OLEH:
JEPRI
2021-01-14901-032
Nama : Jepri
NIM : 2021-01-14901-032
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An. F
Dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis Di Puskesmas Panarung Palangka Raya
PEMBIMBING PRAKTIK
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.F Dengan
Diagnosa Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya” yang diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan Stase Keperawatan Anak pada Program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap PalangkaRaya.
Penulis menyadari dalam penulisan banyak menemukan keterbatasan
tetapi berkat adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya
laporan asuhan keperawatan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Yang terhormat Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan
Stase Keperawatan Anak.
2. Yang terhormat Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program
Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang
memberikan dukungan dalam penyelesaian asuhan keperawatanini.
3. Yang terhormat Ibu Ayu Puspita, Ners,M.Kep selaku pembimbing
akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan semangat
kepada kami dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
4. Yang terhormat Ibu Aprihatin Widayati S.Kep., selaku pembimbing lahan
yang telah banyak membantu penyusunan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan ini.
Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan membalas
kebaikan mereka terhadap kami, semoga asuhan keperawatan yang saya buat ini
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.Atas perhatiannya saya ucapkan
terimakasih.
Palangka Raya, 17 Januari 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................i
LEMBAR PENGASAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Mulut
Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di mulut berlangsung
dua jenis pencernaan, yaitu: Pencernaan mekanik yang dilakukan oloh gigi dan
lidah, berupa pengunyahan, pergerakan otot- otot lidah dan pipi untuk
mencampur makanan dengan air ludah sebelum makanan ditelan. Pencernaan
secara kimia yang dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu pemecahan amilum
menjadi maltosa.
2. Lidah
Berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanik, membantu proses
mengunyah, menelan, membedakan bermacam rasa. Untuk mendukung fungsi
mengenali rasa, pada permukaan lidah terdapat papilla-papila yang di dalamnya
terdapat puting-puting pengecap rasa. Macam rasa yang dapat dibedakan oleh
lidah adalah manis, asam, asin, dan pahit. Selain itu, lidah juga peka terhadap
panas, dingin, dan tekanan.
3. Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar penghasil ludah atau air liur (saliva) yang terdiri dari tiga
pasang.
a. Kelenjar parotis berada di bawah telinga, yang berfungsi menghasilkan
ludah berbentuk cair.
b. Kelenjar submandibularis berada di rahang bagian bawah berfungsi
menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.
c. Kelenjar sublingualis berada di bawah lidah, berperan menghasilkan
getah yang mengandung air dan lender.
d. Ludah dalam pencernaan makanan berperan untuk memudahkan dalam
menelan makanan dengan cara membasahi dan melumasi makanan.
Ludah mengandung enzim ptyalin (amylase) yang berperan mengubah
zat karbohidrat (amilum) menjadi maltose (gula sederhana). Enzim
ptyalin akan berfungsi maksimal jika berada pada pH 6, 8-7 dan pada
suhu37°C.
4. Gigi
Berfungsi untuk memotong dan mengoyak makanan yang masuk ke
mulut (sebagai alat pencernaan mekanik). Tujuan makanan dipotongdan
dikoyak menjadi lebih kecil agar mudah untuk dicerna oleh
lambung.Perkembangan gigi dimulai saat anak berusia sekitar enam bulan. Gigi
yang pertama kali tumbuh disebut gigi susu. Selanjutnya, pada usia6-14 tahun
gigi susu akan diganti menjadi gigi sulung, selanjutnya akan berkembang
menjadi gigi tetap. Gigi susu terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi taring
dan 4 gigi seri pada rahang atas. Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham
belakang, 2 gigi seri dan 4 gigi seri. Gigi tetap memiliki rumusan 6 gigi
geraham belakang, 4 geraham depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi seri pada masing-
masing rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah.
5. Lambung
Setelah makanan dikunyah di dalam mulut selanjutnya dibawa ke lambung
melalui kerongkongan. Makanan dapat turun ke lambung atas bantuan kontraksi
otot-otot kerongkongan tersebut.Selamadi lambung, makanan akan diproses
secara kimiawi menggunakan enzim- enzim pencernaan, diantaranya: Renin,
zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk mengendapkan
protein susu dari air susu ibu(ASI). Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk
memecah protein menjadi pepton. Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Lipase, zat lipase fungsinya untuk
memecah lemak menjadi asamlemak dangliserol.
6. Usus 12 Jari
Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, setelah itu dibawa
menuju usus 12 jari dan akan dicerna dengan bantuan enzim-enzimdari
pankreas. Disamping itu juga terdapat empedu yang dihasilkan oleh hati
fungsinya untuk mengemulsikan lemak kemudian dialirkan ke usus 12 jari.
7. Usus Halus
Setelah itu makanan dibawa ke usus halus untuk diserap kandungannya,
seperti lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, Karbohidrat
diserap dalam bentuk glukosa, dan protein diserap dalam bentuk asam amino.
Sedangkan vitamin dan mineral dapat langsung diserap oleh usus halus tanpa
dicerna.
8. Usus Besar
Kemudian makanan yang tidak dicerna usus halus akan menuju usus besar
dan menjadi fases. Air yang masih ada dalam usus besar akan diserap kembali ke
usus besar.
9. Anus
Sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus.
2.2.3 Klasifikasi
2.2.3.1 Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak
balita. Diare akut didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan
perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen
infeksius dalam traktus GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri
(berlangsung kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang
spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. Diare infeksius akut (Gastroenteritis
Infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit yang patogen.
2.2.3.2 Diare kronis sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan (lamanya sakit lebih dari 14 hari).
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makan,
intoleransi laktosa, atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat
dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
2.2.3.3 Diare intraktabel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi
dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebab
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebab yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
2.2.3.4 Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak
yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan pada anak-anak ini tidak terdapat gejala malnutrisi dan tidak ada darah
dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.
2.2.4 Etiologi
Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak organisme
yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter, shigella, salmonella,
staphylococcus aureus dan escherichia coli.Salah satu agen parasit yang paling
sering menyebabkan diare pada anak.Kebanyakan organisme patogen penyebab
diare disebar luaskan lewat jalur fekal, oral melalui makanan atau air yang
terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat. Kurangnya
air bersih, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi dan merupakan
faktor resiko utama, khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang
patogen (Akton, 2014).
2.2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Kusuma (2014) Manifestasi klinis dapat di jadikan dua yaitu diare
akut dan diare kronis:
1. Diare akut
1) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak dan nyeriperut
2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
3) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau infeksi
bakteri atau peradangan karena penyakit
2. Diare kronik
1) Penurunan berat badan dan napsu makan
2) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau infeksi
bakteri atau peradangan karena penyakit
3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
2.2.6 Patofisiologi
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan
atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi
cairan atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan
hilangnya nutrisi dan elektrolit. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan
dengan asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare.Usus halus menjadi bagian
absorpsi utama dan usus besar melakukan absorpsi air yang akan membuat solid
dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan
menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air
menjadi terganggu. Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya
mokroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang di
produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek
lansung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti
Shigella dysenteriae, vibrio parahaemolyticus, clostridium difficilr,
enterohemorrhagic E. Coli yang menghasilkan kerusakan sel-sel yang
terinflamasi. Invasi enterosit dilakukan beberapa miktoba seperti Shigella,
organisme campylobacter, dan enterovasif E Coli yang menyebabkan terjadinya
destruksi, sertainflamasi.
WOC
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3
Penyebab: kali sehari yang disertai perubahan konsistensi tinja cair, lendir atau
1. Bakteri dan virus
2. Campylobacter darah (Carman, 2013)
3. shigella, salmonella,
Diare
penurunan pH darah
Penekanan pada Menstimulasi sel- sel
medulla oblogata hipotalamus Rasa mual muntah kelemahan
KETIDAKSEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Memperberat status
asidosis INTOLERANSI
Napas sesak dan Peningkatan Peningkatan asam AKTIVITAS
dalam suhu tubuh lambung
Kerusakana jaringan otak
POLA NAPAS HIPERTERMI anoreksia
TIDAK EFEKTIF
PERFUSI PERIFER
TIDAK EFEKTIF DEFISIT NUTRISI
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang dengan diare akan di perlukan pemeriksaan penunjang
yaitu antara lain: pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit, jumlah leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin,
pemeriksaan tinja (makroskopis dan mikrokopis, Ph dan kadar gula dalam tinja,
Biakan dan resistensi feses (colok dubur) dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan
diare karena virus biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang
normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang
invasi ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah
putih.Neutropenia dapat timbul pada samnellosis.Ureum dan kreatinin diperiksa
untuk mengetahui adanya kekurangan volume cairan dan mineral
tubuh.Pemeriksaan tinja di lakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja
yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam tiga bulan
sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya di periksa tinja
untuk pengukuran toksin slostridium difficile. Rektoskopi atau sigmoidoskopi
perlu di pertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare
berdarah atau pasien dengan diare akut perristen.Pada sebagian besar,
sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal.
2.2.10 Komplikasi
1. Dehidrasi dengan resiko gagal ginjal atau kematian
2. Sepsis dan koagulasi intravascular tersebar
3. Hemolisis
4. Anemia
5. Sindrom hemolitikuremik
5) Imunisasi
3. Istirahat/ tidur
a. Siang/jam ±1- 2 jam ± 1-2 jam
b. Malam/jam ± 8-12 jam ± 8-12 jam
4. Personal hygiene
a.Mandi 2x/hari 2x/hari
JEPRI
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. Diare berhubungan dengan cairan dan elektrolit ditandai dengan BAB ±5 Kali
dalam sehari, konsistensi cair, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, Mata
cekung, Tampak memegang perut.
2. Hipertemi berhubungan dengan Peningkatan suhu tubuh di tandai dengan
Klien tampak rewel, klien tampak pucat, Suhu : 38,2°c , Nadi : 115 x/ menit,
RR : 24 x/ menit
RENCANA KEPERAWATAN
Hari
Diagnosa Evaluasi TTD
Tanggal Implementasi
Keperawatan
Jam
Senin, 17 Dx 1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : orang tua pasien mengatakan anaknya masih
Januari 2022 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala mencret ±5 kali perhari BAB dengan konsistensi
Jam : 09.00 ketidak seimbangan kadar elektrolit cair
WIB 3. Menganjurkan ibu untuk memberikan O : - Klien tampak gelisah
minum yang cukup
- BAB ±5 Kali dalam sehari
4. Berkolaborasi dalam pemberian cairan
- Konsistensi Cair
parenteral dan farmakologi (antisekresin,
- Klien masih tampak pucat
antibiotic, antipiretik JEPRI
- Konjungtiva tampak Anemis
- Mata masih tampak cekung
Arief Mansjoer, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Price, Sylvia Anderson. 2012. Patofisiologi: Konsep-konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. 2005. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol 1. 2002. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI