Anda di halaman 1dari 44

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

Dosen Pengampuh : Nurdin,S.Kep,Ns.,M.Kep

“Tension pneumothoraks”

OLEH :

Kelompok 5

Nama NIM
Nur Wahyuni. A (P201701123)
Khofifa Najwati Rasyid (P201701126)
Fitri Hidayati (P201701109)
Meilisa (P201601064)
Jaelani la utu (P201802054)

J3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA


KENDARI
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Tension Pneumothoraks” dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Nurdin,S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Kritis yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Tension Pneumothoraks” Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Kendari, 7 Desember 2020

Penulis

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Pneumotoraks adalah adanya udara yang terdapat antara pleura
visceralis dan cavum pleura. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan
atau karena trauma. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara
sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh karena adanya
robekan pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumotoraks jenis ini disebut
sebagai closed pneumotorax. Apabila kebocoran pleura visceralis
berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan
dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastum kearah
kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension
pneumotorax[ CITATION Let17 \l 1033 ].
2. Etiologi
Menurut Alsegaf (2004), dalam Pratama, (2014) Terdapat beberapa jenis
pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya:
a) Pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit paru yang
mendasarinya.
b) Pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari penyakit paru
yang mendahuluinya.
c) Pneumotoraks traumatik: terjadi akibat cedera traumatik pada dada.
Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru atau benturan
pada kecelakaan motor). Pneumotoraks juga bisa merupakan
komplikasi dari tindakan medis tertentu (misal torakosentesis)
[ CITATION Let17 \l 1033 ].
3. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko telah berhasil diidentifikasi dari penelitian
sebelumnya, namun peningkatan kasus pneumotoraks belum dapat
dijelaskan dengan pasti. Peningkatan angka kejadian ini mungkin
berhubungan dengan habitus pasien, polusi udara, perubahan tekanan
atmosfer, kebiasaan merokok, peningkatan luas tubuh yang cepat
(ketidakseimbangan penambahan berat dengan tinggi tubuh), dan juga
faktor genetik. Terdapat hubungan antara insiden pneumotoraks
spontan dengan jenis kelamin, umur, dan penyakit penyerta.
Pneumotoraks spontan lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Berdasarkan umur, terlihat dua kali penambahan
kecenderungan pneumotoraks pada usia 20-30 untuk pneumotoraks
spontan primer (PSP) dan usia 50-60 untuk pneumotoraks spontan
sekunder (PSS).
Tension pneumotoraks yang luas dan durasi lama dapat menjadi
faktor resiko reexpansion pulmonary edema dan hipoksia.
a) Reexpansion Pulmonary Edema (REPE). REPE dapat terjadi pada
pneumotorak volume luas dengan durasi gejala yang mencapai lebih
dari 3 hari. Reekspansi paru yang cepat menyebabkan perubahan
cepat tekanan intratorakal sehingga terjadi peningkatan tekanan
kapiler dan hidrostatik paru. Kondisi ini diperkuat dengan kondisi
paru yang sudah mengalami hipoksemia jaringan paru regional
yang menyebabkan migrasi sel dan mediator inflamasi, serta
perubahan permeabilitas kapiler alveolar.
b) Hipoksia dapat menyebabkan stress oksidatif di paru. Adanya
kondisi, hipoksia dapat memicu produksi endogen berlebihan radikal
bebas / ROS (reactive oxygen species) oleh sel-sel paru. Radikal
bebas atau ROS ini dapat menyebabkan cedera sel paru (stress
oksidatif paru). Manifestasi yang timbul akibat stress oksidasi paru
dapat berupa inflamasi dan edema paru[ CITATION Mut19 \l
1033 ]
.
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinis Tension pneumotoraks
a) Pasien gelisah
b) Tachypnea/distress napas
c) Tachycardia
d) Shock
e) Penurunan udara yang masuk pada area yang terkena/ pernafasan
asimetris
f) Tidak ada suara nafas pada are yang terkena
g) Hiper-rensonan pada area yang terkena
h) Distensi vena leher
i) Deviasi trachea ke arah yang tidak terkena
j) Cyanosis
[ CITATION Rin19 \l 1033 ].
Penyebab tersering dari tension pneumotoraks yang bisa
didapatkan akibat kecelakaan lalu lintas (Siswanto A.H, 2020) : akibat
tingginya kecepatan kendaraan bermotor mengakibatkan resiko
terjadinya kecelakaa semakin, sehingga trauma yang terjadi akan
semakin parah. Jika kita menemukan penderita ditempat kejadian,
identifikasi terlebih dahulu. Akibat benturan yang keras terhadap dinding
dada penderita akan mengeluhkan nyeri pada dinding dadanya.
Disamping itu dilihat juga apakah ada atau tidak perlukaan yang terjadi
pada dinding dada, untuk mengetahui apakah terdapat luka terbuka pada
dinding dada penderita yang bisa menimbulkan pneumotoraks terbuka.
Sesak napas akan terjadi pada penderita pneumotoraks akibat udara
yang mulai masuk mengisi rongga pleura. Jika terus berlanjut penderita
akan terlihat gelisah akibat kesulitan bernapas. Usaha dari tubuh untuk
mengkompensasi akibat sesak napas yang terjadi adalah bernapas yang
cepat (takipneu) dan denyut nadi yang meningkat (takikardia). Udara
yang masuk kedalam rongga pleura ini akan menyebakan terjadi
pendesakan pada parenkim paru-paru hingga menjadi kolaps, jadi yang
mengisi rongga dada yang mengalami pneumotoraks adalah udara,
pada saat diperiksa dengan mengetuk dinding dada akan terdengar
suara hipersonor, akibat akumulasi udara pada rongga pleura.
Kolapsnya paru-paru yang terdesak oleh udara yang berada di rongga
pleura ini menyebabkan proses ventilasi dan oksigenasi berkurang atau
malah tidak terjadi, sehingga jika didengarkan dengan stetoskop suara
napas tidak terdengar[ CITATION Sis20 \l 1033 ].

5. Klasifikasi
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai dengan dasar
etiologinya seperti Spontan pneumotoraks, dibagi menjadi 2 yaitu,
Spontan Pneumotoraks primer (primery spontane pneumothorax) dan
Spontan Pneumotoraks Sekunder (secondary spontane pneumothorax):
1. Pneumotoraks Spontan Primer ( primery spontaneous
pneumothorax)
D
ari kata “primer” ini dapat diketahui penyebab dari pneumotoraks
belum diketahui secara pasti, banyak penelitian dan terori telah di
kemukakan untuk mencoba menjelaskan tentang apa sebenarnya
penyebab dasar dari tipe pneumotoraks ini. Ada teori yang
menyebutkan, disebabkan oleh faktor konginetal, yaitu terdapatnya
bula pada subpleura viseral, yang suatu saat akan pecah akibat
tingginya tekanan intra pleura, sehingga menyebabkan terjadinya
pneumotoraks. Bula subpleura ini dikatakan paling sering terdapat
pada bagian apeks paru dan juga pada percabangan
trakeobronkial. Pendapat lain mengatakan bahwa PSP ini bisa
disebabkan oleh kebiasaan merokok. Diduga merokok dapat
menyebabkan ketidakseimbangan dari protease, antioksidan ini
menyebabkan degradasi dan lemahnya serat elastis dari paru-paru,
serta banyak penyebab lain yang kiranya dapat membuktikan
penyebab dari pneumotoraks spontan primer[ CITATION Pun \l
1033 ].
2. Pneumotoraks Spontan Sekunder (Secondary Spontaneus
Pneumothorax) Pneumotoraks spontan sekunder merupakan suatu
pneumotoraks yang penyebabnya sangat berhubungan dengan
penyakit paru-paru, banyak penyakit paru-paru yang dikatakan
sebagai penyebab dasar terjadinya pneumotoraks tipe ini. Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD), infeksi yang disebabkan
oleh bakteri pneumocity carinii, adanya keadaan
immunocompremise yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, serta
banyak penyebab lainnya, disebutkan penderita pneumotoraks tipe
ini berumur diantara 60-65 tahun[ CITATION Pun \l 1033 ].
6. Komplikasi

Menurut Corwin, (2009) ada 2 komplikasi pada pneumotoraks yaitu:

a) Tension pneumotorax dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,


akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah
menurun. Paru yang sehat juga dapat terkena
dampaknya[ CITATION Let17 \l 1033 ].
b) Pneumotoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat.
Kematian dapat terjadi. Menurut Williams komplikasi pneumotoraks
adalah gangguan paru dan gangguan sirkulasi yang fatal[ CITATION
Let17 \l 1033 ].
7. Patofisiologi
Normalnya, tekanan pada intrapleura ialah negatif (yaitu kurang
dari tekanan atmosfer) karena recoil dari dinding dada bagian dalam dan
luar. Pada pneumotohrax, udara memasuki rongga pleura baik dari luar
dada maupun dari luar. Selanjutnya dijelaskan oleh Richard W. Light
(2017) dalam tulisannya yaitu mengenai tension pneumothorax. Tension
pneumothorax merupakan salah satu bentuk pneumothorax yang
menyebabkan peningkatan tekanan intrapleura secara progresif menjadi
bertekanan positif. Paru-paru menjadi collaps dan siklus pernapasan
terganggu, lalu mendorong mediastinum, dan menyebabkan venous
return tidak seimbang. Tekanan venous return yang terganggu dapat
menyebabkan hipotensi sistemik dan respiratory atau cardiac arrest
dalam hitungan menit. Terkadang, tension pneumothorax ialah hasil atau
komplikasi dari traumatic pneumothorax. Terjadi ketika luka atau trauma
di dada menjadi one way valve untuk udara memasuki rongga pleura
kemudian terjebak dan mengakibatkan peningkatan volume udara pada
rongga pleura selama siklus inspirasi.[ CITATION Asn191 \l 1033 ]

8. Pemeriksaan Diagnostik
a) Observasi klinis pasien
b) Radiologi dada : gambaran hilangnya vaskularisasi pulmonal pada
area yang terkena.jangan menunggu radiografi jika pasien
menujukkan tanda dan gejala tension pneumothorax[ CITATION
Rin19 \l 1033 ][CITATION Mut19 \l 1033 ].
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium studi
Hematokrit dari cairan pleura
1) Pengukuran hematokrit hampir tidak pernah diperlakukan pada
pasiendengan hematothorax traumatis[ CITATION Asn191 \l
1033 ].
2) Studi ini mungkin diperlakukan untuk analisis berdarah
nontraumatik efusi dari penyebabnya. Dalam khusus tersebut,
sebuah efusi pleura dengan hematokrit lebih dari 50 % dari yang
hematokrit beredar deanggap sebagai
hematothorax[ CITATION Asn191 \l 1033 ].
b. Imagingstudy
1) Chest radiography
Chest radiographyadalah studi ideal untuk diagnostikdalam
evaluasi hematothorax. Dalam unscarrednormal,rongga pleura
yang hemothtorax dicatat sebagai meniskus cairan menumpulkan
costophiremicdiafragmatik sudut atau permukaan dan penentuan
atas margin pleura dinding dada saat dilihat pada hasil thorax foto
AP. Pada dasarnya tampakan yang sama ditemukan pada
radiography dada pasien dengan efusi pleura. Pengaturan posisi
pada trauma akut, ialah posisi terlentang agar diagnosa dapat
ditegakkan dan terapi definitifdapat diberikan. Jika kejadian
hematothoraxjauh lebih sulit untuk mengevaluasi pada film
terlentang[ CITATION Asn191 \l 1033 ] .
2) Ultrasonography
USG digunakan dibeberapa pusat trauma untuk melakukan
evaluasi awal pasienhematothorax. Salah satu kekurangan dari
USG dalam identifikasi traumatis terkait hematothorax adalah luka
–luka yang terlihat pada radiography dada pada pasientrauma,
seperti cedera tulang, mediastinum yang melebar dan
pneumothorax, tidak mudah diidentifikasi di dada
Ultrasonographgambar. Ultrasonographylebih mungkin berperan
dalam kasus –kasus tertentu dimana x–ray dada pada
hematothorax yang samar –samar[ CITATION Asn191 \l 1033 ].

3) CTScan
CT scan sangat akurat studi diagnostik cairan pleura atau darah.
Pengaturan trauma tidak memegang peran utama dalam
diagnostik hematothorax tetapi melengkapi data radiography.
Karena banyak korban trauma tumpul melakukan rongten dada
atau evaluasi CT scan abdomen. Saat ini CT scan adalah penentu
terbesar dalam penegakan diagnostik kemudian untuk lokalisasi
dan klasifikasi dari setiap temuan dalam rongga
pleura[ CITATION Asn191 \l 1033 ].

9. Penatalaksanaan

Terapi suportif segera meliputi analgesia dan penambahan


oksigen. Pengobatan bergantung pada penyebab, ukuran, dan
gejala.Pneumotoraks tension harus segera didrainase. PSP kecil (<30%)
mudah diobservasi dan reabsorsi spontan dikonfirmasi berdasarkan foto
toraks pasien rawat jalan secara serial. PSP >30% dapat diaspirasi
dengan jarum 16G pada ruang interkosta II di garis midklovikularis
menggunakan siring 50 mL yang dihubungkan ke tap tiga jalur dan segel
di bawah air. Setelah observasi semalaman, aspirasi yang berhasil
dikonfirmasi berdasarkan re-ekspansi paru pada foto toraks berulang.
Kadang-kadang, drainase selang interkosta diperlukan untuk PSP besar
dengan gagal napas atau jika aspirasi tidak berhasil[ CITATION Let17 \l
1033 ].

Pada umumnya, SP dan pneumotoraks traumatik selalu


memerlukan perawatan di rumah sakit dan insersi drain toraks interkosta.
Draininterkosta multipel mungkin diperlukan untuk memastikan re-
ekspansi paru yang adekuat pada beberapa pasien dengan
pneumotoraks lokulata multipel.Pada pasien yang diberikan ventilasi
secara mekanis, tekanan jalan napas yang tinggi atau volume tidal yang
besar mendorong kebocoran persisten dan harus dihindari.Drain toraks
kecil (16G) hampir selalu adekuat. Drain toraks besar menyakitkan dan
tidak mempunyai manfaat yang signifikan [ CITATION Let17 \l 1033 ].

Kebocoran drain persisten menunjukkan terjadinya fistula


bronkopleura (bronchopleural fistula, BPF). Aliran tinggi, pengisapan
dinding dengan tekanan 5-50 cmH2O, dapat melawan pleura viseralis
dan parietalissehingga memungkinkan pleurodesis spontan. Fisioterapi
dan pembersihan bronkial diperlukan untuk mempertahankan patensi
jalan napas.Saran dini pada penatalaksanaan BPF secara bedah penting
dilakukan. Torakoskopi dibantu video sama efektifnya dengan toraktomi
saat mengoreksi BPF tetapi menyebabkan sedikit disfungsi
respirasi[ CITATION Let17 \l 1033 ].

Drain toraks diangkat bila foto toraks menunjukkan telah terkjadi


ekspansi paru dan tidak ada kebocoran udara yang melalui drain selama
24 jam. Drain sebaiknya tidak diklem sebelum dikeluarkan. Setelah
analgesia yang adekuat, drain ditarik keluar bila pasien dalam
inspirasi.Jahitan inversi sirkular dan kontinu di sekitar tempat drainase
disatukan secara kuat [ CITATION Let17 \l 1033 ].
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Penyimpangan KDM

Pneumothoraks
tension

Udara diruang
pleura

Akumulasi Udara
dirongga dada

Gangguan Penurunan ekspansi


pertukaran gas Kolaps Paru paru

Insers Ketidakefektifa
n pola nafas
WSD

Resiko Pergerakan Thorakdrains Pasien dan


infeksi terbatas bergesek keluarga sering
berkarya

Gangguan Mengsang Kurang


mobilitas reseptor informasi
fisik

Nyeri pada Kurang


perifer kulit pengetahuan

Nyeri Akut
2. Pengkajian 
a) Aktivitas / Istirahat 
Gejala : dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. 
b) Sirkulasi 
Tanda : Takikardia, frekuensi tak teratur (diskritmia), S3 atau S4 /
irama jantung gallop, nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya
penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi rendah
sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam
mediastinum). 
c) Psikososial / Integritas Ego 
Tanda : ketakutan, gelisah, stressor, masalah financial. 
d) Neurosensori 
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolerik).
e) Makanan/ Cairan 
Tanda : adanya pemasangan IV vena sankral / infuse tekanan,
kehilangan nafsu makan, mual, muntah, malnutrisi.
f) Nyeri/ Kenyamanan 
Gejala : nyeri dada imilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba
gejala sementara batuk/ regangan, taPukul atau nyeri menusuk yang
diperberat oleh napas dalam.
Tanda : Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. 
g) Pernapasan 
Tanda : Pernapasan meningkat/ takipnea, peningkatan kerja napas,
penggunaan otot aksesoris pernapasan pada dada, ekspirasi
abdominal kuat, bunyi napas menurun, perkusi dada : hiperesonan
diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada ; gerakan dada tidak
sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental :
ansietas, gelisah, bingung pingsan. 
h) Gejala : Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada/ trauma :
penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empisema/ efusi),
keganasan (Mis : obstruksi humor). 
i) Keamanan 
Gejala : adanya trauma dada, radiasi / hemoterapi untuk keganasan. 
j) Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : riwayat faktor resiko keluarga : tuberculosis, kanker adanya
bedah intratorakal/ biopsi paru. Bukti kegagalan membaik. 
Pemeriksaan Diagnostik 
1) Sinar x dada : menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area
pleural : dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal.
2) GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang
dipengaruhi gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan
mengkompensasi. 
3) Torasentasis : menyatakan darah/ cairan sarusanguinosa
(hematorak) 
4) HB : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah. 

3. Diagnosa
a) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan Ekspansi paru,
akumulasi udara dalam pleura.
b) Nyeri akut b.d agen injury fisik (luka insisi post pemasangan WSD)
c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan
kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kuranganya impormasi
tentang proses penyakit dan penatalaksanaan.
e) Risiko infeksi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
4. Implementasi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Implementasi

1 Ketidak efektifan Tujuan : pola nafas pasien a. Mengidentifikasi faktor


pola nafas b.d. kembali efektif dengan penyebab kolaps:
Ekspansi paru, kriteria hasil: trauma, infeksi
akumulasi udara a. Keluhan sesak napas komplikasi mekanik
dalam pleura. berkurang, pernapasan.
b. Menunjukkan jalan b. Mengobservasi TTV
nafas yang paten c. Mengkaji kualitas,
c. Nafas ringan, tidak frekuensi dan
nyeri saat melakukan kedalaman napas, dan
d. pernapasan, bebas dari vokal fermitus laporkan
tanda sianosi setiap perubahan yang
terjadi
d. Mengauskultasi bunyi
napas
e. Membaringkan klien
dalam posisi yang
nyaman, atau dalam
posisi duduk bantu
pasien untuk kontrol diri
drngan menggunakan
pernapasan lebih lambat
atau dalam
f. Mempertahankan posisi
nyaman, biasanya
dengan peninggian
kepala tempat tidur. Baik
ke sisi yang sakit untuk
kontrol pasien untuk
sebanyak mungkin
g. Berkolaborasi untuk
tindakan dekompresi
dengan pemasangan
selang WSD
h. Mencatat karakter/
jumlah drainase selang
dada
2 Nyeri akut b.d Tujuan : Melaporkan nyeri a. Mengkaji nyeri secara
agen injury fisik hilang/ terkontrol. komprehensif.
(luka insisi post Kriteria hasil : b. Memonitor vital sign-
pemasangan a. Mampu mengontrol c. Mengobservasi reaksi
WSD) nyeri non verbal dari
b. Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
nyeri berkurang d. Menggunakan teknik
c. Mampu mengenali komunikasi terapeutik
nyeri untuk mengetahui
d. Mengatakan rasa pengalaman nyeri
nyaman setelah nyeri e. Mengurangi factor
berkurang presipitasi nyeri.
f. Mengajarkan tentang
teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri
(relaksasi nafas dalam)
g. Berkolaborasi dengan
tenaga medis lain dalam
pemberian analgetik
h. ( injeksi ketorolac 30mg)
3 Gangguan Tujuan: a. Mengkaji kebutuhan
mobilitas fisik Tingkat mobilitas optimal akan pelayanan
berhubungan Kriteria Hasil: kesehatan dan
dengan a. Melakukan pergerakan kebutuhan akan
ketidakcukupan dan perpindahan peralatan
kekuatan dan b. Mempertahankan b. Tentukan tingkat
ketahanan untuk mobilitas optimal yang motivasi pasien dalam
ambulasi dapat di toleransi melakukan aktivitas
dengan alat c. Mengajarkan dan pantau
eksternal. pasien dalam
penggunaan alat bantu
d. Ajarkan dan dukung
pasien dalam latihan
ROM aktif dan pasif
e. Berkolaborasi dengan
ahli terapi fisik atau
okupasi

4 Kurang Tujuan : a. Menjelaskan kepada


pengetahuan klien mengetahui pasien tentang penyakit
berhubungan pengetahuan informasi yang di derita
dengan tentang penyakitnya b. Mengkaji tingkat
kuranganya Kriteria hasil : pengetahuan klien dan
inpormasi a. Pasien dapat keluarga tentang
tentang proses mengungkapkan penyakitnya
penyakit dan pemahaman tentang c. Mengidentifikasi gejala
penatalaksanaa penyakit,prognosis dan yang harus dilaporkan
n. pengobatannya keperawatan, contoh
b. Klien memperlihatkan hemoptisis, nyeri dada,
peningkatan tingkah demam, kesulitan
pengetahuan bernafas.
mengenai perawatan d. Menjelaskan pemberian
diri. dosis obat, frekuensi
c. Klien dan keluarga pemberian, kerja yang
dapat bekerja sama diharapkan dan alasan
dalam perawatan dan pengobatan lama,kaji
tindakan potensial interaksi
dengan obat lain.
e. Mendorong klien atau
orang terdekat untuk
menyatakan takut atau
masalah, jawab
pertanyaan secara
nyata.
f. Menjelaskan pada klien
dan keluarga bahwa
perlu pengawasan dan
observasi ketat
berhubungan dengan
pemasanangan WSD,
nyeri dan sesak
5 Resiko infeksi Tujuan : a. Mengkaji tanda dan
b.d. tidak ada tanda- tanda gejala infeksi sistemik
diskontinuitas infeksi dan local.
jaringan Kriteria hasil: b. Memonitor tanda– tanda
a. Pasien bebas dari vital- Bersihkan
tanda dan gejala lingkungan pasien
infeksi c. Mencuci tangan setiap
b. Menunjukan sebelum dan sesudah
kemampuan untuk tindakan keperawatan.
mencegah timbulnya d. Menganjurkan untuk
infeksi. masukan nutrisi yang
cukup
e. Menganjurkan pasien
untuk istirahat yang
cukup.
f. Berkolaborasi dengan
tenaga medis dalam
pembarian antibiotik

5. Evaluasi
a) Ketidak efektifan pola nafas teratasi ditandai dengan:
1) Keluhan sesak napas berkurang,
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten
3) Nafas ringan, tidak nyeri saat melakukan
4) pernapasan, bebas dari tanda sianosi
b) Nyeri akut teratasi ditandai dengan
1) Mampu mengontrol nyeri
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang
3) Mampu mengenali nyeri
4) Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
c) Gangguan mobilitas fisik teratasi ditandai dengan
1) Klien dapat melakukan pergerakan dan perpindahan
2) Mempertahankan mobilitas
d) Kurang pengetahuan teratasi ditandai dengan
1) Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit,
prognosis dan pengobatannya
2) Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan
mengenai perawatan diri.
3) Klien dan keluarga dapat bekerja sama dalam perawatan dan
tindakan
e) Resiko infeksi teratasi ditandai dengan
1) Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

Tn. M berusia 17 th datang ke rumah sakit dibawa ke IGD dengan diantar


keluarganya dalam keadaan sadar setelah jatuh dari sepeda motor pada jam
07.00 pagi tanggal 24-11-2020, klien tidak mual dan muntah, nyeri pada dada
kiri, dan merasa sesak. Lalu dilaksanakan pemasangan O2 2-3 L untuk
megurangi sesaknya. Jam 10.00 pagi pasien dipindahkan ke ruangan ICU untuk
mendapat perawatan dan observasi lanjut. Lalu dilakukan pemesangan selang
WSD untuk mengurangi sesaknya lagi.
Pada tanggal 26-11-2020, Klien mengatakan nyeri pada dada kiri, nyeri
seperti ditusuk tusuk dengan skala nyeri 7 dan nyeri bertambah saat bergerak,
nyeri pada dada kiri terutama tempat pemasangan selang. Klien merasa sesak
dan mengatakan apakah penyakit saya bisa sembuh dan klien juga mengatakan
kapan alat ini bisa dilepas. Kemudian dilakukan pemeriksaan foto dan
laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 13,8 mg%, Trombosit: 328 X
109/l, Leukosit: 28,8 X 109/l PCV: 0, 39. Hasil analisa gas darah, BUN: 13 mg/dl,
Kreatinin serum: 0,89 mg/dl, Eritrosit: keruh, Lukosit: 7-10 plp, Epitel: 0-2 plp,
Kristal: -, Kuman: +. Hasil foto, thoraks ditemukan adanya tension pneumotoraks,
bfo/bof tidak ada kelainan, dan femur tidak ada kelainan. TTV: S : 370C N :96
x/menit TD :130/80 mmHg RR :28x /mnt.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

Tanggal MRS :24 -11-2020 Jam Masuk :7:00


Tanggal Pengkajian :26-11-2020 No. RM :410417
Jam Pengkajian :10:00 Diagnosa Masuk :Tension
Pneumothorax

IDENTITAS
1. Nama Pasien :Tn M
2. Umur :17 Tahun
3. Suku/ Bangsa :Muna
4. Agama :Islam
5. Pendidikan :SMA
6. Pekerjaan :Pelajar
7. Alamat : Jl. Dr. Sitanala No.46
8. Sumber Biaya :BPJS
KELUHAN UTAMA: Klien mengatakan nyeri pada dada kiri, nyeri seperti ditusuk
tusuk dan nyeri bertambah saat bergerak, nyeri pada dada
kiri terutama tempat pemasangan selang. Klien merasa
sesak dan pinggang terasa sakit sehingga kurang dapat
bergerak secara leluasa.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Riwayat Penyakit Sekarang: Klien datang ke rumah sakit dengan diantar
keluarganya dalam keadaan sadar tidak mual
dan muntah, nyeri, sesak, pergerakan terbatas
dilakukan pemeriksaan foto, lab kemudian
dilaksanakan pemasangan selang untuk
mengurangi sesaknya. Jam 10.00 pindah
ruangan ICU untuk mendapat perawatan dan
observasi lanjut.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : tidak
2. Riwayat penyakit kronik dan menular :tidak ada penyakit kronik dan
menular
Riwayat kontrol :tidak ada riwayat kontrol
Riwayat penggunaan obat :tidak ada
3. Riwayat alergi:
Obat : tidak alergi obat
Makanan : tidak ada alergi makanan
Lain-lain : tidak mempunyai alergi lainnya

4. Riwayat operasi: tidak ada riwayat operasi

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Tidak ada riwayat penyakit dari keluarga
- Genogram :

45
50
0

16

Generasi I :nenek dan kakek pasien meninggal karena faktor usia


Generasi II :ayah dan ibu pasien masih hidup
Generasi III :pasien menderita tension pneumothorax disebabkan karena
kecelakaan

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: klien
: orang tinggal serumah
: orang terdekat

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:
Alkohol :tidak
Merokok :tidak
Obat :tidak
Olahraga :tidak
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda vital
S : 370C N :96 x/menit TD :130/80 mmHg RR :28x /mnt
Kesadaran : Composmentis
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. RR: 28x /mnt
Masalah Keperawatan :
b. Keluhan :sesak
Ketidakefektifan pola
Batuk :tidak ada batuk napas
Sekret :tidak ada sekret
c. Penggunaan otot bantu nafas: tidak ada penggunaan otot bantu nafas
d. Irama nafas : tidak teratur Masalah Keperawatan :
e. Pleural Friction rub :ada suara nafas tambahan Defisien pengetahuan
f. Pola nafas : dispnea
g. Suara nafas : ronki
h. Alat bantu napas : ya terpasang O2 2-3 L/mnt Masalah Keperawatan :
i. Penggunaan WSD : ada penggunaan WSD Risiko infeksi
- Jenis : Pompa penghisap Pleural Emerson
- Jumlah cairan : 30 cc
- Tekanan : retraksi intercostals dan klavikula (-)
j. Tracheostomy :ya
Masalah Keperawatan :
3. Sistem Kardio vaskuler (B2)
Nyeri akut
a. Keluhan nyeri dada :ya
P : nyeri saat bergerak
Q : seperti tertusuk tusuk
R :dada sebelah kiri tempat pemasangan selang
S :skala 7
T :5 menit
b. Irama jantung :reguler
c. Suara jantung :normal (S1/S2 tunggal)
d. CRT : >2 detik
e. Akral :hangat
f. Sirkulasi perifer :normal
g. JVP :<8 cmH2O
h. CVP :7 mmHg
i. CTR :<50%

4. Sistem Persyarafan (B3)


a. GCS : E4 V5 M6 : 14
b. Refleks fisiologis : (+)patella
c. Refleks patologis : (-)babinsky
d. Keluhan pusing : tidak ada keluhan pusing
e. Pemeriksaan saraf kranial:
N1 :normal (Klien dapat membedakan wangi kayu putih dan
kopi)
N2 :normal (Klien dapat membaca kartu nama perawat dalam
jarak 30 cm)
N3, N4, N 6 :normal (Koordinasi gerakan mata baik ditandai klien
dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah,
kontraksi pupil terhadap cahaya positif ditandai dengan
pupil mengecil ketika kontak dengan cahaya, diameter
pupil kanan dan kiri 3 mm)
N5 :normal (klien dapat merasakan sentuhan pada wajahnya,
saat wajahnya disentuh leh kapas)
N7 :normal (klien dapat membuka matanya dengan spontan)
N8 :normal (klien dapat mendengar bunyi jarum jam)
N 9 N 10 :normal (terdapat gerakan opula pada saat mengucapkan
kata “ah” dengan baik, reflek menelan baik)
N 11 :normal (klkien dapat menggerakan kepala ke segala
arah)
N 12 :normal (klien dapat menjulurkan lidah)

f. Hoffman/Tromer test :negatif


g. Pupil :isokor
h. Sclera : ikterus
i. Konjunctiva :anemis
j. Isitrahat/Tidur :8-10 Jam/Hari Gangguan tidur : tidak ada
k. ICP :12 mmHg
l. Tanda-Tanda PTIK :tidak ada
m. Gangguan pendengaran :Tidak Gangguan pendengaran
n. Gangguan penglihatan :Tidak ada gangguan penglihatan
o. Gangguan Penciuman :Tidak ada gangguan Penciuman

5. Sistem perkemihan (B4)


a. Kebersihan genetalia :Bersih
b. Sekret :Tidak ada sekret
c. Ulkus :Tidak ada Ulkus
d. Kebersihan meatus uretra :Bersih
Keluhan kencing :Tidak ada
e. Kemampuan berkemih :alat bantu : kateter
f. Produksi urine :350cc/6jam
Warna :kuning kemerahan (gross hematuria)
Bau :amonia
g. Kandung kemih :tidak ada pembesaran kandung kemih
h. Nyeri tekan :tidak ada nyeri tekan
i. Intake cairan oral :2500 cc/hari
j. Balance cairan :36.25 cc/hari

6. Sistem pencernaan (B5)


a. TB :160 cm BB :60 kg
b. IMT :23,4 Interpretasi :berat badan ideal
c. Mulut :bersih
d. Membran mukosa :kering
e. Tenggorokan :tidak ada nyeri saat menelan
f. Abdomen :normal (pekak sebelah kanan atas, yang lain
timpani. Dan tidak ada pembesaran pada
hepar)
g. Nyeri tekan :tidak ada
h. Luka operasi :tidak ada
i. Peristaltik :8 x/menit
j. BAB :1 .x/hari Terakhir tanggal : 24-11-2020
k. Konsistensi :lunak
l. Diet :padat
m. Diet Khusus :Tidak ada diet khusus
n. Nafsu makan :baik Frekuensi:2-3.x/hari
o. Porsi makan :habis

7. Sistem muskuloskeletal (B6)


a. Pergerakan sendi :terbatas
b. Kekuatan otot :4 4
4 4
c. Kelainan ekstremitas :tidak
d. Kelainan tulang belakang :tidak
e. Fraktur :tidak
f. Traksi :tidak ada
g. Penggunaan spalk/gips :tidak ada
h. Keluhan nyeri :tidak ada
i. Sirkulasi perifer :normal
j. Kompartemen syndrome :tidak
k. Kulit :normal
l. Turgor :normal
m. Luka operasi :tidak ada
n. ROM :pasif
o. Pitting edema :-
p. Ekskoriasis :tidak ada
q. Urtikaria :tidak ada

8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran tyroid : tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak
c. Hipoglikemia : tidak
d. Hiperglikemia : tidak

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
e. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Klien mengharapkan cepat sembuh dan dapat melaksanakan kembali
tugasnya sebagai seorang pelajar SMA
f. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : Murung/diam
g. Reaksi saat interaksi : kooperatif
h. Gangguan konsep diri : tidak ada
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

Sebelum sakit klien Mandi 2-3 kali perhari dengan menggunakan sabun mandi,
kuku dipotong tiap 1 minggu. Setelah sakit klien dilap oleh keluarganya 2 kali
sehari

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit : sering
- Selama sakit : sering
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
bantuan dalam memerlukan perlengkapan beribadah
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)
1. Hasil Laboratorik
Tanggal 24 november 2020
a. Hb : 13,8 mg% (11,4 – 15,1 mg%)
b. Trombosit : 328 X 109/l (150 – 300 X 109/l )
c. Leukosit : 28,8 X 109/l (4,3 – 11,3 X 109/l )
d. PCV : 0, 39 ( 0,38-0,42 )

2. Analisa Gas Darah


a. BUN : 13 mg/dl (10-30)
b. Kreatinin serum : 0,89 mg/dl (1,5)
c. Sedimen urine :
d. Eritrosit : keruh
e. Lukosit : 7-10 plp
f. Epitel : 0-2 plp
g. Kristal :-
i. Kuman :+

3. Hasil foto
a. Thoraks ditemukan adanya tension pneumotoraks
b. BFO/BOF tidak ada kelainan
c. Femur tidak ada kelainan

4. Terapi Pengobatan :
a. Infus RL “ D 5% 2;2
b. Dower kateter, warna, produksi
c. Control foto
d. BD-18-20 cm H2O
e. Head up 30o
f. Obs tanda-tanda akut abdomen
g. Injesi :
h. Kedacillin 3x1 gr
i.
5. perawatan
a. bedrest
b. puasa

ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Pneumothoraks Ketidakefektifan pola


klien merasa sesak tension napas

DO : Udara di ruang
 RR :28x/mnt pleura

 terpasang O2
Akumulasi udara di
 Terdapat bunyi
rongga
tambahan ronki
 Pada foto Thoraks
Kolaps paru
ditemukan adanya
tension pneumotoraks
Penurun ekspansi
 Terpasang WSD
paru
produksi 30 cc

Ketidakefektifan pola
napas
DS: Pneumothoraks Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri tension
pada dada kiri terutama
tempat pemasangan Insersi WSD
selang
 P : nyeri saat bergerak Thoraks drains
Q : seperti tertusuk tusuk bergesek
R :dada sebelah kiri
tempat pemasangan Merangasang
selang reseptor
S :skala 7
T :5 menit Nyeri pada perifer
kulit
DO:
 S : 370C Nyeri akut

 N :96 x/menit

 TD :130/80 mmHg

 RR :28x /mnt
DS: Pneumothoraks Risiko infeksi
Klien mengatakan nyeri tension
pada dada kiri terutama
tempat pemasangan Udara di ruang
selang WSD pleura
DO:
 adanya luka tempat Akumulasi udara di
pemasangan selang pada
dada kiri rongga
 terpasang WSD produksi
30 cc
Kolaps paru
 terpasang dower kateter
(gross hematuria),
 leukosit 28,8 X 109/l) Insersi WSD
 suhu 37 oC

Risiko Infeksi
DS : Pneumothoraks Defisien pengetahuan
tension
 klien mengatakan apakah
penyakit saya bisa Udara di ruang
sembuh pleura
 klien mengatakan kapan
alat ini bisa dilepas Akumulasi udara di
DO: rongga
 tampak terpasang WSD
produksi 30cc Kolaps paru
 tingkat pendidikan pasien
SMA Insersi WSD

Pasien dan keluarga


sering bertanya

Kurang informasi

Defisien
pengetahuan

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Risiko infeksi berhubungan dengan insersi WSD

4. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses


penyakit
RENCANA INTERVENSI
HARI/ DIAGNOSA KEPERAWATAN
WAKTU INTERVENSI
TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
Kamis/26 10.00 Ketidakefektifan pola napas Monitor pernafasan
November berhubungan dengan penurunan a. Monitor kecepatan, irama, kedalam, dan kesulitan bernapas
2020 ekspansi paru b. Catat pergerakan dada dan retraksi pada otot supraclaviculas dan
interkosta
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 c. Monitor pola nafas
jam diharapkan pola napas klien d. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau
kembali normal, dengan kriteria hasil: tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas
Status pernapasan : ventilasi e. Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut
indikator awal akhir
Retraksi 2 4
dinding
dada
Dispnea 2 4
saat
istrahat
Pengemb 2 4
angan
dinding
dada
tidak
simetris
Kamis/26 10.00 Nyeri akut berhubungan dengan agen Manajemen nyeri
November cedera fisik a. Berikan informasi mengenal nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
2020 lama nyeri dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 prosedur
jam diharapkan nyeri b. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti, biofeedback,
berkurang/teratasi, dengan kriteria TENS, hypnosis,relaksasi, bimbingan antisipasi, terapi musik, terapi
hasil: aktivitas, akuspressur, aplikasi panas/dingin dan pijatan sebelum dan
Tingkat Nyeri sesudah)

indikator awal Akhir c. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
Nyeri 2 3
yang nonfarmakologis

dilaporkan d. Berikan indicidu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan


Panjang 3 4 analgesik

episode e. Periksa tingkat ketidaknyamanan bersadma pasien, catat perubahan


nyeri dalam catatan medis pasien, informasikan petugas kesehatan lainnya

Frekuensi 3 4 yang merawat pasien

nafas f. Dukung istrahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri


g. Informasiakan tim kesehatan lain/anggota kerluarga mengenai
strategi nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk mendorong
pendekatan preventif terkait dengan manajemen nyeri
h. Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan
respon keluarga terhadap pengalaman nyeri.
Kamis/26 14.00 Risiko infeksi berhubungan dengan Perawatan luka
November insersi WSD a. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, sesuai
2020 kebutuhan
b. Berikan rawatan insisi pada luka, yang diperlukan
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24
jam diharapkan masalah teratasi, c. Berikan balutan sesuai jenis luka
dengan kriteria hasil: d. Pertahankan teknik balutan steril ketisk melakukan perawatan luka
dengan tepat
Keparahan infeksi
e. Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase
indikator awal akhir
f. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
kemerahan 3 4
nyeri 3 4 g. Anjurkan pasien atau anggota keluarga pada prosedur perawatan
Ketidakstabil 3 4
luka
an suhu
Peningkatan 3 4 h. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenai tanda dan gejala
jumlah sel infeksi

dari putih Manajemen nyeri


a. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
b. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan pereepan
analgesik
c. Evaluasi keefektifan dari tindakan pegontrolan nyeri yang dipakai
selama pengkajian nyeri dilakukan
d. Dukung istrahat/tidur yang adekuat untuk membenatu penurunan
nyeri
Kamis/26 14.00 Defisien pengetahuan berhubungan Pengajaran proses: penyakit
November dengan kurang informasi tentang proses a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang
2020 penyakit spesifik

Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 b. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit sesuai

jam diharapkan masalah teratasi, kebutuhan

dengan kriteria hasil: c. Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan


d. Identifikasi perubahan fisik pasien
Kepuasan klien: pengajaran
e. Berikan ketenangan terkait kondisi pasien, sesuai kebutuhan
indikator awal akhir
f. Jelaskan alasan dibalik manajemen/terapi/penanganan yang
Penjelasan yang 3 4
direkomendasikan
diberikan
Pengejaran: prosedur/perawatan
dengan istilah-
a. Informasikan pada pasien atau orang terdekat mengenai kapan dan
istilah yang
dimana tindakan akan dilakukan
dipahami
Menjelaskan 3 4 b. Informasikan pada pasien dan orang terdekat mengenai lamanya
alasan tindakan akan berlangsung
pengobatan c. Jelaskan pentingnya beberapa peralatan dan fungsinya
Menjelasakan 3 4 d. Sediakan informasi mengenai kapan dan dimana hasil tindakan
tanggung jawab
dapat diambil, beserta petugas yang akan menjelaskan hasil
perawatan diri
tersebut.
terhadap
pengobatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


10.00 a. Memonitor kecepatan, irama, 14.00 S: klien mengatakan masih
kedalam, dan kesulitan bernapas sesak
10.05 b. Mencatat pergerakan dada dan
retraksi pada otot supraclaviculas
dan interkosta O: klien tampak sesak nafas,

Kamis/26 10.10 c. Memonitor pola nafas RR: 28x/mnt

November 10.20 d. Mengauskultasi suara nafas, catat


1
2020/pagi area dimana terjadi penurunan
atau tidak adanya ventilasi dan A: masalah belum teratasi
keberadaan suara nafas

10.30 e. Memonitor keluhan sesak nafas


pasien, termasuk kegiatan yang P: lanjutkan intervensi
meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut

Kamis/26 2 10.00 a. Memberikan informasi mengenal 14.00 S: klien mengatakan nyeri pada
November nyeri, seperti penyebab nyeri, dada kiri
2020/pagi berapa lama nyeri dirasakan, dan
antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur

10.05 b. Mengajarkan penggunaan teknik


non farmakologi (seperti, O: klien tampak nyeri kesakitan
biofeedback, TENS,
hypnosis,relaksasi, bimbingan
antisipasi, terapi musik, terapi
aktivitas, akuspressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan sebelum
A: masalah belum teratasi
dan sesudah)
c. Mengkolaborasi dengan pasien,
10.15
orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
P: lanjutkan intervensi
penurun nyeri nonfarmakologis
d. Memberikan individu penurun nyeri
10.20 yang optimal dengan peresepan
analgesik
e. Memeriksa tingkat
10.25 ketidaknyamanan bersadma
pasien, catat perubahan dalam
catatan medis pasien, informasikan
petugas kesehatan lainnya yang
merawat pasien

10.30 f. Mendukung istrahat/tidur yang


adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
g. Menginformasikan tim kesehatan
10.35
lain/anggota kerluarga mengenai
strategi nonfarmakologi yang
sedang digunakan untuk
mendorong pendekatan preventif
terkait dengan manajemen nyeri
h. Memberikan informasi yang akurat
10.40
untuk meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri.
Kamis/26 3 14.00 a. Memonitor karakteristik luka, 16.00 S: klien mengatakan nyeri pada
November termasuk drainase, warna, ukuran, dada kiri terutama pada tempat
2020/sore sesuai kebutuhan pemasangan selang WSD

14.05 b. Memberikan rawatan insisi pada


luka, yang diperlukan
14.10 c. Memberikan balutan sesuai jenis O: 9tampak adanya kemerahan
luka pada tempat pemasangan

14.15 d. Mempertahankan teknik balutan selang WSD


steril ketisk melakukan perawatan
luka dengan tepat

14.20 e. Mengganti balutan sesuai dengan A: masalah belum teratasi


jumlah eksudat dan drainase

14.25
f. Membandingkan dan catat setiap
perubahan luka P: lanjutkan intervensi
g. Menganjurkan pasien atau anggota
14.30
keluarga pada prosedur perawatan
luka

14.35 h. Menganjurkan pasien dan keluarga


untuk mengenai tanda dan gejala
infeksi
Kamis/26 4 14.00 a. Kaji tingkat pengetahuan pasien 14.00 S: klien mengatakan apakah
November terkait dengan proses penyakit yang penyakit saya bisa sembuh dan
2020/sore spesifik kapan alat ini bisa dilepas

14.05 b. Jelaskan tanda dan gejala yang


umum dari penyakit sesuai
kebutuhan

14.10 c. Jelaskan mengenai proses penyakit


sesuai kebutuhan

14.15 d. Identifikasi perubahan fisik pasien O: tampak klien dan keluarga


14.20 e. Berikan ketenangan terkait kondisi bingung dan tidak mengetahui
pasien, sesuai kebutuhan tentang perawatan dan
14.25 f. Jelaskan alasan dibalik pengobatan yang diperlukan
manajemen/terapi/penanganan
yang direkomendasikan

14.30 g. Informasikan pada pasien atau


orang terdekat mengenai kapan dan
dimana tindakan akan dilakukan
A: masalah belum teratasi
h. Informasikan pada pasien dan
14.35
orang terdekat mengenai lamanya
tindakan akan berlangsung
14.40 i. Jelaskan pentingnya beberapa
peralatan dan fungsinya P: lanjutkan intervensi
14.45 j. Sediakan informasi mengenai
kapan dan dimana hasil tindakan
dapat diambil, beserta petugas yang
akan menjelaskan hasil tersebut.
10.00 a. Memonitor kecepatan, irama, 14.00 S: klien mengatakan sudah
kedalam, dan kesulitan bernapas tidak merasakan sesak
10.05 b. Mencatat pergerakan dada dan
retraksi pada otot supraclaviculas
dan interkosta O: klien sudah tidak tampak

Minggu/29 10.10 c. Memonitor pola nafas sesak nafas, RR: 20x/mnt

November 10.20 d. Mengauskultasi suara nafas, catat


1
2020/pagi area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan A: masalah teratasi
keberadaan suara nafas

10.30 e. Memonitor keluhan sesak nafas


pasien, termasuk kegiatan yang P: intervensi dihentikan
meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut

Minggu/29 2 10.00 a. Memberikan informasi mengenal 14.00 S: klien mengatakan sudah


November nyeri, seperti penyebab nyeri, tidak merasakan nyeri pada
2020/pagi berapa lama nyeri dirasakan, dan dada kirinya
antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur

10.05 b. Mengajarkan penggunaan teknik


non farmakologi (seperti,
biofeedback, TENS,
O: klien tampak rileks
hypnosis,relaksasi, bimbingan
antisipasi, terapi musik, terapi
aktivitas, akuspressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan sebelum
dan sesudah)
A: masalah teratasi
c. Mengkolaborasi dengan pasien,
10.15 orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri nonfarmakologis
d. Memberikan individu penurun nyeri P: intervensi dihentikan
10.20 yang optimal dengan peresepan
analgesik
e. Memeriksa tingkat
10.25 ketidaknyamanan bersadma pasien,
catat perubahan dalam catatan
medis pasien, informasikan petugas
kesehatan lainnya yang merawat
pasien
f. Mendukung istrahat/tidur yang
10.30 adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
g. Menginformasikan tim kesehatan
10.35 lain/anggota kerluarga mengenai
strategi nonfarmakologi yang
sedang digunakan untuk
mendorong pendekatan preventif
terkait dengan manajemen nyeri
h. Memberikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahuan
10.40
dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri.
Minggu/29 3 14.00 a. Memonitor karakteristik luka, 14.00 S: klien mengatakan sudah
November termasuk drainase, warna, ukuran, tidak merasakan nyeri pada
2020/siang sesuai kebutuhan dada kiri terutama pada

14.05 b. Memberikan rawatan insisi pada tempat pemesangan selang


luka, yang diperlukan WSD

14.10 c. Memberikan balutan sesuai jenis


luka

14.15 d. Mempertahankan teknik balutan O: tampak tidak ada lagi


steril ketisk melakukan perawatan kemerahan pada tempat
luka dengan tepat pemasangan selang WSD

14.20 e. Mengganti balutan sesuai dengan


jumlah eksudat dan drainase
14.25 f. Membandingkan dan catat setiap A: masalah teratasi
perubahan luka
14.30 g. Menganjurkan pasien atau anggota
keluarga pada prosedur perawatan P: intervensi dihentikan
luka

14.35 h. Menganjurkan pasien dan keluarga


untuk mengenai tanda dan gejala
infeksi
Jumat/27 4 14.00 a. Kaji tingkat pengetahuan pasien 13.00 S: klien sudah mengert idan
November terkait dengan proses penyakit yang bekerja sama dalam perawatan
2020/pagi spesifik dan pengobatan

14.05 b. Jelaskan tanda dan gejala yang


umum dari penyakit sesuai
kebutuhan

14.10 c. Jelaskan mengenai proses penyakit


sesuai kebutuhan

14.15 d. Identifikasi perubahan fisik pasien O: tampak klien dan keluarga


14.20 e. Berikan ketenangan terkait kondisi dapat menyebutkan kembali
pasien, sesuai kebutuhan tentang perawatan dan
14.25 f. Jelaskan alasan dibalik pengobatan yang diperlukan
manajemen/terapi/penanganan
yang direkomendasikan

14.30 g. Informasikan pada pasien atau


orang terdekat mengenai kapan dan
dimana tindakan akan dilakukan A: masalah belum teratasi
14.35 h. Informasikan pada pasien dan
orang terdekat mengenai lamanya
tindakan akan berlangsung

14.40 i. Jelaskan pentingnya beberapa


peralatan dan fungsinya
P: lanjutkan intervensi
14.45 j. Sediakan informasi mengenai
kapan dan dimana hasil tindakan
dapat diambil, beserta petugas yang
akan menjelaskan hasil tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, A. H., Setyawan, & Chan, M. E. (2020). Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam
Penanganan Awal Tension Pneumothoraks Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten Karanganyar.
Asnidar. (2019). ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMOTHORAX
DENGAN INTERVENSI POSITIONINGDAN MONITORING WATER SEAL
DRAINAGE(WSD. Depok: FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS
INDONESIA.
Lette, I. S. (2017). Laporan kasus Asuhan kebidanan pada bayi dengan Pneumotoraks.
Kupang: SEKOLAH TINGGI KESEHATAN CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG.
Muttaqien, F. (2019). PENGARUH DURASI PNEUMOTORAK TERHADAP TINGKAT STRESS
OKSIDATIF PARU TIKUS WISTAR. Qanun Medika, 3(1).
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & Nanda NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Peter Stawicki, S. S. (2017). ‘Republication : Reexpansion pulmonary edema. International
Journal of Academic Medicine, 3(1), 1–4.
Punarbawa, I. A., & Suarjaya, P. P. (2016). 1IDENTIFIKASI AWAL DAN BANTUAN HIDUP
DASAR PADA PNEUMOTORAKS. E jurnal Medika Udayana.
Rini, I. S., Suharsono, T., & Ulya, I. (2019). Pertolongan pertama gawat darurat. Malang: UB
press.

Herdman, T. &. (2017). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.
Nurjannah, I. &. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes
Indonesia. Singapura: Elsevier.
Nurjannah, I., & Tumanggor, R. D. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). Singapura:
Elsilver.

Anda mungkin juga menyukai