Kelompok 4 :
1. Erika
2. Septiana Arsy Rifwadini
3. Wanda Ardila (1603081)
Abses kulit dapat terjadi di bagian tubuh manapun, tapi paling sering terjadi di aksila, gluteus
dan ekstremitas. Insisi dan drainase material infeksius dalam abses adalah terapi utama untuk
penanganan abses, karena terapi antibiotik saja sering tidak adekuat untuk penyembuhan abses
secara sempurna.
Diagnosis abses ditegakkan dari adanya gejala dan tanda kardinal radang yaitu benjolan
(tumor) dengan adanya warna kemerahan (rubor) pada kulit di sekitar abses, panas pada perabaan
(kalor), nyeri tekan (dolor) dan konsistensi kistik/ fluktuasi pada palpasi, serta fungsio laesa.
Setelah diagnosis ditegakkan, hal penting berikutnya adalah menentukan apakah insisi dan
drainase dengan anestesi lokal dapat dilakukan. Abses kulit yang berukuran lebih dari 5 mm di
lokasi yang terjangkau merupakan indikasi insisi dan drainase.
b. Abses yang letaknya cukup dalam di area yang sulit untuk dilakukan anestesi lokal.
c. Terdapat selulitis.
Transient bacteremia yang dapat terjadi setelah insisi dan drainase abses,
terutama pada pasien dengan risiko endokarditis (misalnya pada pasien dengan
abnormalitas katub jantung), memerlukan terapi antibiotika pre-operasi dan pemilihan
waktu pelaksanaan tindakan secara seksama.
Indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis adalah bila abses terdapat pada area
tubuh di mana faktor kosmetik sangat penting (misalnya wajah atau payudara) atau
abses di telapak tangan, telapak kaki dan lipatan nasolabial.
- Sarung tangan
- Masker
- Gown/ apron
b. Untuk tindakan antiseptik dan anestesi :
- Larutan antiseptik
- Kapas steril
- Cotton swab steril untuk mengambil sampel yang diperlukan untuk pemeriksaan
kultur.
- Kassa steril untuk packing luka insisi
- Gunting
- Kapas steril
- Plester
3. PERSIAPAN
1. Lakukan informed consent dan mintalah persetujuan tertulis dari pasien/ orang tua
atau kerabat terdekat pasien.
2. Lakukan verifikasi atas identitas pasien.
4. Lakukan pengecekan apakah alat yang akan dipergunakan sudah dipersiapkan dengan
lengkap, dapat berfungsi dengan baik, diletakkan di atas tray alat sesuai urutan
penggunaan dan di tempat yang mudah dijangkau oleh operator.
5. Posisikan pasien sedemikian rupa sehingga area abses yang akan diinsisi terpapar
sepenuhnya namun pasien tetap merasa nyaman.
7. Siapkan obat anestesi lokal dalam spuit dengan dosis sesuai berat badan pasien.
10. Lakukan antisepsis medan insisi dengan chlorhexidine atau povidone iodine 10%,
dimulai dari puncak abses, memutar ke arah luar sampai di luar medan insisi.
11. Lakukan anestesi infiltrasi intradermal. Terkadang diperlukan anestesi local field
block, pemberian analgetik supaya pasien tetap merasa nyaman atau sedative bila
pasien kurang kooperatif.
4. PROSEDUR INSISI DAN DRAINASE ABSES
1. Pegang skalpel di antara ibu jari dan telunjuk untuk membuat tusukan langsung di
puncak abses.
3. Panjang insisi sedemikian rupa sehingga diperkirakan drainase isi abses cukup
adekuat, untuk mencegah kembali terbentuknya abses. Terkadang diperlukan insisi
sampai batas tepi abses. Hal ini juga diperlukan sebagai akses untuk memasukkan
material packing ke dalam kavitas abses.
4. Jika diperlukan pemeriksaan kultur, aspirasi material abses dengan spuit dan lakukan
swab dasar abses menggunakan lidi kapas steril yang dilembabkan dengan NaCl
steril. Masukkan lidi kapas ke dalam kontainer steril berisi sedikit NaCl steril. Kirim
spuit dan kontainer berisi lidi kapas secepatnya ke laboratorium.
5. Biarkan pus mengalir secara spontan. Setelah tekanan intraabses berkurang, berikan
tekanan perlahan sehingga sisa pus di dalam abses keluar.
6. Lakukan diseksi tumpul menggunakan hemostat ujung lengkung untuk membuka
kavitas abses.
7. Insersikan hemostat ujung lengkung ke dalam kavitas abses sampai terasa tahanan
dari jaringan yang sehat, kemudian buka ujung hemostat dan lakukan diseksi tumpul
deng an gerakan sirkular untuk membuka kavitas abses secara komplit.
Lakukan irigasi luka dengan normal saline menggunakan spuit tanpa jarum sampai
cairan irigasi jernih.
6. KOMPLIKASI INSISI
1. Selulitis, Limfangitis , Infeksi sistemik.
2. Rekurensi abses. Jika abses kembali terbentuk meski drainase sudah optimal, lakukan
assessment apakah terdapat faktor risiko yang mendasari seperti kolonisasi
stafilokokus, kelainan anatomis atau kondisi immunocompromis
B. Penutupan luka
a. Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras; terputus atau jelujur.
2) Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus atau jelujur.
A B
C D
A B C
2) Jarum lengkung jenis taper cut dengan benang nilon monofilamen nomor
3/0 dipasang pada needle holder. Pemasangan itu diletakkan antara 2/3
depan dan 1/3 belakang, lalu gagang needle holder dikunci (gambar 20).
3) Jahitan dimulai dari sisi luka yang letaknya paling jauh dari tubuh
operator, menuju ke arah operator.
4) Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk sudut 900 dan
bahu abduksi, jarum ditusukkan di kulit secara tegak lurus.
5) Tusukan jarum dilakukan 3 – 4 mm dari tepi luka, di dekat tempat yang dijepit
pinset. Jarak antar tusukan kurang lebih 0.5 – 1 cm. Untuk jahitan di
wajah, tusukan jarum dilakukan 2 – 3 mm dari tepi luka dengan jarak antar
tusukan 3 – 5 mm.
6) Kulit ditegakkan, dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi
bahu yang serentak, jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai
dengan lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu dangkal (akan terbentuk
dead space).
7) Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit dengan klem
pemegang jarum dan ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada
ujungnya, karena jarum dapat patah atau bengkok).
8) Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
9) Tusukkan lagi jarum di tepi luka yang lain dengan cara dan kedalaman yang
sama.
10) Setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan 2 x 1 x 2
(Surgeon‟s Knot).
11) Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan.
12) Simpul ditarik ke tepi ke arah pada ujung benang yang lebih pendek.
c. Menjahit Subkutis
Untuk menjahit lemak subkutis dilakukan jahitan terputus sederhana dengan simpul
terkubur. Cara :
1) Pada jahitan ini lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
Komplikasi Tindakan
1) Haematoma
3) Infeksi
4) Pembentukan keloid