baiklah pak, pertemuan kita cukup sampai disini, besok kita
akan bertemu lagi ya pak.”
- Waktu
“Jam berapa ingin berbincang-bincang dengan saya ?”
- Tempat
“Dimana bapak ingin berbincang-bincang dengan saya besok ?
baiklah sampai jumpa besok. saya permisi yaa”
LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS
I. MASALAH UTAMA
Ansietas
seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas
2010)
1. Peristiwa traumatik
2. Konflik emosional
4. Frutasi
5. Gangguan fisik
8. Medikasi
C. Faktor Presipitasi
- Sumber internal
- Sumber eksternal
- Sumber internal
- Sumber eksternal
D. Jenis
1. Kecemasan Ringan
diri sediri.
2. Kecemasan Sedang
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
4. Panik
F. Akibat
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklsifikasikan
dalam dua jenis:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk mlakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini stressor yang berasal dari
sumber eksternal adalah faktor-faktor yang dpat menyebabkan gangguan
fisik (misal: infeksi virus, polusi udara). Sedangkan yang menjadi sumber
internalnya adalah kegagalan mekanisme fisiologi tubuh (misal: sistem
jantung, sistem imun, pengaturan suhu dan perubahan fisiologis selama
kehamilan).
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorag dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. Ancaman yang
berasal dari sumber eksternal yaitu kehilangan orang yang berarti
(meninggal, perceraian, pindah kerja), dan ancaman yang berasal dari
sumber internal berupa gangguan interpersonal di rumah, tempat kerja
atau menerima peran baru.
G. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial atau psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Cukup olahraga
d. Tidak merokok
e. Tidak minum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone
HCl, meprobamate, dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat dibrikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yangbersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihakn fungsu kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi
berbaga problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
H. Pohon masalah
Kerusakan Interaksi Sosial
I. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
2. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu
tidak efektif
J. Rencana asuhan keperawatan
TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Cemas 1. Jadilah pendengar yang hangat dan
berkurang atau hilang responsive
Tujuan khusus: 2. Beri waktu yang cukup pada pasien unuk
TUK 1 : Pasien dapat berespon
menjalin dan membina 3. Beri dukungan pada pasien untuk
hubungan saing percaya mengekspresikan perasaannya
4. Identifikasi pola perilaku pasien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5. Bersama pasien mengenali perilaku dan
respon sehingga cepat belajar dan
berkembang
TUK 2 : Pasien dapat 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan
mengenali ansietasnya menguraikan perasaannya
2. Hubungkan perilaku dan perasaannya
3. Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadapa pasien
4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik
5. Gunakan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya
TUK 3 : 1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan
Pasien dapat memperluas interaksi yag dapat segera menimbulkan
kesadarannya terhadap ansietas
perkembangan asietaas 2. Bersama pasien meninjau kembali
penilaian pasien terhadap stressor yang
drasakan mengacam dan menimbulkan
konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi
dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
TUK 4 : 1. Gali cara pasien mengurangi ansietas di
Pasien dapat menggunakan masa lalu
mekanisme koping yang 2. Tunjukkan akibat mal adaptif dan
adaptif destruktif dari respon koping yang
digunakan
3. Dorong pasien utnuk menggunakan
respon koping adaptfi yang dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun kembali
tujuan hidup, memodifikasi tujuan
menggunakan sumber dan koping yang
baru
5. Latih pasien dengan menggunakan
ansietas sedang
6. Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan
energinya
7. Libatkan pihak yang berkepentingan
sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien menggunakan
loping adaptif yang baru
TUK 5 : 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk
Pasien dapat menggunakan meningkatkan kontrol dan rasa percaya
teknik relaksasi diri
2. Dorong pasien untuk menggunakan
relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
ANSIETAS
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif
- Klien mengatakan takut jika ia meninggal bagaimana dengan
keluarganya
- Klien mengatakan mencemaskan anaknya agar bisa cepat bekerja
Data objektif
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak cemas
- Klien tampak tegang
- Klien tampak berbicara cepat
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas
3. Tindakan keperawatan
SP1
Tujuan Umum : mengatasi gangguan ansietas klien.
Tujuan Khusus :
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu mengenal ansietas
3. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
4. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
B. Proses Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Sugiyarti, bapak bisa panggil
saya sugi. Saya perawat dari universitas Muhammadiyah Tangerang.
Bapak siapa namanya ? senang dipanggil apa pak ?”
b. Validasi/evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
c. Kontrak
- Topik : “Bagaimana jika sekarang kita berbincang-
bincang tentang kecemasan dan latihan cara mengontrol cemas
dengan latihan relaksasi pak ?”
- Waktu : “ Bapak mau berapa lama berbincang-bincang dengan
saya ? bagaimana kalau 15 menit saja pak ? “
- Tempat : “ Dimana bapak ingin berbincang-bincang dengan saya ?
bagaimana kalau jika disini saja ? “
- Tujuan : “Agar ibu dapat mengetahui kecemasan yang ibu rasakan
serta cara mengatasinya“
2. Fase Kerja
”coba sekarang bapak ceritakan apa yang bapak rasakan saat ini? apa yang
bapak sedang pikirkan?”
”jadi bapak merasa takut dan memikirkan masa depan anak-anak bapak, jika
saya boleh tau bagaimana cara bapak mengatasi ketakutan yang bapak
rasakan?”
“Saya mengerti bagaimana perasaan bapak. Setiap orang akan memiliki
perasaan yang sama jika diposisi bapak. Tapi saya sangat kagum sama bapak
Karena bapak mampu menahan semua cobaan ini. Bapak adalah orang yang
luar biasa. Yang perlu bapak ketahui adalah bapak saat ini berada pada
tingkat kecemasan yang sedang. Untuk itu, bapak perlu melakukan terapi
disaat bapak merasakan perasaan cemas yang berat. Terapi ini akan
membantu menurunkan tingkat kecemasan bapak.”
”Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan bapak dengan
latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu
cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak rasakan”
“bagaimana kalau kita latihan sekarang, saya akan lakukan bapak perhatikan
saya, lalu bapak bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai
ya pak. bapak silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-
tama, bapak tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam
hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan
meniup udara perlahan-lahan. Sekarang coba bapak praktikkan” Nah,
sekarang coba bapak praktikkan. Wah bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. bapak bisa melakukan latihan ini selama 5 sampai 10 kali
sampai bapak merasa relaks atau santai.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita melakukan teknik relaksasi
nafas dalam ?”
b. Evaluasi objektif
“nah ibu coba ulangi lagi cara teknik napas dalam yang sudah kita
pelajari tadi.”
c. Rencana tindak lanjut
“wah bagus sekali, Mari kita masukkan dalam jadwal harian bapak.
Jadi, setiap bapak merasa cemas, bapak bisa langsung praktikkan cara
ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat. “
d. Kontrak
- Topic
“Baiklah pak, pertemuan kita cukup sampai disini, besok kita
akan bertemu lagi ya pak.”
- Waktu
“Jam berapa ingin berbincang-bincang dengan saya ?”
- Tempat
“Dimana bapak ingin berbincang-bincang dengan saya besok ?”