Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu

Praktek Klinik Keperawatan Dasar

Di RST TK II Dr Soepraoen Malang

Disusun Oleh :

SISKA AYU WULANDARI

NIM : P17210213108

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG


APRIL 2023
I. DEFINISI
Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh
tubuh.Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : eliminasi urine dan eliminasi fekal.
a. Eliminasi Urine
Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan. Dimana sistem
ini terdiri dariginjal, ureter, kandung kemoh, dan uretra. Proses pembentukan urine di
ginjal terdiri dari 3 prosesyaitu : filtrasi , reabsorpsi dan sekresi .Proses filtrasi
berlangsung di glomelurus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar
daripermukaan eferen.Proses reabsorpsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar
dari glukosa, sodium, klorida, fosfat,dan beberapa ion karbonat.Proses sekresi ini sisa
reabsorpsi diteruskan keluar.
b. Eliminasi Fekal
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran pencernaan
merupakansaluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk
diserap oleh tubuh denganproses penernaan (pengunyahan, penelanan, dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair darimulut sampai anus. Organ utama yang
berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar. Usus besarmemiliki beberapa fungsi
utama yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit, proteksi atau perlindungandengan
mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses
danaktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan
berkontraksi.Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat
refleks ini terdapat padamedula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya
feses dalam rectum.
II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Eliminasi Urine
- Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium
mempengar jumlah urine yang keluar.
- Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk
berkemih danhanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya
urine banyak tertahan dalamkandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas
kamdung kemih yang lebih dari normal.
- Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine.
Tersedianya fasilitastoilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi
eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapatmempengaruhi tingkah laku.
- Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urine yang diproduksi
- Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonusotot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan
eksternal.
- Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih.
Pada wanitahamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari
fetus atau adanya7. Kondisi patologisSaat seseorang dalam keadaan sakit,produksi
urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan untukminum sedikit
b. Eliminasi Fekal
- Tingkat perkembangan
Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan pada lansia proses
mekaniknyaberkurang karena berkurangnya kemampuan fisiologis sejumlah organ.
- Diet
Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Sebagai contoh,makanan berserat akan mempercepat produksi feses. Secara
fisiologis, banyaknya makanan yangmasuk kedalam tubuh juga berpengaruh
terhadap keinginan defekasi.
- Asupan Cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karena jumlah
absorpsi cairandikolon meningkat.
- Tonos Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang cukup akan
membantu defekasi.Gerakan peristaltik akan memudahkan materi feses bergerak
disepanjang kolon.
- Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau motilitas usus
sehingga dapatmenyebabkan diare.
- Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat
melunakkanfeses dan meningkatkan peristaltik. Akan tetapi, jika digunakan dalam
waktu lama, kedua obattersebut dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi
kurang responsif terhadap stimuluslaksatif. Obat-obat lain yang dapat mengganggu
pola defekasi antara lain: analgesik narkotik,opiat,dan anti kolinergik.
- Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi.
- Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak, atau
kebiasaanmenahan buang air besar.
- Aktivitas fisik
Orang yang banyakn bergerak akan mempengaruhi mortilitas usus.
- Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi tersebut
memungkinkanindividu mengerahkan tekanan yang terabdomen dan mengerutkan
otot pahanya sehinggamemudahkan proses defekasi.
- Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir kehamilan . seiring
bertambahnya usiakehamilan , ukuran janin dapat menyebabkan obstruksi yang akan
menghambat pengeluaran feses. Akibatnya , ibu hamil sering kali mengalami
hemaroid permanen karena sering mengedan dan defekasi.
III. PATOFISIOLOGI
A. ETIOLOGI
1. Gangguan Eliminasi Urin
a. Intake Cairan
b. Aktivitas
c. Obstruksi : batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur uretra
d. Infeksi
e. Kehamilan
f. Penyakit : pembesaran kelenjar prostat
g. Trauma sumsum tulang belakang
h. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, uretra
i. Umur
j. Penggunaan obat-obatan
2. Gangguan Eliminasi Fekal
a. Pola diet tidak adekuat / tidak sempurna
b. Cairan
c. Meningkatnya stress psikologi
d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama
e. Obat-obatan
f. Usia
g. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada
spinal cord dan tumor
B. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda Gangguan Eliminasi Urine
a. Retensi Urin
- Ketidaknyamanan daerah pubis
- Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih
- Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang
- Meningkatkan keinginan berkemih dan resah
- Ketidaksanggupan untuk berkemih
b. Inkontonensia Urin
- Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC
- Pasien sering mengompol
2. Tanda Gangguan Eliminasi Fekal
a. Konstipasi
- Menurunnya frekuensi BAB
- Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
- Nyeri rectum
b. Impaction
- Tidak BAB
- Anoreksia
- Kembung/Kram
- Nyeri rectum
c. Diare
- BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
- Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
- Iritasi di dalam kolon merupakan factor tambahan yang menyebabkan
meningkat sekresi mukosa
- Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan
BAB
d. Inkontinensia Fekal
- Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus
- BAB encer dan jumlahnya banyak
- Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord
dan tumor spingter anal eksternal
e. Flatulens
- Menumpuknya gas pada lumen intestinal
- Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram
- Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f. Hemoroid
- Pembengkakan vena pada dinding rectum
- Pendarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
- Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
- Nyeri
C. PATHWAY
IV. MANIFESTASI KLINIS
1. Urine mengalir lambat
2. Terjadi polyuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung kemih
tidak efisien
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
6. Hematuria
7. Edema ringan pada mata/seluruh tubuh
8. Edema berat mengakibatkan oliguria dan payah jantung
9. Hipertensi 60-70 %
10. Gangguan GIT
11. Oliguria
V. KLASIFIKASI
a. Eliminasi Urine
1) Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
2) Dysuria
Adanya rasa sedikit sakit atau kesulitan dalam berkemih
3) Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2500ml/hari,
tanpa adanya intake cairan
4) Inkontinensi urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal untik
mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih
5) Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urine
b. Eliminasi Fekal
1) Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran
feses yang lama atau keras dan kering.
2) Impaksi
Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Imfaksi adalah
kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rectum yang tidak dapat
dikeluarkan
3) Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatam pengeluaran feses yang
cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses
pemcernaan, absorpsi dan sekresi didalam saluran GI
4) Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas
dari anus
5) Flatulen
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram
6) Hemoroid
Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak dilapisin rectum.
VI. PEMERIKSAAN
1) Pemeriksaan Fisik
a. Eliminasi Urine
1. Abdomen, dikaji dengan cermat adanya pembesaran, distensi kandung kemih,
pembesaran ginjal, nyeri tekan pada kandung kemih
2. Genetalia, kaji kebersihan daerah genetalia, amati adanya bengkak, rabas, atau
radang pada meatus uretra
3. Urine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan karakteristik urine normal
b. Eliminasi Fekal
1. Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang , hanya pada bagian yang
tampak saja
- Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya , simetrisitas , adanya
distensi atau gerakperistaltik
- Auskultasi , dengarkan bising usus , lalu perhatikan intensitas , frekuensi dan
kualitasnya.
- Perkusi , lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi
berupa cairan , massa ,atau udara . mulailah pada bagian kanan atas dan
seterusnya .
- Palpasi , lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen serta adanya
nyeri tekan ataumassa di permukaan abdomen .
2. Rektum dan anus , pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
3. Feses , amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk , bau , warna , dan jumlahnya.
2) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan foto rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium dan urine
VII. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan, mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-
beda, maka pengambilan sempel urine juga dibeda bedakan sesuai tujuannya
2. Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
3. Melakukan kateterisasi. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter
melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni / urine.
VIII. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN FOKUS SESUAI KASUS
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi :
- Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin,
Pendidikan,alamat,pekerjaan,agama,suku bangsa,tanggal dan jam masuk rumah
