Anda di halaman 1dari 6

JURNAL REFLEKSI

TN. A DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

DI RSJD Dr AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh:
HESTI KHUMAIROH
20902000024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2021

JURNAL REFLEKSI

Dilakukan pada tanggal 26 Mei 2021 di ruang Kresno RSJD Dr Amino


Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah klien dengan Ansietas. Berikut adalah identitas klien:
IDENTITAS
Klien
Nama : Tn. A
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : montir bengkel
Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Tegowanu wetan Rt 02 Rw 01 Grobogan Jawa Tengah
Diagnosa : Isolasi Sosial

Selama 3 hari mengelola klien dengan isolasi sosial saya tidak mengalami hambatan
yang cukup berarti dalam penerapan Strategi Pelaksanaan isolasi sosial . Klien cukup kooperatif
ketika saya mulai praktik di RSJ dan bisa diajak berbincang, sehingga saya menerapkan SP 2
klien yaitu melatih klien berkenalan dengan orang lain dan memasukkannya dalam jadwal.

BHSP saya lalui tanpa hambatan karena klien sudah kooperatif

ORIENTASI (PERKENALAN):
“Selamat pagi ”
“Saya hesti khumairoh, Saya senang dipanggil hesti, Saya mahasiswa FIK unissula semarang
yang akan merawat Bapak.”
“Siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Bapak hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman Bapak? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau
berapa lama, pak? Bagaimana kalau 15 menit”
Pada tahap orientasi klien menjawab, “Wa’alaikumussalam mbak hesti, nama saya Tn.A
Panggil saya Tn. A. sudah tidak ada keluhan mbak untuk hari ini, Iya mbak tidak apa-apa
tempatnya di sini ya mbak sekitar 15 menit aja”.
KERJA:
(pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang bapak rasakan selama bapak dirawat disini? O.. bapak merasa sendirian? Siapa
saja yang bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan dengan teman yang bapak kenal?”
“Apa yang menghambat bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”
”Menurut bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman  ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya pak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah ya bapak? belajar bergaul dengan orang lain  ?
«   Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho pak?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya A, senang dipanggil A, Asal
saya dari tegowanu, hobi memancing”
“Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo bapak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Respon Klien pada tahap Kerja: “sendirian mbak, hanya kenal 1 orang saja, tidak ada
teman untuk ngobrol mbak, iya mbak saya mau, iya mbak akan saya coba, nama Saya A, senang
dipanggil A, Asal saya dari tegowanu, hobi memancing.” Klien dapat mengikuti cara berkenalan
dengan benar, klien mempraktikannya dengan baik sampai berulang-ulang.
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan?”
“Coba sekarang bapak praktekkan kembali cara berkenalannya” bagus pak..
” Bapak tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Bapak A mau praktekkan ke
pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak bapak berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, bapak mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”

Respon Klien, “alhamdulillah senang mbak, nama Saya A, senang dipanggil A, Asal saya dari
tegowanu, hobi memancing. Iya mbak saya sudah ingat dan sudah mempraktekkannya. Iya
boleh”.

Evaluasi untuk SP 2 klien, BHSP berjalan tanpa hambatan dan klien bersedia menceritakan
masalahnya. Klien tampak tenang, dan menyendiri. Teknik SP 2 yaitu melatih klien berinteraksi
bertahap (pasien dengan 2 orang lain), Latihan keterampilan sosial berisi diskusi tentang
penyebab isolasi sosial, diskusi tentang keuntungan bersosialisasi dan kerugian tidak
bersosialisasi serta latihan-latihan berkenalan dengan satu orang atau lebih dari satu orang. Dari
hasil diskusi didapatkan rata-rata klien mengatakan penyebab menarik diri yaitu karena malas
bersosialisasi dan mengatakan bahwa orang lain berbuat jahat pada dirinya. Klien juga bisa
menyebutkan keuntungan bersosialisasi dan kerugian tidak bersosialisasi dengan orang lain.
Klien melakukan latihan berkenalan dengan satu orang atau lebih dan memasukkan ke dalam
jadwal sebagai bukti telah melakukan latihan berkenalan dengan klien lain di dalam satu
ruangan. Hal ini sesuai dengan tujuan strategi pertemuan yaitu klien mampu membina hubungan
saling percaya, menyadari penyebab isolasi sosial dan mampu berinteraksi dengan orang lain
(Aji, 2017).

Menurut Keliat (2011) untuk membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi sosial
kadang membutuhkan waktu yang lama dan interaksi yang singkat serta sering karena tidak
mudah bagi klien untuk percaya pada orang lain. Oleh karena itu perawat harus konsisten
bersikap terapeutik terhadap klien. Selalu menepati janji adalah salah satu upaya yang dapat
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Jika pasien sudah percaya
dengan perawat, program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan. Perawat tidak
mungkin secara drastis mengubah kebiasaan klien dalam berinteraksi dengan orang lain karena
kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu perawat dapat
melatih klien berinteraksi secara bertahap. Mungkin pada awalnya klien hanya akan akrab
dengan perawat, tetapi setelah itu perawat harus membiasakan klien untuk dapat berinteraksi
secara bertahap dengan orangorang disekitarnya.

Latihan keterampilan sosial secara luas memberikan keuntungan dengan meningkatkan


interaksi, ikatan aktivitas sosial, mengekspresikan perasaan kepada orang lain dan perbaikan
kualitas kerja. Pasien mulai berpartisipasi dalam aktivitas sosial seperti interaksi dengan teman
dan perawat. Latihan keterampilan sosial sangat berguna dalam meningkatkan fungsi sosial pada
pasien skizofrenia kronis karena pasien dapat belajar dan melaksanakan keterampilan dasar yang
dibutuhkan untuk hidup mandiri, belajar dan bekerja dalam komunitas tertentu (Kumar,2015).
Terdapat pengaruh penerapan latihan keterampilan sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi
klien isolasi sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Raka. 2017. Upaya Meningkatkan Sosialisasi Dengan Melatih Cara Berkenalan Pada Klien
Isolasi Sosial: Menarik Diri. UMS Digital Library. Surakarta

Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: cmhn (Intermediate
Course). Jarta: EGC

Kumar, V., Cotran, R.S., dan Robbins S.L. 2015. Buku Ajar Patologi. Edisi 7; ali Bahasa, Brahm
U, Pendt ;editor Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, Nurwany Darmaniah, Nanda
Wulandari.-ed.7-Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai