Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.

L DENGAN DIARE

MAKALAH
Untuk Memenuhi tugas kelompok matakuliah
Keperawatan Anak
yang dibina oleh Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kes

Oleh Kelompok 1 TK-2C:

1. Eryca Isvani Aulia Rizki P17210214128


2. Zahra Trisna Aprilia P17210214148
3. Nike Niansari P17210214154

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN MALANG
November 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta yang telah memberikan kekuatan dan
petunjuk kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Patofisiologi, dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak
dengan Diare” tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya serta kekuatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
2. Orangtua kami yang sangat berarti didunia ini serta yang selalu memberikan
semangat untuk menempuh pendidikan di Poltekkes Kemenkes Malang.
3. Ibu Tutik Herawati, S.Kp, MM, selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Maternitas
4. Bapak/Ibu dosen matakuliah Keperawatan Anak yang dengan sabar meluangkan
waktu untuk memberi pengarahan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang
berguna kepada kami sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Anggota kelompok 1 atas kerja samanya dalam pengerjaan makalah ini dengan baik.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan
pahala berlipat. Aamiin.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini tentunya masih
jauh dari kata sempurna, banyak terdapat kekurangan, kesalahan dan kekhilafan
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan yang bersifat membangun atas makalah
ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih dan
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami maupun para pembacanya.

Malang, 7 November 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................3
1.4. Manfaat Penulisan...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
2.1. Definisi Diare..........................................................................................................5
2.2. Klasifikasi Diare.....................................................................................................
2.3. Etiologi Diare..........................................................................................................
2.4. Patofisiologi Diare..................................................................................................
2.5. Pathway Diare.........................................................................................................
2.6. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................
2.7. Penatalaksanaan......................................................................................................
BAB III DOKUMENTASI KASUS.................................................................................36
3.1..................................................................................................................................
Kasus Semu.............................................................................................................36
3.2..................................................................................................................................
Pembahasan Asuhan Keperawatan..........................................................................36
BAB IV PENUTUP............................................................................................................52
4.1. Kesimpulan............................................................................................................52
4.2. Saran......................................................................................................................52
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................53

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan (1.1) latar belakang, (1.2) rumusan masalah, (1.3) tujuan, dan
(1.4) manfaat, sebagaimana jabaran berikut:

1.1. Latar Belakang


Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada
masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada
anak di berbagai Negara (Widoyon, 2011). Diare dapat menyerang semua kelompok
usia terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare, karena system
pertahanan tubuh anak belum sempurna (Soedjas, 2011).
World Health Organization (WHO) (2012), menyatakan bahwa diare
merupakan 10 penyakit penyebab kematian. Tahun 2012 terjadi 1,5 juta kematian
akibat diare. Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi meninggal pada tahun
pertama kematian. Kematian tersebut disebabkan karena pneumonia (18%),
komplikasi kelahiran praternum (14%) dan diare (12%).
Hasil RISKESDAS (2013), menyatakan bahwa insiden diare pada anak di
Indonesia adalah 6,7%. Lima propinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh
(10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten
(8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan
(7,6%), laki-laki (5,5%), Perempuan (4,9%).
Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diare pada balita adalah
kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan
sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar12,37%, sedangkan proporsi
terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06% (Kemenkes, 2011). Dinas
kesehatan Kota Kendari (2014), menyatakan pada tahun 2014 jumlah kasus diare
yang datang ke sarana kesehatan sebanyak 12,2% kasus. Jumlah kasus tahun 2014
sedikit menurun dibandingkan kasus tahun 2013 sebesar 25,9%.
Diare pada bayi dan balita ini dapat disebabkan oleh beberapa factor
diantaranya: yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak. Infeksi
enternal merupakan infeksi dari luar pencernaan, yang menjadi utama penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enternal disebabkan karena bakteri, virus dan parasite.
Sedangkan infeksi perenteral merupakan infeksi dari luar pencernaan seperti otitis
3
media akut (OMA), bronkopneumonia, ensefalitas,. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun (Ngastiyah, 2014).
Wong (2008), mengatakan pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai
dengan mengamati keadaan umum dan perilaku anak. Pengkajian selanjutnya yang
dilakukan pada pasien diare dengan gangguan keseimbangan cairan yaitu pengkajian
dehidrasi seperti berkurangnya 3 keluaran urine, turgor kulit yang jelek, ubun yang
cekung. Nursalam (2008), mengatakan dampak yang dapat ditimbulkan jika
mengalami gangguan keseimbangan cairan yaitu terjadi hal-hal seperti dehidrasi pada
bayi dan balita, hipoglikemia, mengalami gangguan gizi, gangguan sirkulasi, hingga
terjadi komplikasi pada anak.
Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Pada balita akan menyebabkan
anorexia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare dapat
mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi,
kebutuhan sari makanan pada anak yang mengalami diare akan menyebabkan
kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan menghambat proses
tumbuh kembang anak. Sedangkan dampak psikologis terhadap anak-anak antara lain
anak akan menjadi rewel, cengeng, sangat tergantung pada orang terdekatnya
(Widoyono, 2011).
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien yang menderita diare
adalah kekurangan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi. Peran perawat
sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada anak yang dirawat dengan diare,
diantaranya memantau asupan dan pengeluaran cairan. Anak yang mendapatkan terapi
cairan melalui intravena perlu pengawasan untuk asupan cairan, kecepatan tetesan
harus diatur untuk memberikan cairan volume yang dikehendaki dalam waktu tertentu
dan lokasi pemberian infus harus dijaga (Wong, 2008). Tindakan keperawatan yang
harus dilakukan selanjutnya yaitu menimbang berat badan anak secara akurat,
mamantau input dan output yang tepat dengan meneruskan pemberian nutrisi per oral
dan melakukan pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.
Selain dari tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut
memberikan perawatan seperti memberikan perhatian, semangat dan mendampingi
anak selama dirawat dirumah sakit (Nursalam, 2008). Selain dari perawatan anak
dirumah sakit, pengetahuan orang tua tentang terjadinya diare sangatlah penting. Hal

4
ini disebabkan karena sebagian ibu belum mengetahui tentang perilaku sehat untuk
menjaga 4 kesehatan keluarga seperti selalu menjaga kebersihan diri dan makanan,
menjaga kebersihan lingkungan rumah, memriksakan kondisi kesehatan ketika
terdapat gejala suatu penyakit ke puskesmas, menjaga pola istrahat serta
menyempatkan untuk berekreasi guna menghilangkan stres yang dapat memicu
penyakit (Subakti, 2015).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak dengan
Diare?”.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien anak dengan Diare.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien anak
dengan diare.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien anak dengan diare.
c. Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada klien anak
dengan diare.
d. Mampu melaksanakan intervensi asuhan keperawatan pada klien dengan
diare.
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien anak dengan diare.

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan penulis dapat menegakkan diagnosa
keperawatan, menentukan intervensi dengan tepat untuk klien dengan masalah
keperawatan pada sistem pencernaan, khususnya dengan klien anak dengan
diagnosa medis diare.

5
1.4.2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penulisan ini di harapkan dapat menambah keluasan ilmu dan
teknologi terapan bidang keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien anak dengan diare.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan (2.1) definisi diare, (2.2) klasifikasi diare, (2.3) etiologi diare,
(2.4) patofisiologi diare, (2.5) pathway diare, (2.6) pemeriksaan penunjang, dan (2.7)
penatalaksanaan sebagaimana jabaran berikut:

1.
2.
2.1. Definisi Diare
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air
besaryang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare
merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3
kali sehari dengan konsistenis tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lensir
(Riskesdas,2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fase.
Seseorang dikatakan menderita bila fases berair dari biasanya, dan bila ruang buang
air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB)dengan konsitensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari 3 kali sehar.
Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama
kurang lebih 14 hari.
Komplikasi paling mengganggu yang mungkin terjadi adalah cairan
(dehidrasi), yang berakibat pada cairan tubuh dan zat elektrolit dalam jumlah besar.
Ketika seseorang terkena diare, cairan tubuh dan zat elektrolit dalam jumlah besar.
Dehidrasi merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapa menikmati cairan tubuh
yang hilang akibat diare. Kasus kematian yang paling sering menimpa mereka yang
sangat muda atau sangat tua.

2.2. Klasifikasi Diare


Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi :

7
a. Diare akut, yairu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik, yaitu bila berlangsung lebih dari 14 hari.

2.3. Etiologi Diare


1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral ialah Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
a) Infeksi bakteri : vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter dll
b) Infeksi virus : Ebterovirus, (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dll
c) Infeksi parasite : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides) ,
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis) ,
jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsillitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dll.
2. Faktor malabsorbsi
a. malabsorbsi kardohidrat
b. malabsorbsi lemak
c. malabsorbsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi, makanan beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar)
Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
diare, yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan
b. Menggunakan botol susu
c. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamaah makanan.

8
Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :

1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (380C atau
lebih tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai infeksi saluran
pernafasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya
terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari
3 tahun.
b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan
terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air ditempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usian dan
dapat sembuh sendiri dalam wakru 2-3 hari.
2. Agens bacteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada strainnya.
Biasanya anak akan mengalami distensi, abdomen, demam, vomitus, BAB
berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mucus bersifat menyembur.
Dapat ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang,
pemberian ASI tidak ekslusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis.
Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau vomitus, nyeri
abdomen, demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif,
nyeri tekan ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti
kucing, burung dan lainnya.
3. Keracunan Makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat
pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau
makanan yang disimpan dilemari es seperti pudding, mayones, makanan
yang berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami
nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang dan berat.
9
Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah
daging dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami
nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang
terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga
yang dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.

2.4. Patofisiologi Diare


Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004 dan (Dewiyanti, S. 2019).
Mekanisme terjadinya diare dan termaksut juga peningkatan sekresi atau penurunan
absorbsi cairan dan elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat yang berasal dari
inflamasi mukosa intestinal (Wiffen et al, 2014 dan Dewiyanti, S. 2019).

a. Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare
noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
sitoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir
dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
tetenus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin
makroskopis ditemukan lendir dan atau darah, mikoroskopis didapati sek lukosit
polimakronuklear. Diare juga dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu
peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri
menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebakan terjadinya
diare. Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman enteropatogen meliputi
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi
mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat
10
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk mengatasi pertahanan
mukosa usus (Amin, 2015 dan (Dewiyanti, S. 2019). 

Berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas 3 kelompok :

a. Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa. Hal ini
ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
b. Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar tidak menyerap
air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi yang terbalik ini
dapat disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan lain-
lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel
mukosa usus.
c. Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada colitis
ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah, dan mukus.
Diare akut dapat menyebabkan terjadinya:

a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.
b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan
berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, peredaran
otak dapat terjadi, kesadaran menurun (sopokorokomatosa) dan bila tidak cepat
diobati, dapat menyebabkan kematian.
c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah, kadang-kadang orangtua menghentikan pemberian makanan karena takut
bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
tetapi dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah
berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
mengakibatkan kejang dan koma. (Dewiyanti, S. 2019). 

11
2.5. Pathway Diare

2.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Biopsi usus halus
a. Biopsi usus halus diindikasikan pada :
b. pasien dengan diare yang tidak dapat dijelaskan atau steatore,
c. anemia defisiensi Fe yang tidak dapat dijelaskan yang mungkin
menggambarkan absorbsi Fe yang buruk pada celiac spure, dan
d. osteoporosis idiopatik yang menggambarkan defisiensi terisolasi terhadap
absorbs kalsium.
2. Enteroskopi usus halus: memerlukan keterampilan khusus yang dapat membantu
menidentifikasi lesi pada usus halus.
3. Protosigmoidoskopi dengan biopsi mukosa: pemeriksaan ini dapat membantu
dalam mendeteksi IBD termasuk colitus mikroskopik, melanosis coli dan indikasi
penggunaan kronis anthraguinone laksatif.
4. Rangkaian pemeriksaan usus halus: pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi
klinisi untuk mengetahui segala sesuatu ayng terjadi di abdomen. Radiologis dapat
melakukan flouroskopi dalam memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau

12
enteroclysis yang dapat menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30
menit. Tube dimasukkan ke usus halus melewati ligamentumtreitz, kemudian
diijeksikan suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil
selulosa diinjeksikan.
5. Imaging: penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging
jika di idikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat
mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi seri gastrointestinal atas atau
enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi chron’s disease, limfoma atau
sindroma carcinoid. Kolososkopi dapat membantu mengevaluasi IBD. Endoskopi
dengan biopsi usus halus berguna dalam mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat
penyakit pada mukosa. Endoskopi dengan aspirasi duodenum dan biopsi usus halus
berguna pada pasien AIDS, cryptosporidium, microsporida, Infeksi M Avium
intraseluler. CT Abdominal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis
atau endokrin pankreas. (Dewiyanti, S. 2019). 

2.7. Penatalaksanaan
Menurut Dewiyanti, S. 2019 standar penatalaksaan penderita diare di sarana
kesehatan melalui Lintas Diare dilakukan antara lain:

1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang
beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik
bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa
minum harus segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus.
2. Berikan Obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zincdapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
13
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Black,
2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa zinc mempunyai efek protektif
terhadap diare sebanyak 11% dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa
zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67% (Hidayat 1998 dan Soenarto
2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi zinc segera saat anak
mengalami diare.
3. Pemberian Asi/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak
yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama
2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi Antibiotika tidak boleh digunakan
secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh
bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah
(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga
tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan
ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit
(amuba, giardia).
5. Pemberian nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila:
a. Diare lebih sering

14
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari

15
BAB III
DOKUMENTASI KASUS

Bab ini menguraikan (3.1) kasus semu, dan (3.2) pembahasan asuhan keperawatan
sebagaimana jabaran berikut:

3.
3.1. Kasus Semu
An. L berusia 8 tahun datang ke RSUD Lawang pada tanggal 2 November 2022 pukul
08.47 WIB, dengan diagnosa medis diare. Klien mengeluh sakit perut dan nyeri seperti
diremas-remas, nyeri dirasakan pada abdomen dengan skala nyeri 4, klien juga merasakan
tubuhnya panas dan mengeluh pusing. Hasil pemeriksaan didapatkan data TD : 100 / 90
mmHg, Suhu : 38,5℃ , Nadi : 110x/menit, dan RR: 20x/ menit.

3.2. Pembahasan Asuhan Keperawatan

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN

Tanggal MRS : 2-11-2022 Jam Masuk : 08.47 WIB


Tanggal Pengkajian : 2-11-2022 No. RM : xyz.123
Jam Pengkajian : 08.47 WIB Diagnosa medis : Diare
Hari rawat ke :1

A. Identitas klien
Nama : An. L
Jenis Kelamin : Laki-laki         
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Lawang

16
Identitas Keluarga Pasien (yang dapat dihubungi)
Nama : Ny. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lawang
Hubungan dg klien : Ibu kandung

B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan perutnya sakit

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada pagi hari Rabu, 2 November 2022 pukul 07.00 datang klien berinisial L dengan
keluhan sakit perut seperti diremas-remas dengan skala nyeri 4 disertai BAB encer
dengan frekuensi 4-5 kali dalam sehari dialami sejak 2 hari yang lalu setelah makan
seblak pedas. Klien dibawa ke RSUD Lawang lalu dilakukan pengkajian, klien
didiagnosa terkena diare dan perlu dilakukan perawatan selama 3x24 jam.

c. Riwayat Penyakit/Kesehatan Yang Lalu


Ibu klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit kronis maupun menular

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan pada keluarga

C. Pola Aktivitas Sehari-hari


a. Nutrisi
Ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun dan berat badan menurun dari 30kg
menjadi 27kg. Porsi makan ¼ porsi dari yang disediakan, dengan minum 6 gelas per
hari.

17
b. Eliminasi
Sebelum sakit frekuensi BAB 1 kali per hari dengan konsistensi lunak, setelah sakit
klien BAB dengan frekuensi 4-5 kali dalam sehari dengan konsistensi cair.
c. Istirahat dan Tidur
Ibu klien mengatakan klien tidak dapat tidur nyenyak dan sering terbangun karena
nyeri pada perutnya dan diare.
d. Aktifitas Fisik
Ibu klien mengatakan klien cepat lelah, lemah, letih dan lesu.
e. Personal Hygiene
Klien mandi hanya dilap 2x sehari, gosok gigi 2 kali sehari.

D. Data Psikososial
a. Status Emosi
Emosi pasien kurang stabil (terlihat gelisah)
b. Konsep Diri
 Body Image : pasien mengetahui dirinya sedang sakit dan membutuhkan
pengobatan agar cepat sembuh
 Self Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan
keluarga
 Self Eesteem : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang kerumah.
 Role : pasien sebagai pelajar
 Identity : pasien bernama An. L 8 tahun

c. Interaksi Sosial
Klien mampu berinteraksi dengan baik dengan perawat, hubungan dengan keluarga
juga terjalin baik
d. Spiritual
Pasien beragama islam dan taat beribadah

E. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadaran : Compos metis (normal)
c) Tanda-Tanda Vital

18
 Tekanan Darah : 100/90 mmHg           
 Suhu : 38,5 ℃
 Nadi : 120x/menit       
 RR : 20x/menit
d) Kepala
 Kulit Kepala : Bersih, rambut hitam
 Bentuk wajah : Bentuk wajah simetris, tidak ada luka
 Mata : Simetris dan penglihatan baik
 Hidung : Bentuk simetris, terdapat secret
 Telinga : Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
 Mulut : Bibir kering dan pucat dengan gigi bersih
e) Leher
Tidak ada tyroid pada leher.
f) Dada dan Thorak
 Inspeksi : pergerakan dada simetris
 Palpasi : tidak ada benjolan
 Perkusi :  tidak terdapat bunyi sonor
 Auskultasi :  tidak terdapat bunyi wheezing
g) Abdomen
 Inspeksi : simetris, datar  
 Palpasi : terdapat nyeri tekan pada ulu hati, skala nyeri 4
 Perkusi : hipertimpani, perut kembung
 Auskultasi : bising usus hiperaktif
h) Genetalia
Membran tampak merah muda dan lembab, tidak berbau, tidak terdapat lesi, tidak ada
nyeri dan tidak terpasang kateter.
i) Rectum dan anus
Kulit parianal utuh, tidak ada benjolan, licin, tidak nyeri dan warna lebih gelap dari
warna sekitarnya.
j) Ekstremitas
 Ekstremitas atas

19
Tidak terdapat pembatasan gerak tangan dan otot, tidak terdapat benjolan dan
nyeri tekan, besar dan bentuk otot normal, kekuatan otot bagus dan mampu
menahan tahanan yang diberikan, keseimbangan baik, refleks otot bisep dan
trisep baik, mampu membedakan nyeri, sentuhan dan temperatur.
 Ekstremitas bawah
Pergerakan kaki dan kekuatan otot baik, tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan,
bentuk dan besar otot baik, bentuk dan ukuran kiri kanan sama, mampu menahan
berat tahanan yang diberikan, keseimbangan baik, reflek otot bisep dan trisep
baik.

F. Pemeriksaan Penunjang
-
G. Terapi Medis
1. IVFD RL 18tpm
2. L Bio 2x1 (1 sachet)
3. Paracetamol 3x1 500mg

20
ANALISA DATA

DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI

DS: Diare Makanan cepat saji


 Pasien mengeluh
nyeri abdomen
dengan skala 4
Infeksi (bakteri)
DO:
 Defekasi lebih dari 3x
dalam 24 jam
 Feses cair Berkembang di usus
 Bising usus hiperaktif

Bising usus meningkat

Diare

DS: Hipertermia Dehidrasi


 Pasien mengeluh
badannya panas

DO: Penurunan volume cairan


 Suhu : 38,5 C
0
ekstra sel
 Kulit merah
 Takikardia
 Kulit terasa hangat
Penurunan cairan interstitial

Kekurangan volume cairan

Hipertermia

21
DS: Hipovolemia Dehidrasi
 Pasien mengatakan
lelah, haus, dan
pusing Tubuh kehilangan cairan dan
DO:
 Turgor kulit menurun elektrolit
 Membran mukosa
kering
 Volume urine Penurunan volume cairan
menurun
interstitital
 Suhu tubuh
meningkat (38,50C)
 Nadi: 120x/menit
 RR: 20x/menit Turgor kulit menurun
 TD: 100/90 mmHg

Hipovolemia

DS: Defisit Nutrisi Penyakit saluran pencernaan


 Pasien mengatakan
cepat kenyang setelah
makan Kelemahan otot menelan
 Nyeri pada daerah
perut
 Nafsu makan
menurun Gangguan menelan makanan
DO:
 Berat badan menurun
BB awal: 30kg
BB saat ini: 27kg Asupan nutrisi tidak
 Bising usus hiperaktif terpenuhi
 Diare

Defisit nutrisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

22
1. SDKI: Diare (D.0020)

Diare berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan nyeri abdomen dengan
skala 4, Defekasi lebih dari 3x dalam 24 jam, Feses cair, Bising usus hiperaktif.

2. SDKI: Hipovolemia (D.0023)

Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan merasa


lemah, haus dan pusing, Turgor kulit menurun, Membran mukosa kering, Volume
urine menurun, Suhu tubuh meningkat (38,50C), N : 120x/menit, RR : 20X/menit,
TD : 100/90x/menit.

3. SDKI : Defisit nutrisi (D.0019)


Defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk makan)
dibuktikan dengan cepat kenyang setelah makan, Nyeri pada daerah perut, Nafsu
makan menurun, Berat badan menurun, Bising usus hiperaktif, Diare

23
DAFTAR MASALAH

TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA


NO DX
MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
1 Rabu, 12 Oktober SDKI : Diare Jumat, 14 Oktober Kelompok 1
2022 (D.0020) 2022
Diare berhubungan
dengan proses infeksi
dibuktikan dengan
nyeri abdomen dengan
skala 4, Defekasi lebih
dari 3x dalam 24 jam,
Feses cair, Bising usus
hiperaktif.

2 Rabu, 12 Oktober SDKI : Hipovolemia Jumat, 14 Oktober Kelompok 1


2022 (D.0023) 2022
Hipovolemia
berhubungan dengan
kehilangan cairan
aktif dibuktikan
dengan merasa lemah,
haus dan pusing,
Turgor kulit menurun,
Membran mukosa
kering, Volume urine
menurun, Suhu tubuh
meningkat (38,50C), N
: 120x/menit, RR :
20X/menit, TD :
100/90x/menit.

3 Rabu, 12 Oktober SDKI : Defisit Jumat, 14 Oktober Kelompok 1


2022 Nutrisi (D.0019) 2022
SDKI : Defisit
nutrisi (D.0019)
Defisit nutrisi
berhubungan dengan
factor psikologis
(keengganan untuk
makan) dibuktikan
24
dengan cepat kenyang
setelah makan, nyeri
pada daerah perut,
nafsu makan menurun,
berat badan menurun,
bising usus hiperaktif,
diare

25
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan Kriteria Tanda


Intervensi Rasional
DX Keperawatan dan Standart tangan
1 SDKI (D.0020) SLKI (Eliminasi Intervensi utama Observasi : Kel. 1
Diare Fekal L.04033) SIKI (Manajemen 1. Untuk
berhubungan Setelah dilakukan Diare I.03101) mengetahui
asuhan keperawatan Observasi : penyebab diare
dengan proses
3x24 jam dengan 1. Identifikasi 2. Mengetahui
infeksi dibuktikan tujuan agar eliminasi penyebab diare asupan makanan
dengan nyeri fekal membaik 2. Identifikasi yang
abdomen dengan dengan kriteria hasil: riwayat dikonsumsi
skala 4, Defekasi a. Kontrol pemberian 3. Mengetahui
lebih dari 3x pengeluaran feses makanan warna, volume,
dalam 24 jam, meningkat 3. Monitor warna, frekuensi, dan
b. Keluhan defekasi volume, konsistensi tinja
Feses cair, Bising
lama dan sulit frekuensi, dan 4. Mengetahui
usus hiperaktif. menurun konsistensi tinja jumlah
c. Distensi abdomen 4. Monitor jumlah pengeluaran
menurun pengeluaran diare diare
d. Nyeri abdomen Terapeutik : Terapeutik :
menurun 5. Berikan asupan 5. Untuk
e. Konsistensi feses cairan oral mencegah
membaik 6. Pasang jalur dehidrasi akibat
f. Frekuensi intravena diare
defekasi membaik 7. Berikan cairan 6. Untuk
g. Peristaltik usus intravena (ringer mempermudah
membaik laktat) pemberian obat
Edukasi : 7. Sebagai sumber
8. Anjurkan elektrolit bagi
makanan porsi tubuh
kecil dan sering Edukasi :
secara bertahap 8. Meminimalisir
9. Anjurkan nafsu makan
menghindari 9. Meminimalisir
makanan faktor penyebab
berbentuk gas, diare
pedas, dan Kolaborasi:
mengandung 12. Frekuensi
laktosa defekasi
Kolaborasi: membaik
10. Kolaborasi 13. Peristaltik usus
pemberian obat membaik
antimotilitas
(loperamide)
11. Kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
26
(atapulgit)

2 SDKI : SLKI (Status Intervensi utama Observasi : Kel. 1


Hipovolemia Nutrisi L.03030) SIKI (Manajemen 1. Membantu
(D.0023) Setelah dilakukan Nutrisi I.03119) mengetahui
asuhan keperawatan Observasi: tanda dan gejala
Hipovolemia
3x24 jam dengan 1. Identifikasi status nutrisi kurang
berhubungan tujuan agar status nutrisi dari kebutuhan
dengan nutrisi membaik 2. Monitor berat tubuh
kehilangan cairan dengan kriteria hasil: badan 2. Membantu
aktif dibuktikan  Porsi makan 3. Monitor hasil pasien
dengan merasa yang pemeriksaan mengetahui
lemah, haus dan dihabiskan laboratorium perubahan berat
meningkat Terapeutik : badan setelah
pusing, Turgor
 Perasaan 1. Sajikan makanan diberikan
kulit menurun, informasi
cepat secara menarik
Membran mukosa kenyang dan suhu yang tentang
kering, Volume menurun sesuai memenuhi
urine menurun,  Berat badan 2. Berikan makanan kebutuhan
Suhu tubuh membaik tinggi serat untuk nutrisi
meningkat  Frekuensi mencegah 3. Untuk
makan konstipasi mengetahui
(38,50C), N :
membaik 3. Berikan hasil lab seperti
120x/menit, RR : glukosa,
 Nafsu makan suplemen
20X/menit, TD : makanan albumin,
membaik
100/90x/menit.  Membran Edukasi : haemoglobin,
mukosa 1. Anjurkan posisi elektrolit.
membaik duduk Terapeutik :
2. Ajarkan diet 1. Makanan secara
yang menarik dapat
diprogramkan meningkatkan
Kolaborasi : nafsu makan
1. Kolaborasi pasien
dengan ahli gizi 2. Makanan yang
untuk tinggi serat
menentukan untuk mencegah
jumlah kalori sembelit atau
dan jenis nutrien susah buang air
yang dibutuhkan besar
3. Membantu
menambah
nafsu makan
pasien
Edukasi :
1. Membantu
pasien pada
saat makan
agar tidak
tersedak dan

27
merasa nyaman
2. Akan
meningkatkan
pencapaian dan
mempertahank
an berat badan
yang sehat
serta gaya
hidup yang
lebih kuat dan
aktif
Kolaborasi :
1. Diet sesuai
dengan
kebutuhan
nutrisi pasien
3 SDKI : Defisit SLKI (Status Intervensi utama Observasi : Kel. 1
nutrisi (D.0019) Nutrisi L.03030) SIKI (Manajemen 1. Untuk
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Nutrisi I.03119) mengetahui
asuhan keperawatan Observasi : status nutrisi
berhubungan
3x24 jam dengan 1. Identifikasi status 2. Untuk
dengan factor tujuan status nutrisi nutrisi mengetahui
psikologis membaik dengan 2. Identifikasi alergi apakah ada
(keengganan kriteria hasil: dan alergi
untuk makan) a. Porsi makan intoleransimakan 3. Untuk
dibuktikan yang an mengetahui
dengan cepat dihabiskan 3. Monitor asupan asupan makanan
meningkat makanan yang dihabiskan
kenyang setelah
b. Nyeri 4. Monitor berat 4. Untuk
makan, nyeri pada abdomen badan mengetahui
daerah perut, menurun Terapeutik : berat badan
nafsu makan c. Diare 5. Sajikan makanan Terpeutik :
menurun, berat menurun secara menarik 5. Menambah
badan menurun, d. Berat badan dan suhu yang nafsu makan
bising usus membaik sesuai 6. Mencegah
e. Frekuensi 6. Berikan makanan terjadinya
hiperaktif, diare
makan tinggi serat untuk konstipasi
membaik mencegah 7. Menjaga berat
f. Nafsu makan konstipasi badan ideal
membaik 7. Berikan makanan Edukasi :
g. Bising usus tinggi kalori dan 8. Mencegah
membaik tinggi protein terjadinya
Edukasi : konstipasi dan
8. Anjurkan posisi membantu
duduk mencerna
Kolaborasi : makanan
9. Kolaborasi dengan baik
dengan ahli gizi Kolaborasi :
untuk 9. Untuk
menentukan
28
jumlah kalori dan memaksimalkan
jenis nutrient jumlah kalori
yang dibutuhkan dan nutrient
sesuai yang
dibutuhkan
klien

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO. Tanda
NO TANGGAL TINDAKAN
DIAGNOSA Tangan
1. (D. 0009) (14.00) Mengidentifikasi sirkulasi Kel. 1
6 Oktober Perfusi perifer perifer (nadi perifer, warna dan suhu)
2022 tidak efektif Hasil: denyut nadi perifer meningkat

(14.1) Memonitor panas, kemerahan,


nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
Hasil: akral kurang membaik

(14.1) Menganjurkan melakukan


perawatan kulit yang tepat
(melembabkan kulit kering
pada kaki)
Hasil: turgor kulit kurang
membaik

(D. 0019) (14.30) Mengidentifikasi status nutrisi


Deficit nutrisi Hasil: status nutrisi masih kurang dari
normal

(14.40) Memonitor berat badan


Hasil: BB klien masih 29 kg

(14.50) Menyajikan makanan secara


29
menarik dan suhu yang sesuai
Hasil: nafsu makan kurang membaik

(15.00) Memberikan suplemen


makanan
Hasil: frekuensi makan kurang
membaik

(15.20) Mengajarkan diet yang di


progamkan
Hasil : klien bertanya bagaimana diet
yang benar

(15.30) Berkolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
(D.0056) Hasil : klien diberikan makanan
Intoleransi bubur, sayur, buah dan susu
aktivitas (15.50) Memonitor kelelahan fisik dan
emosional
Hasil : perasaan lemah menurun

(16.00) Menganjurkan melakukan


aktivitas secara bertahap
Hasil: kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari mulai meningkat

(16.10 Mengajarkan strategi koping


untuk mengurangi kelelahan
Hasil: keluhan lelah menurun

2. (D. 0009) (14.00) Mengidentifikasi sirkulasi Kel. 1


7 Oktober Perfusiperifer perifer (nadi perifer, warna dan suhu)
2022 tidak efektif Hasil: denyut nadi perifer meningkat

(14.10) Memonitor panas, kemerahan,


nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
Hasil: akral cukup membaik

(14.20)Menganjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(melembabkan kulit kering pada kaki)
Hasil: turgor kulit membaik

(D. 0019)
(14.40) Mengidentifikasi status nutrisi
30
Deficit nutrisi Hasil: status nutrisi klien sudah
normal dan baik

(14.50) Memonitor berat badan


Hasil: BB klien naik dari 29kg ke
33kg

(15.00) Menyajikan makanan secara


menarik dan suhu yang sesuai
Hasil: nafsu makan membaik

(15.15) Memberikan suplemen


makanan
Hasil: frekuensi makan membaik

(15.25) Mengajarkan diet yang di


progamkan
Hasil : klien paham dan dapat
melaksanakannya

(15.30) Berkolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
Hasil : klien diberikan nasi lembek,
sayur, buah, susu, camilan
(D.0056)
Intoleransi
aktivitas (15.50) Memonitor kelelahan fisik dan
emosional
Hasil : perasaan lemah menurun

(16.00) Menganjurkan melakukan


aktivitas secara bertahap
Hasil: kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari meningkat

(16.10) Mengajarkan strategi koping


untuk mengurangi kelelahan
Hasil: keluhan lelah menurun

31
EVALUASI KEPERAWATAN

TANGGAL 12 TANGGAL 12 TANGGAL 12


NO DX
OKTOBER 2022 OKTOBER 2022 OKTOBER 2022

1. S : Klien mengatakan S : Klien mengatakan S : Klien mengatakan


nyeri panggul dan nyeri nyeri panggul dan nyeri nyeri panggul dan nyeri di
di perut bagian bawah, di perut bagian bawah perut bagian bawah
skala nyeri 7 menurun, skala nyeri 4 menurun, skala nyeri 1

O: O: O:
 Klien tampak  Meringis  Meringis menurun
meringis menurun  Gelisah menurun
 Gelisah  Gelisah menurun
A : masalah teratasi
A : masalah belum A : masalah teratasi
teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan
P : intervensi dilanjutkan P : intervensi dilanjutkan

2. S : Klien mengatakan S : Klien mengatakan S : Klien mengatakan


perdarahan berkurang perdarahan berhenti
perdarahan keluar sejak 1
bulan terakhir

O: O:
O:
 CRT membaik  CRT membaik
 CRT > 3 detik
 Nadi perifer  Nadi perifer
 Nadi perifer
meningkat meningkat
menurun
N: 60x/menit N: 75x/menit
N: 53x/menit
 Warna kulit pucat  Warna kulit pucat
 Warna kulit pucat
menurun menurun
 Turgor kulit
 Turgor kulit  Turgor kulit
menurun
membaik membaik
 Tungkai oedem
 Edema menurun  Edema menurun

A : masalah teratasi A : masalah teratasi


A : masalah belum
sebagian
terarasi

P : intervensi dilanjutkan
32
P : intervensi dihentikan
P : intervensi dilanjutkan
3. S: S: S:
 Klien mengatakan  Klien mengatakan  Klien mengatakan
mual dan muntah mual dan muntah sudah tidak
 Tidak nafsu menurun merasakan mual
makan  Nafsu makan dan muntah
membaik  Nafsu makan klien
membaik

O: O: O:
 Berat badan  Berat badan klien  Berat badan

menurun tetap membaik

BB awal 58 kg  Rambut rontok BB sekarang 54

BB saat sakit 52 menurun kg

kg  Rambut rontok

 Rambut rontok menurun

berlebihan
A : masalah belum A : masalah teratasi A : masalah teratasi
sebagian
teratasi
P : intervensi dilanjutkan P : intervensi dilanjutkan P : intervensi dihentikan

33
BAB IV
PENUTUP

Bab ini menguraikan (4.1) kesimpulan, dan (4.2) saran sebagaimana jabaran berikut:

4.1. Kesimpulan

Kanker adalah penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau


NCD) yang merupakan penyebab kematian tertinggi di sebagian besar negara-negara
di Asia, termasuk Indonesia. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim. Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang
terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada
bagian leher rahim. Tidak hanya kanker serviks, kanker ovarium juga merupakan
tumor ganas pada ovarium yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70
tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-
paru.
Pada pasien kanker sel-sel kanker bertindak sebagai benalu dalam tubuh,
sehingga memerlukan banyak energi untuk berkembang biak, selain mengambil zat
gizi yang masuk kedalam tubuh, jaringan kanker juga meningkatkan katabolisme
terutama protein, yang menyebabkan tubuh menjadi kurus dan lemah. Terjadinya
penurunan status gizi pada pasien kanker disebabkan oleh turunnya asupan zat gizi,
baik akibat gejala penyakit kanker atau efek samping pengobatan. Kedua hal tersebut
dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah maupun diare, keadaan ini akan
memperburuk kondisi pasien, adanya dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk
memberikan ketenangan pada pasien sehingga membawa pengaruh baik terhadap
nutrisi pasien kanker.

4.2. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan terus meningkatkan kualitas dan
kuantitas dalam pembekalan, pengetahuan bagaimana manefestasi klinis dari kanker
serviks dan ovarium, serta keterampilan dalam menerapkan asuhan keperawatan saat
praktik lapangan seperti khususnya pada kasus gangguan reproduksi dengan diagnosa
medis kanker serviks dan ovarium.

34
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulkan sebagai
berikut :
1. Diare dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih
rentan mengalami diare, karena system pertahanan tubuh anak belum sempurnal
(Soedjas,2011). Diare pada bayi dan balita dapat disebabkan oleh beberapa factor
diantaranya yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan dan psikologis anak. Wong
(2018), mengatakan pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan
mengamati keadaan umum dan perilaku anak. Dampak masalah fisik yang akan
terjadi bila diare tidak diobati akan berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
secara mendadak. Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien yang
menderita diare adalah kekurangan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi.
Peran perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada anak yang dirawat
dengan diare, antaranya memantau asupan dan pengeluaran cairan. Selain dari
tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut memberikan perawatan
seperti memberikan oerhatian, semangat dan mendampingi anak selama dirawat
dirumah sakit (Nursalam, 2008)
2. Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fases.
Seseorang akan dikatakan menderita bila fases berair dari biasanya, dan bila ruang
buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
3. Dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu diare akut
(berlangsung paling lama 3-5 hari), diare berkepanjangan (bila diare belangsung
lebih dari 7 hari), diare kronik (berlangsung lebih dari 14 hari).
4. Etiologi dari diare yaitu factor infeksi, factor malabsorbsi (malabsorbsi
karbohidrat,lemak,protein) , factor makanan (makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan, factor psikologis (rasa takut dan cemas).
5. Pemeriksaan penunjang untuk kasus diare yaitu biopsi usus halus, enteroskopi
usus halus, protosigmidoskopi dengan biopsi mukosa, rangkaian pemeriksaan usus
halus, imaging.
6. Patofisiologi pada diare, mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
35
osmotic dalam rongga usus meningkat sehinggaterjadi pergesaran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Mekanisme terjadinya diare dan termasuk juga
peningkatan sekresi atau penurunan absorbs cairan dan elektrolit dari sel mukosa
intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi mukosa intestinal (Wiffen et al,
2014 dan Dewiyanti,S.2019).
7. Penatalaksanaan penderita diare di saranan kesehatan melalui lintas diare
dilakukan antara lain yaitu berikan oralit, berikan obat zinc, pemberian
asi/makanan, pemberian antibiotika, pemberian nasehat.
8. Didalam asuhan keperawatan penderita diare terdapat data subjektif dan objektif
yaitu pasien mengeluh nyeri abdomen dengan skala 4, pasien mengeluh badannya
panas, pasien mengatakan lelah, haus dan pusing. Defekasi lebih dari 3x dalam 24
jam, feses cair, bising usus hiperaktif, suhu 38,5C, kulit merah, takikardi, kulit
terasa hangat, Nadi: 120x/menit, RR: 20x/menit, TD: 100/90x/menit.
9. Diagnosa keperawatan nya yaitu diare, hipertermia, hypovolemia.

4.2. Saran
Pada bagian penutup makalah ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran
untuk pembaca terkait dengan diare, antara lain
1. Biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena diare
2. Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar tidak terserang
penyakit
3. Masaklah air minum sampai mendidih dan cucilah tangan sebelum dan sesudah
makan
4. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di kakus (WC)
5. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca
dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber informasi yang terpercaya
dan dapat di pertanggungjawabkan.

36
DAFTAR RUJUKAN

Wong Donna L. ( 2008 ). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC : Jakarta.
Ngastiyah. ( 2005 ). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Nurasalam ( 2008 ). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
ESMI SINAGA, P. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA ANAK C
PASIEN DIARE RUANG RAWAT NGINAP DI PUSKESMAS PUUWATU TAHUN 2018
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
https://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_LIDIA_PARAMITA
https://repository.poltekkes-kdi.ac.id/KTI_YUNIARTA.2018
Dewiyanti, S. (2019). PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DIARE PADA
ANAK (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).28-29, 42

37
1

Anda mungkin juga menyukai