L DENGAN DIARE
MAKALAH
Untuk Memenuhi tugas kelompok matakuliah
Keperawatan Anak
yang dibina oleh Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kes
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta yang telah memberikan kekuatan dan
petunjuk kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Patofisiologi, dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak
dengan Diare” tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya serta kekuatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
2. Orangtua kami yang sangat berarti didunia ini serta yang selalu memberikan
semangat untuk menempuh pendidikan di Poltekkes Kemenkes Malang.
3. Ibu Tutik Herawati, S.Kp, MM, selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Maternitas
4. Bapak/Ibu dosen matakuliah Keperawatan Anak yang dengan sabar meluangkan
waktu untuk memberi pengarahan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang
berguna kepada kami sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Anggota kelompok 1 atas kerja samanya dalam pengerjaan makalah ini dengan baik.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan
pahala berlipat. Aamiin.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini tentunya masih
jauh dari kata sempurna, banyak terdapat kekurangan, kesalahan dan kekhilafan
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan yang bersifat membangun atas makalah
ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih dan
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami maupun para pembacanya.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................3
1.4. Manfaat Penulisan...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
2.1. Definisi Diare..........................................................................................................5
2.2. Klasifikasi Diare.....................................................................................................
2.3. Etiologi Diare..........................................................................................................
2.4. Patofisiologi Diare..................................................................................................
2.5. Pathway Diare.........................................................................................................
2.6. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................
2.7. Penatalaksanaan......................................................................................................
BAB III DOKUMENTASI KASUS.................................................................................36
3.1..................................................................................................................................
Kasus Semu.............................................................................................................36
3.2..................................................................................................................................
Pembahasan Asuhan Keperawatan..........................................................................36
BAB IV PENUTUP............................................................................................................52
4.1. Kesimpulan............................................................................................................52
4.2. Saran......................................................................................................................52
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................53
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan (1.1) latar belakang, (1.2) rumusan masalah, (1.3) tujuan, dan
(1.4) manfaat, sebagaimana jabaran berikut:
4
ini disebabkan karena sebagian ibu belum mengetahui tentang perilaku sehat untuk
menjaga 4 kesehatan keluarga seperti selalu menjaga kebersihan diri dan makanan,
menjaga kebersihan lingkungan rumah, memriksakan kondisi kesehatan ketika
terdapat gejala suatu penyakit ke puskesmas, menjaga pola istrahat serta
menyempatkan untuk berekreasi guna menghilangkan stres yang dapat memicu
penyakit (Subakti, 2015).
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien anak dengan Diare.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan penulis dapat menegakkan diagnosa
keperawatan, menentukan intervensi dengan tepat untuk klien dengan masalah
keperawatan pada sistem pencernaan, khususnya dengan klien anak dengan
diagnosa medis diare.
5
1.4.2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penulisan ini di harapkan dapat menambah keluasan ilmu dan
teknologi terapan bidang keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien anak dengan diare.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan (2.1) definisi diare, (2.2) klasifikasi diare, (2.3) etiologi diare,
(2.4) patofisiologi diare, (2.5) pathway diare, (2.6) pemeriksaan penunjang, dan (2.7)
penatalaksanaan sebagaimana jabaran berikut:
1.
2.
2.1. Definisi Diare
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air
besaryang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare
merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3
kali sehari dengan konsistenis tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lensir
(Riskesdas,2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fase.
Seseorang dikatakan menderita bila fases berair dari biasanya, dan bila ruang buang
air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB)dengan konsitensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari 3 kali sehar.
Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama
kurang lebih 14 hari.
Komplikasi paling mengganggu yang mungkin terjadi adalah cairan
(dehidrasi), yang berakibat pada cairan tubuh dan zat elektrolit dalam jumlah besar.
Ketika seseorang terkena diare, cairan tubuh dan zat elektrolit dalam jumlah besar.
Dehidrasi merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapa menikmati cairan tubuh
yang hilang akibat diare. Kasus kematian yang paling sering menimpa mereka yang
sangat muda atau sangat tua.
7
a. Diare akut, yairu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik, yaitu bila berlangsung lebih dari 14 hari.
8
Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :
1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (380C atau
lebih tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai infeksi saluran
pernafasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya
terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari
3 tahun.
b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan
terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air ditempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usian dan
dapat sembuh sendiri dalam wakru 2-3 hari.
2. Agens bacteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada strainnya.
Biasanya anak akan mengalami distensi, abdomen, demam, vomitus, BAB
berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mucus bersifat menyembur.
Dapat ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang,
pemberian ASI tidak ekslusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis.
Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau vomitus, nyeri
abdomen, demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif,
nyeri tekan ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti
kucing, burung dan lainnya.
3. Keracunan Makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat
pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau
makanan yang disimpan dilemari es seperti pudding, mayones, makanan
yang berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami
nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang dan berat.
9
Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah
daging dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami
nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang
terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga
yang dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.
a. Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare
noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
sitoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir
dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
tetenus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin
makroskopis ditemukan lendir dan atau darah, mikoroskopis didapati sek lukosit
polimakronuklear. Diare juga dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu
peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri
menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebakan terjadinya
diare. Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman enteropatogen meliputi
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi
mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat
10
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk mengatasi pertahanan
mukosa usus (Amin, 2015 dan (Dewiyanti, S. 2019).
a. Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa. Hal ini
ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
b. Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar tidak menyerap
air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi yang terbalik ini
dapat disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan lain-
lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel
mukosa usus.
c. Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada colitis
ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah, dan mukus.
Diare akut dapat menyebabkan terjadinya:
a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.
b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan
berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, peredaran
otak dapat terjadi, kesadaran menurun (sopokorokomatosa) dan bila tidak cepat
diobati, dapat menyebabkan kematian.
c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah, kadang-kadang orangtua menghentikan pemberian makanan karena takut
bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
tetapi dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah
berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
mengakibatkan kejang dan koma. (Dewiyanti, S. 2019).
11
2.5. Pathway Diare
12
enteroclysis yang dapat menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30
menit. Tube dimasukkan ke usus halus melewati ligamentumtreitz, kemudian
diijeksikan suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil
selulosa diinjeksikan.
5. Imaging: penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging
jika di idikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat
mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi seri gastrointestinal atas atau
enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi chron’s disease, limfoma atau
sindroma carcinoid. Kolososkopi dapat membantu mengevaluasi IBD. Endoskopi
dengan biopsi usus halus berguna dalam mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat
penyakit pada mukosa. Endoskopi dengan aspirasi duodenum dan biopsi usus halus
berguna pada pasien AIDS, cryptosporidium, microsporida, Infeksi M Avium
intraseluler. CT Abdominal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis
atau endokrin pankreas. (Dewiyanti, S. 2019).
2.7. Penatalaksanaan
Menurut Dewiyanti, S. 2019 standar penatalaksaan penderita diare di sarana
kesehatan melalui Lintas Diare dilakukan antara lain:
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang
beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik
bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa
minum harus segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus.
2. Berikan Obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zincdapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
13
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Black,
2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa zinc mempunyai efek protektif
terhadap diare sebanyak 11% dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa
zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67% (Hidayat 1998 dan Soenarto
2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi zinc segera saat anak
mengalami diare.
3. Pemberian Asi/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak
yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama
2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi Antibiotika tidak boleh digunakan
secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh
bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah
(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga
tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan
ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit
(amuba, giardia).
5. Pemberian nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila:
a. Diare lebih sering
14
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari
15
BAB III
DOKUMENTASI KASUS
Bab ini menguraikan (3.1) kasus semu, dan (3.2) pembahasan asuhan keperawatan
sebagaimana jabaran berikut:
3.
3.1. Kasus Semu
An. L berusia 8 tahun datang ke RSUD Lawang pada tanggal 2 November 2022 pukul
08.47 WIB, dengan diagnosa medis diare. Klien mengeluh sakit perut dan nyeri seperti
diremas-remas, nyeri dirasakan pada abdomen dengan skala nyeri 4, klien juga merasakan
tubuhnya panas dan mengeluh pusing. Hasil pemeriksaan didapatkan data TD : 100 / 90
mmHg, Suhu : 38,5℃ , Nadi : 110x/menit, dan RR: 20x/ menit.
A. Identitas klien
Nama : An. L
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Lawang
16
Identitas Keluarga Pasien (yang dapat dihubungi)
Nama : Ny. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lawang
Hubungan dg klien : Ibu kandung
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan perutnya sakit
17
b. Eliminasi
Sebelum sakit frekuensi BAB 1 kali per hari dengan konsistensi lunak, setelah sakit
klien BAB dengan frekuensi 4-5 kali dalam sehari dengan konsistensi cair.
c. Istirahat dan Tidur
Ibu klien mengatakan klien tidak dapat tidur nyenyak dan sering terbangun karena
nyeri pada perutnya dan diare.
d. Aktifitas Fisik
Ibu klien mengatakan klien cepat lelah, lemah, letih dan lesu.
e. Personal Hygiene
Klien mandi hanya dilap 2x sehari, gosok gigi 2 kali sehari.
D. Data Psikososial
a. Status Emosi
Emosi pasien kurang stabil (terlihat gelisah)
b. Konsep Diri
Body Image : pasien mengetahui dirinya sedang sakit dan membutuhkan
pengobatan agar cepat sembuh
Self Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan
keluarga
Self Eesteem : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang kerumah.
Role : pasien sebagai pelajar
Identity : pasien bernama An. L 8 tahun
c. Interaksi Sosial
Klien mampu berinteraksi dengan baik dengan perawat, hubungan dengan keluarga
juga terjalin baik
d. Spiritual
Pasien beragama islam dan taat beribadah
E. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadaran : Compos metis (normal)
c) Tanda-Tanda Vital
18
Tekanan Darah : 100/90 mmHg
Suhu : 38,5 ℃
Nadi : 120x/menit
RR : 20x/menit
d) Kepala
Kulit Kepala : Bersih, rambut hitam
Bentuk wajah : Bentuk wajah simetris, tidak ada luka
Mata : Simetris dan penglihatan baik
Hidung : Bentuk simetris, terdapat secret
Telinga : Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Mulut : Bibir kering dan pucat dengan gigi bersih
e) Leher
Tidak ada tyroid pada leher.
f) Dada dan Thorak
Inspeksi : pergerakan dada simetris
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : tidak terdapat bunyi sonor
Auskultasi : tidak terdapat bunyi wheezing
g) Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada ulu hati, skala nyeri 4
Perkusi : hipertimpani, perut kembung
Auskultasi : bising usus hiperaktif
h) Genetalia
Membran tampak merah muda dan lembab, tidak berbau, tidak terdapat lesi, tidak ada
nyeri dan tidak terpasang kateter.
i) Rectum dan anus
Kulit parianal utuh, tidak ada benjolan, licin, tidak nyeri dan warna lebih gelap dari
warna sekitarnya.
j) Ekstremitas
Ekstremitas atas
19
Tidak terdapat pembatasan gerak tangan dan otot, tidak terdapat benjolan dan
nyeri tekan, besar dan bentuk otot normal, kekuatan otot bagus dan mampu
menahan tahanan yang diberikan, keseimbangan baik, refleks otot bisep dan
trisep baik, mampu membedakan nyeri, sentuhan dan temperatur.
Ekstremitas bawah
Pergerakan kaki dan kekuatan otot baik, tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan,
bentuk dan besar otot baik, bentuk dan ukuran kiri kanan sama, mampu menahan
berat tahanan yang diberikan, keseimbangan baik, reflek otot bisep dan trisep
baik.
F. Pemeriksaan Penunjang
-
G. Terapi Medis
1. IVFD RL 18tpm
2. L Bio 2x1 (1 sachet)
3. Paracetamol 3x1 500mg
20
ANALISA DATA
Diare
Hipertermia
21
DS: Hipovolemia Dehidrasi
Pasien mengatakan
lelah, haus, dan
pusing Tubuh kehilangan cairan dan
DO:
Turgor kulit menurun elektrolit
Membran mukosa
kering
Volume urine Penurunan volume cairan
menurun
interstitital
Suhu tubuh
meningkat (38,50C)
Nadi: 120x/menit
RR: 20x/menit Turgor kulit menurun
TD: 100/90 mmHg
Hipovolemia
Defisit nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
22
1. SDKI: Diare (D.0020)
Diare berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan nyeri abdomen dengan
skala 4, Defekasi lebih dari 3x dalam 24 jam, Feses cair, Bising usus hiperaktif.
23
DAFTAR MASALAH
25
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
27
merasa nyaman
2. Akan
meningkatkan
pencapaian dan
mempertahank
an berat badan
yang sehat
serta gaya
hidup yang
lebih kuat dan
aktif
Kolaborasi :
1. Diet sesuai
dengan
kebutuhan
nutrisi pasien
3 SDKI : Defisit SLKI (Status Intervensi utama Observasi : Kel. 1
nutrisi (D.0019) Nutrisi L.03030) SIKI (Manajemen 1. Untuk
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Nutrisi I.03119) mengetahui
asuhan keperawatan Observasi : status nutrisi
berhubungan
3x24 jam dengan 1. Identifikasi status 2. Untuk
dengan factor tujuan status nutrisi nutrisi mengetahui
psikologis membaik dengan 2. Identifikasi alergi apakah ada
(keengganan kriteria hasil: dan alergi
untuk makan) a. Porsi makan intoleransimakan 3. Untuk
dibuktikan yang an mengetahui
dengan cepat dihabiskan 3. Monitor asupan asupan makanan
meningkat makanan yang dihabiskan
kenyang setelah
b. Nyeri 4. Monitor berat 4. Untuk
makan, nyeri pada abdomen badan mengetahui
daerah perut, menurun Terapeutik : berat badan
nafsu makan c. Diare 5. Sajikan makanan Terpeutik :
menurun, berat menurun secara menarik 5. Menambah
badan menurun, d. Berat badan dan suhu yang nafsu makan
bising usus membaik sesuai 6. Mencegah
e. Frekuensi 6. Berikan makanan terjadinya
hiperaktif, diare
makan tinggi serat untuk konstipasi
membaik mencegah 7. Menjaga berat
f. Nafsu makan konstipasi badan ideal
membaik 7. Berikan makanan Edukasi :
g. Bising usus tinggi kalori dan 8. Mencegah
membaik tinggi protein terjadinya
Edukasi : konstipasi dan
8. Anjurkan posisi membantu
duduk mencerna
Kolaborasi : makanan
9. Kolaborasi dengan baik
dengan ahli gizi Kolaborasi :
untuk 9. Untuk
menentukan
28
jumlah kalori dan memaksimalkan
jenis nutrient jumlah kalori
yang dibutuhkan dan nutrient
sesuai yang
dibutuhkan
klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO. Tanda
NO TANGGAL TINDAKAN
DIAGNOSA Tangan
1. (D. 0009) (14.00) Mengidentifikasi sirkulasi Kel. 1
6 Oktober Perfusi perifer perifer (nadi perifer, warna dan suhu)
2022 tidak efektif Hasil: denyut nadi perifer meningkat
(14.20)Menganjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(melembabkan kulit kering pada kaki)
Hasil: turgor kulit membaik
(D. 0019)
(14.40) Mengidentifikasi status nutrisi
30
Deficit nutrisi Hasil: status nutrisi klien sudah
normal dan baik
31
EVALUASI KEPERAWATAN
O: O: O:
Klien tampak Meringis Meringis menurun
meringis menurun Gelisah menurun
Gelisah Gelisah menurun
A : masalah teratasi
A : masalah belum A : masalah teratasi
teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan
P : intervensi dilanjutkan P : intervensi dilanjutkan
O: O:
O:
CRT membaik CRT membaik
CRT > 3 detik
Nadi perifer Nadi perifer
Nadi perifer
meningkat meningkat
menurun
N: 60x/menit N: 75x/menit
N: 53x/menit
Warna kulit pucat Warna kulit pucat
Warna kulit pucat
menurun menurun
Turgor kulit
Turgor kulit Turgor kulit
menurun
membaik membaik
Tungkai oedem
Edema menurun Edema menurun
P : intervensi dilanjutkan
32
P : intervensi dihentikan
P : intervensi dilanjutkan
3. S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan Klien mengatakan
mual dan muntah mual dan muntah sudah tidak
Tidak nafsu menurun merasakan mual
makan Nafsu makan dan muntah
membaik Nafsu makan klien
membaik
O: O: O:
Berat badan Berat badan klien Berat badan
kg Rambut rontok
berlebihan
A : masalah belum A : masalah teratasi A : masalah teratasi
sebagian
teratasi
P : intervensi dilanjutkan P : intervensi dilanjutkan P : intervensi dihentikan
33
BAB IV
PENUTUP
Bab ini menguraikan (4.1) kesimpulan, dan (4.2) saran sebagaimana jabaran berikut:
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan terus meningkatkan kualitas dan
kuantitas dalam pembekalan, pengetahuan bagaimana manefestasi klinis dari kanker
serviks dan ovarium, serta keterampilan dalam menerapkan asuhan keperawatan saat
praktik lapangan seperti khususnya pada kasus gangguan reproduksi dengan diagnosa
medis kanker serviks dan ovarium.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulkan sebagai
berikut :
1. Diare dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih
rentan mengalami diare, karena system pertahanan tubuh anak belum sempurnal
(Soedjas,2011). Diare pada bayi dan balita dapat disebabkan oleh beberapa factor
diantaranya yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan dan psikologis anak. Wong
(2018), mengatakan pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan
mengamati keadaan umum dan perilaku anak. Dampak masalah fisik yang akan
terjadi bila diare tidak diobati akan berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
secara mendadak. Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien yang
menderita diare adalah kekurangan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi.
Peran perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada anak yang dirawat
dengan diare, antaranya memantau asupan dan pengeluaran cairan. Selain dari
tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut memberikan perawatan
seperti memberikan oerhatian, semangat dan mendampingi anak selama dirawat
dirumah sakit (Nursalam, 2008)
2. Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fases.
Seseorang akan dikatakan menderita bila fases berair dari biasanya, dan bila ruang
buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
3. Dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu diare akut
(berlangsung paling lama 3-5 hari), diare berkepanjangan (bila diare belangsung
lebih dari 7 hari), diare kronik (berlangsung lebih dari 14 hari).
4. Etiologi dari diare yaitu factor infeksi, factor malabsorbsi (malabsorbsi
karbohidrat,lemak,protein) , factor makanan (makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan, factor psikologis (rasa takut dan cemas).
5. Pemeriksaan penunjang untuk kasus diare yaitu biopsi usus halus, enteroskopi
usus halus, protosigmidoskopi dengan biopsi mukosa, rangkaian pemeriksaan usus
halus, imaging.
6. Patofisiologi pada diare, mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
35
osmotic dalam rongga usus meningkat sehinggaterjadi pergesaran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Mekanisme terjadinya diare dan termasuk juga
peningkatan sekresi atau penurunan absorbs cairan dan elektrolit dari sel mukosa
intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi mukosa intestinal (Wiffen et al,
2014 dan Dewiyanti,S.2019).
7. Penatalaksanaan penderita diare di saranan kesehatan melalui lintas diare
dilakukan antara lain yaitu berikan oralit, berikan obat zinc, pemberian
asi/makanan, pemberian antibiotika, pemberian nasehat.
8. Didalam asuhan keperawatan penderita diare terdapat data subjektif dan objektif
yaitu pasien mengeluh nyeri abdomen dengan skala 4, pasien mengeluh badannya
panas, pasien mengatakan lelah, haus dan pusing. Defekasi lebih dari 3x dalam 24
jam, feses cair, bising usus hiperaktif, suhu 38,5C, kulit merah, takikardi, kulit
terasa hangat, Nadi: 120x/menit, RR: 20x/menit, TD: 100/90x/menit.
9. Diagnosa keperawatan nya yaitu diare, hipertermia, hypovolemia.
4.2. Saran
Pada bagian penutup makalah ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran
untuk pembaca terkait dengan diare, antara lain
1. Biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena diare
2. Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar tidak terserang
penyakit
3. Masaklah air minum sampai mendidih dan cucilah tangan sebelum dan sesudah
makan
4. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di kakus (WC)
5. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca
dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber informasi yang terpercaya
dan dapat di pertanggungjawabkan.
36
DAFTAR RUJUKAN
Wong Donna L. ( 2008 ). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC : Jakarta.
Ngastiyah. ( 2005 ). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Nurasalam ( 2008 ). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
ESMI SINAGA, P. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA ANAK C
PASIEN DIARE RUANG RAWAT NGINAP DI PUSKESMAS PUUWATU TAHUN 2018
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
https://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_LIDIA_PARAMITA
https://repository.poltekkes-kdi.ac.id/KTI_YUNIARTA.2018
Dewiyanti, S. (2019). PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DIARE PADA
ANAK (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).28-29, 42
37
1