Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CA RECTI DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
Kelompok 6B

Ikhwan Aji Setiawan


Ananda Silvi
Mega Mustikaretno
Dwita Galih Kirana

PROGRAM STUDI D III


KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Penyuluhan ini telah disahkan dan disetujui pada :


Hari/Tanggal :
Tempat :

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Mengetahui,

Kepala Ruangan 13

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayan, yang telah memberikan nikmat sehat dan kekuatan sehingga Satuan
Penyuluhan dengan judul “CA RECTI” dapat diselesaikan.
Dalam menyusun Satuan Acara Penyuluhan ini, penulis mendapatkan banyak
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
dengan rendah hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Pembimbing klinik, pembimbing institusi, kepala ruangan, serta
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari bahwa
Satuan Acara Penyuluhan inimasih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan Satuan Acara Penyuluhan ini.

Malang, 01 Oktober 2019

Penulis

iii
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CA RECTI

Pokok Bahasan : Ca recti


Sub Pokok Bahasan : Definisi
Faktor penyebab terjadinya Ca recti
Tanda dan gejala Ca recti
Pengobatan Ca recti
Sasaran : Pasien, Keluarga Pasien, dan Pengunjung
Hari/Tanggal : Jum’at, 04 Oktober 2019
Waktu : 30 Menit (09.00 – 09.30)
Tempat : Ruang 13 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

I. Latar Belakang
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum
relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe
paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit
budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di
diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua
kali lebih besar dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai
dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin
tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit
usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi
pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun,
sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah
dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat
pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama
karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip
dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak,
rotein dan daging serta rendah serat.

1
II. Sasaran
Semua pengunjung yang datang di ruang 13 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

III. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan, diharapkan semua audien yang datang
dapat mengetahui tentang Ca Recti.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan, diharapkan semua audien yang datang di
ruang 13 mampu:
 Menjelaskan pengertian Ca Recti
 Menjelaskan penyebab Ca Recti
 Menjelaskan pemeriksaan penunjang Ca Recti
 Menjelaskan penatalaksanaan pada Ca Recti

IV. Materi
Terlampir

V. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

V. Media
a. Leaflet
b. LCD
c. Laptop

VI. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Media


Kegiatan
Pembukaan 5 menit1. Mengucapkan salam1. Menjawab salam Ceramah
dan memperkenalkan diri2. Mendengarkan
2. Menjelaskan topik dan3. Menjawab pertanyaan
tujuan penyuluhan yang diajukan penyaji
3. Menggali pengetahuan
tentang ca recti
4. Melakukan kontrak
waktu dengan peserta
5. Melakukan kontrak
bahasa yang akan

2
digunakan selama
penyuluhan
Pelaksanaan 20 1. Menjelaskan pengertian1. Mendengarkan dan Ceramah Flipchart
menit ca recti memperhatikan dan
2. Menjelaskan factor2. Mengajukan pertanyaan TanyaJawab
resiko ca recti bila kurang mengerti
3. Menjelaskan tanda dan
gejala ca recti
4. Menjelaskan
pemeriksaan penunjang
ca recti
5. Menjelaskan
penatalaksanaan medis
6. Memberi kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya atau berdiskusi
tentang materi yang telah
disampaikan
Penutup 5 menit1. Melakukan evaluasi1. Memperhatikan dan Ceramah
dengan memberikan menjawab pertanyaan
pertanyaan 2. Menjawab salam
2. Menyimpulkan
tentang materi
yangtelah disampaikan
3. Menutup dan
mengucapkan salam

VII. Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
a. Penyaji : Ananda Silvi
b. Moderator : Dwita Galih Kirana
c. Observer : Ikhwan Aji
d. Fasilitator : Mega Mustikaretno
2. Tugas Pelaksanaan
a. Penyaji
Bertugas menjelaskan materi penyuluhan
b. Moderator
Pemimpin dan penanggung jawab secara umum terhadap jalannya
penyuluhan, bertugas membuka acara penyuluhan dan mengatur jalannya
penyuluhan serta memperhatikan kelancaran penyuluhan.
c. Observer

3
Bertanggung jawab mengamati kegiatan penyuluhan apakah telah sesuai
dengan yang di rencanakan serta segala faktor pendukung ataupun faktor
pengganggu jalannya penyuluhan.
d. Fasilitator
Betanggung jawab memfasilitasi audien untuk berpartisipasi aktif.

VIII. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Klien menyepakati kontrak yang telah di sepakati dan tersedianya media
penyuluhan.
b. Evaluasi Proses
Klien berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising dan
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga klien mampu dalam:
1. Menjelaskan pengertian Ca Recti
2. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Ca Recti
3. Menjelaskan penyebab dan penatalaksanaan Ca Recti

MATERI PENYULUHAN
CA RECTI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

4
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal.Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula
dan sfingter.Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh
muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani.Bagian ampula terbentang dari
sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang rrektum
berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada recto-sigmoid junction dan 35 cm pada
bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan
: mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior,
media, dan inferior.Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a.
mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan.Arteri hemoroidalis
merupakan cabang a. iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari a.
pudenda interna.Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis
internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan seterusnya
melalui v. lienalis menuju v. porta.Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam
rongga perut menentukan tekanan di dalamnya.Karsinoma rektum dapat menyebar
sebagai embolus vena ke dalam hati.Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah
ke v. pudenda interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang mengalirkan
isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe
iliaka.Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat mengakibatkan
limfadenopati inguinal.Pembuluh rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring
dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior
dan aorta.

B. DEFINISI
1. Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
2. Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel
epitel yang tidak terkendali.
3. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya
berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolostomy
berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya.
4. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar,
yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus
sebagai cincin anular (Price and Wilson, 1994, hal 419).

C. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah
serat. ( Brunner& Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).

5
1. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)
dapat menjadi kanker.
2. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
3. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal
dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan
riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
4. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih
besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
5. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih
besar terkena kanker colorectal.
6. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah
usia 50 tahun ke atas.

D. GEJALA KLINIS
1. Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
2. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya
3. Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran
4. Kotoran lebih sempit dari biasanya
5. Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan
6. Kehilangan berat badan tanpa alasan
7. Selalu merasa sangat letih
8. Mual atau muntah-muntah.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi
bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar
regional.Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam
peritoneum.Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon
desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar.Perdarahan biasanya
sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi
obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau
vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat
menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.

E. FAKTOR RESIKO

6
Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya
menyerangrecti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki
daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kebiasaan diet rendah serat.
2. Mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat.
3. Menahan tinja / defekasi yang sering.
4. Faktor genetic

F. KLASIFIKASI
Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
tumbuh menembus dinding.
Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau
rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel
kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,
Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi
belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau
paru-paru.
Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali
setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh
kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi:
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner& Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Dengan "RECTAL – TOUCHER" biasanya diketahui :
a. Tonus sfingterani keras/lembek.
b. Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
c. Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba
ataupun tidak.
2. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini
akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau
apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
3. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat dilakukan,
meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam
mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
4. Tes-tes Khusus

7
a. Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita
karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat
langsung.Karsinoma kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan
adanya polip pada daerah rektosigmoid.
b. Sistoskopi Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
5. Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test –
FOBT):Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat
mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya
mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah
tersebut.Kondisi jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah dalam
kotoran.
6. Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon dengan
tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang
dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
7. Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
8. Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema): Prosedur ini
mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk
meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan demikian, ketidaknormalan
(seperti polip) dapat terlihat dengan jelas.
9. Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian
pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan sarung
tangan yang telah dilumasi ke dalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.

H. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen.kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
2. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.
3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan
komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.
6. Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung/terapi ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau
imunoterapi (Brunner & Suddart, 2002, hal 1128).
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1. Pilihan utama adalah pembedahan
2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b.metastasis ke kelenjar limfe regional

8
c. masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis
jauh.(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3. Obat sitostatika diberikan bila:
a. Inoperable
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus
tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
4. Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus.
b. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
c. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
d. Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada
stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

I. EPIDEMIOLOGI
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian juga
angka kematiannya.Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak
pada orang muda.Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat,
perbandingan insiden pria : wanita = 3 : 1 dan kurang dari 50 % ditemukan di
rektosigmoid dan merupakan penyakit orang usia lanjut. Pemeriksaan cocok dubur
merupakan penentu karsinoma rektum.

J. KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (1991) adalah:
1. Obstruksi usus parsial
2. Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang
menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
3. Perforasi atau perlobangan
4. Perdarahan
5. Syok
6. Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin. 2007. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.


Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Interna
Publishing: Jakarta.

9
Lampiran,
DAFTAR PERTANYAAN PESERTA
PENYULUHAN DI RUANG 13
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Tanggal :

10
No Pertanyaan Jawaban

Lampiran,
LEMBAR KEHADIRAN PESERTA
PENYULUHAN DI RUANG 13
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Tanggal :
No Nama Alamat Tanda Tangan

11
12

Anda mungkin juga menyukai