Kebutuhan Eliminasi
Disusun Oleh :
TRIANI D. HADAM
14420212129
b. Eliminasi Fekal
Bagian atas saluran pencernaan meliputi mulut, kerongkongan,
dan lambung, sedangkan bagian bawah meliputi usus halus dan usus
besar (Konstanti & Ni Wayan, 2016).
1) Mulut, kerongkongan, dan perut membentuk sistem pencernaan
bagian atas.
Makanan dicerna secara mekanis dan kimiawi di dalam mulut
kita, dengan bantuan gigi untuk mengunyah dan memecah
makanan. Air liur mengencerkan dan melembutkan bolus
makanan, memungkinkannya melewati kerongkongan dan masuk
ke perut dengan mudah. Makanan disimpan sebentar di perut, yang
juga mengeluarkan asam klorida (HCL), lendir, enzim pepsin, dan
faktor intrinsik. HCL berdampak pada keasaman lambung dan
keseimbangan asam basa tubuh. Lendir melindungi mukosa dari
keasaman dan aktivitas enzim, dan membantu dalam konversi
makanan menjadi chyme (cbyme), semi-cair yang kemudian
didorong ke dalam usus kecil.
2) Usus kecil dan besar membentuk saluran pencernaan bagian
bawah.
3) Saluran gastrointestinal atas meliputi, usus halus terdiri dari
duodenum, jejenun, ileum, dengan diameter 2.5 cm dan panjang
6 m. Kimus bercampur dengan empedu dan amilase.
Kebanyakan nutrisi dan elektolit diabsorsi duodenum
dan jejunum, sedang ileum mengabsorsi vitamin, zat besi dan
garam empedu. Fungsi eleum terganggu maka proses
pencernaan mengalami perubahan. Usus besar panjangnya 1.5 m
merupakan organ utama dalam eleminasi fekal terdiri cecum,colon
dan rectum. Kimus yang tidak diabsorpsi masuk sekum melalui
katub ileosekal yang fungsinya katub ini untuk regurgitasi
dan kembalinya isi kolon ke usus halus. Kolon mengabsorpsi
air. nutrient, elektolit, proteksi, sekresi dan eleminasi, sedangkan
perubahan fungsi kolon bisa diare dan kontraksi lambat.
Gerakan peristaktik 3-4 kl/hr dan paling kuat setelah makan.
Rectum bagian akhir pada saluran pencernaan. Panjangnya bayi
2.5 cm, anak 7.5-10 cm, dewasa 15 - 20 cm, rektum tidak berisi
feses sampai defekasi. Rektum dibangun lipatan jaringan berisi
sebuah arteri dan vena, bila vena distensi akibat tekanan selama
mengedan bisa terbentuk hemoraid yang menyebabkan defekasi
terasa nyeri
4) Lendir, kalium, bikarbonat, dan enzim semuanya disekresikan oleh
usus, dengan musin (ion karbonat) diaktifkan oleh neuron
parasimpatis.
5) Cbyme berjalan karena peristaltik usus dan terkumpul di usus
besar dalam bentuk feses.
Proses pencernaan yang khas menghasilkan 400-700 cc gas per
24 jam. Kotoran terdiri dari 75% air dan 25% padatan, sebagian
besar bakteri mati, epitel usus longgar, dan sejumlah kecil
nitrogen.
3) Psikologi
Sebagai upaya kompensasi, dalam kondisi khawatir dan tegang,
rangsangan buang air kecil akan tertinggal.
Seseorang yang gugup dan gelisah, misalnya, akan sering buang
air kecil.
4) Kebiasaan atau Gaya Hidup Seseorang
Cara seseorang buang air kecil ditentukan oleh gaya hidupnya.
Misalnya, seseorang yang biasa buang air kecil di toilet, sungai,
atau di luar ruangan akan kesulitan buang air kecil di tempat tidur,
terutama saat menggunakan pot/pispot urin.
5) Aktivitas dan Tonus Otot
Eliminasi urin memerlukan kontraksi otot campuran, otot bomben,
dan panggul. Keinginan untuk buang air kecil juga akan berkurang
jika nadanya terganggu. Kemampuan metabolisme produksi urin
dapat ditingkatkan dengan baik dengan aktivitas.
6) Intake Cairan dan Makanan
Kebiasaan minum dan makan tertentu, seperti kopi, teh, cokelat
(yang mengandung kafein), dan alkohol, menghambat Anti
Diuretic Harmon (ADH), yang dapat menyebabkan peningkatan
ekskresi urin.
7) Kondisi Penyakit
Karena banyak cairan dievakuasi melalui kulit, beberapa situasi
medis, seperti demam, menyebabkan penurunan keluaran urin dan
pola berkemih. Retensi urin disebabkan oleh peradangan dan iritasi
pada organ kemih.
8) Pembedah
Proses diferensiasi menyebabkan sindrom adaptasi, di mana
kelenjar hipofisis anterior menghasilkan hormon ADH, yang
menyebabkan reabsorbsi air lebih besar dan, sebagai akibatnya,
produksi urin berkurang. Anestesi mempengaruhi filtrasi
glomerulus, mengakibatkan penurunan keluaran urin.
9) Pengobatan
Retensi urin disebabkan oleh penggunaan obat diuretik, yang
meningkatkan aliran urin, antikolinergik, dan antihipertensi.
10) Pemeriksaan Diagnostik
Pylogram intravena adalah proses di mana asupan pasien
dikurangi sebelum operasi untuk meminimalkan output urin.
Cystocospy dapat menghasilkan edema uretra dan spasme sfingter
kandung kemih, yang dapat menyebabkan retensi urin (retensi
urin).
b. Eliminasi Fekal
1) Usia
Perut kecil, kekurangan enzim, peristaltik usus yang cepat, dan
kurangnya perkembangan neuromuskular pada bayi baru lahir
hingga usia 2-3 tahun berarti mereka tidak dapat mengatur gerakan
usus (diare/inkontinensia). Gigi bawah, berkurangnya enzim saliva
dan lambung, berkurangnya peristaltik dan tonus abdomen, dan
impuls saraf yang melambat adalah semua perubahan umum dalam
sistem GI seiring bertambahnya usia (Lueckenotte, 1994).
Sembelit menjadi perhatian bagi orang tua sebagai akibat dari ini.
Lansia yang dirawat di rumah sakit berisiko mengalami kelainan
fungsi usus; dalam sebuah penelitian, 91 persen dari 33 orang
dengan usia rata-rata 76 tahun mengalami diare atau sembelit
(Ross, 1990).
2) Diet
Konsumsi makanan setiap hari membantu mempertahankan
pola peristaltik normal di usus besar, sedangkan makanan berserat,
selulosa, dan makanan berlimpah membantu mendukung volume
feses. Apel, jeruk, kangkung, bayam, mentimun, gandum, dan
makanan berserat tinggi lainnya
Misalnya, makanan rendah serat menghasilkan peristaltik yang
lamban, yang menyebabkan penyerapan air lebih besar di usus,
yang menyebabkan sembelit. Begitu pula dengan seseorang yang
pola makannya tidak teratur, maka rutinitas buang air besar juga
akan terganggu, begitu juga dengan makanan yang mengandung
gas, seperti bawang bombay, kembang kol, dan kacang-kacangan.
Laktosa, sejenis karbohidrat sederhana yang ada dalam susu, sulit
untuk dicerna oleh sebagian orang. Intoleransi laktosa dapat
menyebabkan diare, perut kembung, dan kram.
3) Pemasukan Cairan
Hidrasi yang cukup dapat membantu mengencerkan isi usus
dan membuatnya lebih mudah melewati usus besar. Orang dewasa
harus minum 2000-3000 mL (6-8 gelas) air setiap hari. Karena
tubuh kekurangan cairan akibat asupan cairan yang tidak
mencukupi atau pengeluaran yang berlebihan (urine/muntah),
tubuh akan menyerap cairan dari chyme, sehingga menyebabkan
feses menjadi keras, kering, dan sulit melewati pencernaan,
sehingga terjadi konstipasi.
Minuman hangat dan jus buah melunakkan feses dan
meningkatkan peristaltik.
4) Aktivitas
Peristaltik meningkat dengan aktivitas fisik, tetapi motilitas
usus ditekan oleh imobilitas. Disarankan agar klien berjalan
sesegera mungkin setelah tidak sehat untuk mendorong dan
mempertahankan eliminasi secara teratur. Misalnya, jika klien
terus berbaring, peristaltik usus akan berkurang, sehingga terjadi
peningkatan penyerapan air. Hal ini akan berpengaruh pada klien
sehingga menimbulkan konstipasi atau imfaksi fekal.
Otot-otot dasar panggul yang berlemak dan otot-otot perut
menghambat kapasitas untuk mendorong perut dan mengatur
sfingter eksternal, sementara tonus otot berkurang atau hilang
sebagai akibat dari penyakit yang berkepanjangan atau penyakit
neurologis, mengganggu transmisi saraf dan mengakibatkan
eliminasi yang buruk.
5) Faktor Psikologik
Seseorang yang khawatir atau marah akan meningkatkan
peristaltik usus sehingga terjadi diare. Namun, jika seseorang
mengalami depresi, sistem saraf otonom memperlambat impuls
saraf dan mengurangi peristaltik usus, yang mengakibatkan
konstipasi.
6) Kebiasaan Pribadi
Kebanyakan orang lebih suka buang air besar di kamar mandi
mereka sendiri karena lebih nyaman dan menyenangkan. Dengan
terus menerus mengajarkan pola buang air besar (BAB) pada
perilaku seseorang sejak kecil, maka orang tersebut akan memiliki
pola buang air besar atau sebaliknya. Orang yang sibuk, kebersihan
toilet yang buruk, bentuk dan penggunaan toilet bersama, pasien di
rumah sakit yang menggunakan pispot, kurangnya privasi, dan
pengaturan yang tidak sesuai, semuanya dapat mengganggu pola
eliminasi dan menciptakan siklus ketidaknyamanan yang ekstrem.
Refleks gastrokolik adalah yang paling mudah diaktifkan untuk
menyebabkan tinja setelah sarapan.
7) Posisi Selama Defekasi
Ketika kecenderungan seseorang untuk buang air besar dalam
posisi jongkok memungkinkan tekanan intra-abdomen dan otot
paha bekerja sama untuk memudahkan mereka buang air besar, hal
ini dapat berdampak pada kebiasaan seseorang untuk menahan
buang air besar, yang dapat menyebabkan sembelit atau buang air
besar. Klien sering tidak dapat bergerak di tempat tidur, dalam
posisi terlentang, dan sulit buang air besar. Membantu klien duduk
di pispot akan meningkatkan kapasitasnya untuk buang air besar.
8) Nyeri
Biasanya, individu yang cacat tidak menyebabkan penderitaan.
Misalnya, seseorang yang mengalami ketidaknyamanan saat buang
air besar akibat wasir, patah tulang rusuk, atau episiotomi akan
meminimalkan keinginannya untuk buang air besar untuk
menghindari rasa sakit. Seseorang mungkin mengalami sembelit
sebagai akibat dari penyakit ini dari waktu ke waktu.
9) Kehamilan
Tekanan diberikan pada rektum seiring dengan bertambahnya
usia kehamilan dan pertumbuhan janin, yang dapat menyebabkan
penyumbatan sementara yang mencegah feses dikeluarkan.
Sembelit adalah masalah khas pada trimester ketiga, dan wanita
biasanya mengejan saat buang air besar, mengakibatkan wasir
kronis.
10) Prosedur Diagnostik
Klien yang akan menjalani prosedur diagnostik sering
dipuasakan atau diberi klimaks sehingga tidak bisa buang air besar
sebelum makan. Aktivitas ini dapat menyebabkan pola eliminasi
klien terganggu sampai dia bisa makan secara teratur lagi.
Prosedur termasuk barium enema atau endoskopi, serta katarsis
dan enema. Ketika barium tertinggal dalam sistem GI, barium akan
mengeras, menyebabkan feses menjadi keras, konstipasi, dan
imfaksi feses. Setelah operasi, klien perlu diberikan katarsis untuk
membantu eliminasi barium; jika semua barium tidak dikeluarkan,
klien perlu dibersihkan dengan enema.
5) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan Urine (urinalisis)
- Warna (N : Jernih)
- Penampilan (N : Jernih)
- Bau (N : Beraroma)
- Ph (N : 4,5 – 8,0)
- Berat jenis (N : 1,0051,030)
- Glukosa (N : negatif)
- Keton (N : Negatif)
- Kulture Urine (N : negatif)
b. Gangguan Eliminasi Fekal
1) Riwayat Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi di lakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan
keamanan klien. Sedangkan pada kenyamanan, implementasi dilakukan
untuk mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya
ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan
5. Evaluasi
Rencana keperawatan yang di rancang untuk mengurangi resiko
cedera pada klien, di evaluasi dengan cara membandingkan kriteria hasil
dengan tujuan yang di tetapkan selama tahap perencanaan.
D. Mind mapping & Pathway
1. Mind mapping
Eliminasi
Proses eliminasi melibatkan pembuangan sisa-
sisa metabolisme tubuh. Racun dan bahan
limbah dikeluarkan dari tubuh melalui eliminasi.
Pengkajian – Diagnosa –
Intervensi- Implementasi
- Evaluasi
Masalah-Masalah Eliminasi Fekal
Masalah-Masalah Eliminasi Konsipasi, Fecal Infaction, Diare,
Urine Inontinensia Bowel/Alvi
Retensi Urine, Inkontinensia
Urine, Enurisis
Diagnosa Keperawatan Penatalaksanaan Eliminasi Fekal
Gangguan Eliminasi Urine 1) Pengobatan Non farmakologis
Penatalaksanaan Eliminasi Urine 1. Inkontinensia Urine
2) Pengobatan Farmakologi
1) Terapi Non Farmakologis 2. Retensi Urine
2) Terapi Farmakologis 3) Pemberian Cairan
3) Terapi Pembedahan 4) Pengobatan Dietetik (Cara pemberian
4) Modalitas lain
5) Kateterisasi Uretra Diagnosa Keperawatan makan)
6) Dilatasi Uretra degan boudy Gangguan Eliminasi Fekal
5) Obat-Obatan
7) Drainage Suprapubig 1. Konstipasi
2. Diare
2. Pathway
1. Gangguan Eliminasi Urine
a. Inkontinensia Urine
INKONTINENSIA URIN
b. Retensi Urine
Supravesikal Vesikal (Batu Intravesikal (Obstruksi
(Diabetes Melitus) Kandung Kemih) Kandung Kemih)
Kerusakan medulla
spinalis TH12-L1,
kerusakan saraf
simpatis dan
parasimpatis
Otot detrusor Penyumbatan/penyem
melemah pitan uretra
Neuropati (otot tidak
mau berkontraksi)
Distensi kandung
kemih
RETENSI URIN
DIARE
b. Konstipasi
Diet rendah serat, asupan cairan kurang, Penggunaan obat-obatan tertentu (seperti,
kondisi psikis, kondisi metabolik, dan gol. Opiat) dan mengandung AL dan Ca
penyakit yang di derita
KONSTIPASI
Gangguan defekasi
Daftar Pustaka
Konstanti, & Ni Wayan. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Cetakan I. Jakarta
Selatan
Nanda.2015-2017.Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta: EGC