sakit,nomor register dan diagnosa medis
- Data keluhan utama merupakan keluhan yang sering menjadi alasan pasien untuk
meminta bantuan kesehatan, seperti pada gangguan system perkemihan, meliputi
keluhan sistematik, antara lain gangguan fungsi ginjal (sesak napas, edema,
malaise,pucat dan uremia) atau demam disertai menggigil akibat
infeksi/urosepsis, dan keluhan lokal pada saluran perkemihan antara lain nyeru
akibat kalanin pada saluran perkemihan, keluhan miksi (keluhan iritasi dan
keluhan osbtruksi) hematuria, inkontinensia, disfungsi seksual atau infertilitas.
Keluhan utama pada subjel retensi urin adalah sensasi penuh kandung kemih,
dysuria/anuria dan distensi kandung kemih (Muttaqin,2011)
- Kebiasaan Berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.
Frekuensi berkemih tergantung pada kebiasaan dan kesempatan
- Pola berkemih
a. Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu
24 jam
b. Urgensi dimana perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet
karena takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih
c. Disuria dimana keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih
d. Poliuria dimana keadaan produksi yang abnormal
e. Urinaria supresi adalah keadaan produksi urine yang berhenti secara
mendadak
- Volume urine menentukan berapa jumlah urine dalam waktu 24 jam
- Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih seperti berikut
1. Diet dan asupan (diet tinggi protein dan natrium)
2. Gaya Hidup
3. Stres psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih
4. Tingkat aktivitas
- Keadaan urine meliputi :
a. Warna
b. Bau
c. Berat jenis
d. Kejernihan
e. PH
f. Protein
g. Darah
h. Glukosa
- Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti retensi urine, inkontinensia urine
B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Retensi urine b.d blok spingter d.d pasien mengalami sensasi penuh pada kandung
kemih, dysuria/anuria,distensi kandung kemih,dribbling, inkontinensia berlebih,
dan residu rin 150 ml atau lebih (D.0050)
2. Inkontinensia urin fungsional b.d gangguan fungsi ognisi, factor perubahan
lingkungan, gangguan psikologi, kelemahan struktur panggul, keterbatasam
neuromuscular (D.0044)
3. Inkontinensia urin berlebih b.d disenergia sfingter eksternal, obstruksi ureter,
program pengobaan (D.0043)
4. Inkontinensia urine refleks b.d gangguan neurologis diatas lokasi pusat mikturisi
pontine dan mikturisi sacral (D.0045)
5. Inkontinensia urin stress b.d indefisiensi sfingter uretra intrinsic, peningkatan
tekanan intra abdomen (D.0046)
6. Inkontinensia urin urgensi b.d infeksi kandung kemih, program pengobatan
(D.0047)
C. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. SDKI : Gangguan SLKI: Eliminasi SIKI : Manajemen 1. Untuk
Eliminasi Urine Urine (L.04034) Eliminasi urine ( I.04152) mengetahui
(D.0040) Setelah dilakukan Tindakan
frekuensi,
Gangguan asuhan Terapeutik
eliminasi urin b.d keperawatan 3x24 1. Catat waktu waktu dan konsistensi,
Iritasi kandung jam dengan tujuan haluaran berkemih aroma,volume
kemih d.d Desakan agar Eliminasi 2. Batasi asupan cairan
dan wwarna urine
berkemih urine membaik Observasi
dengan kriteria 3. Memonitor eliminasi klien
hasil : urine 2. Mengetahui tanda
a. Sensasi 4. Identifikasi tanda dan
dan gejala urine
berkemih gejala retensi
meningkat Edukasi keluar
b. Desakan 5. Mengajarkan tanda dan 3. Untuk
berkemih gejala infeksi saluran mengurangi
menurun kemih
c. Distensi 6. Mengajarkan terapi frekuensi BAK
kandung modalitas penguat otot 4. Supaya klien
kemih otot panggul mengetahui tanda
menurun 7. Menganjurkan
dan gejala infeksi
d. Berkemih mengurangi minum
tidak tuntas menjelang tidur saluran kemih
menurun Kolaborasi 5. Untuk
8. Mengkolaborasi
mengurangi
pemberian obat
supositoria uretra jika sensasi berkemih
perlu 6. Supaya klien
tidak kebanyakan
minum sehingga
menyebabkan
kemih berlebihan
7. Menghindari
mengompol
2. SDKI : Nyeri SLKI : Tingkat SIKI : Manajemen Nyeri a. Untuk
Akut (D.0077) Nyeri (L.08066) (I.08238) mengurangi nyeri
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Tindakan :
klien
pencedera fisik d.d asuhan Terapeutik
keperawatan 3x24 1. Berikan Teknik b. Mengoptimalkan
mengeluh nyeri,
jam dengan tujuan nonfarmakologi untuk pola tidur klien
tampak meringis, agar tingkat nyeri mengurangi nyeri
c. Mengajarkan
bersikap protektif menurun dengan 2. Fasilitasi istirahat dan
kriteria hasil : tidur klien mengatasi
a. keluhan nyeri 3. Jelaskan strategi nyerinya
menurun meredakan nyeri
d. Mengetahui
b. meringis Observasi
menurun 4. Identifikasi lokasi,
c. gelisah lokasi,karakteristik,dura karakteristik,
menurun si, kualitas dan
d. kesulitan tidur frekuensi,kualitas,intens
menurun itas nyeri intensitas nyeri
e. frekuensi nadi 5. Identifikasi skala nyeri e. Mengetahui skala
membaik 6. Monitor efek samping nyeri
f. tekanan darah penggunaan analgetic
f. Mengetahui efek
membaik Edukasi
g. fungsi 7. Jelaskan samping
berkemih penyebab,periode da analgetic
membaik pemicu nyeri
g. Membantu
h. nafsu makan 8. Jelaskan strategi
membaik pola meredakan nyeri meredakan nyeri
tidur membaik Kolaborasi klien
9. Kolaborasi pemberian h. Mengurangi nyeri
analgetic yang dirasakan
klien

3. SDKI : Defisit SLKI : Status SIKI : Manajemen Nutrisi 1. Untuk memonitor


Nutrisi (D.0019) Nutrisi (L.03030) (I.03119) berat badan
Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Tindakan : 2. Untuk
Ketidakmampuan asuhan Terapeutik mengetahui pola
mencerna makanan
keperawatan 3x24 1. Timbang berat badan makan
jam dengan tujuan 2. Hitung perubahan BB 3. Untuk
agar status nutrisi mengetahui
membaik dengan 3. Jelaskan tujuan dan terdapat
kriteria hasil : prosedur pemantauan kelaianan
a. Porsi makanan Observer eleminasi atau
yang 4. Identifikasi perubahan tidak
dihabiskan berat badan 4. Memonitor berat
b. Pengetauan 5. Identifikasi pola makan badan
tentang 6. Identifikasi kalainan 5. Untuk
c. Standart eliminasi mengetahui
asupan nutrisi Edukasi perubahan berat
yang tepat 7. Anjurkan posisi duduk badan
d. Sikap Kolaborasi 6. Untuk
terhadap 8. Kolaborasi pemberian mengetahui
makanan dan medikasi sebelum tujuan dan
minuman makan prosedur
e. Nyeri pemantauan
abdomen
menurun (5)
f. Frekuensi
makan Nafsu
makan
membaik
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz (2-12). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : EGC

Konzier, Erb, Berman, Synder (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 22.
Jakarta : EGC

Mubarok, Chayatin (2008) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia EGC : Jakarta

Potter dan Perry (2006) Buku Ajar Fundamental Keperawtaan Edisi 4 Volume 2 Jakarta : EGC

PPNI (2016) Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1 Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018) Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI

Tarwoto & Wartonah (2010), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4 Jakarta
: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai