Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

F DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GASTROENTERITIS PADA STASE KEPERAWATAN ANAK DI UPT
PUSKESMAS PANARUNG PALANGKA RAYA

OLEH:

JEPRI
2021-01-14901-032

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Jepri
NIM : 2021-01-14901-032
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An. F
Dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis Di Puskesmas Panarung Palangka Raya

Telah Melakukan Asuhan Keperawatan Sebagai Persyaratan Untuk


Menyelesaikan Stase Anak Pada Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ayu Puspita, Ners., M.Kep Aprihatin Widayati, S.Kep


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.F Dengan
Diagnosa Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya” yang diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan Stase Keperawatan Anak pada Program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap PalangkaRaya.
Penulis menyadari dalam penulisan banyak menemukan keterbatasan
tetapi berkat adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya
laporan asuhan keperawatan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Yang terhormat Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan
Stase Keperawatan Anak.
2. Yang terhormat Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program
Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang
memberikan dukungan dalam penyelesaian asuhan keperawatanini.
3. Yang terhormat Ibu Ayu Puspita, Ners,M.Kep selaku pembimbing
akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan semangat
kepada kami dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
4. Yang terhormat Ibu Aprihatin Widayati S.Kep., selaku pembimbing lahan
yang telah banyak membantu penyusunan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan ini.
Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan membalas
kebaikan mereka terhadap kami, semoga asuhan keperawatan yang saya buat ini
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.Atas perhatiannya saya ucapkan
terimakasih.
Palangka Raya, 17 Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................i
LEMBAR PENGASAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan umum ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4


2.1 Definisi ............................................................................................................. 4
2.2 Etiologi ............................................................................................................. 4
2.3 Klasifikasi ......................................................................................................... 6
2.4 Web Of Caution (WOC) ................................................................................... 10
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 12
2.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 12
2.7 Penatalaksanaan Medis ..................................................................................... 12
2.8 Manajemen asuhan keperawatan ..................................................................... 13
2.9 Pengkajian Keperawatan .................................................................................. 13
2.10 Diagnosa keperawatan ..................................................................................... 17
2.11 Intervensi Keperawatan .................................................................................... 18
2.12 Implementasi Keperawatan ............................................................................... 20
2.13 Evaluasi Keperawatan ....................................................................................... 20

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 24


3.1 Pengkajian keperawatan ................................................................................... 24
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 25
3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................................... 31
3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................................... 32
3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali
sehari yang di sertai perubahan konsistensi tinja cair, lendir atau darah. Diare
sampai dengan saat ini masih termasuk masalah kesehatan terbesar di dunia
apalagi bagi negara berkembang karena angka kesakitan dan kematian yang
masih tinggi.Penyakit menular merupakan perpaduan berbagai faktor yang
saling mempengaruhi.Faktor tersebut terdiri dari lingkungan (environment),
agen penyebab penyakit (agent), dan pejamu (host) (Wong, 2010).
Diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di
seluruh dunia dan semua kelompok usia dapat terserang di Dunia terdapat
kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya. Di provinsi
Nusa Tenggara Timur Pada bulan Januari 2017 penderita diare mencapai 929
kasus, terjadi penurunan pada bulan berikut, Februari 710 kasus, Maret 265
kasus dan bulan Juli terdapat 378 kasus. Tahun 2016 dari Januari sampai Juni
di Kota Kupang penderita diare terdapat 400 kasus (Riskesdas, 2018). Penyakit
diare untuk di RSUD Prof. W. Z. Johanes Kupang ruangan Kenanga 6 bulan
terakhir ini terhitung dari bulan Desember tahun 2018 sampai bulan Mei tahun
2019 dengan jumlah kasus untuk bulan Desember 5 kasus, bulan Januari 5
kasus, bulan Februari 1 kasus, bulan Maret 3 kasus, bulan April 2 kasus, bulan
Mei 1 kasus jumlah semua kasus terhitung dari bulan Desember tahun 2018
sampai bulan Mei 2019 17 kasus (Register Ruangan Kenanga, 2018).
Dampak yang terjadi pada penderita diare: dehidrasi terjadi gejala awal
yang bisa diperhatikan adalah ubun-ubun bayi atau anak cekung, tidak
mengeluarkan air mata ketika menangis, popok tetap kering setelah beberapa
jam, kurang aktif, rewel, dan mudah mengantuk. Beberapa upaya yang dapat di
lakukan pada pasien dengan diare di antaranya penuhi kebutuhan cairan tubuh
pertolongan pertama diare yang bisa di lakukan adalah konsumsi minuman
yang mengandung elektrolit seperti oralit. Oralit terdiri dari campuran air
dengan gula dan garam yang berfungsi untuk menggantikan
elektrolit.Sementara itu bayi atau anak dengan diare upayakan untuk tetap
menyusui lebih sering. Konsumsi asupan yang tepat yaitu makanan yang
rendah serat dan solid agar segera menyembuhkan penyakit diare. Dari
penemuan kasus diare di fasilitas masyarakat pada tahun 2011 terdapat 35,5%
kasus diare yang ditangani di Indonesia. Di Jawa Tengah ditemukan kasus
diare sebanyak 1.337.427, dan yang ditangani 225.332 kasus atau sekitar
16,8% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Kejadian diare di
kota Surakarta pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebanyak 7,06% dari total
jumlah penduduk. Penularan diare dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, kontak tangan
langsung dengan penderita, barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau secara tidak langsung melalui lalat. Cara penularan ini dikenal dengan
istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field (Subagyo & Santoso, 2012).

Tingginya angka kejadian diare balita merupakan masalah yang penting


di masyarakat sehingga perlu untuk didapatkan data yang memadai. Faktor-
faktor risiko yang menyebabkan diare perlu digali untuk memberikan wawasan
dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat akan pentingnya pencegahan
kejadian diare tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan bagaimana penerapan
Asuhan Keperawatan Pada An.F Dengan Diagnosa Medis Diare Pada Stase
Keperawatan Anak.

1.3 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pada An.F Dengan


Diagnosa Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya.

1.4 Tujuan Khusus


1.4.1 Mampu Melakukan Pengkajian Keperawatan Pada An.F Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas Panarung
Palangka Raya.
1.4.2 Mampu Menegakan Diagnosa Keperawatan Pada An.F Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas Panarung
Palangka Raya.
1.4.3Mampu Membuat Rencana Tindakan Keperawatan Pada An.F Dengan
Diagnosa Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya.
1.4.4Mampu Melaksanakan Tindakan Keperawatan Pada An.F Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas Panarung
Palangka Raya.
1.4.5Mampu Melaksanakan Evaluasi Keperawatan Pada An.F Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas Panarung
Palangka Raya.
1.5Manfaat Penulisan
1.5.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan
mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Diare.
1.5.2 Praktis
1). Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan Diare.Serta sebagai
acuan atau referensi untuk mahasiswa dalam penulisan asuhan
keperawatan.
2). Puskesmas Panarung
Untuk Puskesmas Panarung Palangka Raya, penulisan laporan asuhan
keperawatan ini dapat sebagai referensi bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit Diare, serta
sebagai

masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya


pada pasien dengan Diare.
3). Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan diperpustakaan Stikes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan dimasa yang akan
datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
mendokumentasikan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Anak


2.1.1 Definisi Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa
saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam
kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan
terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan
hingga berusia 18 tahun (Damayanti, 2010).
Dalam keperawatan anak, yang menjadi individu (klien) dalam hal ini
adalah anak, anak di artikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan
belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik
kebutuhan fisik, psikologis, social dan spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang di mulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai dari bayi ( 0-1 tahun ) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun).Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang
lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perrubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan
lambat.Dalam proses perkenbangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri,
pola koping dan prilaku social.

2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak


Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan
menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi,
perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang,
kesegaran jasmani atau rekreasi.Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asuh), pada
tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu
atau pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlakuntuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan
akan stimulasi mental (Asah), Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam
proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.

2.1.3 Filosofi Keperawatan Anak


1. Perawatan berfokus pada keluarga.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak
bagian dari keluarga.Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai
tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong,
perry & Hockenberry, 2010). Perawat yang bertindak sebagai pemberi
pelayanan keperawatan hendaknya berfokus pada keluarga, dengan
memperhatikan kemampuan dalam menentukan kekuatan dan kelemhan sebab
kekuatan dan kelemahan, dari keluarga tersebut dapat dijadikan acuan dalam
pemberian pelayanan keperawatan. Kekuatan dan kelemahan keluarga
tersebut dapat juga berupa fasilitas keluarga dalam merawat anak, tingkat
pengetahuan, tingkat ekonomi, peran atau bentuk keluarga itusendiri.
Kemudian kehidupan anak juga sangat di tentukan keberadaanya bentuk
dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang
sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi
apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka akan mengalami
hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologisanak.
2. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut di
fokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak. Perhatian khusus anak sebagai individu yang masih dalam
usia tumbuh kembang sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan. Kalau proses menuju kematangan tersebut terdapat
hambatan atau gangguan maka anak tidak akan mencapai kemenangan. Untuk
mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat di lakukan oleh
perawatan antara lain:
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol kemampuan anak
3. Mencegah atau mengurangi cedera ( Injury ) dan nyeri ( dampak
psikologis)
4. Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang herus dilakukan dalam
keperawatan anak.
5. Modifikasi lingkungan fisik

2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek
yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik
maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak
tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya.Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama
(Nursalam,2015).

2.1.5 Tingkat Perkembangan Anak


Menurut Damayanti (2010), karakteristik anak sesuai tingkat
perkembangan:
2.1.5.1 Usia bayi (0-1tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal.Pada saat lapar, haus, basah dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya
dengan menangis.Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,
misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah
lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang
dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian
saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau
memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan ibunya.Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengan ibunya.
2.1.5.2 Usia pra sekolah (2-5tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun
adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada
ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi
padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat
yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan
merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia
yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak belum
mampu berbicara fasih.Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-
kata 900-1200 kata.Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata- kata yang
sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya.Berkomunikasi dengan
anak melalui objek transisional seperti boneka.Berbicara dengan orangtua bila
anak malu- malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa
keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan
kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa
yang telah dicapainya.
2.1.5.3 Usia sekolah (6-12tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang
dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan
anak sudah mampu berpikir secara konkret.
2.1.5.4 Usia remaja(13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa.Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa.Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak
merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan
harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu
bersama dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia.

2.1.6 Tugas Perkembangan Anak


Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (2010) adalah tugas yang
harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas
perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan, berbicara,makan makanan padat,
kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat
kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis
kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social dan alam,
belajar mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar
serta mengembangkan kata hati juga prosessosialisasi.
Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai
keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri
sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan
jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan
pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat
terhadap kelompok sosial dan lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18
tahun adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai
perempuan dan laki- laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman
sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik
terhadap diri sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup.

2.1.7 Prinsip-prinsip Keperawatan Anak


Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak.Perawat harus
memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan. Di antara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:
1. Pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang
unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh
memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa
melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola
pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola-pola
inilah yang harusdijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi
kemampuan dan kematangannya.
2. Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak
memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai
dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi
kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas,
eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain.Selain kebutuhan fisiologis tersebut,
anak juga sebagai individu yang juga membutuhkan kebutuhan psikologis,
sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh
kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu memandang tingkat
kebutuhan khusus yang dialami oleh anak.
3. Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak
yang sakit.Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak,
mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.
4. Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab
secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.
5. Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).
6. Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang
akan mempelajari aspek kehidupan anak (Azis, 2017).

2.1.8 Tanda-tanda Vital padaAnak


1. Tekanan darah
1) Bayi baru lahir : tekanan darah sistolik 50 – 70mmHg
2) Bayi : tekanan darah sistolik 70 – 95 mmHg
3) Bawah 3 tahun : tekanan darah sistolik 80 – 100mmHg
4) Prasekolah : tekanan darah sistolik 80 – 100mmHg
5) Anak-anak : tekanan darah sistolik 80 – 110mmHg
6) Remaja : tekanan darah sistolik 90 – 110mmHg
2. Nadi
1) Bayi baru lahir : 120 – 160x/menit
2) Bayi : 100 – 160x/menit
3) Bawah 3 tahun : 90 – 150x/menit
4) Prasekolah : 80 – 140x/menit
5) Anak-anak : 70 – 120 x/menit
6) Remaja : 60 - 100x/menit
3. Pernafasan
1) Bayi baru lahir : 40 - 60x/menit
2) Bayi : 30 - 60x/menit
3) Bawah 3 tahun : 24 - 40x/menit
4) Prasekolah : 22 - 34 x/menit
5) Anak-anak : 18 - 30x/menit
6) Remaja : 12 - 20x/menit
2.2 Konsep Dasar Diare
2.2.1 Definisi Diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali
sehari yang disertai perubahan konsistensi tinja cair, lendir atau darah (Carman,
2013) Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi.Diare di sebabkan oleh transportasi air
dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diare adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi di
sertai muntah- muntah atau ketidaknyaman abdomen (Sari, 2011).

2.2.2 Anatomi Fisiologi


Saluran pencernaan, juga disebut saluran gastrointestinal, adalah
saluran berotot yang terus-menerus berliku melalui rongga tubuh ventral dan
terbuka di kedua ujungnya. Organ-organnya meliputi:

1. Mulut
Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di mulut berlangsung
dua jenis pencernaan, yaitu: Pencernaan mekanik yang dilakukan oloh gigi dan
lidah, berupa pengunyahan, pergerakan otot- otot lidah dan pipi untuk
mencampur makanan dengan air ludah sebelum makanan ditelan. Pencernaan
secara kimia yang dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu pemecahan amilum
menjadi maltosa.
2. Lidah
Berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanik, membantu proses
mengunyah, menelan, membedakan bermacam rasa. Untuk mendukung fungsi
mengenali rasa, pada permukaan lidah terdapat papilla-papila yang di dalamnya
terdapat puting-puting pengecap rasa. Macam rasa yang dapat dibedakan oleh
lidah adalah manis, asam, asin, dan pahit. Selain itu, lidah juga peka terhadap
panas, dingin, dan tekanan.
3. Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar penghasil ludah atau air liur (saliva) yang terdiri dari tiga
pasang.
a. Kelenjar parotis berada di bawah telinga, yang berfungsi menghasilkan
ludah berbentuk cair.
b. Kelenjar submandibularis berada di rahang bagian bawah berfungsi
menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.
c. Kelenjar sublingualis berada di bawah lidah, berperan menghasilkan
getah yang mengandung air dan lender.
d. Ludah dalam pencernaan makanan berperan untuk memudahkan dalam
menelan makanan dengan cara membasahi dan melumasi makanan.
Ludah mengandung enzim ptyalin (amylase) yang berperan mengubah
zat karbohidrat (amilum) menjadi maltose (gula sederhana). Enzim
ptyalin akan berfungsi maksimal jika berada pada pH 6, 8-7 dan pada
suhu37°C.
4. Gigi
Berfungsi untuk memotong dan mengoyak makanan yang masuk ke
mulut (sebagai alat pencernaan mekanik). Tujuan makanan dipotongdan
dikoyak menjadi lebih kecil agar mudah untuk dicerna oleh
lambung.Perkembangan gigi dimulai saat anak berusia sekitar enam bulan. Gigi
yang pertama kali tumbuh disebut gigi susu. Selanjutnya, pada usia6-14 tahun
gigi susu akan diganti menjadi gigi sulung, selanjutnya akan berkembang
menjadi gigi tetap. Gigi susu terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi taring
dan 4 gigi seri pada rahang atas. Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham
belakang, 2 gigi seri dan 4 gigi seri. Gigi tetap memiliki rumusan 6 gigi
geraham belakang, 4 geraham depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi seri pada masing-
masing rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah.
5. Lambung
Setelah makanan dikunyah di dalam mulut selanjutnya dibawa ke lambung
melalui kerongkongan. Makanan dapat turun ke lambung atas bantuan kontraksi
otot-otot kerongkongan tersebut.Selamadi lambung, makanan akan diproses
secara kimiawi menggunakan enzim- enzim pencernaan, diantaranya: Renin,
zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk mengendapkan
protein susu dari air susu ibu(ASI). Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk
memecah protein menjadi pepton. Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Lipase, zat lipase fungsinya untuk
memecah lemak menjadi asamlemak dangliserol.
6. Usus 12 Jari
Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, setelah itu dibawa
menuju usus 12 jari dan akan dicerna dengan bantuan enzim-enzimdari
pankreas. Disamping itu juga terdapat empedu yang dihasilkan oleh hati
fungsinya untuk mengemulsikan lemak kemudian dialirkan ke usus 12 jari.
7. Usus Halus
Setelah itu makanan dibawa ke usus halus untuk diserap kandungannya,
seperti lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, Karbohidrat
diserap dalam bentuk glukosa, dan protein diserap dalam bentuk asam amino.
Sedangkan vitamin dan mineral dapat langsung diserap oleh usus halus tanpa
dicerna.
8. Usus Besar
Kemudian makanan yang tidak dicerna usus halus akan menuju usus besar
dan menjadi fases. Air yang masih ada dalam usus besar akan diserap kembali ke
usus besar.
9. Anus
Sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus.

2.2.3 Klasifikasi
2.2.3.1 Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak
balita. Diare akut didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan
perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen
infeksius dalam traktus GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri
(berlangsung kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang
spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. Diare infeksius akut (Gastroenteritis
Infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit yang patogen.
2.2.3.2 Diare kronis sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan (lamanya sakit lebih dari 14 hari).
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makan,
intoleransi laktosa, atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat
dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
2.2.3.3 Diare intraktabel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi
dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebab
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebab yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
2.2.3.4 Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak
yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan pada anak-anak ini tidak terdapat gejala malnutrisi dan tidak ada darah
dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.

2.2.4 Etiologi
Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak organisme
yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter, shigella, salmonella,
staphylococcus aureus dan escherichia coli.Salah satu agen parasit yang paling
sering menyebabkan diare pada anak.Kebanyakan organisme patogen penyebab
diare disebar luaskan lewat jalur fekal, oral melalui makanan atau air yang
terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat. Kurangnya
air bersih, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi dan merupakan
faktor resiko utama, khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang
patogen (Akton, 2014).
2.2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Kusuma (2014) Manifestasi klinis dapat di jadikan dua yaitu diare
akut dan diare kronis:
1. Diare akut
1) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak dan nyeriperut
2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
3) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau infeksi
bakteri atau peradangan karena penyakit
2. Diare kronik
1) Penurunan berat badan dan napsu makan
2) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau infeksi
bakteri atau peradangan karena penyakit
3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

2.2.6 Patofisiologi
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan
atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi
cairan atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan
hilangnya nutrisi dan elektrolit. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan
dengan asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare.Usus halus menjadi bagian
absorpsi utama dan usus besar melakukan absorpsi air yang akan membuat solid
dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan
menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air
menjadi terganggu. Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya
mokroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang di
produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek
lansung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti
Shigella dysenteriae, vibrio parahaemolyticus, clostridium difficilr,
enterohemorrhagic E. Coli yang menghasilkan kerusakan sel-sel yang
terinflamasi. Invasi enterosit dilakukan beberapa miktoba seperti Shigella,
organisme campylobacter, dan enterovasif E Coli yang menyebabkan terjadinya
destruksi, sertainflamasi.
WOC
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3
Penyebab: kali sehari yang disertai perubahan konsistensi tinja cair, lendir atau
1. Bakteri dan virus
2. Campylobacter darah (Carman, 2013)
3. shigella, salmonella,

Diare

B1 (Breating) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Cairan ekstra sel di tarik ke Kehilangan cairan &


elektrolit secara berlebihan Inflamasi usus Kehilangan cairan Sulit menyerap Suplai O2&nutrisi
intra sel
& elektrolit secara tidak adekuat
makanan
berlebihan
Cairan intra sel meningkat Kehilangan cairan Ketidak mampuan
Pathogen masuk ke
dalam intra sel pembuluh darah Distensi tubuh menyiapkan
Kehilangan cairan energi yang adekuat
intraseluler
abdomen

Lama kelamaan Vol sirkulasi menurun Fagositosis pembuluh


mengalami edem serebri darah
Vol sirkulasi Peningkatan Gangguan aktivitas
menurun peristaltic usus fisik

penurunan pH darah
Penekanan pada Menstimulasi sel- sel
medulla oblogata hipotalamus Rasa mual muntah kelemahan
KETIDAKSEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Memperberat status
asidosis INTOLERANSI
Napas sesak dan Peningkatan Peningkatan asam AKTIVITAS
dalam suhu tubuh lambung
Kerusakana jaringan otak
POLA NAPAS HIPERTERMI anoreksia
TIDAK EFEKTIF
PERFUSI PERIFER
TIDAK EFEKTIF DEFISIT NUTRISI
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang dengan diare akan di perlukan pemeriksaan penunjang
yaitu antara lain: pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit, jumlah leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin,
pemeriksaan tinja (makroskopis dan mikrokopis, Ph dan kadar gula dalam tinja,
Biakan dan resistensi feses (colok dubur) dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan
diare karena virus biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang
normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang
invasi ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah
putih.Neutropenia dapat timbul pada samnellosis.Ureum dan kreatinin diperiksa
untuk mengetahui adanya kekurangan volume cairan dan mineral
tubuh.Pemeriksaan tinja di lakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja
yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam tiga bulan
sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya di periksa tinja
untuk pengukuran toksin slostridium difficile. Rektoskopi atau sigmoidoskopi
perlu di pertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare
berdarah atau pasien dengan diare akut perristen.Pada sebagian besar,
sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal.

2.2.9 Penatalaksanaan Medis


1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
2) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral: NaCl, isotonic,
infuse RL
3) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
a). Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan
per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, dan
glukosa.
b). Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia
di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai beberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
3). Jadwal pemberian cairan
a. Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali status
hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan. Identifikasi penyebab diare.
Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan
sekresi usus,antimetik.
b. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula yang
mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh, misalnyta LLM.
Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah padat (bubur) atau makan
padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak
biasa. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh
2. Penatalaksanaan keperawatan
a). Bila dehidrasi masih ringan. Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas
setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti
oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air
matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan
1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak mau minum sama
sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per oral tidak dapat
dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan
lain (atas persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan
berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk
mengatasi dehidrasi.
b). Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui kebutuhan sesuai
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
a. Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set infuse yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu
memantaunya.
b. Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan,suhu.
c. Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau
sudah berubah konsistensinya.
d. Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir
dan selaput lendir mulut kering.
e. Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan makan
lunak atau secara realimentasi.

2.2.10 Komplikasi
1. Dehidrasi dengan resiko gagal ginjal atau kematian
2. Sepsis dan koagulasi intravascular tersebar
3. Hemolisis
4. Anemia
5. Sindrom hemolitikuremik

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.3.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu :
1. Nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
perkerjaan,agama.
2. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat kesehatan
psikososial.
3. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan
frekuensi dan feses menjadi cair. Keluhan lain yang menyertai muntah,
demam, nyeri abdomen, kondisi feses yang encer, lender dandarah.
4. Pengkajian riwayat dihubungkan dengan epidemiologi merupakan
pengkajian penting dalam menetukan penyebab, rencana intervensi, dan
factor resiko yang mungkinterjadi.
5. Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang mungkin
terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber
infeksi enterik akan memberikan manifestasi peradangan akut
gastrointestinal yang dapat berbahaya sehingga harus di lakukan dalam
kondisi rehidrasi cairan.
6. Riwayat alergi pengunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi
makanan yang banyak mengandung sorbitol danfruktosa.
7. Pada pengkajian psikososial pasien biasanya mengalami kecemasan dan
pasien memerlukan pemenuhan informasi tentang pendidikan kesehatan.
8. Pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan kolaboratif untuk
menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan pemeriksaan medis
untukdehidrasi.
9. Pemeriksaan status dehidrasi esensial merupakan pemeriksaan medis untuk
menentukan kebutuhan pengganti cairan dalam pemenuhan hidrasi, tetapi
pada kondisi klinik perawat yang dapat melakukan perhitungan skor dapat
melakukan peran kolaboratif dalammenentukan jumlah cairan yang akan
diberikan.
10. Pemeriksaan fisik pada diare di mulai dengan inspeksi kaji dehidrasi pada
anak yang mengalami diare. Observasi penampilan umum dan warna kulit
anak. Pada dehidrasi ringan, anak dapat tampak normal. Pada dehidrasi
sedang mata mengalami penurunan produksi air mata atau lingkar mata
cekung. Membran mukosa juga dapatkering.
11. Status mental dapat diperburuk dengan dehidrasi sedang hingga berat, yang
di buktikan dengan lesu atau latergi. Kulit mungkin tidak elastic atau
menunjukan kekenduran, menandai kuranya hidrasi. Distensi abdomen atau
kecekungan mungkinmuncul.
12. Haluaran urin juga dapat menurun jika anak mengalami dehidrasi. Haluaran
feses dapat digunakan untuk mengkaji warna dankonsistensi.
13. Inspeksi area perineal anal untuk adanya kemerahan atau ruam yang
berkaitan dengan peningkatan volume dan frekuensidefeksi.
14. Auskultasi bising usus untuk mengkaji adanya bising usus hipoaktif atau
hiperaktif. Bising usus hipoaktif dapat mengindikasikan obstruksi atau
peritonitis. Bising usus hiperaktif dapat mengindikasikan
diare/gastrointestinal.
15. Perkusi abdomen perhatikan adanya abnormalitas. Adanya abnormalitas
pada pemeriksaan untuk diagnosis diare akut atau kronik dapat
mengindikasikan prosespatologis.
16. Palpasi nyeri tekan pada kuadran bawah dapat berkaitan dengan
gastrointeritas. Nyeri pantul atau nyeri tidak ditemukan saat palpasi. Jika di
temukan hal ini dapat di mengindikasikan apendisitis atau peritonitis
(Carman, 2014).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi dampak sekunder dari diare.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi pasdalumen.
4. Keletihan berhubungan dengan penurunan absorbsi nutrisi menjadienergi.
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare.
2.3.3 Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan 1 x 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum
Cairan dan elektrolit
kunjungan diharapkan diare 2. Identifikasi tanda dan gejala ketidak klien
klien dapat teratasi dengan seimbangan kadar elektrolit 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
kriteria hasil: 3. Anjurkan ibu untuk memberikan susu pergantian cairan segera untuk
1. Suhu tubuh normal 36°C- 4. Anjurkan orang tua memberikan makan memperbaiki deficit.
37°C dan minum sedikit tapi sering pada klien 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
2. Konsistensi BAB menjadi 5. Kolaborasi dalam pemberian cairan 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
lembek parenteral dan farmakologi (antisekresin, hilang secara oral
3. Tubuh anak menjadi sehat antibiotic,antipiretik) 5. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
tidak lemas, letih dan lesu cairan dan elektrolit agar seimbang,
antibiotic sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endoksin, sebagai penurun panas.
2. Hipertemi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan umum pasien 1. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan peningkatan suhu
keperawatan 1 kali kunjungan 2. Pantau suhu lingkungan batasi/ klien
tubuh
rumah diharapkan hipertemi tambahan linen tempat tidur sesuai 2. Suhu ringan/jumlah selimut harus
teratasi Dengan kriteria hasil: indikasi diubah untuk mempertahankan suhu
1. Suhu tubuh rentang 3. Anjurkan keluarga memberikan mendekati normal
normal 36°C kompres hangat pada lipatan paha dan 3. Untuk dapat membantu pasien dalam
2. Klien tidak rewel aksila mempertahankan suhu mendekati
4. Kolaborasi dengan dokter dan perawat normal
dalam pemberian obat 4. Untuk dapat memproses penyembuhan
klien
1. 3. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan. 1. Untuk mengetahui keadaan umum
berhubungan dengan distensi keperawatan 3x24 jam, 2. Monitor intake dan output. klien
pasdalumen. Gangguan rasa nyaman dapat 3 Monitor interaksi anak atau orang tua 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
diatasi dengan kriteria Hasil : selama makan. pergantian cairan segera untuk
1. Pasien tidak gelisah 4 Anjurkan pasien untuk makan sedikit memperbaiki deficit.
2. Pasien terasa nyaman tapi sering. 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
seperti biasanya 5 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
3. Status lingkungan nyaman. menentukan jumlah kalori dan nutrisi hilang secara oral
4. Status kenyamanan yang dibutuhkan pasien. 5. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
meningkat cairan dan elektrolit agar seimbang,
antibiotic sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endoksin, sebagai penurun panas.
2. 4. Keletihan berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji adanya faktor yang 1. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan penurunan absorbsi tindakan keperawatan 3x24 jam menyebabkankelelahan. klien
nutrisi menjadi energi. keletihan dapat teratasi dengan 2. Monitor nutrisi dan sumber energi yang 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
3. kriteria Hasil : adekuat. pergantian cairan segera untuk
1. Memverbalisasikan 3. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai memperbaiki deficit.
peningkatan energi dan kenutuhan. 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
merasa lebih baik 4. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
aktivitas (tingkatkan periode istirahat). hilang secara oral
5. Kolaborasidengan ahli gizi untuk 5. Anti sekresi untuk menurunkan
meningkatkan asupan makanan yang sekresi cairan dan elektrolit agar
berenergi seimbang, antibiotic sebagai anti
bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endoksin, sebagai
penurun panas.
5. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV dan status dehidrasi. 1. Untuk mengetahui keadaan umum
elektrolit berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam resiko 2. Monitor masukan makanan/cairan dan klien
kehilangan cairan sekunder ketidakseimbangan elektrolit hitung intake kalori harian. 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
terhadap diare. dapat teratasi dengan Kriteria 3. Dorong keluarga untuk membantu pergantian cairan segera untuk
4. Hasil : pasien makan. memperbaiki deficit.
1. TTV dalam batasan normal. 4. Berikan cairan IV dalam suhu ruangan. 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
2. Tidak ada tanda-tanda 5. Kolaborasi pemberian cairan IV. 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
dehidrasi, turgor kulit baik, hilang secara oral
membran mukosa lembab, 5. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
tidak ada rasa haus yang cairan dan elektrolit agar seimbang,
berlebihan. antibiotic sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endoksin, sebagai penurun panas.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu kategori
dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang digunakan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan
dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien (Patricia A.
Potter, 2010).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi (Patricia A. Potter, 2010).
Sedangkan menurut (Hidayat 2010: 124) evaluasi adalah tahapan akhir dari
proses keperawatan, evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh
intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang
diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Anamnesa
3.1.1.1 Identitas
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 17 Januari 2022 (Jam 09.00 WIB).
Nama klien adalah An. F, klien lahir pada tanggal 21-05-2020, jenis kelamin klien
Laki-Laki, agama Islam, suku Dayak, alamat di Jl. Pilau, klien belum menempuh
pendidikan, dan diagnosa medis klien adalah Diare. Penanggung jawab klien
adalah Tn. S Umur 31 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, Suku Dayak,
pendidikan SMA, pekerjaan Swasta, alamat Jl. Pilau, hubungan dengan klien
sebagai ayah
3.1.1.2 Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan “anaknya BAB ± 5 kali dalam sehari dengan
bercampur lendir serta cair”
3.1.1.3 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya sejak hari subuh BAB ± 5 kali dalam sehari
dengan bercampur lendir serta cair, Demam pada malam hari 38,2°C, mual
muntah 1 kali dan kurang nafsu makan. Karena melihat keadaan anaknya seperti
itu, orangtuanya langsung membawa klien ke Puskesmas, di Puskesmas dilakukan
tindakan keperawatan seperti pengecekan Nadi: 110x/menit, Suhu: 38,2˚C dan
diperiksa oleh dokter peristaltik usus 38x/menit.
2) Riwayat Kesehatan Lalu
Riwayat prenatal, Ibu mengatakan selama hamil ibu tidak pernah
sakit, Riwayat obstetri G1 P1A0, ibu klien rutin berkunjung ke bidan untuk
memeriksa kehamilannya dan tidak mendapatkan imunisasi TT lengkap pada
awal kunjungan. Riwayat natal, Ibu klien mengatakan melahirkan pada usia
9 bulan kehamilan, dan melahirkan di rumah sakit, lahir normal dengan
keadaan normal bayi langsung menangis spontan. Riwayat post natal, ibu
klien mengatakan An. F lahir dengan berat badan 2.500 kg dan panjang 50
cm dan bayi langsung menangis spontan dan diberikan suntikan vaksin/
imunisasi sesuai jadwal dan diberikan ASI eksklusif.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti jantung, asma, hipertensi, diabetes dan tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV AIDS.
4) Susunan Genogram 3 (tiga)generasi

Bagan 4.1 Genogram Keluarga pada An. F dengan


kasus Diare. Keterangan:
: Sudah meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah

5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT


Usia 2,3 1,2,3
1 bulan Belum 0-7 hari Belum
Bulan bulan
3.1.4
Pemeriksaan fisik
3.1.4.1 Keadaan umum
Kesadaran compos mentis, klien tampak lemah, klien tampak memegang
perutnya.
3.1.4.2 Tanda-tandaVital
Nadi: 110 x/ menit, suhu: 38,2oC, respirasi: 24 x/menit.
3.1.4.3 Kepala dan Wajah
1) Ubun-Ubun
Ubun-ubun belum menutup, tulang kepala terasa keras, rata dan
terlihat cekungan.
2) Rambut
Warna rambut hitam (tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam).
3) Kepala
Keadaan kulit kepala bersih (tidak ada peradangan atau benjolan),
massa tidak ada.
4) Mata
Mata cekung, konjungtiva anemis, sklera putih, reflek pupil mengecil
ketika diberikan rangsangan cahaya, tidak terdapat oedem palpebra,
ketajaman penglihatan: klien dapat melihat dengan baik.
5) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak ada
peradangan, ketajaman pendengaran klien baik.
6) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ditemukan sekret, tidak terpasang
oksigen, fungsi penciuman: klien baik.
7) Mulut
Tidak intake, tidak stanosis, keadaan kering, palatum lunak.
8) Gigi
Belum tumbuh gigi.
3.1.4.5 Leher dan Tenggorokan
Bentuk leher simetris, reflek menelan: anak mampu minum ASI,
tidak di temukan pembesaran tonsil dan vena jugularis, tidak ada
benjolan atau peradangan.
3.1.4.6 Dada
Dada simetris, tidak ada bunyi nafas tambahan, tipe pernafasan dada
dan perut, bunyi jantung lub dup, tidak tampak iktus cordis, tidak
terdapat nyeri dada, keadaan payudara normal simetris.
3.1.4.7 Punggung
Bentuk simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan dan lain-lain
3.1.4.8 Abdomen
Bentuk simetris, peristaltik usus 38 x/menit, tidak terdapat asites, tidak ada
massa, tidak mengalami hepatomegali, spenomegali, dan nyeri.
3.1.4.9 Ekstremitas
Pergerakan/ tonus otot bebas dengan kekuatan penuh, tidak di temukan
adanya oedem dan sianosis, tidak ditemukan clubbing finger, keadaan kulit
halus, turgor kulit kurang < 2 detik (dicubit di perut) dan akral hangat.
3.1.4.10 Genetalia (Tidak dikaji)

3.1.5 Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan


Gizi kurang baik, BB sebelum sakit : 8 kg, BB selama sakit : 7,2 kg,
PB : 80 cm. klien belum bisa berinteraksi dengan orang lain atau perawat.
Motorik halus klien belum mampu makan sendiri. Motorik kasar klien belum
mampu berjalan dan berlari. Kognitif dan bahasa klien belum berbicara.

Pola Aktivitas Sehari-Hari

No Pola kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit


1. Nutrisi
a. Frekuensi 2 jam sekali 2 jam sekali
Baik Kurang Baik
b. Nafsu makan/selera
Asi Asi ,nasi,
c. Jenis makanan Buah,sayur sayur, lauk,
Nasi bubur buah
2. Eliminasi
a. BAB

Frekuensi 2x/hari 5x/hari


Konsistensi Lembek Cair
b. BAK
Frekuensi 4-5 kali 4-5 x/hari
Konsistensi Cair, kuning
Cair, kuning, bau khas

3. Istirahat/ tidur
a. Siang/jam ±1- 2 jam ± 1-2 jam
b. Malam/jam ± 8-12 jam ± 8-12 jam

4. Personal hygiene
a.Mandi 2x/hari 2x/hari

3.1.5.1 Data Penunjang


Saat pengkajian tidak ada data penunjang.
3.1.5.2 Lain-lain
Tidak ada
3.1.5.3 Penatalaksanaan Medis
Obat Dosis Rute Indikasi Kontra Indikasi
Zinkid Zinc 1x1 (10 ml) Oral Untuk mencegah dehidrasi Hipersensitif, apabila
dan mencegah kekurangan anak memiliki kadar
nutrisi akibat diare seng rendah pada
aliran Darah

Oralit 50 ml Oral Untuk pengganti cairan Penderita gangguan


dalam 4-6 jam
elektrolit pada pasien fungsi ginjal,
pertama
3 Gelas muntah dan diare malabsorpsi glukosa,
serta dehidrasi parah
Cotrimo xazole 2x1/2 tab Oral Untuk menghentikan Hipersensitif,
pertumbuhan bakteri di gangguang hati
dalam tubuh dan ginjal
Paracetamol 3x1 (5 ml) Oral Untuk menurunkan Hipersensitif,
demam, meredekan sakit penderita gangguan
kepala dan nyeri otot fungsi hati

Palangka Raya, 17 Januari 2022


Mahasiswa,

JEPRI
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Orang tua klien Bakteri masuk kesaluran Diare


pencernaan
mengatakan anaknya sudah ±5

kali BAB dalam sehari dengan
Bakteri tumbuh dan
bercampur lendir serta cair berkembang diusus

DO :
1. BAB ±5 Kali dalam sehari Mukosa usus menjadi
terganggu
2. Tampak Konsistensi Cair

3. Klien tampak pucat
Sekresi cairan elektrolit
4. Konjungtiva tampak anemis

5. Mata tampak cekung Peristaltic usus

6. Tampak memegang perut
Diare
7. Persitaltik usus 38x/menit

DS : Ibu klien Mengatakan An. Inflamasi usus Hipertemi


F badan nya panas ↓
Pathogen masuk ke
pembuluh darah
DO : ↓
Fagositosis pembuluh
1. Klien tampak rewel darah
2. Klien tampak pucat ↓
Menstimulasi sel- sel
3. Suhu : 38,2°c hipotalamus
Nadi : 110 x/ menit ↓
Peningkatan suhu tubuh
RR : 24 x/ menit
PRIORITAS MASALAH

1. Diare berhubungan dengan cairan dan elektrolit ditandai dengan BAB ±5 Kali
dalam sehari, konsistensi cair, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, Mata
cekung, Tampak memegang perut.
2. Hipertemi berhubungan dengan Peningkatan suhu tubuh di tandai dengan
Klien tampak rewel, klien tampak pucat, Suhu : 38,2°c , Nadi : 115 x/ menit,
RR : 24 x/ menit
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: An. F


Ruang Rawat: Poli MTBS PKM Panarung
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan 1 x kunjungan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan Cairan dan
diharapkan diare klien dapat 2. Identifikasi tanda dan gejala ketidak klien
elektrolit
teratasi dengan kriteria hasil: seimbangan kadar elektrolit 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
1. Suhu tubuh normal 36°C- 37°C 3. Anjurkan ibu untuk memberikan susu pergantian cairan segera untuk
2. Konsistensi BAB menjadi 4. Anjurkan orang tua memberikan makan memperbaiki deficit.
lembek dan minum sedikit tapi sering pada klien 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
3. Tubuh anak menjadi sehat tidak 5. Kolaborasi dalam pemberian cairan 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
lemas, letih dan lesu parenteral dan farmakologi (antisekresin, hilang secara oral
antibiotic,antipiretik) 5. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
cairan dan elektrolit agar seimbang,
antibiotic sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endoksin, sebagai penurun panas.
2. Hipertemi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan umum pasien 1. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan peningkatan suhu keperawatan 1 kali kunjungan 2. Pantau suhu lingkungan batasi/ klien
tubuh rumah diharapkan hipertemi tambahan linen tempat tidur sesuai 2. Suhu ringan/jumlah selimut harus
teratasi Dengan kriteria hasil: indikasi diubah untuk mempertahankan suhu
1. Suhu tubuh rentang normal 3. Anjurkan keluarga memberikan mendekati normal
36°C kompres hangat pada lipatan paha 3. Untuk dapat membantu pasien
2. Klien tidak rewel dan aksila dalam mempertahankan suhu
4. Kolaborasi dengan dokter dan mendekati normal
perawat dalam pemberian obat 4. Untuk dapat memproses
penyembuhan klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari
Diagnosa Evaluasi TTD
Tanggal Implementasi
Keperawatan
Jam
Senin, 17 Dx 1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : orang tua pasien mengatakan anaknya masih
Januari 2022 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala mencret ±5 kali perhari BAB dengan konsistensi
Jam : 09.00 ketidak seimbangan kadar elektrolit cair
WIB 3. Menganjurkan ibu untuk memberikan O : - Klien tampak gelisah
minum yang cukup
- BAB ±5 Kali dalam sehari
4. Berkolaborasi dalam pemberian cairan
- Konsistensi Cair
parenteral dan farmakologi (antisekresin,
- Klien masih tampak pucat
antibiotic, antipiretik JEPRI
- Konjungtiva tampak Anemis
- Mata masih tampak cekung

A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4
Senin, 17 DX 2 1. Mengobservasi keadaan umum pasien S: ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya sudah
Januari 2022 2. Memantau suhu lingkungan batasi/ mulai berkurang
Jam : 10.00 tambahan linen tempat tidur sesuai O:
- Suhu badan sudah 37,5°C
WIB indikasi
- Pasien masih diberi terapi obat paracetamol JEPRI
3. menganjurkan keluarga memberikan
- Pasien tampak lemas
kompres hangat pada lipatan paha dan
aksila
A: masalah belum teratasi
4. Berkolaborasi dengan dokter dan perawat
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4
dalam pemberian obat
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Price, Sylvia Anderson. 2012. Patofisiologi: Konsep-konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. 2005. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol 1. 2002. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai