Anda di halaman 1dari 124

HUBUNGAN ANTARA STATUS PELATIHAN PROSES KEPERAWATAN

DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM MENERAPKAN STANDAR

DIAGNOSISKEPERAWATAN INDONESIA DI RSUD INCHE

ABDOEL MOEIS SAMARINDA

SKRIPSI

DISUSUN OLEH

AVIVA HANDINI

17111024110309

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2019
Hubungan antara Status Pelatihan Proses Keperawatan dengan

Sikap Perawat dalam Menerapkan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia di RSUD Inche

Abdoel Moeis Samarinda

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan

DISUSUN OLEH

AVIVA HANDINI

17111024110309

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2019

I
II
III
IV
Hubungan antara Status Pelatihan Proses Keperawatan dengan
Sikap Perawat dalam Menerapkan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia di RSUD Inche
Abdoel MoeisSamarinda

Aviva Handini1, Milkhatun2, Maridi M. Dirdjo3


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
Email : avivahandini@gmail.com

ABSTRAK

Pelatihan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia amatlah penting


dalam keperawatan, untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang
terstandar, serta meningkatkan kemampuan perawat dalam
pendiagnosisan. Salah satu faktor internal yang memicu untuk
melakukan tindakan keperawatan yaitu sikap perawat, namun sikap
perawat dalam dokumentasi keperawatan tidak di pengaruhi oleh status
pelatihan keperawatan, melainkan ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara status pelatihan proses keperawatan dengan sikap perawat
tentang penerapan standar diagnosis keperawatan Indonesia di Rumah
Sakit Umum Daerah Pemerintah Samarinda. Metode yang digunakan
deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Jumlah sampel 51
perawat di ruang rawat inap non intensif dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Uji analisis dalam penelitian
ini menggunakan uji chi-square dengan hasil 0,137> α (0,05).
Berhubungan lemah dan bersikap positif perlu di lakukan pelatihan lagi
buat yang belum pernah mengikuti serta, di ikuti pendampingan setelah
pelatihan.
Kata kunci : pelatihan, sikap, standar diagnosis keperawatan Indonesia

1
Mahasiswa Unviversitas Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2
Dosen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
3
Dosen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

V
Correlation between Training Status of Nursing Process and Nurses
Attitude in Applying Indonesia Nursing Diagnosis
Standart in Regional General Hospital of Inche
Abdoel Moeis Samarinda

Aviva Handini1, Milkhatun2, Maridi M Dirdjo3


Nursing Science Study Program of Health Science Faculty
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
Email : avivahandini@gmail.com

Abstract
Indonesia Nursing Standart Diagnosis Training was very important in
nursing, to improve nursing standardized, also to improve nursing skill in
diagnosis. One of internal factor which triggered to do nursing
intervention was nurses attitude, but nurses attitude in nursing
documentation were not affected by nursing training status, but there
were other factors which were affected. This research aimed to know the
correlation between training status of nursing process and nurses attitude
regarding the implementation of indonesia nursing diagnosis standart in
Samarinda Regional general Hospital of Samarinda Government. The
method used was correlational descriptive with cross-sectional approach.
Instrument used in this research was questionnaire. Total samples were
51 nureses in non-intensive inpatient room with sampling technique used
purposive sampling. Analysis test in this research used chi-square with
result 0,137> α (0,05). Correlation had weak correlation and positive
attitude was required more training to be done especially for nurses who
never participated, it should be followed with assistance after the training.

Kata kunci : training status, attitude, Indonesian nursing diagnosis standard

1
Undergraduate Nursing of Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2
Lecture of Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
3
Lecture of Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

VI
Motto

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, jika kita mau

berdo’a dan berusaha. Kurangnya kemampuan bukan alasan untuk

keberhasilan, kesungguhan penuh semangat

adalah modal keberhasilan”

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,

janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-

dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”(QS. Az Zumar: 53).

VII
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia serta ridho-nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada nabi

besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

skripsi dengan judul “Hubungan Antara Pelatihan Proses Keperawatan

Dengan Sikap Perawat Tentang Penerapan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda”.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini banyak berbagai pihak

yang telah memberikan dorongan/motivasi, bantuan serta masukan

sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur

2. Bapak Ghozali, MH, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

dan Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

3. Ibu Dr. Meike Anggraeni, M.kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum

Abdoel Moeis Samarinda.

4. Ibu Ns, Dwi Rahmah F., M. Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan.

5. Ibu Ns. Milkhatun M.kep selaku Koordinator Mata Ajar Skripsi dan

Pebimbing Skripsi sekaligus penguji II.

6. Bapak Ns. Maridi MD., M.Kep selaku sebagai penguji I

VIII
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staf Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur.

8. Kepada Kedua orang tua, ayahanda Sunari, ibunda alm Luluk

Inrojanah dan umi Wiwin Kurnia P yang senantiasa memberikan kasih

sayang dan dukungan kepada penulis.

9. Segenap keluarga besar dari nenek HJ. Bandiah, kakek Moeryadi,

serta para om yang senantiasa memberikan kasih sayang dan

dukungan kepada penulis.

10. Kepada teman-teman seangkatan 2015, teman kelompok skripsi, dan

Ida Bagus N, Riski Nurti P, Serly Virgi T, serta teman dekat spesial

yang telah mendukung hingga selesai penulisan skripsi ini.

Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Penulis menyadari bahwa semua tidak luput dari kesalahan dan

kekurangan karena penulis masih dalam proses belajar dan akan terus

belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan agar dapat menambah pengetahuan dan guna untuk

menyempurnakan Skripsi ini agar kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Tidak lupa penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang telah

diberikan oleh semua pihak yang telah berperan dalam pembuatan

proposal penelitian ini mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Wassalamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh

Samarinda, 25 Mei 2019

Penulis

IX
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................... I


Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian ............................................ II
Halaman Persetujuan ........................................................................... III
Halaman Pengesahan .......................................................................... Iv
Abtrak …………………………………………………………………………V
Motto .....................................................................................................VII
Kata Pengantar .....................................................................................VIII
Daftar Isi ................................................................................................X
Daftar Gambar ...................................................................................... XII
Daftar Tabel .......................................................................................... XIII
Daftar Lampiran .................................................................................... XIV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................6
D. Manfaat Penelitian ................................................................7
E. Keaslian Penelitian ...............................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka .....................................................................13


B. Penelitian Terkait ..................................................................35
C. Kerangka Teori Penelitian ....................................................37
D. Kerangka Konsep Penelitian ................................................38
E. Hipotesis Penelitian ..............................................................39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ..........................................................40


B. Populasi dan Sampel ............................................................40
C. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................42
D. Definisi Operasional .............................................................42
E. Instrumen Penelitian .............................................................45
F. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................45
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................49
H. Teknik Analisis Data .............................................................50
I. Etika Penelitian .....................................................................54
J. Jalannya Penelitian ..............................................................56
K. Jadwal Penelitian ..................................................................57

X
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Tempat Penelitian..................................................58
B. Hasil Analisa Data....................................................................60
C. Pembahasan............................................................................64
D. Keterbatasan Penelitian...........................................................75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.............................................................................77
B. Saran......................................................................................78
Daftar Pustaka ......................................................................................79
Lampiran ...............................................................................................82

XI
Daftar gambar

2.1 Kerangka Teori ...............................................................................37

2.2 Kerangka Konsep............................................................................38

XII
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen ..................................................................45

Tabel 3.3 Uji Validitas Sikap…………………………………………………47

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden……………………………..60

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap……………………….61

Tabel 4.3 Tabel Hubungan Antara Status Pelatihan Keperawatan Dengan

Sikap Perawat Dalam Menerapkan Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia………………………………………………………………………63

XIII
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Biodata Peneliti

Lampiran 2: Jadwal Penelitian

Lampiran 3: kuesioner

Lampiran 4: Validitas dan Reabilitas

Lampiran 5: Uji Normalitas

Lampiran 6: Output Univariat dan Bivariat

Lampiran 7: Surat Keterangan Telah Uji Expert

Lampiran 8: Surat ijin validitas dan reabilitas

Lampiran 9: Surat balasan ijin validitas dan reabilitas

Lampiran 10: Surat Izin Penelitian

Lampiran 11: Surat balasan ijin penelitian

Lampiran 12: Lembar konsul

XIV
XV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam dunia keperawatan saat ini menuntut perawat baik

di dalam dan luar negeri untuk memahami berbagai model asuhan

keperawatan yang digunakan dalam memberikan pelayanan

keperawatan di klinik. Keperawatan sebagai proses cara berpikir

dan bertindak dengan pendekatan yang sistematis, kreatif, untuk

mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan

yang aktual dan potensial. Untuk mencegah dan mengatasi

masalah kesehatan yang actual dan potensial dapat menggunakan

diagnosis keperawatan (Heather & Shigemi, 2015).

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis tentang

respons manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan,

atau kerentanan respons dari seorang individu, kelompok/

komunitas, keluarga. Untuk dapat melakukan penilaian klinis dalam

mendiagnosis keperawatan tentuna harus memiliki standar

diagnosis (Heather & Shigemi, 2015).

Penerapan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

amatlah penting bagi perawat dalam menjalankan praktiknya pada

semua lingkup pelayanan keperawatan, karena diagnosa

keperawatan bagian dari pemberian asuhan keperawatan yang

1
2

meliputi proses keperawatan (Pengkajian, Diagnosa, Intervensi,

Implementasi, dan Evaluasi), sehingga dengan adanya standar

diagnosa keperawatan di Indonesia diharapkan dapat

meningkatkan pelayanan keperawatan yang terstandar. Penegakan

diagnosis keperawatan sebagai salah satu komponen Standar

Asuhan Keperawatan perlu dijalankan dengan baik sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-undang No. 38 Tahun 2014 tentang

Keperawatan pada pasal 30 bahwa dalam menjalankan tugas

sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai ‘penegak

Diagnosis’ yang harus memiliki kemampuan diagnostic yang baik

sebagai dasar mengembangkan rencana intervensi keperawatan

dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan dan

penyembuhan serta pemulihan kesehatan klien. Diagnosis

keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia

terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan

respons dari seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas.

Diagnosis keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskripton

atau pengubah dan fokus diagnosis, atau konsep kunci dari

diagnosis. (diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-

2017 edisi 10 editor T. Heather Herdman,PhD,RN,FNI & Shigemi

Kamitsuru,PhD,RN,FNI).

Diagnosa keperawatan telah diterapkan di berbagai rumah

sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, namun pengetahuan perawat


3

terkait indikator-indikator diagnostik untuk penegakan diagnosis

masih perlu ditingkatkan agar penegakan dapat dilakukan secara

tepat dan terstandarisasi, serta proses penegakan diagnosis tidak

dianggap sulit. Tanpa terminologi dan indikator yang

terstandarisasi, penegakan diagnosis keperawatan menjadi tidak

seragam, tidak akurat dan ambigu sehingga menyebabkan

ketidaktepatan pengambilan keputusan dan ketidaksesuaian

asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. Perkembangan

dunia keperawatan di Indonesia masih terus berkembang ke arah

yang lebih baik, sejak disahkanya (September, 2014) Undang-

Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 yang menjadi dasar

dimana profesi perawat dalam menjalankan praktik

keperawatannya dan memperjelas bahwa perawat memiliki batang

tubuh ilmu keperawatan sendiri. Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI) merupakan Organisasi Profesi (OP) yang diakui

dalam UU Keperawatan memiliki bertanggung jawab dalam

meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan, martabat, dan etika profesi perawat di Indonesia

(buku SDKI).

Dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi tersebut,

salah satunya PPNI berkewajiban untuk menyusun standar-standar

yang meliputi standar kompetensi, standar asuhan keperawatan,

dan standar kinerja profesional. Standar asuhan keperawatan


4

dibutuhkan Standar Diagnosa Keperawatan, oleh karena itu pada

hari ini (29 Desember 2016) PPNI menerbitkan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia (SDKI). Standar diagnosis ini merupakan

program yang sudah lama dinanti oleh seluruh perawat di

Indonesia (sebelumnya mengacu pada NANDA, ICNP-DC, CCC,

dll).

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap

pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas pada

masalah kesehatan/ risiko masalah kesehatan atau pada proses

kehidupan. Diganosa keperawatan merupakan bagian vital dalam

menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu

klien mencapai kesehatan yang optimal. Harapan kedepannya

standar diagnosa keperawatan ini diakui dalam sistem Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) seperti halnya profesi tenaga kesehatan

lain (medis), hal ini perlu diperjuangkan karena pelayanan

keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan perawat di Indonesia

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

Dalam proses keperawatan perawat harus memiliki sikap

Untuk menjalankan atau melaksanakan suatu proses keperawatan

tersebut agar dapat berjalan sesuai dengan tahap-tahap

keperawatan. Sikap adalah respon diri sendiri terhadap orang lain

isu atau objek (Azwar, 2011).


5

Rumah sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis adalah

rumah sakit tipe C mili pemerintah, khususnya pemerintah provinsi

Kalimantan timur. Perawat di RSUD Inche Abdoel Moeis yang

berada di ruang rawat inap 59 perawat yang terdiri dari ruangan

rawat inap karang asam (perawatan kelas 3) 31 perawat dan di

ruangan karang mumus (perawatan kelas 1 dan 2) 28 perawat.

Sehingga pernyataan dari beberapa kepala ruang mengatakan

bahwa sebelumnya hanya sebagian perawat yang mengikuti

seminar SDKI di luar jam kerjanya dan sebagian kecil saja yang

pernah mengikuti pelatihan SDKI. Dirumah sakit sendiri belum

diterapkan dan ditetapkan untuk menggunakan diagnosis berbasis

SDKI.

Hal diatas dikarenakan hanya sebagian perawat yang

pernah dilakukan sosialisasi Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (SDKI) dan masih banyak tenaga keperawatan yang

lulusan Diploma Keperawatan. Hasil persamaan persepsi dengan

bidang keperawatan, standar Bahasa keperawatan sesuai dengan

organisasi propesi PPNI sangat penting diterapkan dalam

dokumentasi diagnosis keperawatan sebagai sarana untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di RSUD I.A MOEIS

Samarinda.

Fenomena ini yang menjadikan dasar untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Antara Pelatihan Proses Keperawatan


6

Dengan Sikap Perawat Tentang Penerapan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah

penelitian ini yaitu Bagaimana Hubungan Antara Status Pelatihan

Proses Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam Menerapkan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel

Moeis Samarinda.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara

Status Pelatihan Proses Keperawatan Dengan Sikap Perawat

Dalam Menerapkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda.

2. Tujuan khusus

a) Mengidentifikasi Sikap perawat dalam menerapkan Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel

Moeis Samarinda.

b) Mengidentifikasi status keikutsertaan pelatihan proses

keperawatan tentang Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia dengan sikap perawat di RSUD Abdoel Moeis

Samarinda.
7

c) Menganalisis Hubungan antara Status Pelatihan Proses

Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam Menerapkan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD Inche

Abdoel Moeis Samarinda.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi

terhadap berbagai aspek yaitu :

1. Bagi institusi pendidikan

Meningkatkan pengetahuan, pembelajaran dan pemahaman

diinstitusi pendidikan tentang adanya Hubungan Antara Status

Pelatihan Proses Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam

Menerapkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD

Inche Abdoel Moeis Samarinda.

2. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan, informasi, evaluasi adanya Hubungan Antara Status

Pelatihan Proses Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam

Menerapkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD

Inche Abdoel Moeis Samarinda.

3. Bagi peneliti
8

Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam

menambah pengetahuan dan pengembangan keilmuan yang

didapat serta mengaplikasikannya dalam mengidentifikasi adanya

Hubungan Antara Status Pelatihan Proses Keperawatan Dengan

Sikap Perawat Tentang Menerapkan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembuatan

program khususnya penelitian mengenai adanya Hubungan Antara

Pelatihan Proses Keperawatan Dengan Sikap Perawat Tentang

Penerapan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD

Inche Abdoel Moeis Samarinda.

Keaslian Penelitian

Judul Penelitian ini sebelumnya belum pernah di lakukan,

namun ada beberapa yang hampir mirip dengan judul penelitian ini.

1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang

Dokumentasi Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap

RSUD dr.Lobkmono Hadi Kudus

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya

adalah variabel dependen yaitu “pengetahuan perawat” dan

independen yaitu “ sikap perawat dalam pendokumentasian”,


9

jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif

dengan menggunakan desain penelitian korelasi (Correlational)

dan pendekatan cross sectional. Menggunakan teknik

Consecutive sampling diperoleh dengan menggunakan

kuesioner yang diisi oleh perawat kemudian diolah dan dianalisa

dengan menggunakan uji statistic Spearman Rank. Analisa

bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan

dengan sikap perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di ruang rawat inap SRUD dr.Loekmono Hadi

Kudus, diperoleh nilai p value 0,000 (p <0,05), dengan nilai r =

0,509.

Penelitian yang sekarang dilakukan peneliti ini adalah

variabel dependentnya yaitu “status pelatihan proses

keperawatan” dan independentnya, “sikap perawat”, jenis

penelitian yang dilakukan deskriptif korelasional dengan

pendekatan cross sectional , teknik pengambilan sampel

purposive sampling, alat pengumpulan data yang digunakan

adalah kuesioner, analisis bivariat menunjukkan uji statistik

dimana menggunakan uji chi-square dengan nilai signifikan p

value = 0,137 > α 0,05 sehingga H0 diterima yaitu tidak ada

hubungan antara status pelatihan proses keperawatan dengan

sikap perawat dalam menerapkan standar diagnosis


10

keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda.

2. Nurses’ perceptions and attitudes towards documentation in

nursing

Penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah variabel

dependennya yaitu “persepsi perawat”, dan independennya

“sikap menuju dokumentasi keperawatan”, jenis penelitian yang

dilakukan deskriptif kuantitatif non-exprimental, instrument

pengukuran terstruktur, analisis bivariat menunjukkan (p=0,001).

Penelitian yang sekarang dilakukan peneliti ini adalah

variabel dependentnya yaitu “status pelatihan proses

keperawatan” dan independentnya, “sikap perawat”, jenis

penelitian yang dilakukan deskriptif korelasional dengan

pendekatan cross sectional , teknik pengambilan sampel

purposive sampling, alat pengumpulan data yang digunakan

adalah kuesioner, analisis bivariat menunjukkan uji statistik

dimana menggunakan uji chi-square dengan nilai signifikan p

value = 0,137 > α 0,05 sehingga H0 diterima yaitu tidak ada

hubungan antara status pelatihan proses keperawatan dengan

sikap perawat dalam menerapkan standar diagnosis

keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda.
11

3. Pengetahuan dan sikap perawat terhadap kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit H

Pada penelitian ini variabel dependentnya yaitu

pengetahuan dan sikap perawat dan independentnya

kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan, jenis

penelitian yang digunakan deskriptif korelasional dengan

pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampel yaitu

total sampling, alat pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner, analisis bivariat menunjukkan uji statistik dimana

menggunakan uji chi-square dengan nilai signifikan p value =

0,044 terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan

perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan,

sedangkan sikap perawat tidak terdapat hubungan yang

bermakna.

Penelitian yang sekarang dilakukan peneliti ini adalah

variabel dependentnya yaitu “status pelatihan proses

keperawatan” dan independentnya, “sikap perawat”, jenis

penelitian yang dilakukan deskriptif korelasional dengan

pendekatan cross sectional , teknik pengambilan sampel

purposive sampling, alat pengumpulan data yang digunakan

adalah kuesioner, analisis bivariat menunjukkan uji statistik

dimana menggunakan uji chi-square dengan nilai signifikan p

value = 0,137 > α 0,05 sehingga H0 diterima yaitu tidak ada


12

hubungan antara status pelatihan proses keperawatan dengan

sikap perawat dalam menerapkan standar diagnosis

keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pelatihan

a. Definisi pelatihan

Menurut Rivai (2005) Pelatihan adalah bagian

pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem

Pendidikan yang lebih mengutamakan pada praktek dari

pada teori. Jadi pelatihan dianggap sebagai pembelajaran

singkat dengan bertujuan membentuk keterampilan yang

didalamnya meliputi physical skill, intellectual skill, social

skill, dan manajerial skill. System ini lebih difokuskan pada

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya pada teori yang berkembang saat ini.

b. Tahap-Tahap pelatihan

Menurut Dessler (2013) terdapat lima langkah dalam

proses pelatihan antara lain :

1) Menganalisis kebutuhan pelatihan

2) Merancang keseluruhan program pelatihan

3) Mengembangkan, menyusun, dan membuat materi

pelatihan

13
14

4) Mengimplementasikan atau menerapkan program

pelatihan

5) Menilai dan mengevaluasi efektivitas materi.

c. Dimensi dan indikator pelatihan

Dimensi dan indikator pelatihan menurut Rivai (2005),

di antaranya :

1) Materi Pelatihan

Dengan mengetahui kebutuhan akan pelatihan,

sebagai hasil dari langkah pertama dapat ditentukan

materi pelatihan yang harus diberikan.

Indikatornya seperti kelengkapan materi pelatihan.

2) Metode Pelatihan

Sesuai dengan materi pelatihan yang diberikan, maka

ditentukan metode atau cara penyajian yang paling tepat.

Penentuan atau pemilihan metode pelatihan tersebut

didasarkan atas materi yang akan disajikan.

Indikatornya seperti pelatihan sesuai.

3) Pelatih

Pelatih harus didasarkan pada keahlian dan

kemampuannya untuk mentransformasikan keahlian

tersebut pada peserta pelatihan.

Indikator seperti kemampuan pelatihan.


15

4) Peserta Pelatihan

Agar program pelatihan dapat mencapai sasaran

hendaknya para peserta dipilih yang benar-benar ‘siap

dilatih’ artinya mereka tenaga kerja yang di ikut sertakan

dalam pelatihan adalah mereka yang secara mental telah

di persiapkan untuk mengikuti program tersebut. Pada

langkah ini harus selalu di jaga agar pelaksanaan

kegiatan pelatihan benar-benar mengikuti program yang

telah ditetapkan.

Indikatornya seperti Kemampuan peserta pelatihan dan

sikap peserta pelatihan.

5) Sarana Pelatihan

Sarana pendukung evaluasi pelatihan dimaksudkan

untuk mengukur kelebihan suatu program, kelengkapan,

dan kondisi yang merupakan umpan balik untuk menilai

atau menghasilkan output yang sesuai.

Indikatornya seperti kelengkapan peralatan, kondisi

lingkungan dan penyelenggara pelatihan.

2. Proses keperawatan

a. Pengertian

Proses keperawatan adalah serangkaian tindakan yang

sistematis berkesinambungan meliputi tindakan untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan individu atau kelompok


16

baik yang aktual maupun potensial kemudian merencanakan

tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi, atau mencegah

terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau

menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan

keperawatan serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan

yang dikerjakan (Rohmah, N dan Walid, S. 2009).

b. Tujuan

1) Menggunakan metode pemecahan masalah

Pendekatan proses keperawatan memungkinkan

perawat untuk mengidentifikasi seluruh kebutuhan yang

diperlukan klien. Kebutuhan ini menggambarkan masalah

yang terjadi pada klien baik aKtual maupun risiko.

Identifikasi masalah keperawatan yang ada merupakan

dasar bagi perawat untuk menetapkan desain

pemecahan masalahnya. Sehingga tindakan yang

dilakukan terhadap klien merupakan tindakan yang

bertujuan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada

klien.

2) Menggunakan standar untuk praktek keperawatan

Standar praktek diperlukan untuk menjaga mutu asuhan

yang diberikan pada klien. Perawat yang bertugas di

tempat pelayanan dengan strata apapun, dan merawat

klien dengan berbagai macam kasus, selalu


17

menggunakan standar yang sama, yaitu proses

keperawatan. Standar ini sangat penting untuk menjamin

bahwa klien telah mendapatkan pelayanan yang

memadai.

3) Memperoleh metode yang baku dan sesuai, rasional

(logis) dan sistematis (urut, rapi).

Desain rencana tindakan keperawatan dalam

pendekatan proses keparawatan selalu ditetapkan

berdasarkan prinsip- prinsip yang ilmiah/rasional. Efek

dan efek samping dari tiap tindakan yang akan dilakukan

juga dipertimbangkan dan dikomunikasikan pada klien

dan keluarga. Kerja yang urut, sistematis juga dapat

dilihat pada setiap langkah dari proses keperawatan.

Karena sifatnya yang interdependent (saling

ketergantungan) menjadikan kinerja perawat yang

menggunakan pendekatan proses keperawatan menjadi

rapi, terstruktur, setiap langkah saling berurutan dan tidak

dapat ditinggalkan atau diloncati satu sama lain.

4) Memperoleh metode yang dapat dipakai dalam segala

situasi.

Sifat dari proses keperawatan yang fleksibel

memungkinkan dipakainya pendekatan ini dalam segala

situasi. Klien dalam kondisi gawat, darurat, gawat


18

darurat, akut, kronis, cito, maupun elektif dapat

menggunakan pendekatan ini. Proses keperawatan

dalam keadaan tertentu (gawat daraurat, cito) dapat

berlangsung secara imajiner kemudian pencatatan/

dokumentasinya dilakukan setelah tindakan selesai

dilakukan. Tetapi untuk kasus biasa proses harus

mengikuti alur pendokumentasian yang lazim.

5) Mempunyai hasil asuhan keperawatan yang berkualitas

tinggi.

Hasil asuhan bergantung pada sejauh mana masalah

yang terjadi pada klien dapat diidentifikasi, kemudian dari

masalah yang timbul bagaimana desain perencanaan

yang ditetapkan dapat membantu

mencegah/mengurangi/mengatasinya. Pendekatan

proses keperwatan membantu perawat secara lebih teliti

melaksanakan tugas identifikasi masalah dan penetapan

desain perencanaan yang ilmiah, sehingga hasil asuhan

yang dilaksanakan dapat berkualitas. (Rohmah, N dan

Walid, S. 2009).
19

c. Tahap-Tahap Proses Keperawatan

Siklus

KRS

Pengkajian Diagnosis

keperawatan

Evaluasi

Implementasi Intervensi

(Rohmah, N dan Walid, S. 2009).

3. Sikap

a) Pengertian Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia

terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu. (Petty,

Cococpio, 1986 dalam Azwar, 2011). Sikap adalah

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo,

2003). Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan

yang disertai kecenderungan untuk bertidak sesuai sikap

objek tadi (Purwanto, 1998 : 62 dalam Wawan dan Dewi

2010).
20

b) Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling

menunjang yaitu (Azwar, 2011):

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif

berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)

terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem

yang controversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang meyangkut

aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai sebagai komponen sikap

dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah

sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan

perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki

oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan

untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang

dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa


21

sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk

tendensi perilaku.

c) Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari bebagai tingkatan yaitu :

( Notoatmojo, 2010)

1) Menerima (receiving), dimana bahwa orang (subjek) mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding), dimana individu memberikan

jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi sikap.

3) Menghargai (Valuing), dimana individu mengajak orang

lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible), dimana individu

bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko.

d) Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula

bersifat negatif (Purwanto, 1998 : 3 dalam Wawan dan Dewi,

2010).

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.


22

2) Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi,

menghidari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

e) Ciri - Ciri Sikap

Menurut (Purwanto,1998 : 63 dalam Wawan dan

Dewi, 2010), Ciri-ciri sikap adalah:

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan

dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat

motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan

istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat

dipelajari dan sikap dapat berubah pada seeorang bila

terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu

yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata

lain, sikap itu dibentuk, dipelajari atau berubah

senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang

dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat

juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan


23

percakapan percakapan atau pengetahuan-pengetahuan

yang dimiliki seseorang.

f) Cara Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai

pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah

rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai

obyek sikap yang hendak diungkap. Peryataan sikap

mungkin berisi atau mengatakan hal-hal positif mengenai

obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau

memihak pada obyek sikap. Peryataan ini disebut dengan

peryataan yang favourable. Sebaliknya peryataan sikap

mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap

yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap

obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan

pernyataan yang tidak unfavourable suatu skala sikap

sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas peryataan

favourable dan tidak unfavourable dalam jumlah yang

seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak

semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi

skala memihak atau tidak medukung sama sekali obyek

sikap ( Azwar, 2011).

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan

menggunakan 5 skala pengukuran sikap,yaitu; Skala likert,


24

skala guttman, skala thurstone, semantik

diferensial,penilaian (rating scale) (Notoatmodjo, 2012).

  Cara baca pengukuran sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan Skala

Likert.

Pernyataan positif (Favorable) diberi skor :

Sangat setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

Kurang setuju (KS) : 3

Tidak setuju (TS) : 2

Sangat tidak setuju (STS) : 1

Pernyataan negatif (Unfavorable) diberi skor :

Sangat setuju (SS) : 1

Setuju (S) : 2

Kurang setuju (KS) : 3

Tidak setuju (TS) : 4

Sangat tidak setuju (STS) : 5

Setelah semua data terkumpul dari hasil kuesioner

responden dikelompokkan sesuai dengan sub variabel yang

diteliti. Jumlah jawaban responden dari masing – masing


25

pernyataan dijumlahkan dan dihitung menggunakan skala

likert :

Untuk mengetahui mean T(MT) sebagai berikut :

                        MT = (∑T)/n

Keterangan :

                        MT       : Mean T

                        ∑T       : Jumlah rata-rata

                        n          : Jumlah responden

Untuk mengetahui sikap responden dengan menggunakan skor T

(Azwar, 2011).

4. Perawat

a) Definisi Perawat

Taylor C Lilis C Lemone (1989 dalam La Ode 2012)

mendefinisikan Perawat adalah seseorang yang berperan

dalam merawat atau memelihara, membantu dengan

melindungi karena sakit, luka dan proses penuaan.

Perawat adalah anggota tim dalam system

pelayanan kesehatan dan mengemban berbagai peran dan

tanggung jawab (Christensen,2009)


26

Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah

sakit karena jumlahnya dominan (55 - 65%) serta

merupakan profesi yang memberikan pelayanan terus

menerus selama 24 jam kepada pasien. Pelayanan

keperawatan bagian integral dari pelayanan kesehatan

mempunyai kontribusi menentukan kualitas pelayanan di

rumah sakit. Setiap upaya untuk meningkatkan kualitas

pelayanan rumah sakit harus disertai upaya untuk

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Yani, 2008).

Keberadaan perawat dalam memberikan pelayanan sangat

dibutuhkan, diperlukan tenaga perawat yang mempunyai

kemampuan, keterampilan, dan sikap profesional termasuk

kemampuan perawat melakukan pendokumentasian asuhan

keperawatan.

Persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI)

merupakan organisasi profesi yang menghimpun perawat

secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang memiliki

tujuan untuk meningkakan pengetahuan dan ketampilan,

martabat serta etika profesi perawat, sebagaimana di

amanatkan pada pasal 41 dalam undang-undang no. 38

Tahun 2014 tentang Keperawatan dan pada pasal 42, PPNI

juga diamanatkan berfungsi sebagai pemersatu, pembina,


27

pengembang dan pengawas keperawatan di Indonesia.

Dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi tersebut,

salah satunya PPNI berkewajiban untuk menyusun standar-

standar yang meliputi standar kompetensi, Standar Asuhan

keperawatan, dan Standar kinerja profesional. Dalam

standar asuhan keperawatan di butuhkan standar diagnosis

keperawatan untuk mengkawal asuhan keperawatan dengan

terlaksananya asuhan keperawatan yang optimal bagi klien,

individu, keluarga dan komunitas (Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1).

b) Peran Perawat

Mengingat perawat merupakan orang pertama dan

secara konsisten selama 24 Jam menjalin kontak dengan

pasien, perawat sangat berperan dalam membantu

kebutuhan spiritual pasien. Baik dengan mengusahakan

kemudahan seperti mendatangkan pemuka agama sesuai

dengan agama yang diyakini pasien, memberi privasi untuk

berdoa maupun memberi dorongan kelonggaran bagi pasien

untuk berinteraksi dengan orang lain (Ambarwati dan

Nasution, 2012).

Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik

dalam maupun dari luar profesi keperawatan yang bersipat

konstan. Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki


28

sejumlah peran di dalam menjalankan tugasnya sesuai

dengan hak dan kewenangan yang ada. Peran perawat yang

utama adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan

peneliti (Asmadi, 2008).

c) Tujuan

1) Menjadi panduan atau acuan bagi perawat dalam

menegakkan diagnosis keperawatan.

2) Meningkatkan otonomi perawat dalam memberikan

pelayanan kesehatan.

3) Memudahkan komunikasi intraprofesional dan

interprofesional dengan penggunaan istilah yang

seragam dan terstandarisasi.

4) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1.

5. Diagnosis Keperawatan

a) Definisi diagnosis keperawatan

Standar Diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI)

adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penegakan diagnosis keperawatan dalam rangka

memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan

etis. Standar ini merupakan salah satu komitmen profesi

keperawatan dalam memberikan perlindungan kepada

masyarakat sebagai klien dari asuhan keperawatan yang


29

dilakukan oleh anggota profesi perawat. Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia (SDKI) ini dalam penyusunannya

telah di sesuaikan dan di kembangkan dari standar praktik

Keperawatan Indonesia yang di keluarkan oleh PPNI tahun

2005.

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian

klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang

berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien

individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan.

Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang

luas, baik pada klien sakit maupun sehat. Respon-respon

tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan

proses kehidupan yang dialami klien.masalah kesehatan

mengacu kepada respon klien terhadap kondisi sehat-sakit,

sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respon klien

terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya

di mulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal dan

meninggal yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan

dapat diatasi atau diubah dengan intervensi keperawatan


30

(Christensen & Kenney, 2009 : McFarland & McFarlane,

1997 : Seaback, 2006)

b) Klasifikasi diagnosis keperawatan

International Council of Nurses (ICN) Sejak tahun

1991 telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang

tela disebut dengan International Nurses Council

International Classification For Nursing Practice (ICNP).

Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi

diagnosis keperawatan, tetapi juga mencakup klasifikasi

intervensi dan tujuan (outcome) keperawatan.

Sistem klasifikasi ini disusun untuk

mengharmonisasikan terminilogi-terminologi keperawatan

yang digunakan di berbagai Negara diantaranya seperti

Clinical Care Classification (CCC), North American Nursing

Diagnosis Association (NANDA), Home health Care

Classification (HHCC), Systematized Nomenclature of

Medicine Clinical Terms (SNOMED CT), International

Classification of Functioning, Disabilityand Health (ICF),

Nursing Diagnistic System of the Centre for Nursing

Development and Reserch (ZEFP) dan Omaha System

(Hardiker et al, 2011 : Muller-Staub et al, 2008 : Wake &

Coenen, 1998).

c) Jenis Diagnosis keperawatan


31

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis,yaitu

diagnosis negatif dan positif. Diagnosis negatif

menunjukkan bahwaa klien dalam kondisi sakit atau

beresiko mengalami sakit sehingga menegakkan diagnosis

ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan

yang bersipat penyembuhan,pemulihan dan pencegahan.

Diagnosis ini terdiri atas diagnosis aktual dan diagnosis

risiko. Sedangkan diagnosis positif menujukkan bahwa klien

dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih

sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan

diagnosis promosi kesehatan (ICNP, 2015 : Standar Peraktik

Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005)

Jenis-jenis diagnosis keperawatan tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut (Carpenito, 2013 : Potter & Perry,

2013)

1) Diagnosis Aktual

Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap

kondisi,kesehatan atau proses kehidupannya yang

menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.

Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan saat di

validasi pada klien.

2) Diagnosis Risiko.
32

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat

menyebabkan klien berisiko mengalami masalah

kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan

minor pada klien,namun klien memiliki faktor risiko

mengalami maslah kesehatan.

3) Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis Ini mengambarkan adanya keinginan dan

motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya

ketingkat yang lebih baik atau optimal.

d) Proses Penegakkan Diagnosis Keperawatan

Mendiagnosis merupakan suatu proses yang

sistematis Proses penegakkan diagnosis (diagnostic

process) atau yang terdiri atas tiga tahap, yaitu analisis

data,identifikasi masalah dan perumusan diagnosis.

Proses penegakkan diagnosis diuraikn sebagai

berikut.

1. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Bandingkan data dengan nilai normal

Data-data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan

dengan nilai-nilai normal dan identifikasi tanda

garis/gejala yang bermakna (signivicant cues).


33

2. Pengelompokkan data

Tanda/gejala yang dianggap bermakna dikelompokkan

berdasarkan pola kebutuhan dasar yang meliputi

respirasi, sirkulasi, nutrisi/cairan, eliminasi,

aktivitas/istirahat, neurosensorik, reproduksi/seksualitas,

nyeri/kenyamanan, integritas, ego,

pertumbuhan/perkembangan, kebersihan diri,

penyuluhan/pembelajaran, interaksi sosial, dan

Keamanan/Proteksi.

3. Identifikasi Masalah

Setelah data dianalisis,perawat dan klien bersama-sama

mengidentifikasi masalah aktual risiko/atau promosi

kesehatan.

Pernyataan masalah kesehatan merujuk ke label

diagnosis keperawatan.

4. Perumusan Dignosis Keperawatan

Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan

dengan jenis diagnosis keperawatan. Terdapat dua

metode rumusan diagnosis, yaitu:

1) penulisan tiga bagian(three part)

metode penulisan ini terdiri atas masalah,penyebab dan

tanda/gejala. Metode penulisan ini hanya dilakukan pada

diagnosis akual dengan formulasi sebagai berikut:


34

Masalah berhubungan dengan penyebab

dibuktikan dengan tanda/gejala

Frase’berhubungan dengan’dapat disingkat b.d dan

dibuktikan dengan dapat disingkat d.d.

Masalah b.d penyebab d.d tanda/gejala

Contoh penulisan :

Bersihan jalan napas tidak epektif berhubungan dengan

spasma jalan napas dibuktian dengan batuk tidak epektif,

sputum berlebih, mengi, dispenea, gelisah.

2) Penulisan Dua Bagian (two part)

Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan

diagnosis promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai

berikut:

a) Diagnosis Risiko

Masalah dibuktikan dengan faktor resiko

Contoh penulisan diagnosis

Risiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran

menurun.

b) Diagnosis Promosi Kesehatan

Masalah dibuktikan dengan tanda/gejala

Contoh penulisan diagnosis :


35

Kesiapan peningkatan eliminasi urine dibuktikan dengan

pasien ingin meningkatkan eliminasi urine, jumlah dan

karateristik urine normal.

B. Penelitian Terkait

1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang

Dokumentasi Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap

RSUD dr.Lobkmono Hadi Kudus

Dilakukan oleh peneliti Vivin Khoirunisa, Ana Fadilah,

penelitian dilakukan pada tahun 2017, variabel independennya

Pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan, variabel

dependennya sikap perawat dalam pendokumentasian, desain

penelitian korelasi, dengan pendekatan cross sectional, teknik

pengambilan sampel Consecutive sampling, menggunakan uji

Spearman Rank, keputusan uji ada hubungan yang signifikan

antara tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi

keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan (p = 0,000 < 0,05).

2. Nurses’ Perception and Attitudes Towards Documentation In

Nursing

Dilakukan oleh Romana Petkovsek-Gregorin, Brigita Skela-

Savic, desain penelitian non-eksperimental kuantitatif, deskriptif


36

statistic, menggunakan uji Kolmogorov-Sminov, ada kotelasi negatf

antara waktu yang dibutuhkan untuk dokumentasi, dan pandangan

positif dari perawat untuk dokumentasi (p = 0,04).

3. Pengetahuan dan Sikap perawat terhadap kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah sakit H

Pada penelitian ini jenis penelitian yang di gunakan deskriptif

korelasional dengan pendekatan cross sectional, teknik

pengambilan sampel yaitu total sampling analisis bivariat

menunjukkan uji statistik dimana menggunakan uji chi-square

dengan nilai signifikan p value = 0,044 terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan perawat dengan pendokumentasian

asuhan keperawatan, sedangkan sikap perawat tidak terdapat

hubungan yang bermakna.


37

C. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.1 kerangka teori

Sikap
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar untuk memperoleh Sikap adalah evaluasi umum yang
dan meningkatkan ketrampilan di luar sistem dibuat manusia terhadap dirinya
pendidikan yang lebih mengutamakan pada sendiri, orang lain, objek atau isu.
praktek dari pada teori. (Petty, Cococpio, 1986 dalam Azwar,
2011).
Indikator pelatihan
Tingkatan sikap :
- Materi pelatih
- Metode pelatihan - - Menerima (receiving)
- Pelatih - Merespon (responding)
- Peserta pelatihan - Menghargai (valuing)
- Sarana pelatihan - Bertanggung jawab
(Rivai, 2005) (responsible)
(Notoatmojo, 2010)

Proses keperawatan adalah serangkaian tindakan Perawat adalah anggota tim dalam
yang sistematis berkesinambungan meliputi tindakan sistem pelayanan kesehatan dan
untuk mengidentifikasi masalah kesehatan individu mengambang berbagai peran dan
atau kelompok. Tahapan Proses Keperawatan : tanggung jawab (Christensen, 2009).
Pengkajian, Diagnosis keperawatan, Intervensi, Peran perawat yang utama yaitu sebagai
Implementasi, Evaluasi. (Rohmah, N dan Walid, S.
pelaksana, pengelola, pendidik dan
2009)
peneliti. (Asmadi, 2008)

SDKI :
Standar Diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penegakan diagnosis keperawatan dalam rangka
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis.
Diagnosa Keperawatan
Fisiologis Psikologis Perilaku Relasional Lingkungan
C. Kerangka konsep
Respirasi Nyeri dan Penelitian
Kebersihan diri Interaksi Keamanan
keamanan Sosial dan Proteksi
Sirkulasi Integritas ego Penyuluhan dan
pembelajaran
Nutrisi dan Pertumbuhan &
cairan perkembangan
Eliminasi
Aktivitas dan
istirahat
Neurosensori
Reproduksi dan
seksualitas
(Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
38

Menurut (Sugiono,2010). Konsep merupakan abstraksi yang

terbentuk oleh generalisasi dari komponen khusus. Karena konsep

adalah suatu abstraksi yang tidak dapat langsung diamati atau

diukur.

Sesuai judul kerangka konsep pada penelitian ini adalah

Hubungan Antara Status Pelatihan Proses Keperawatan Dengan

Sikap Perawat Tentang Penerapan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda.

Gambar 2.2 kerangka konsep

Variable independen Variable dependen

Status pelatihan proses keperawatan Sikap perawat terhadap SDKI


39

D. Pertanyaan Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul (Arikunto, 2010). Berdasarkan bentuk rumusannya

hipotesis digolongkan menjadi dua yaitu hipotesis kerja (hipotesis

alternatif) yang nantinya menyatakan ada hubungan antara variabel

x dan y, dan hipotesa nol (hipotesa statistik) yang menyatakan tidak

ada hubungan antara variabel x dan y.

1. Hipotesa Analisa (H 1)

Ada hubungan yang bermakna antara sikap perawat

terhadap penerapan Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia.

2. Hipotesa Nihil (H 0)

Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap

perawat terhadap penerapan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan untuk

mengidentifikasi hubungan antara dua variabel dalam satu waktu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini

adalah perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Inche

Abdoel Moeis Samarinda sejumlah 129 orang, ruang karang asam

31 perawat, karang mumus 29 perawat, ruang VIP 13 orang, ruang

IGD 24 perawat, ICU 16 perawat dan Poli 17 perawat.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu, Purposive

sampling. Yaitu, pengambilan sampel didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu dengan berdasarkan kriteria inklusi dan

ekslusi sebanyak 51 perawat pelaksana.

40
41

1) Kriteria Inklusi

Kriterian inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,

2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Inche Abdoel

b) Memiliki pendidikan minimal Diploma III Keperawatan

c) Perawat yang bersedia menjadi responden

2) Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriterian inklusi dari studi karena berbagai

sebeb (Nursalam, 2011). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini

adalah:

a) Perawat UGD, ICU, VIP dan perawat poli

b) Perawat yang sedang dalam masa cuti

c) Perawat yang memegang jabatan fungsional (Kepala ruangan

dan CCM).

Jumlah sampel yang didapatkan pada saat penelitian di RSUD

Inche Abdoel Moeis Samarinda adalah sebanyak 51 sampel

dan sisanya 8 sampel tidak termasuk dikarenakan 3 perawat

dari ruangan karang asam sedang cuti dan 1 perawat dari


42

ruang karang mumus sedang cuti, 4 perawat yang memegang

jabatan fungsional (kepala ruangan dan CCM).

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2019 di RSUD Aji

Batara Agung Dewa Sakti Samboja dan RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda.

D. Definisi operasional

Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen

atau alat ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang

operasional. Definisi operasional adalah uraian tentang batasan

variabel yang di maksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel

yang bersangkutan (Notoadmojo, 2012).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional
Independen : Pelatihan sebagai Lembar Pelatihan Ordinal
Status pembelajaran kuesioner data SDKI yang
Pelatihan singkat yang demografi diikuti oleh
proses dilakukan oleh dengan skala perawat di
keperawatan perawat dengan Guttman kategorikan
SDKI indikator : 1 = Pernah berdasarkan
a. Presentasi 2 = Tidak nilai :
informasi, Pernah 1.Mengikuti pel
seperti : atihan SDKI
ceramah, sebanyak = 17
diskusi, 2.Tidak mengikuti
workshop, in pelatihan SDKI
home training sebanyak = 34
b. Metode
43

simulasi, seperti
: studi kasus
c. Pelatihan On
The Job (OTJ),
seperti :
Program
orientasi dan
konseling
pembinaan,
serta dibuktikan
dengan
sertifikat atau
daftar hadir

di Rumah Sakit
Umum Daerah
Inche Abdoel
Moeis Samarinda
Dependen : Kecendrungan Lembar Data yang di Ordinal
Sikap untuk melakukan kuesioner 24 dapat
suatu tindakan item dengan berdistribusi
dalam skala Likert normal
menerapkan option sehingga
proses favourable menggunakan
dokumentasi 5 = Sangat mean :
berbasis sdki setuju 1. Positif jika
dengan indikator: 4 = Setuju jumlah skor
a.menerima 3 = Kurang ≥37. Sebanyak
b.merespon setuju 27
c.menghargai 2 = Tidak setuju 2. Negatif jika
d.bertanggung 1 = Sangat jumlah skor
jawab tidak Setuju <37. Sebanyak
Dan 24
di Rumah Sakit unfavourable :
Umum Daerah 1 = Sangat
Inche Abdoel setuju
Moeis Samarinda 2 = Setuju
3 = Kurang
setuju
4 = Tidak setuju
5 = Sangat
tidak Setuju
44

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini jenis instrumen yang digunakan adalah

angket (kusioner). Angket (kuesioner) merupakan pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya (Sugiyono,

2014). Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan sebagai

panduan melakukan penelitian adalah :

1. Data demografi

merupakan data tentang karakteristik responden. Peneliti

membuat data demografi terdiri dari 5 pertanyaan meliputi bagian A

berisi tentang : kode responden, jenis kelamin, usia, pendidikan

terakhir, lama kerja, status kepegawaian dan status keikutsertaan

SDKI.

2. Sikap

Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap berupa

kuesioner tertutup dengan pernyataan dan disertai jawaban sangat

setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Yang

terdiri dari 11 pernyataan.


45

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrument sikap

NO Indikator Nomor soal Jumlah soal

favourable unfavourable

1 Menerima 2, 18 2
(receiving)

2 Merespon 8 13, 7 3
(responding)

3 Menghargai 21 14, 22 3
(valuing)

4 Bertanggung 19, 17, 24 3


jawab
(responsible)

Total soal 11

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang

valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah (Arikunto,

2010).

Untuk mengukur validitas dalam penelitian ini, dilakukan uji

validitas dengan menggunakan pendapat ahli (expert judgment).

Setelah expert judgment dilakukan kemudian dilakukan uji validitas


46

tampilan adalah validitas yang mendasarkan penilaian terhadap

format tampilan dari alat ukur yang ada. Uji validitas yang dilakukan

pada 30 perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Aji

Batara Agung Dewa Sakti Samboja.

kuesioner dengan butir pertanyaan sikap perawat

menggunakan skala likert akan di uji validitasnya dengan metode

Pearson Product Moment, yaitu dengan mengkorelasikan skor butir

pada kuesioner totalnya.

Rumus Pearson Product Moment (r) :

r = N ¿¿

Keterangan :

r = korelasi product moment

N = jumlah responden

∑x = jumlah skor butir variable X

∑Y = jumlah skor butir variable Y

Keputusan uji :

 Bila r hitung ≥ 0,361 r table : artinya pertanyaan tersebut

valid

 Bila r hitung < 0,361 r table : artinya pertanyaan tersebut

tidak valid
47

Adapun hasil uji validitas kuesioner sikap perawat

menggunakan skala likert diperoleh hasil bahwa dari 24 butir

pernyataan terdapat 11 item pernyataan valid dengan r hitung

lebih besar dibandingkan r tabel sehingga dapat dilakukan

penelitian.

Tabel 3.3 Uji Validitas Sikap

Nomor Soal R Hitung R Tabel keputusan

1 0,309 >0,361 Item soal tidak valid

2 0,557 >0,361 Item soal valid

3 0,101 >0,361 Item soal tidak valid

4 0,203 >0,361 Item soal tidak valid

5 0,222 >0,361 Item soal tidak valid

6 0,096 >0,361 Item soal tidak valid

7 0,750 >0,361 Item soal valid

8 0,411 >0,361 Item soal valid

9 0,270 >0,361 Item soal tidak valid

10 0,352 >0,361 Item soal tidak valid

11 0,020 >0,361 Item soal tidak valid

12 0,246 >0,361 Item soal tidak valid

13 0,715 >0,361 Item soal valid

14 0,852 >0,361 Item soal valid

15 0,191 >0,361 Item soal tidak valid


48

16 0,185 >0,361 Item soal tidak valid

17 0,871 >0,361 Item soal valid

18 0,930 >0,361 Item soal valid

19 0,795 >0,361 Item soal valid

20 0,305 >0,361 Item soal tidak valid

21 0,362 >0,361 Item soal valid

22 0,655 >0,361 Item soal valid

23 0,024 >0,361 Item soal tidak valid

24 0,535 >0,361 Item soal valid

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan 11 soal dengan r tabel

≥ 0,361, maka dikatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah adanya suatu kesamaan hasil

apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang berbeda ataupu waktu

yang berbeda (Nursalam, 2012). Reabilitas menunjukan pada suatu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik (Arikunto, 2010).

Uji realibilitas untuk kuisiner sikap tentang penerapan diagnosis

keperawatan berbasis SDKI menggunakan skala Likert, serta uji KR-


49

21 adalah menggunakan uji reabilitas yang digunakan Alpa

Cronbach (Arikunto, 2010) sebagai berikut :

keputusan uji :

- Bila r hitung ≥ konstanta 0,60 maka pernyataan reliable

- Bila r hitung ≤ konstanta 0,60 maka pernyataan tidak reliable

Adapun hasil uji reliabilitas kuesioner diperoleh bahwa kuesioner

sikap (r = 0,844) dimana r hitung lebih besar dari konstanta (0,60)

sehingga kuesioner adalah reliablel atau handal untuk digunakan

dalam penelitian.

3. Uji Normalitas data

Pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Sminov.

Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan nilai signifikan 0,200 ≥

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi

normal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini menggunakan sumber Sekunder.

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2014). Dengan cara

melakukan wawancara kepada perwakilan perawat dan kepala

ruangan dalam suatu ruang rawat inap.


50

Data primer adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara

langsung pada saat berlangsungnya penelitian (Arikunto, 2010).

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

kuesioner yang berisi tentang data demografi dan sikap.

H. Teknik Analisa Data

Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan pengelolahan

data. Langkah-langkah pengelolahan data pada penelitian ini

menurut Notoatmodjo (2012) terdiri dari :

1. Editing (Penyuntingan data)

Hasil wawancara dan kuesioner harus dilakukan editing

(penyuntingan) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner.

2. Conding Sheet (Membuat Lembar Kode)

Setelah kuesioner disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean”

atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

1). Sikap memiliki dua item, yaitu dengan 1 (positif), 2 (negativ)

37 – 100 koding 1 (positif)

1 – 36 koding 2 (negatif)
51

2). Status pelatihan proses keperawatan SDKI memiliki dua item

pernyataan pernah mengikuti pelatihan SDKI dan tidak pernah

mengikuti pelatihan SDKI yaitu dengan :

Pernah koding (1)

Tidak pernah koding (2)

3. Data Entry (Memasukan Data) atau Processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam

program atau software komputer. Software komputer ini

bermacam-macam, masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Salah satu paket program yang paling sering

digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program c

komputer pengolahan data. Apabila semua data dari setiap sumber

data atau responden selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

4. Tabulating

Tabulating adalah proses membuat tabel-tabel data sesuai

tujuan penelitian atau keinginan peneliti. Dengan memasukkan data

ke tabel akan memudahkan dalam menganalisis data.

5. Cleaning
52

Cleaning merupakan pemeriksaan kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

Adapun cara membersihkan data, yaitu sebagai berikut :

a. Mengetahui missing data (data yang hilang) :

untuk mengetahui data yang hilang (missing) dapat

dilakukan dengan membuat distribusi frekuensi masing-masing

variabel.

b. Mengetahui variasi data

Dengan melihat variasi data dapat dideteksi apakah data

yang dimasukkan benar atau salah. Cara mendeteksi dengan

membuat distribusi masing-masing variabel dengan

memasukkan data menggunakan kode.

c. Mengetahui konsistensi data

Cara untuk mengetahui adanya ketidak konsistenan data

dapat dilakukan dengan cara menghubungkan dua variabel.

Analisa data dilakukan untuk mempermudah interpretasi

dan mengunci hipotesis yaitu ada atau tidak adanya Hubungan

Antara Status Pelatihan Proses Keperawatan Dengan Sikap

Perawat Tentang Penerapan Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda


53

Analisa terhadap hasil pengolahan data dapat berbentuk

sebagai berikut :

a) Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilakukan tiap variable dari

hasil penelitian.Pada umumnya dalam analisa ini hanya

menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap

variable. Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik, masing-masing

variable yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Rumus untuk mendapatkan presentase yang dicari

adalah (Arikunto, 2010) :

F
P= x 100%
n

Keterangan :

P = presentase yang dicari

F = frekuensi sample untuk setiap pertanyaan

n = jumlah keseluruhan untuk setiap pertanyaan

b) Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan

variabel independen yaitu sikap perawat, dengan variabel

dependen status keikutsertaan SDKI. Uji statistik yang digunakan

adalah chi square, karena syarat uji terpenuhi bentuk tabel


54

kontingensi 2x2 dan expected count lebih dari 5. Yaitu dengan

rumus sebagai berikut :

( fo− fh ) 2
X =∑2
fh
Keterangan :

X2 : Chi kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : Frekuensi yang diharapkan.

Adapun hasil uji tidak ada hubungan antara status pelatihan

proses keperawatan dengan sikap perawat tentang penerapan

standar diagnosis keperawatan Indonesia yaitu p-value > 0,05

atau H0 diterima yaitu 0,137.

G. Etika Penelitian

Menurut Dharma (2011) mengemukakan secara umum terdapat

empat prinsip utama dalam etik penelitian keperawatan yaitu :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity). Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan menentukan

pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy) . pelaksanaan

informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai

subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap

dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan penelitian.


55

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respectfor privacy

andconfidentiality). Manusia sebagai subjek penelitian memiliki

privasi dan hak asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi.

Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas

seperti nama dan alamat subjek diganti dengan kode tertentu.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice

inclusiveness). Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung

makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-

hati, dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip

keadilan mengandung makna bahwa peneliti memberikan

keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaan dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harmand benefits). Prinsip ini mengandung makna

bahwa peneliti harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-

besarnya bagi subjek penelitian dan populasi di mana hasil

penelitian akan diterapkan (beneficience). Kemudian meminimalisir

resiko atau dampak yang merugikan bagi subjek penelitian

(normaleficience). Prinsip ini yang harus diperhatikan oleh peneliti

ketika mengajukan usulan peneliti untuk mendapatkan persetujuan

etik dari komite etik penelitian.


56

H. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yang terdiri dari

tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan tahap analisa data.

1. Tahap Persiapan

Hal yang pertama yang dilakukan peneliti ialah mengidentifikasi

tempat penelitian dan populasi target. Sebelum melakukan

pengumpulan data, peneliti mengajukan judul penelitian kepada

pembimbing hingga judul disetujui oleh pembimbing. Kemudian,

peneliti melanjutkan penyusunan proposal (Bab I, II, dan III) dan

mendapat bimbingan dari pembimbing. Namun, sementara itu peneliti

juga melakukan pengambilan data bersifat sekunder untuk

mendapatkan data, yang RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda..

2. Tahap Pengumpulan Data

Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data yang bersifat

sekunder untuk mendapatkan sebuah data, yang bertujuan untuk

melakukan penelitan di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda.

Setelah itu, peneliti mengumpulkan data dengan suatu alat ukur

pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti berupa kuesioner

untuk data primer dan rekam medik untuk data sekunder.

3. Tahap Analisis Data

Setelah data terkumpul semua dari responden, peneliti melakukan

pengecekan ulang terhadap data-data yang didapatkan, sehingga


57

data yang didapatkan dapat diikutsertakan dalam kegiatan analisis

data. Setelah data dilihat layak untuk diikutsertakan dalam kegiatan

analisa data, tahap berikutnya adalah melakukan pemberian coding

dan scoring kemudian data dikategorikan sesuai dengan kategori

yang ditetapkan oleh peneliti. Setelah data didapatkan kemudian

dilakukan analisa data dengan menggunakan jasa bantuan program

software komputer, sehingga didapatkan nilai hubungan atau

asosiasi dari data tersebut.

I. Jadwal Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melewati tahapan-tahapan

yang akan dilakukan. Adapun tahapan tersebut dari persiapan,

pelaksanaan sampai hasil. Penelitian dilakukan pada bulan januari

2019 sampai februari 2019.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini peneliti memaparkan hasil penelitian tentang Hubungan

Antara Status Pelatihan Proses Keperawatan Dengan Sikap Perawat

Tentang Penerapan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD

Inche Abdoel Moeis Samarinda.

Penelitian ini telah dilaksanakan 13 – 20 Februari 2019 dengan jumlah

responden sebanyak 51 orang perawat pelaksana di ruang rawat inap.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan disajikan berupa tabel. Hasil

penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel serta penjelasannya yang

didasarkan pada karakteristik responden, analisis univariat dan bivariat.

A. Gambaran Tempat Penelitian

Rumah sakit umum daerah (RSUD) I.A. MOEIS adalah sebuah rumah

sakit milik pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Kalimantan

Timur yang berlokasi di Jalan HAMM Rifadin, samarinda seberang,

kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda. Nama rumah sakit ini diambil dari

nama Gubernur Kalimantan Timur definitif pertama, yakni Inche Abdoel

Moeis. Yang dibangun pada awal 2006 diwilayah samarinda sebrang.

Dioperasikan oleh pemerintah kota Samarinda pada tanggal 24 Januari 2007

di awali dengan pelayanan unit gawat darurat dan poliklinik rawat jalan

58
59

dengan kualifikasi kelas C terletak diatas tanah seluas 12,4 Ha, dengan

bangunan 12.175,06 m2. Pembukaan secara resmi dilakukan oleh bapak

walikota 1 September 2007.

Otonomi daeraah merupakan merupakan hak, wewenang dan

kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dengan dikeluarkan PERDA Kota

Samarinda No. 02 Tahun 2004 tentang kewenangan Kota Samarinda dalam

pelaksanaan otonomi daerah (LD Tahun 2004 Nomor 02 seri D Nomor 02).

Sejak berlakunya otonomi daerah pada awal tahun 2001 di Negara kesatuan

Republik Indonesia, memberikan dampak yang sangat besar terhadap

keuangan daerah dan pembangunan daerah serta pertumbuhan ekonomi.

Wujud dari pelaksanaan otonomi daerah, dalam rangka meningkatkan

pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan di tingkat

kota samarinda, maka pemerintah kota samarinda RSUD Ince Abdul moeis

berdasarkan PERDA No 08 tahun 2007. RSUD merupakan bagian dari

perangkat daerah berupa lembaga teknis daerah sebagai unsur pendukung

tugas kepala daerah yang diberikan wewenang otonomi menyelenggarakan

pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan kewenang memberikan

pelayanan pada semua jenis penyakit dan sesuai dengan bidang manajemen

rumah sakit kelas C sesuai surat keputusan dengan memiliki fasilitas fisik 2
60

lantai yang memadai dengan kapasitas 112 tempat tidur disertai Billing

system dan SMS bagi pasien yang ingin informasi apa saja tentang RSUD I.A

Moeis Samarinda.

B. Hasil Analisa Data

1. Analisa Univariat Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

No Item frekuensi Presentase (%)


1 Jenis kelamin
1. Laki-laki 11 21,6
2. perempuan 40 78,4
Jumlah 51 100
2 Umur
1. 17-25 7 13,6
2. 26-35 34 66,7
3. 36-45 10 19,6
Jumlah 51 100
3 Pendidikan terakhir
1. D3 Keperawatan 43 84,3
2. D4 keperawatan 2 3,9
3. S1 keperawatan 1 2,0
4. S1 Kep + Ners 5 9,8
Jumlah 51 100
4 Masa kerja
1. < 3 tahun 14 27,5
2. > 3 tahun 37 72,5
Jumlah 51 100
5 Status kepegawaian
1. PNS 8 15,7
2. Honorer 43 84,3
jumlah 51 100
6 Status pelatihan SDKI
1. Pernah 17 33,3
2. Tidak pernah 34 66,7
Jumlah 51 100

Sumber : Data Primer 2019


61

Berdasarkan tabel 4.1 dimana didapatkan data bahwa perawat

di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda sebagian besar

perempuan yaitu 40 (78,4%) responden. Pada rentang umur 25-35

tahun atau dewasa awal sebanyak 34 (66,7%) dengan pendidikan

terbanyak D3 Keperawatan sebanyak 43 (84,3%) responden,

adapun untuk masa kerja terbanyak ≥ 3 tahun sebanyak 37 (72,5%)

responden, status kepegawaian Honorer sebanyak 43 (84,3%)

responden dan sebagian besar status pelatihan proses

keperawatan tidak pernah mengikuti pelatihan SDKI sebanyak 34

(66,7%).

2. Analisis univariat variabel dependen

a. (Sikap perawat)

Distribusi statistik Sikap perawat tentang pelatihan SDKI di

instalansi rawat inap (non intensif) RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan Sikap perawat di RSUD

Inche Abdoel Moeis Samarinda

No Sikap perawat Frekuensi Presentase (%)

1 Positif 27 52.9%

2 Negatif 24 47.1%

Total 51 100%

Sumber : Data primer 2019


62

Pada data diatas dapat dilhat bahwa sikap perawat dengan sikap positif

sebanyak 27 orang (52.9%) dan dengan sikap negative sebanyak 24

orang (47.1%).

3. Analisa Bivariat

Setelah melakukan analisis data secara univariat, selanjutnya

dilakukan analisis data secara bivariat untuk mengidentifikasi

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,

dengan menggunakan uji Chi Square.

Hasil analisis bivariat mengenai Hubungan antara status

pelatihan proses keperawatan dengan sikap perawat tentang

penerapan standar diagnosis keperawatan Indonesia di RSUD

Inche Abdoel Moeis Samarinda di dapatkan berdasarkan analisa

dengan menggunakan software komputer pada uji statistik yang

dimana menggunakan uji Chi Square. Karena nilai signifikan p value

= 0,137 dimana nilai ini lebih besar dari nilai yang dipakai dengan

artian p-value = 0,137 > α 0,05 sehingga H0 diterima yaitu Tidak

ada hubungan antara status pelatihan proses keperawatan dengan

sikap perawat tentang penerapan standar diagnosis Keperawatan

Indonesia di RSUD Inche Abdoel Samarinda.


63

Tabel 4.3
Hubungan Antara Status Pelatihan Proses Keperawatan Dengan Sikap
Perawat Dalam Menerapkan Standar Diagnosis eperawatan Indonesia
di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda
Status pelatihan SDKI
Jumlah
P OR
Sikap
Pernah Tidak pernah valeu (95% CI)

n % n % n %

Positif 12 44,4% 15 56,6% 27 100

Negatif 5 20,8% 19 79,2% 24 100 3,040


0,137 (0,877 –
10,544)

Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diperoleh hasil analisis dimana terdapat 51

(100%) responden dimana yang memiliki sikap positif 27 orang (100%),

dimana responden yang pernah mengikuti pelatihan SDKI 12 (44,4%) dan

responden tidak pernah mengikuti pelatihan SDKI sebanyak 15 (56,6%)

responden. Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak

24 (100%) responden, dimana responden yang pernah mengikuti pelatihan

SDKI 5 (20,8%) responden dan responden yang tidak pernah mengikuti

pelatihan SDKI sebanyak 19 (79,2%) responden.

Hasi uji statistic dengan menggunakan perangkat SPSS yakni

menggunakan uji Chi Square diperoleh hasil 0,137 > α 0,05, sehingga Ho

diterima yaitu tidak ada hubungan antara status pelatihan proses

keperawatan dengan sikap perawat tentang penerapan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Samarinda. Serta terdapat

OR (95%CI) 3,040 (0,877-10,544), maknanya perawat yang pernah


64

mengikuti pelatihan berpeluang 3x bersikap positif dibandingkan yang tidak

pernah.

C. Pembahasan

Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasilnya, maka ada

beberapa hal yang akan dibahas, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

Pada pembahasan ini menjelaskan tentang hasil penelitian serta

membandingkan dengan teori atau penelitian terkait, mendiskusikan hasil

penelitian yang telah diuraikan, menjelaskan keterbatasan penelitian dan

implikasi penelitian untuk keperawatan. Berikut adalah pembahasan dari

masing-masing analisa univariat dan bivariat yang diperoleh dari hasil analisa

data diatas.

1. Karakteristik dan Responden

a. Jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden penelitian di

dominasi oleh perawat perempuan, yaitu sebanyak 40 responden

(78,4%). Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas responden

berjenis kelamin perempuan. Serta responden laki-laki sebanyak 11

orang (21,6%). Sehingga distribusi perawat dengan jenis kelamin

perempuan lebih dominan.

Menurut Friedman & Shustack (2008), terdapat suatu perlakuan

yang tidak konsisten antara laki-laki dan perempuan, hal ini

dikarenakan setiap individu cenderung mengubah nilai pekerjaannya

sebagai hasil pengalaman yang didapatkan selama bekerja. Laki-laki


65

dan perempuan mempunyai peluang yang sama dalam melakukan

suatu pekerjaan dengan baik karena dipengaruhi oleh pengalaman

masing-masing.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh I D

Nurseto (2014), yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 27 orang (49,1%).

Menunjukkan dokumentasi asuhan keperawatan yang lengkap

sebagian besar dibuat oleh responden dengan jenis kelamin

perempuan, dimana dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

antara jenis kelamin terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa responden

dengan jenis kelamin perempuan, menunjukkan bahwa dalam praktik

pendokumentasian keperawatan lebih baik perawat perempuan dari

pada perawat laki-laki. Sehingga dalam sikap perawat perempuan lebih

unggul dalam mengambil tindakan dalam pendokumentasian diagnosis

keperawatan. Dan seperti sabda Rasalullulah sallahu’alaihi wasallam,

“Diantara dekatnya hari kiamat adalah sedikitnya ilmu (tentang Ad-

Dien), merajalelanya kebodohan dan perzinahan dan sedikitnya kaum

laki-laki sehingga lima puluh orang wanita hanya terdapat satu orang

pengurus(laki-laki) saja” HR.Al-Bukhari no 81-tartib maktabah sahib,

muslim no 2671 dan At-Tarmidzi no 2205.

Oleh karena itu, disarankan untuk perawat dalam mengambil

pendiagnosisan menggunaan sikap positif/baik, oleh seluruh perawat


66

baik laki-laki maupun perempuan. Dimana untuk perawat laki-laki

walaupun minoritas harus didentifikasi dan diorientasian serta dilibatkan

dalam tinjauan dalam mengambil keputusan serta sikap yang baik

untuk pendiagnosaan keperawatan. Antara perawat laki-laki dan

perempuan juga diatur sedemiian rupa agar timbul suatu pemahaman

bahwa tindakan penulisan diagnosa harus dilaksanakan dan

merupakan tugas penting dari pekerjaan perawat.

b. Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden penelitian

terbanyak adalah responden yang berusia 26-35 tahun, yaitu sebanyak

34 responden (66,7%). Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas

responden dalam usia dewasa awal. Serta yang berusia antara 17-25

tahun sebanyak 7 responden (13,7%) dan yang berusia 36-45 tahun

sebanyak 10 responden (19,6%). Sehingga distribusi perawat dengan

usia produktif masih banyak.

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

pada aspek psikis dan psikologis. Adapun menurut Suhardi (2009), usia

merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu

benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan L.M Harmain

Siswanto (2013), 30 tahun ke atas idealnya bahwa sesuai dengan data

hasil penelitiannya merupakan termasuk umur kategori dewasa

menengah. Pada usia tersebut produktivitas seseorang akan meningkat

karena termasuk fase masa tenang dan fase keberhasilan. Secara


67

statistic tidak ada hubungan antara umur dengan kelengkapan

pendokumentasian. Hal ini bisa dapat disebabkan karena penilaian

studi dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan peneliti bukan

merupakan penilaian pendokumentasian individu melainkan penilaian

dokumentasi asuhan keperawatan secara kelompok dilakukan dengan

alas an bahwa pelaksanaan pendokumentasian di ruangan dilakukan

secara bersama-sama dan merupakan hasil kerja kelompok. Hal ini

mengakibatkan hasil nilai rat-rata pendokumentasian kelompok menjadi

tidak ada hubungannya dengan umur individu itu sendiri.

Melihat hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa usia

respondenpada penelitian ini berdasarkan perhitungan usia yang

dimulai dari saat kelahiran sampaidengan waktu perhitungan umur,

dimana sebagian besar termasuk pada umur 26-35 tahun. Semakin

berumur atau dewasa seseorang maka pengalaman dan sikap yang

didapat semakin banyak sehingga semakin mengetahui dalam

penulisan pendiagnosisan. Begitu pula sebaliknya semakin muda

seseorang maka pengalaman dan sikap dalam bertindak kurang

mengenai dalam penulisan pendiagnosisan. Oleh karena itu,

disarankan untuk perawat dengan usia relatif muda perlu mendapatkan

pelatihan khususnya dalam penulisan diagnosa agar lebih terstandar

sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

c. Pendidikan terakhir

Hasil penilitian menunjukkan bahwa responden terbanyak

dengan pendidikan terakhir D3 Keperawatan sebanyak 43 orang


68

( 84,3%). Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas responden

pendidikan terakhir D3. Hal ini mempengaruhi pengetahuan yang

dimiliki perawat, sehingga tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pengetahuan yang dimiliki

Nursalam (2012) mengatakan, semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin baik pula kinerja seseorang.pendidikan juga dapat

menentukan seberapa besar pengetahuan yang perawat miliki, semakin

tinggi pendidikan menentukan sikap perawat dalam mengambil

keputusan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri

(2013), yang menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan

DIII Keperawatan yaitu sebesar 84 orang (96,6%), yang terlibat dalam

kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat

inap Denpasar, dimana terdapat hubungan antara pendidikan terakhir

dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa responden

pada penelitian ini berdasarkan pendidikan terakhir, dimana sebagian

besar responden berpendidikan terakhir DIII. Semakin tinggi pendidikan

seseorang menentukan bagaimana sikapnya.

Oleh karena itu, disarankan untuk perawat yang memiliki

pendidikan terakhir DIII untuk dapat aktif juga dalam sosialisasi atau

dalam keikutsertaan dalam pelatihan SDKI dan untuk yang

berpendiidikan lebih dari DIII serta sudah mengikuti pelatihan SDKI

untuk memberikan bimbingan tentang SDKI tersebut.

d. Masa kerja
69

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar

memiliki masa kerja lebih dari 3 tahun sebanyak 37 orang (72,5%) dan

masa kerja kurang dari 3 tahun sebanyak 14 orang (27,5%). Sehingga

dapat dikatakan bahwa mayoritas responden masa kerja lebih dari 3

tahun.

Menurut Robins (2006), yang menyatakan produktivitas kerja

karyawan tidak sepenuhnya bisa dilihat dari tingkat senioritas akan tetapi

semakin lama masa kerja seseorang maka akan semakin kecil

kemungkinan orang tersebut berindah pekerjaan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Lusianah (2008) setiap

penambahan masa kerja 1 (satu) tahun maka kualitas dokumentasi

proses keperawatan akan mengalami peningkatan sebesar 0,091 setelah

dikontrol oleh kebutuhan afiliasi, kebutuhan berpretasi, supervisi,

pendidikan pengetahuan dan pelatihan. Dimana pada penelitian ini ada

hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa masa kerja

dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang, sehingga semakin

lama bekerja diharapkan seseorang memiliki pengalaman, pengetahuan

dan ketrampilan kerja yang semakin banyak yang dapat membantu

perawat dalam penulisan pendiagnosaan keperawatan.

e. Status kepegawaian

Berdasarkan data status kepegawaian sebagian besar pegawai

honorer sebanyak 43 orang (84,3%), dan pegawai PNS sebanyak 8 orang


70

(15,7%). Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas responden dengan

status kepegawaian honorer.

Rivai dan Mulyadi (2010), menyatakan bahwa dalam suatu

lembaga atau perusahaan atau yang lebih umum disebut dunia

kepegawaian tidak semua pekerja atau pegawai mempunyai status

kepegawaian yang sama, sehingga muncul hak maupun kewajiban yang

berbeda-beda pula.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bara M

(2014), status kepegawaian yang berstatus non PNS 66,7% sudah

melakukan pendokumentasian dengan baik yang berstatus Non PNS

50,6% sudah melakukan pendokumentasian dengan baik, nilai p sebesar

0,5867 > 0,05 artinya tidak ada hubungan status kepegawaian dengan

kegiatan pendokumentasian. Dalam hal ini perawat non PNS dapat

bertahan dengan dengan harapan akan menjadi PNS, kebijakan ini

menjadikan perawat pelaksana lebih berpengalaman dengan dilihat dari

lamanya ia bekerja sebagai perawat pelaksana.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa perawat

dengan status kepegawaian honorer akan lebih giat lagi dalam bekerja.

Dimana dengan adanya keinginan untuk menaikan status pekerjaan

membuat perawat tersebut lebih termotivasi untuk meningkatkan

kinerjanya, dikarenakan kinerja merupakan aspek penilaian utama untuk

dapat menjadi PNS.

2. Analisa Univariat

a. Status pelatihan proses keperawatan


71

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran status

pelatihan proses keperawatan mengenai pelatihan SDKI di RSUD

Inche Abdoel Moeis Samarinda sebagian besar , yaitu Pada data

diatas dapat dilihat bahwa perawat yang tidak mengikuti pelatihan

SDKI sebanyak 34 orang (66.7%) dan yang pernah mengikuti pelatihan

SDKI sebanyak 17 orang (33.3%). Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fitra Yeni (2014) yang menunjukkan

adanya pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap dokumentasi

keperawatan (p<0.05), dimana nilai rata-rata dokumentasi asuhan

keperawatan setelah pelatihan meningkat dari 4,72 menjadi 8,63.

Dampak pelatihan masih bermakna setelah tiga bulan berikutnya

karena nilai rata-rata dokumentasi auhan keperawatan lebih tinggi

dibandingkan sebelum pelatihan, yaitu 8,21.

Pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka

meningkatkan kinerja, profesionalisme dan atau menunjang karier

tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Daryanto

& Bintoro, 2014). Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki

penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja

tertentu, terinci dan rutin.

Dengan pelatihan dapat mengembangkan perawat bekerja

secara efektif dan efesien, termasuk meningkatkan kemampuan dalam

proses pendokumentasian keperawatan, serta dengan pelatihan SDKI

dapat meningkatkan mutu standar diagnosa keperawatan.

Melihat hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa responden yang

belum pernah mengikuti pelatihan Standar Diagnosis Keperawatan


72

Indonesia belum bisa di terapkan di dokumentasi keperawatan

terutama di diagnosisnya, baik yang sudah pernah mengikuti pelatihan

tidak bisa diterapkan dikarenakan juga dari pihak Rumah Sakit juga

belum menerapkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia serta

yang mengikuti pelatihan SDKI masih minim.

b. Sikap perawat

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran sikap perawat

dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD Abdoel

Moeis Samarinda sebagian besar bersikap positif dalam

pendiagnosisan yaitu 27 responden (52,9%), dan terdapat 24

responden (47,1%) masuk dalam kategori memiliki sikap negatif dalam

pendiagnosisan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah

keseluruhan responden yang bersikap positif terhadap diagnosis lebih

banyak dibandingkan dengan yang bersikap negatif terhadap

diagnosis. Hal ini sejalan dengan penelitian Dwi Nuryani, Rr Tutik Sri

Haryati (2014) yang menunjukkan data bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara sikap perawat dengan kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap Mawar,

Melati dan Jantung RS H.

Sikap merupakan faktor penting bagi seseorang dalam

mengambil keputusan, tindakan setelah dilakukan pelatihan SDKI

apakah diterapkan atau tidak di pendokumentasian keperawatan

termasuk pada pendiagnosisan keperawatan.

Seperti teori yang dikemukakan oleh Newcomb menyatakan

bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan


73

bukan pelaksanaan dari motif tertentu (Fitriani, 2011). Serta menurut

Maulana (2011), sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan

dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang

perkembangan individu.hal ini akan mempengaruhi perubahan perilaku

perawat, sehingga dengan sikap yang baik maka akan dapat

melaksanakan pendokumentasian diagnosis sesuai dengan Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Melihat hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa responden

dengan sikap yang baik cenderung akan melakukan pendiagnosisan

sesuai standar. Oleh karena itu, manajemen RSUD Inche Abdoel

Moeis Samarinda diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

perawat dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, serta

memberikan pelatihan SDKI setelah itu perawat dapat menentukan

bagaimana sikap terhadap pendiagnosisan agar terstandar dan dapat

meningkatkan mutu diagnosis keperawatan Indoensia.

3. Analisa Bivariat

Setelah melakukan analisis data secara univariat, selanjutnya

dilakukan analisis data secara bivariat untuk mengidentifikasi hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan

menggunakan uji Chi Square.

Hasil analisis bivariat mengenai Hubungan antara status pelatihan

proses keperawatan dengan sikap perawat tentang penerapan standar

diagnosis keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda di dapatkan berdasarkan analisa dengan menggunakan

software komputer pada uji statistik yang dimana menggunakan Chi


74

Square. Karena nilai signifikan p value = 0,137 dimana nilai ini lebih

besar dari nilai yang dipakai dengan artian p-value = 0,137 > α 0,05

sehingga H0 diterima yaitu Tidak ada hubungan antara status

pelatihan proses keperawatan dengan sikap perawat tentang

penerapan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD Inche

Abdoel Samarinda.

Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai Odds Ratio (OR)= 3,040

(95% Cl 0,877-10.544), artinya maknanya perawat yang pernah

mengikuti pelatihan berpeluang 3x bersikap positif dibandingkan yang

tidak pernah.

Menurut Dessler (2013), dalam pelatihan memiliki lima tahap

meliputi menganalisis kebutuhan pelatihan, merancang keseluruhan

program pelatihan, mengembangkan & menyusun dan membuat

materi pelatihan, mengimplementasikan atau menerapkan program

pelatihan dan menilai & mengevaluasi efektivitas materi. Jadi pelatihan

dianggap sebagai pembelajaran singkat dengan bertujuan membentuk

keterampilan yang didalamnya meliputi physical skill, intellectual skill,

social skill, dan manajerial skill. System ini lebih difokuskan pada

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya

pada teori yang berkembang saat ini. Setelah dilakukan pelatihan

keperawatan berupa pelatihan Standar Diagnosis Keperawatan dapat

diharapkan proses keperawatan dapat berjalan.

Standar Diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) adalah tolak

ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penegakan diagnosis

keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang


75

aman, efektif, dan etis. Standar ini merupakan salah satu komitmen

profesi keperawatan dalam memberikan perlindungan kepada

masyarakat sebagai klien dari asuhan keperawatan yang dilakukan

oleh anggota profesi perawat. Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (SDKI) ini dalam penyusunannya telah di sesuaikan dan di

kembangkan dari standar praktik Keperawatan Indonesia yang di

keluarkan oleh PPNI tahun 2005. Dalam proses keperawatan perawat

juga harus memiliki sikap dalam menentukan diagnosa yang tepat.

Petty, Cococpio, (1986) dalam Azwar (2011), Sikap adalah

evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang

lain, objek atau isu.Dengan sikap perawat dapat menentukan tindakan

yang akan dilakukan untuk kedepannya.ni tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nuryani, Rr Tutik Sri Haryati (2014)

yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

sikap perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan diruang rawat inap Mawar, Melati dan Jantung RS. H (p-

value = 1,0 >α 0,05).

Pada penelitian ini terkait dengan hubungan antara status

pelatihan proses keperawatan dengan sikap perawat tentang

penerapan standar diagnosis keperawatan Indonesia tidak memiliki

hubungan yang bermakna. Dari hasil analisi peneliti berasumsi, bahwa

mayoritas perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel

Moeis Samarinda memiliki sikap positif/baik, namun disisi lain untuk

sikap terhadap penerapan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

masih kurang baik, hal itu dikarenakan masih banyak perawat yang
76

belum mengikuti pelatihan SDKI tersebut serta dari Rumah Sakit juga

belum menerapkan penggunaan diagnosa dengan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan rumah sakit dapat

meningkatkan sosialisasi secara menyeluruh kepada seluruh perawat

agar terlibat dalam pelatihan SDKI sehingga kedepannya diagnosa

keperawatan lebih terstandar dan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk meningkatkan dan menjaga kualitas

pendiagnosaan keperawatan.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Rancangan penelitian

Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

korelasional dengan pendekatan cross sectional dimana pengukuran

variabel baik independen maupun dependen dilakukan dalam satu

waktu yang bersamaan sehingga penelitian ini tidak dapat diketahui

hubungan sebab akibat secara langsung, tetapi hanya

menggambarkan hubungan satu arah saja antara variabel dependen

dengan independen, yaitu hubungan status pelatihan proses

keperawatan dengan sikap perawat tentang penerapan Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia.

2. Variabel penelitian

Variabel pada penelitian ini memiliki dua variabel yaitu status

proses keperawatan dan sikap perawat terhadap SDKI dengan melihat

apakah perawat pernah dilakukan pelatihan tentang SDKI.


77

3. Sampel penelitian

Sampel penelitian hanya pada ruang rawat inap karang mumus

dan karang asam di Rumah Sakit Umum Inche Abdoel Moeis

Samarinda.

4. Sumber pustaka

Keterbatasan sumber rujukan dan jurnal-jurnal yang berasal dari

penelitian masih kurang dan sangat terbatas, sehingga pembahasan

hasil penelitian ini dirasakan masih kurang


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

dalam bab IV dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran yang berkaitan

dengan penelitian tentang Hubungan Antara Status Pelatihan Proses

Keperawatan Dengan Sikap Perawat Tentang Penerapan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda. Maka

peneliti menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Karakteristik responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dominan berjenis kelamin

perempuan, 26-35 tahun atau dewasa awal lebih dominan, dan

pedidikan terbanyak pada DIII keperawatan, adapun untuk masa kerja

yang terbanyak yaitu lebih dari 3 tahun dan status kepegawaian

honorer yang terbanyak.

2. Hasil penelitian menunjukkan status pelatihan SDKI lebih banyak

perawat yang terlibat dalam penelitian ini belum pernah mengikuti

pelatihan SDKI.

3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran sikap perawat

mengenai status pelatihan SDKI di RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda sebagian besar bersikap positif/baik.


78

4. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square disimpulkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara status pelatihan proses

keperawatan dengan sikap perawat tentang penerapan Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda.

B. Saran

1. Bagi Perawat

Diharapkan perawat dapat menggali ilmu pengetahuan perawat

dengan mengikuti pelatihan atau sosialisasi seputar SDKI dan

modifikasi dengan Nanda, Komite dapat menetapkan SPO SDKI.

2. Bagi Rumah Sakit

Diklat memberikan pelatihan SDKI bagi perawat yang belum pernah

mengikuti pelatihan dan buat Komite Keperawatan ditetapkan SPOnya,

karena ini sesuai penulisan diagnosa, serta dapat meningkatkan mutu

dengan ketepatan penggunaan SDKI.

3. Bagi institusi pendidikan kesehatan

Bagi pendidikan yang belum menetapkan SDKI bisa mengajuarkan

SDKI disamping NANDA.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti yang akan datang dapat lebih mengembangkan penelitian

yang lebih mendalam, seperti Pengaruh Pelatihan Dengan Ketepatan


79

Menetapkan Diagnosis atau Perbedaan Ketepatan Menggunakan

SDKI Antara Perawat Yang Ikut Pelatihan Dengan Yang Tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Riyanto dan Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner

Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bara M, Suryati B (2014). Hubungan motivasi perawat dengan

pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap

RSUD Pasar Rebo.

Jurnal Health Quality

Christensen. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual.

Ed.4. Jakarta: EGC.

Dahlan, Sopiyudin M. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan

Sampel. Jakarta: Salemba Medika.

Dessler, G. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Indeks.

Dessler, G. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Salemba empat.
80

Dewan pengurus pusat Persatuan perawat Nasional Indonesia (2016)

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1. : Jagakarsa,

Jakarta Selatan.

Dr. Sutrisno Badri, M.Sc (2012) Metode Statistika untuk penelitian

kuantitatif yogyakarta : Ombak.

Dwi Nuryani, Rr. Tutik Sri Hariyati (2014). Pengetahuan dan sikap

perawat terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di

Rumah Sakit H.

Jurnal Keperawatan

Endang Epi Sri Sumarni dkk (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan

Dan Sikap Perawat Tentang Pemberian Obat Terhadap Tindakan

Pendokumentasian Keperawatan.

Jurnal keperawatan

Fitra Yeni (2014). Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap

dokumentasi asuhan keperawatan di Puskesmas Kabupaten Agam Propinsi

Sumatera Barat.

Jurnal Keperawatan

Fitriani (2011). Promosi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Friedman, H. S.& Schustack, M. W. (2008). Kepribadian Teori Klasik

dan Riset Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

HR.AL-Bukhari no 81 tartib maktabah sahib, muslim no 2671 dan AT-

Tarmidzi no 2205.

Ibnu Dwi Nurseto (2014). Pengaruh kepuasan perawat terhadap

kelengkapan doumentasi asuhan keperawatan di ruang Rawat Inap RSUD

Ambarawa.
81

Jurnal Ilmu Keperawatan dan Keperawatan

La Ode. (2012). Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi,

dan Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

L.M Harmain Siswanto (2013). Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Jurnal Keperawatan Indonesia

Kusnanto. (2004) Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: EGC.

Notoatmojo , S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Edisi

Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku

Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Nursalam, (2012). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jilid I.Jakarta : Salemba Medika.

Oktavia, N. (2015). Sistematika penulisan karya ilmiah. Edisi I cetakan

I. Yogyakarta: Deepublish.

PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC (2015) Diagnosis

Keperawatan Defisini & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10

Rivai, Veithzal, (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk

Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Robbins, S.P, (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia.

Jakarta. PT.Indeks Kelompok Gramedia.

Sudigdo Sastroasmoro (2014) Dasar-Dasar Metologi Penelitian Klinis

Jakarta : Sagung Seto.


82

Sugiyono. (2014) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta.

Supardi. (2013). Aplikasi Statistika dalam Metode Penelitian Konsep

Statistika yang lebih Komprehensif. Jakarta: Change Publication.

Supriyadi. (1993) Pendekatan Psikologi Dalam Pengukuran di Bidang

Kesehatan Jakarta: Forum Komunikasi Sosial dan Kesehatan.

Tim Pokja DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Infonesia.


LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

BIODATA PENELITI

A. Data Pribadi

Nama : Aviva Handini

Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 17 Februari 1997

Alamat Asal : PERUM GRAHA INDAH PGRI blok w. Balikpapan Utara

Alamat di Samarinda : Jl. Juanda 7 Samarinda

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan formal

1. Tamat SD tahun 2009 di SD Negeri 002 Balikpapan Barat

2. Tamat SMP tahun 2012 di MTS Negeri 1 Balikpapan Utara

3. Tamat SMA tahun 2015 di SMA Negeri 3 Balikpapan Barat


LAMPIRAN 2

Jadwal penelitian

No Se No De Fe Ma
Kegiatan Okt Jan Apr Mei
. p v s b r
Persiapan
1
(pengajuan judul)
Pengaajuan
2
proposal penelitian
3 Ujian proposal

4 Pengambilan data

5 Pengumpulan data

6 Pengolahan data

7 Analisa data
Penyusunan
laporan hasil
8
penelitian dan
pembahasan
9 Seminar hasil

10 Perbaikan laporan
LAMPIRAN 3

KUESIONER

HUBUNGAN ANTARA STATUS PELATIHAN PROSES KEPERAWATAN

DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM MENERAPKAN STANDAR DIAGNOSIS

KEPERAWATAN INDONESIA DI RSUD INCHE ABDOEL MOEIS SAMARINDA


Yang dilakukan oleh

Aviva Handini : 171111024110309

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019

PENJELASAN PENELITIAN

Samarinda, 14 februari 2019

Kepada Yth,

Bapak/ Ibu/ Sdr. Responden

Di Tempat,-

Dengan Hormat,

Kami adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) dan


dosen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) :
1. Nama : Aviva Handini
Nim : 17111024110309
Yang sedang melakukan penelitian dengan judul :

“Hubungan antara status pelatihan proses keperawatan dengan sikap perawat


dalam menerapkan standar diagnosis keperawatan indonesia di RSUD Inche Abdoel
Moeis Samarinda”.

Dengan ini mengharapkan partisipasi Bapak/ Ibu/ Sdr. Karena semua informasi yang
diberikan akan dijamin kerahasiaannya. Apabila Bapak/ Ibu/ Sdr. Bersedia menjadi
responden dan dianjurkan dengan mengisi kuisoner yang disertakan dalam lembar
ini. Demikian penjelasan penelitian ini kami sampaikan, atas perhatiannya dan
partisipasi Bapak/ Ibu/ Sdr. Saya ucapkan terimakasih.

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Samarinda, 14 februari 2019

Kepada Yth.

Bapak/ Ibu/ Saudara/ i Teman Sejawat

Di

Samarinda,-

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Aviva Handini : 17111024110309

Program Studi : Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan


Timur

Bersama ini saya mohon dengan hormat kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/ i
teman sejawat untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan kami lakukan
dengan judul : “Hubungan antara status pelatihan proses keperawatan dengan
sikap perawat dalam menerapkan standar diagnosis keperawatan indonesia di
RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Hubungan antara pelatihan proses keperawatan dengan sikap perawat dalam
menerapkan standar diagnosis keperawatan indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis
Samarinda.

Dengan ini kami mengharapkan kesediaan teman sejawat untuk turut


berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan dan
bersedia mengisi pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam kuesioner. Setiap
jawaban dari teman sejawat berikan tidak ada yang salah sepanjang mencerminkan
keadaan teman sejawat yang sebenarnya, dan akan dijamin kerahasiaannya serta
hanya akan digunakan untuk penelitian.

Demikian penjelasan peneliti ini kami sampaikan, atas perhatian dan


partisipasi BApak/ Ibu/ Saudara/ i teman sejawat semua dalam membantu
kelancaran penelitian ini. Saya ucapkan terima kasih.

Hormat
Saya,

Aviva

Handini

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar pertama saya

bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh Aviva Handini dengan judul “Hubungan antara status pelatihan
proses keperawatan dengan sikap perawat dalam menerapkan standar diagnosis

keperawatan indonesia di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda”.

Maka saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (Inisial) :

Alamatt :

Saya memahami bahwa penelitian ini akan berguna bagi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan, tidak akan berakibat negatif bagi saya dan keluarga saya
serta segala informasi yang saya berikan adalah jawaban yang sebenarnya.

Demikian penuh kesadaran saya bersedia menjadi responden dalam penelitian


ini.

Samarinda, 14 Februari 2019

Responden

( )

Hubungan antara status pelatihan proses keperawatan dengan sikap perawat

dalam menerapkan standar diagnosis keperawatan indonesia di RSUD Inche

Abdoel Moeis Samarinda

1. Kuesioner Bagian A
Petunjuk pengisian :

1. Perawat diharapkan menjawab pertanyaan yang ada

2. Menjawab setiap pertanyaan yang ada dengan tanda centang (√) pada tempat yang

disediakan

3. Bila ada tidak dimengerti bisa ditanyakan pada peneliti

a) Data demografi

1) Kode responden (diisi peneliti) :…………………….

2) Jenis kelamin :…………………….

3) Umur :…………………….

4) Pendidikan terakhir : D3 S1

S1 + Ners S2

5) Status kepegawaian : PNS Honor

6) Lama pekerjaan :
≤3 Tahun

≥3 Tahun

7) Pernah mengikuti pelatihan SDKI : Pernah Tidak Pernah

2. Lembar Kuesioner B : SIKAP

Petunjuk: berikan tanda check list (√) pada kolom jawaban yang anda pilih.

Keterangan :
- SS : Sangat setuju
- S : Setuju
- KS : Kurang setuju
- TS : Tidak setuju
- STS : Sangat tidak setuju

NO PERNYATAAN SS S KS TS STS

1. Saya sulit menerima standar


diagnosis keperawatan yang
jadi patokan untuk memberi
Asuhan Keperawatan yang
baru

2. Saya menganggap standar


diagnosa keperawatan
sesuatu yang tidak perlu di
terapkan di klinik

3. Setelah saya belajar tentang


SDKI saya ingin menerapkan
di tempat kerja

4. Berlakunya SDKI tidak akan


merubah kinerja saya selama
ini

5. Pemberlakuan standar
diagnosis tidak ada gunanya
untuk kepentingan perawat

6. Perubahan positif tentang


proses keperawatan bukan
tanggung jawab saya

7. Saya belum bisa menerima


standar diagnosis
keperawatan sebagai standar
karena memperoleh sangsi

8. Apabila terjadi kesalahan


dalam penulisan diagnosis itu
bukan tanggung jawab saya
sebagai perawat
9. Saya sangat antusias dan
menghargai bila ada pelatihan
tentang standar diagnosis
keperawatan

10. Perubahan standar diagnosis


keperawatan tidak memiliki
makna klinis yang signifikan

11. Setelah dilatih mutu askep


terutama pendiagnosisan
tetap menjadi tanggung jawab
atasan saya

LAMPIRAN 4
Statistics
SIKAP Perawat

N Valid 51

Missing 0
Mean 37.00
Median 38.00
Std. Deviation 7.065
Uji Validitas

Nomor Soal R hitung Syarat Ket

1 0,309 >0,361 Item soal tidak valid

2 0,557 >0,361 Item soal valid

3 0,101 >0,361 Item soal tidak valid

4 0,203 >0,361 Item soal tidak valid

5 0,222 >0,361 Item soal tidak valid


Reliability
6 0,096 >0,361 Item soal tidak valid

7 0,750 >0,361 Item soal valid

8 0,411 >0,361 Item soal valid

9 0,270 >0,361 Item soal tidak valid

10 0,352 >0,361 Item soal tidak valid

11 0,020 >0,361 Item soal tidak valid

12 0,246 >0,361 Item soal tidak valid

13 0,715 >0,361 Item soal valid

14 0,852 >0,361 Item soal valid

15 0,191 >0,361 Item soal tidak valid

16 0,185 >0,361 Item soal tidak valid

17 0,871 >0,361 Item soal valid

18 0,930 >0,361 Item soal valid

19 0,795 >0,361 Item soal valid

20 0,305 >0,361 Item soal tidak valid

21 0,362 >0,361 Item soal valid

22 0,655 >0,361 Item soal valid

23 0,024 >0,361 Item soal tidak valid

24 0,535 >0,361 Item soal valid


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.844 24

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha

Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

SOAL1 85.2000 63.338 .234 .844

SOAL2 86.0667 58.202 .464 .836

SOAL3 85.3333 65.747 .062 .846

SOAL4 85.2333 65.151 .161 .845

SOAL5 85.3000 65.321 .192 .844

SOAL6 85.2667 65.789 .059 .846

SOAL7 85.6667 54.092 .681 .824

SOAL8 85.2333 63.978 .375 .841

SOAL9 86.0667 62.892 .157 .851

SOAL10 85.2667 63.651 .299 .842

SOAL11 85.3000 66.424 -.065 .849

SOAL12 87.0333 63.826 .162 .847

SOAL13 86.3333 55.885 .649 .827

SOAL14 85.6333 53.551 .813 .818

SOAL15 85.4667 65.085 .142 .845

SOAL16 85.1667 65.109 .137 .845

SOAL17 85.8333 52.902 .836 .816

SOAL18 85.7667 52.875 .877 .814


SOAL19 85.9333 54.754 .699 .824

SOAL20 85.3000 64.493 .263 .843

SOAL21 85.0667 63.306 .303 .842

SOAL22 86.1667 57.868 .589 .830

SOAL23 85.2333 66.530 -.077 .850

SOAL24 86.5667 57.633 .425 .839

LAMPIRAN 5

Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 51
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation 7.03368741
Most Extreme Differences Absolute .081
Positive .081
Negative -.068
Test Statistic .081
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

LAMPIRAN 6

Output univariat
jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 11 21.6 21.6 21.6

perempuan 40 78.4 78.4 100.0

Total 51 100.0 100.0

usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25 7 13.7 13.7 13.7

26-35 34 66.7 66.7 80.4

36-45 10 19.6 19.6 100.0

Total 51 100.0 100.0

pendidikan terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 43 84.3 84.3 84.3

D4 2 3.9 3.9 88.2

S1 1 2.0 2.0 90.2

S1+Ners 5 9.8 9.8 100.0

Total 51 100.0 100.0

Masa kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ≤3 tahun 14 27.5 27.5 27.5


≥ 3 tahun 37 72.5 72.5 100.0

Total 51 100.0 100.0

status kepegawaian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 8 15.7 15.7 15.7

Honorer 43 84.3 84.3 100.0

Total 51 100.0 100.0

Output Bivariat

STATUS PELATIHAN SDKI * SIKAP PERAWAT Crosstabulation

Total

STATUS PELATIHAN PERNAH Count


17
SDKI
Expected Count
17.0

% within STATUS
100.0%
PELATIHAN SDKI

% within SIKAP
33.3%
PERAWAT

% of Total
33.3%

TIDAK Count
34
PERNAH
Expected Count
34.0

% within STATUS
100.0%
PELATIHAN SDKI

% within SIKAP
66.7%
PERAWAT

% of Total
66.7%

Total Count
51

Expected Count
51.0

% within STATUS
100.0%
PELATIHAN SDKI
% within SIKAP
100.0%
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 10
LAMPIRAN 11
LAMPIRAN 12

Anda mungkin juga menyukai