Anda di halaman 1dari 14

KEBUTUHAN ELIMINASI

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau
alvi ( buang air besar ).Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas 2, yakni eliminasi urine
( kebutuhan buang air kecil ) dan eliminasi alvi ( kebutuhan buang air besar ).

Kebutuhan Eliminasi Urine

Organ yang berperan dalam Eliminasi urine

a. Ginjal
Merupakan organ retroperitoneal ( di belakang selaput perut ) yang terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi
dan volume cairan dalam tubuh. Ginjal terdiri dari nephron-nephron, urine terbentuk
dari nephron-nephron sebagai hasil dari filtrasi glomerulus.

b. Kandung Kemih ( Bladder, Buli-buli )


Merupakan sebuah kantung yang terdiri dari otot halus yang berfungsi sebagai
penampung air seni ( urine ). Dewasa ≥ 200 ml - 400 ml, anak-anak ≤ 50 ml – 200 ml

c. Urethra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine kebagian luar. Dengan
panjang pada laki-laki 13,7 cm -16,2 cm dan pada wanita 3,7 cm – 6,2 cm.

Proses Berkemih
Urine normal adalah pengeluaran cairan yang prosesnya tergantung pada fungsi organ-
organ eliminasi seperi ginjal, ureter, bledder dan urethra.
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria ( kandung kemih ).Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250-450 cc ( pada
orang dewasa ) dan 2oo-250 cc ( pada anak-anak ).
Komposisi Urine
a. Air 96%
b. Larutan 4% :
Larutan Organik : Urea, Amonia, Keratin dan Asam Urat
Larutan Anorganik : Natrium ( Sodium ), Klorida, Kalium ( potassium ), Sulfat,
Magnesium, Fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling
banyak.

1
Faktor- faktor yang mempengaruhi Eliminasi Urine
a. Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine
( jumlah urine ). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.
Selain itu minum kopi juga dapat menigkatkan pembentukan urine.

b. Respon keinginan awal untuk berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan
jumlah pengeluaran urine.

c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini
terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.

d. Stress dan psikologis


Meningkatnya stress dapat meningkatkan frekwensi keinginan berkemih. Hal ini karena
meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang di produksi.

e. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami kesulitan untuk mengontrol
buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat
dengan bertambahnya usia.

f. Kondisi Penyakit
Kondisis penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperi Diabetes Melitus ( DM )
dan gagal ginjal.

g. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine memerlukan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk sphincter. \
Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika
urinaria dapat menyebabkan tidak terkontrolnya keinginan berkemih.

h. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur Pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu.

2
i. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih ditoilet, biasanya mengalami kesulitan
untuk berkemih dengan/memakai urinal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

j. Tonus Otot
Tonus otot yang berperan penting dalam proses berkemah adalah otot kandung kemih,
otot abdomen, dan pelvis., Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai
pengontrolan pengeluaran urine.

k. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian
obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.

l. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan.

m. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saliran
kemih seperti Ontra Venous Pyelogram ( IVP ).

Gangguan / masalah kebutuhan Eliminasi Urine

a. Retensi Urine, merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat


ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan lambung.

b. Inkontinensia urine, merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau


menetap unuk mengontrol ekskresi urine.

c. Enuresis, merupakan ketidaksanggupan menahan kemih ( mengompol ) yang diakibatkan


tidak mampu mengontrol sphincter eksterna ( sering terjadi pada anak).

d. Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan seseorang yng mengalami gangguan
pola eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi
saluran kemih. Perubahan eliminasi terdiri dari : Frekwensi, Urgensi, Disuria, Poliuria,
Urinaria supresi.

3
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi
a. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
b. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal
c. Melakukan kateterisasi

KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI

Anatomi Fisiologi Saluran Cerna

Secara normal, makanan dan minuman yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
mulut dikunyah ( jika dalam bentuk padat ), didorong kefaring oleh lidah dan ditelan dengan
reflex otomatis dari oesophagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dari mulut dan
berakhir di usus kecil walaupun cairan akan melanjutkannhya sampai direabsorbsi di kolon.

Anatomi Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas :

1. Mulut

4
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah
dengan baik dapat mencegah terjadinhya luka parut pada permukaan saluran pencernaan.
Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan kedalam faring, dimana makanan
bergerak ke oesophagus bagian atas dan kemudian ke bawah didalam lambung.
2. Oesophagus
Oesophagus adalah sebuah tube yang panjan. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot
yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa
yang mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk perlindungan.

3. Lambung/Gaster
Gumpalan makanan yang memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran
pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya
perilstaltik, yaitu gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang
mendorong substansi makanan dalam gerakan yang menyerupai gelombang. Pda saat
makanan bergerak kearah sphincter pylorus pada ujung distal lambung, gelombamg
perilstaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang
disebut chime. Chyme ini dipompa melalui sphincter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata
waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2
sampai 6 jam.
4. Usus Kecil
Usus kecil ( usus halus ) mempunyai 3 bagian, yaitu :
- Duodenum yang berhubungan langsung dengan lambung
- Jejenum atau bagian tengah
- Ileum
5. Usus Besar ( Colon )
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 – 60 inch, terdiri atas :
- Sekum yang berhubungan langsung dengan usus kecil
- Kolon terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
- Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorbs
makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat makanan telah diabsorbsi
dan samapai isisnya cair ( disebut chyme ). Selama perjalanan didalam kolonb ( 16 – 20
jam ) isinya menjadi makin padat karena air di absorbs dan samapai di rectum feses
bersifat padat – lunak.
Fungsi utama usus besar ( kolon ), yaitu :

a. Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya kearah bagian selanjutnya untuk
mengadakan absorbsi/penyerapan baik air, nutrient, dan garam empedu.

5
b. Mengeluarkan mucus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan melindungi
dinding usus dari aktivitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan feses, sebagai
tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.
6. Anus / Anal / Orifisium eksternal
Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai 2 sphincter yaitu internal ( involunter )
dan eksternal ( volunteer ).

Fisiologi Defekasi

Defekasi adalah proses pengosongan intestinal disebut juga Bowel Movement. Refleks
defekasi dipengaruhi oleh medulla dan batang spinal, system saraf parasimpatis akan
menstimulasi sphincter internal anus untuk relaksasi dan colon berkontraksi. Pada saat rectum
penuh dengan massa feses dan terjadi peregangan otot rectum meningkat maka reflex
defekasi terjadi.
Defekasi biasanya dimulai oleh 2 refleks, yaitu :
a. Refliks defekasi intrinstik
Ketika feses masuk kedalam rectum, pengembangan dinding rectum memberi suatu signal
yang menyebar melalui fleksus mesentrikus untuk memulai gelombang perilstaltik pada
colon desendens, colon sigmoid, dan didalam rectum. Gelombang ini menekan feses
kearah anus. Begitu gelombang perilstaltik mendekati anus, sphincter anal interna tidak
menutup dan bila sphincter eksternal tenang maka feses keluar.

b. Refleks defekasi parasimpatis


Ketika serabut saraf dalam rectum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord ( sacral 2 – 4
) dan kemudian kembali kekolon desenden, kolon sigmoid dan rectum. Sinyal-sinyal
parasimpatis ini meningkatkan gelombang perilstaltik, melemaskan sphincter anus internal
dan meningkatkan reflex defekasi instrinsik. Sphincter anus individu duduk di toilet atau
bedpan, sphinctert anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diafragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominial dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan didalam
perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rectum.
Jika reflex defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus sphincter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara
berulang dapat menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpulan feses.

Faktor - faktor yang mempengaruhi Defekasi


a. Usia

6
Setiap tahap perkembangan/Usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda. Pada bayi belum mempunyai control untuk BAB, karena neoromuskuler pada bayi
belum berkembang. Anak usia 18 – 24 bulan saraf yang mempengaruhi sphincter ani sudah
berkembang, sehingga defekasi sudah mulai terkontrol dan terkontrol penuh pada usia 30
bulan.
b. Diet
Diet, pola atau jenis makanan yang dikomsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi dan
eliminasi :
- Makanan yang menghasilkan gas seperti kol, buncis, bunga kol.
- Makanan yang bersifat laxative seperti sayuran, coklat, kopi dan yang mengandung
alcohol.
- Makanan yang menjadi penyebab konstipasi seperti keju, telur, daging dsb.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu proses
absorbsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi. Dengan pemasukan
cairan yang adekuat misalnya ± 2000-3000 ml setiap hari untuk orang dewasa, sehingga
eliminasi berlangsung baik. Berat feses normal 1x BAB setiap hari 200 gr dan 75% terdiri
dari air.
d. Aktivitas
Latihan yang teratur dapat memperbaiki motalitas usus dan tonus otot, karena tonus otot
abdomen diafragma dan otor perineal sangat penting untuk memudahkan defekasi. Bila
orang bedres terlalu lama, dapat menimbulkan konstipasi.
e. Pengobatan
Medikasi ada yang mempengaruhi terhadap peningkatan kecepatan perilstaltik seperti
Laxative dan juga yang menurunkan perilstaltik seperti obat anti diare, obat-obat yang
berpengaruh untuk terjadinya konstipasi karana menurunkan motalitas ginjal seperti
antasida. Pasien yang akan di operasi diberikan anestesi dengan memblokir parasimpatis
24 – 48 jam.
f. Pola Hidup
Jadwal keseharian seseorang, pekerjaan dan jenis kegiatan yang lain dapat mempengaruhi
kebiasaan defekasi yang bisa membuat defekasi itu teratur atau tidak. Akibat kesibukan
individu makan dan minum tidak teratur pula.

Berbagai masalah dalah Eliminasi Fecal

Adapun beberapa masalah dalam Eliminasi Fecal yang sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari- hari adalah sebagai berikut :
1. kONSTIPASI
Defenisi :

7
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekwensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri pada rectum. Kondisi ini terjadi karena feses berada diintestinal lebih
lama, sehingga banyak air diserap. Adanya injury atau degenerasi batang spinal yang
berpengaruh pada colon atau rectum hingga merupakan predisposisi terjadinya konstipasi.
Etiologi/penyebab :
Kebiasaan BAB yang tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan
lain-lain. Adapun penyebab dari konstipasi dapat dibedakan, antara lain :
- Diet tidak sempurna/adekuat : Kerang serat ( daging, telur ),tidak ada gigi,makanan
berlemak, dan cairan kurang.
- Stress psikologik/kurang olahraga/aktivitas : berbaring lama
- Obat-obatan : Kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi,penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga reflex BAB hilang.
- Usia , perilstaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehinggs
menimbulkan konstipasi
- Penyakit-penyakit : obstruksi usus, paralitik usus, kecelakaan pada spinal cord, tumor.
Penanggulangan :
- Anjurkan untuk makan yang teratur
- Anjurkan untuk makan makanan yang berserat
- Latihan fisik yang teratur
- Lakukan Huknah jalan terakhir.
2. IMPACTION

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan


feses yang keras di rectum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai
pada kolon sigmoid.

Penyebab :
- Kelemahan ( pasien yang dalam keadaan lemah )
- Bingung, gelisah, cemas
- Tidak sadar
- Konstipasi yang telah berulang
- Pemeriksaan tertentu yang dapat menyebabkan konstipasi

8
Adapun tanda-tanda yang tampak yaitu, tidak BAB, anoraksia, kembung/kram, dan
nyeri rectum.
3. DIARE
Defenisi
Diare adalah Buang air besar yang berulang dengan frekwensi 3-4 kali sehari
konsistensi cair dan feses tidak berbentuk.

Apakah penyebabnya

Diare banyak disebabkan oleh kuman dan keracunan makanan

Tanda dan gejala

- Kadang disertai panas / Demam


- Malas makan
- Gelisah
- Dehidrasi
- Berak terus menerus kadang disertai muntah
- Kesadaran menurun

4. INKONTINENSIA FECAL
Inkontinensia fecal merupakan suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan
udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan
funsi sphincter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, dan tumor sphincter
anak eksternal. Pada situsi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB, tapi
tidak menyadari secara fisik, sehingga pemenuhan kebutuhan dasar pasien tergantung
pada keluarga dan perawat.
5. FLATULENS
Flatulens merupakan gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut ( sendawa )
atau anus ( flatus ). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan
makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.

6. HEMOROID

9
Hemoroid merupakan dilatasi pembengkakan vena pada dinding rectum baik
interna maupun eksternal. Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal
jantung, dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah regang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan maka pasien merasa panas
dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri.
Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

Tindakan mengatasi masalah eliminasi Alvi :


a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
b. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
c. Memberikan huknah rendah
d. Memberikan huknah tinggi
e. Memberikan gliserin
f. Mengeluarkan feses dengan jari.

MEMBERI POT DAN URINAL

Memberikan pertolongan berupa membantu penderita dalam memenuhi


kebutuhan elimin asinya dalam BAB dan BAK di tempat tidur. Adapun tujuan tindakan
tersebut adalah :
a. Untuk menjaga kebersihan tempat tidur
b. Untuk mengurangi pergerakan penderita
c. Untuk mengetahui kelainan feses da urine.

Pasien yang memerlukan pertolongan tersebut, yaitu pasien yang tidak dapat berjalan
pasien yang masih perlu istirahat di tempat tidur. Waktu untuk member pertolongan
yaitu bila diperlukan, sesudah pemberian laxative/gliserin spuit, sebelum memandikan,
sebelum makan, sebelum waktu kunjungan pasien dan visite dokter. Alat eliminasi
terbuat dari bermacam-macam bahan, yaitu dsari email, aluminium, dan dari plastic.

FAECES
Merupakan ampas sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna. Adapun bentuk dari
faeces tersebut adalah :
a. Normal :
- Bentuk bulat bentuk seperti usus.

- Konsistensi dan kepekatan sedang, tidak terlalu lembek/keras.

- warna tergantung dari makanan apa yang dikomsumsi.

10
b. Abnormal :
-Bentuk tidak bulat, seperti pita atau kotoran kambing
-Warna merah campur darah
- Bercampur lendir, nanah dll.

MENYIAPKAN DAN MEMBERI HUKNA


Memberi hukna adalah memasukkan sejumlah cairan kedalam usus besar
melalui pelepasan dengan maksud tertentu. Hukna berasal dari bahasa Yunani yang
berarti CLYSMA, bahasa Inggris ENEMA, Hukna dalam bahasa Latin LAVEMENT.
Macam- macam hukna menurut tujuannya :
a. Hukna pembersihan membersihkan colon
b. Hukna retensi.
Macam- macam cairanyang dipakai dalam pemberian hukna :
a. Hukna membersihkan : Gliserin, Minyak kelapa, Air sabun, Larytan NaCl 0,9%, Air
hangat 38⁰c, Air dingin.
b. Hukna retensi : Larutan NaCl 0,9%, Glucose dimana keduanya dilarutkan obat yang
diperlukan.

HUKNA GLISERIN

Hukna gliserin adalah memasukkan cairan gliserin yang dicampur minyak.

Indikasi : - Penderita obstipasi BAB

- Bila kita memerlukan feses untuk pemeriksaan cyto.

Persediaan :

- Kain penutup
- Alas bokong ( perlak dan handuk kecil )
- Semprit glyserin
- Kom kecil glyserin : minyak kelapa = 1:1, sebaiknya dihangatkan dulu
- Alat-alat BAB : pot, botol cebok, closed paper.
- Sampiran bila perlu.

Prosedur Kerja :
a. Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mencuci tangan memakai hanscoen
c. Pasang selimut./kain penutup dan alasi bokong pasien

11
d. Pakaian bawah pasien dibuka
e. Semprit diisi dengan gliserin dan minyak kelapa sebanyak 10-20 cc
f. Penderita dimiringkan ke kiri, nierbekken diletakkan pada sebelah bokong
g. Keluarkan udara dari dalam semprit, lalu canul dimasukkan ± 2-3 cm ke dalam
liang pelepasan/ anus dan isinya disemprotkan pelan-pelan.
h. Setelah selesai semprit dicabut dan siletakkan dibengkok
i. Kemudian pasien disuruh menahan sebentar, lalu di beri pot
j. Setelah selesai, alat-alat dibereskan, pasien dirapikan,
k. Ujung semprit dilepas, lalu rendam dalam larutan Lysol.
l. Cuci tangan, dokumentasikan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :


1. Perhatikan reaksi yang timbul sebelum dan sesudah glyserin di berikan
2. Jangan diberikan kepada pasien yang menderita saluran cerna, penderita yang
lemah, penderita yang baru di operasi.

HUKNA MINYAK

Persediaan :

a. Minyak kelapa: Untu anak-anak 50-100cc, untuk dewasa 100-200cc


b. Pipa karet dan corongnya/Darm canule dan droping sheet

Cara kerja :
1. Cuci tangan, pakai hanscoen
2. Alat disediakan minyaknya dihangatkan sekitar 37⁰c
3. Pasang droping sheet dan alas bokong
4. Corong di sambung dengan puipa karet ( slangnya )
5. Darm canule dimasukkan kedalam rectum 10-15 cm
6. Masukkan minyak perlahan-lahan ± 10cm/menit
7. Seelah selesai canule dicabut
8. Atur kembali selimut pasien, droping sheet di cabut kemudian perawat cuci tangan
9. Alat-alat di bereskan, pasien dirapikan
10. Pendokumentasian

PEMBERIAN HUKNA
Cairan yang diperlukan :
1. Untuk orang dewasa : 1 – 2 ltr air
2. Anak-anak : 250 cc – 500 cc
3. Untuk bayi : 60 cc– 100cc

12
Persediaan :
a. Irigator komplit dengan saluran karet, klem, rectum canule
b. Cairan yang diperlikan
c. Bengkok
d. Vaseline
e. Alas karet/alas bokong/perlak
f. Kain penutup atau selimut
g. Alat untuk BAB
h. Sampiran
Ada 2 macam Hukna, Yaitu :
a. Hukna Tinggi
Huknah Tinggi bertujuan untuk membersihkan colon, dengan jumlah cairan yang
diperlukan adalah 2-3 liter, tinggi irrigator sekitar 40-60 cm dari atas tempat tidur.
Penyambungan slang adalah nelaton catheter, dimasukkan sepanjang 17-20 cm. Posisi
pasien miring kekanan atau menungging. Cairan masuk secara dengan cepat sampai cairan
ke colon asendens untuk foto ginjal
b. Hukna Rendah
Hukna letak rendah bertujuan agar pasien dapat BAB. Jumlah cairan yang dibutuhkan
adalah 1-1,5 liter. Tinggi irrigator 20-30 cm dari atas tempat tidur. Penyambung rectal
canule dimasukkan sepanjang 3-4 cm.Posisi pasien miring kekiri. Jalannya cairan masuk
kedalam lambat sampai ke colon desendens langsug diberikan pada pasien yang tidak
dapat BAB.
Cara Kerja :
1. Beritahu pasien tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Cuci tangan, pakai handscoen
3. Kain penutup dipasang jika perlu, pasang sampiran
4. Posisi penderita disesuaikan dengan kebutuhan
5. Pakaian bawah dibuka, bengkok diletakkan sebelah bokong
6. Cairan yang sudah tersedia masukkan kedalam irrigator, canule di olesi dengan
Vaseline
7. Udara diukeluarkan dari dalam saluran, kemudian saluran dipijat pada bagian bawah
agar airnya tidak mengalir terus
8. Canule dipasang ke dalam pelepasan/anus
9. Iriogator digantung sesuai tujuan, pasien dianjurkan untuk menarik nafas dalam
10. Jika cairan hamper habis, segera klem, canule dikeluarkan dari anus, lalu diletakkan di
bengkok
11. Pasien diberitahu untuk menehan sebentar, tidurkan terlentang dan diberi pot
12. Alat-alat direndam dalam larutan Lysol 2% selama 3 jam setelah itu di cuci dan
disimpan kembali

13
13. Rapikan alat, pasien
14. Dokumentasikan

PERHATIAN :
1. Pada hukna tinggi, masuknya canule 17-26 cm
2. Memasukkan cairan harus pelan pelan agar pasien tidak terlalu cepat mengedan
3. Perhatikan KU Pasien, perhatikan tindakan berhasil atau tidak.

14

Anda mungkin juga menyukai