DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
LEMBAR PENGESAHAN
Puji Syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan Studi kassus pada Nn. L dengan Diagnosa Medis
Retensio Plasenta di Ruang VK UPT Puskesmas Pahandut. Dan harapan penulis
semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman,juga manfaat bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
laporan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi kasus
ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners Selaku Koordinator Ners.
4. Ibu Ayu Puspita, Ners. M. Kep. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Ibu Siti Faridah, S.Tr.Keb. selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan keperawatan ini.
6. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
7. Kepada keluarga Ny.L yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai kelolaan
dalam asuhan keperawatan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus ini kata,
penulis mengucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN i
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN i
1.1 Latar Belakang 4
1.1 Rumusan Masalah 4
1.1 Tujuan Penulisan 4
1.1 Manfaat Penulisan 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 4
2.1.3 Etiologi 6
2.1.4 Klasifikasi 6
2.1.5 Patofisiologi 7
2.1.6 Manifestasi Klinis 10
2.1.7 Komplikasi 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 10
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 13
2.2.1 Pengkajian 13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 14
2.2.3 Intervensi 16
2.2.4 Implementasi 18
2.2.5 Evaluasi 18
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Anamnesa19
3.2 Pemeriksaan Fisik 20
3.3 Analisa Data 24
3.4 Prioritas Masalah 26
3.5 Rencana Keperawatan 27
3.6 Implentasi dan Evaluasi 29
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian 51
4.2 Diagnosa Keperawata 52
4.3 Perencanaan 53
4.4 Penatalaksanaan 53
4.3 Evaluasi 53
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan 55
5.2 Saran 56
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
pengetahuan pada saat melahirkan dan motivasi untuk memeriksakan diri
selama mengandung.
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
bahwa pengetahuan tentang peyebab serta komplikasi seat melahirkan seperti
retensio plasenta sangat dibutuhkan .
2. Bagi Peneliti
Memberi pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian
serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di bangku
kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah.
3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
inkreta, plasenta perkreta
(Manuaba
(2008).
Retensio plasenta adalah
belum lepasnya plasenta
dengan melebihi waktu
setengah
jam. Keadaan ini dapat
diikuti perdarahan yang
banya, artinya hanya
sebagian plasenta
yang telah lepas sehingga
memerlukan tindakan
plasenta manual dengan
segera. Bila
7
retensio plasenta tidak
diikuti perdarahan maka
perlu diperhatikan ada
kemungkinan
terjadi plasenta adhesive,
plasenta akreta, plasenta
inkreta, plasenta perkreta
(Manuaba
(2008)
desidua basalis. Pada sistole
darah disemprotkan dengan
tekanan 70-80 mmHg
seperti
8
air mancur ke dalam ruang
interviller sampai mencapai
chorionic plate, pangkal dari
kotiledon-kotiledon janin.
Darah tersebut membasahi
semua vili koriales dan
kembali
perlahan-lahan dengan
tekanan 8 mmHg ke vena-
vena di desidua.
Plasenta berfungsi: sebagai
alat yang memberi makanan
pada janin, mengeluarkan
9
sisa metabolisme janin,
memberi zat asam dan
mengeluarkan CO
2
, membentuk hormon,
serta penyalur berbagai
antib
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu
setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya
sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual
dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu
diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta
inkreta, plasenta perkreta (Manuaba, 2006).
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan
hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang berlalu
antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik
menangiani setelah 5 menit, kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam
bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).
Jadi, retensio placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana placenta belum
lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Pada proses persalinan, kelahiran
placenta kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin.
10
desidua basalis. Pada sistole
darah disemprotkan dengan
tekanan 70-80 mmHg
seperti
air mancur ke dalam ruang
interviller sampai mencapai
chorionic plate, pangkal dari
kotiledon-kotiledon janin.
Darah tersebut membasahi
semua vili koriales dan
kembali
perlahan-lahan dengan
tekanan 8 mmHg ke vena-
vena di desidua.
11
Plasenta berfungsi: sebagai
alat yang memberi makanan
pada janin, mengeluarkan
sisa metabolisme janin,
memberi zat asam dan
mengeluarkan CO
2
, membentuk hormon,
serta penyalur berbagai
antib
desidua basalis. Pada sistole
darah disemprotkan dengan
tekanan 70-80 mmHg
seperti
12
air mancur ke dalam ruang
interviller sampai mencapai
chorionic plate, pangkal dari
kotiledon-kotiledon janin.
Darah tersebut membasahi
semua vili koriales dan
kembali
perlahan-lahan dengan
tekanan 8 mmHg ke vena-
vena di desidua.
Plasenta berfungsi: sebagai
alat yang memberi makanan
pada janin, mengeluarkan
13
sisa metabolisme janin,
memberi zat asam dan
mengeluarkan CO
2
, membentuk hormon,
serta penyalur berbagai
antib
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Anatomi
Plasenta normal Ukuran dan Bentzik. Placenta berbentuk cakram yang bundar
atau lonjong (oval), inem punya ukuran 20 x 15. cm dan tebal 1.5 sampai 2.0cm.
Berat placenta, yang biasanya 20 persen dari berat janin, berkisar antara 425 dan 550
g. Pada sisi uterus terdapat delapan atau lebih cotyledon maternal yang dipisahkan
oleh alur-alur (fissura). Istilah cotyledon fetal mengacu pada bagian plasenta yang
mendapat suplai darah dari pembuluh villus utama dan cabang-cabangnya,
permukaan maternal ditutupi oleh lapisan deciduadan fibrin yang ikut keluar
bersama-sama plasenta pada kelahiran.Sisi fetal ditutupi oleh membrane atau selaput
ketuban. Lokasi secara normal plasenta tertanam pada bagian atas uterus. Kadang-
kadang plasenta berada pada segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cervik.
Keadaan terakhir ini disebut dengan istilah placenta previa dan menjadi penyebab
timbulnya perdarahan dalam trimester ketiga. Kadang-kadang pemeriksaan ultrasonic
pada kehamilan dini menunjukkan adanya plasenta di bagian bawah yang merupakan
indikasi bagi plasenta previa, tetapi dalam pemeriksaan ulang pada kehamilan lanjut
ditemukan plasenta pada segmen atas, mungkin pertumbuhan normal plasenta
14
menjauhi cervik.
Kelainan-kelainan placenta lobus succenturiata, ini merupakan lobus tambahan
atau lobus asesorius yang berada dengan jarak tertentu dari placenta utama. Pembuluh
darah yang mensuplai lobus ini berjalan menembus selaput ketuban dan dapat
terputus ketika selaput ketuban tersebut robek atau pada saat kelahiran. Lobus
succenturiata bisa tertinggal setelah melahirkan dan menyebabkan perdarahan
postpartum. Placenta, Circumvallata. Selaput ketuban melipat ke belakang pada
permukaan janin dan berinsersio ke dalam placenta itu sendiri. Placenta berada di
sebelah luar chorion. Amnion Nodosum. Ini berupa nodulus kuning dengan diameter
3 sampai 4 cm, yang terletak pada permukaan-fetal amnion. Nodulus ini berisi vernix,
fibrin, sel-sel yang mengelupas (deskuamasi) dan rambut lanugo. Amnion nodosum
dapat berbentuk sebuah kista, Keadaan ini disertai oligohydramnios. Infark yang
terlokalisir sering dijumpai.
Makna klinisnya tidak diketahui sekalipun jika keadaan ini berlebihan, maka
kapasitas fungsional placenta dapat berkurang. Perubahan Warna (Diskolorisasi).
Warna merah berhubungan dengan adanya perdarahan. Warna hijau disebabkan oleh
meconium dan dapat merupakan indikasi adanya hipoksia janin. Placenta Kembar.
Pada kembar monochorionik, placenta membentuk satu massa sedangkan pada
kembar dichorionik, placenta dapat menyatu atau terpisah. Berat. Placenta yang
beratnya lebih dari 600 g atau di bawah 400 g biasanya berhubungan dengan
kehamilan yang abnormal. Placenta pada berbagai keadaan Prematuritas. Placenta
kecil dan sering pucat. Toxemia Gravidarurn. Tidak terlihat perubahan yang khas.
Sering placenta tampak normal. Erythroblastosis. Placenta tampak lapuk, berwarna
pucat sampai dan beratnya dapat mencapai 2,000 g. , Syphilis Kongenital. Placenta
lebar, tebal dan pucat. Arnnionis. Selaput ketuban suram (opaque) dan berubah warna
menjadi kuning. placenta mungkin mengeluarkan bau yang busuk.
15
Gambar 1 Anatomi pengeluaran plasenta
2.1.1.3 Fisiologi
Plasenta memiliki beberapa fungsi, termasuk transfer nutrisi dan oksigen dari
ibu pada fetus, membuang sisa metabolisme dari fetus, dan sintesis protein serta
hormon. Plasenta pada manusia diklasifikasikan sebagai hemokorioendotel, karena
hanya, karena hanya ada tiga lapis sel yang memisahkan sirkulasi maternal dan fetal:
tropoblas fetus, fetus,stroma vili fetus, dan endotel kapiler fetus. Vili fetus akan
tersimpan dalam ruang intervilli yang berisi darah ibu. Vili plasenta akan
menghasilkan perbandingan luas permukaan/volume yang tinggi dengan luas
permukaan total saat aterm sekitar 10 m2. Transfer melalui plasenta akan terjadi
melalui difusi pasif (oksigen, CO2, elektrolit, gula sederhana), transport aktif
(besi, vitamin C), atau difusi fasilitasi menggunakan karier (glukosa, imunoglobulin).
Terdapat cadangan plasenta yang berjumlah besar; 30-40% vili plasenta bisa
hilang tanpa menyebabkan insufisiensi plasenta.
16
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat lebih
dalam.
2.1.3.2 Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
meyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi pada
bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar.
2.1.3.3 Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan. Apabila terjadi
perdarahan post partum dan plasenta belum lahir, perlu di usahakan untuk
melahirkan plasenta dengan segera. Jikalau plasenta sudah lahir, perlu
dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena
perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena atonia uterus membesar dan
lembek pada palpasi, sedang pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir
uterus berkontraksi dengan baik (Wiknjosastro, 2005)
2.1.4 Klasifikasi
Menurut (Manuaba, 2006) klasifikasi berdasarkan tempat implantasinya
retensio plasenta dapat di klasifikasikan menjadi 5 bagian yaitu :
2.1.4.1 Plasenta Adhesiva
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta plasenta dan melekat
pada desidua dan melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
17
2.1.4.2 Plasenta Akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki lapisan miometrium yang
menembus lebih dalam miometrium tetapi belum menembus serosa.
2.1.4.3 Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau memasuki
miometrium , dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua sampai ke miometrium.
2.1.4.4 Plasenta Perkreta
Implantasi jonjot khorion plsenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa di uterus, yang menembus serosa atau peritoneum
dinding rahim.
2.1.4.5 Plasenta Inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontraksi ostium
uteri.
2.1.5 Patofisiologi (WOC)
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah
berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan
lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal
secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil.
Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan
plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat
berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya
menyebabka n lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan
pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus
berada di antara serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-
serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh
darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan
18
ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala
tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1) Fase laten ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta,
namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2) Fase kontraksi ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat
(dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3) Fase pelepasan plasenta fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya
dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding
uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara
plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya
plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya
sobek di lapisan spongiosa.
4) Fase pengeluaran dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak
turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul
di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan
plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan
normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan
ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari
tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada semburan
darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin
padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan
turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah
plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh
dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau
atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini, oleh adanya
tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang
sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan
tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala IV. Metode yang biasa
dikerjakan adalah dengan menekan secara bersamaan dengan tarikan ringan pada
tali pusat.
19
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta adalah kelainan dari
uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya
kontraksi uterus, kontraksi yang kuat dari uterus, serta pembentukan constriction ring.
Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa dan
adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi
dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan
kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang
juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian
anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus
20
1. His yang kurang kuat (sebab
utama) 1. Plasenta Adhesiva
WOC Retensio Plasenta 1. Plasenta belum lepas dari
2. Tempat melekatnya yang 2. Plasenta Akreta
dinding uterus
kurang menguntungkan (mis 3. Plasenta Inkreta
2. Plasenta sudah lepas tapi
:disudut tuba) 4. Plasenta Perkreta
belum dilahirkan
3. Ukuran plasenta terlalu kecil 5. Plasenta Inkarserata
4. Lingkaran kontraksi pada
bagian bawah perut
Retensio Plasenta
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Keterlambatan Takikardi
Hipoksia Pembuluh darah Proses involusi
pengisian kapiler hipertropi Hemokonsentrasi
terbuka
MK: Penurunan Kehilangan vasikuler Kepala bayi masuk Peningkatan Fatigue, nyeri
MK: Pola nafas MK : - Perfusi perifer
curah jantung yang berlebihan PAP meningkat kontraksi uterus sendi
tidak efektif tidak efektif
- Resiko Pendarahan
Melahirkan plasenta Pembukaan serviks Nyeri
MK :Kekurangan MK : Intoleransi
secara manual dan ketuban pecah
volume caiaran aktivitas
2.1.7 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan
22
hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka
tidak menutup.
3. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan
plasenta.
4. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan
kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
5. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis
6. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma dengan masuknya mutagen,
perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik
(displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali
menjadi mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan berjalan terus.
Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa
beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari
serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun
kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan
abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker.
7. Syok hemoragik
23
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien yang mengalami retensio
plasenta adalah sebagai berikut :
1) Bila tidak terjadi perdarahan Perbaiki keadaan umum penderita bila perlu
misal: infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian antipiretika,
pemberian ATS. Kemudian dibantu dengan mengosongkan kandung
kemih. Lanjutkan memeriksa apakah telah terjadi pemisahan plasenta
dengan cara Klein, Kustner atau Strassman.
2) Bila terjadi perdarahan lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta
dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya
kuretase. Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta
increta/percreta, lakukan hysterectomia.
Cara untuk melahirkan plasenta:
1) Dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal : Tangan kanan
penolong meregangkan tali pusat sedang tangan yang lain mendorong
ringan.
2) Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose). Melahirkan
plasenta dengan cara memasukkan tangan penolong kedalam cavum uteri,
melepaskan plasenta dari insertio dan mengeluarkanya.
3) Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose
yang dalam pun tangan tak dapat masuk, maka dapat dilakukan
hysterectomia untuk melahirkan plasentanya.
Manual Plasenta : Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan
untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah
sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut
dapat menyelamatkan jiwa penderita. Kejadian retensio plasenta berkaitan
dengan :
1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta
adhesive dan plasenta akreta serta Plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan :
a. Darah penderita terlalu banyak hilang.
24
b. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan
tidak terjadi.
c. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Manual Plasenta dengan segera dilakukan :
a. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
b. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
c. Pada pertolongan persalinan dengan narkoba.
d. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual Plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas
400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih
terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau
rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.
25
tak tertahankan.
P ( Paliatv) : Penyabab nyeri
Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan?
S (Severty) : Skala nyeri
T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung
3. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang di rasakan saat hamil mulai dari
trimester 1, 2, 3 HPHT
1) Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan alat kntrasepsi misalnya KB
2) Rencana KB
Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak
3) Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan, dan
perawat.
26
menyebabkan pengurangan otot-otot abdomen menjadi sangat lunak,
lembek dan lemah. Muskulus raktus abdominis memisah otot-otot dan
fascia dinding abdomen mengalami pelenturan, latihan dan senam selama
periode nifas perlu untuk memulihkan keadaan.
5. Pola istirahat dan tidur
Pola tidur terganggu karena ibu dengan persalinan normal sering berkeringat
banyak dan dingin di malam hari. Mengalami perubahan emosi yang
mendadak atau depresi yang mengakibatkan ibu merasa tertekan dan
mungkin ibu tidak bias tidur
6. Pola kongnitif preseptual
Klien merasa nyeri pada payudara dan perineum, dan kurang pengetahuan
tentang perawatan diri.
7. Pola konsep diri/presepsi
Ibu dapat menerima peran barunya sebagai orang tua atau tidak dapat
menerima.
8. Pola peran hubungan
Ibu memepunyai hubungan yang harmonis dengan suami, keluarga yang
merawat ibu yang beada di RS dan percaya kepeda Tuhan-Nya dan
menyerahkan seluruh kesembuhan kepada Tuhan.
1.1.1.3 Pemeriksaan fisik
1) Tekanan darah
2) Suhu badan
3) Denyut nadi
4) Respirasi/pernapasan
1.1.1.4 Pemeriksan head to toe
1) Kepala : Biasanya Pasien Mengeluh Pusing, Sakit Kepela.
2) Wajah : Hiperpigmentasi, edema.
3) Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)
4) Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan
reaksi terhadap cahaya penglihatan)
5) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
6) Jantung dan paru : Suara napas normal
27
7) Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan aerola dan integritas putting, posisi bayi pada payudara,
adanya kolostrum, adanya ASI, adanya pembengkakan, benjolan,
nyeri dan adanya sumbatan duktus, dan tanda-tanda mastitis potensial.
8) Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus
atau nyeri.
9) Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan
bau lokhia. Pemeriksaan anus terhadap hemoroid.
10) Eksteremitas bawah :Adanya tanda edema, nyeri tekan atau panas
pada betis, varises.
28
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Dx1. Nyeri melahirkan Tingkat Nyeri (SLKI. 08066, hal Manajemen Nyeri (I.08238 hal:
berhubungan dengan trauma 145) 201)
mekanis, edema/pembesaran Setelah diberikan Asuhan Observasi:
jaringan atau distensi, efek-efek 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Keperawatan selama 1x7 jam
hormonal (D.0079 Hal 176) durasi, frekuensi, kualitas,
diharapkan tingkat nyeri menurun. intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (skor 3. Identifikasi respons nyeri non
5) verbal
2. Meringis menurun (skor 5) 4. Identifikasi faktor yang
3. Gelisah menurun (skor 5) memperberat dan memperingan
nyeri
4. Frekuensi tekanan darah
5. Identifikasi pengetahuan dan
membaik (skor 5) keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadaprespon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
29
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Dx3 Resiko pendarahan Tingkat pendarahan SLKI Manajemen pendarahan (I. 02040 Hal 206)
30
berhubungan dengan (L.02017 Hal 147) Observasi
komplikasi pasca partum Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi penyebab pendarahan
/Retensio plasenta (D.0012 keperawatan selama 1x 7 jam, 2. Monitor terjadinya pendarahan
Hal 42) diharapkan kehilangan darah 3. Monitor hemoglobin/hemotokrit sebelum dan
baik internal maupun setelah kehilangan darah
eksternal menurun dengan 4. Monitor intake dan ouput cairan
Kriteria Hasil : 5. Monitor tanda-tanda vital
1. Hemoglobin membaik (5) 6. Monitor koagulasi
2. Hematokrit membaik (5) Terapeutik
3. Distensi abdomen 1. Batasi Tindakan invasive, jika perlu
menurun (5) 2. Pertahankan bedrest selama pendarahan
4. Pendarahan vagina 3. Pertahankan akses IV
menurun (5) Edukasi
5. Tekanan darah membaik 1. Jelaskan tanda-tanda pendarahan
(5) 2. Anjurkan melapor jika menemukan tanda-
6. Denyut nadi membaik (5) tanda pendarahan
7. Suhu tubuh membaik (5) 3. Anjurkan membatasi aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaboras pemberian cairan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika
perlu
31
berhubungan dengan SLKI (L.040304 hal 24) Perawatan Diri (I.11349 hal. 117)
penurunan kapasitas Setelah dilakukan tindakan Observasi
kandung kemih( D.0040 Hal. keperawatan selama 1x4 jam - Identifikasi kbiasan BAB/BAK
96) maka terjadi pengosongan - Monitor integritas kulit pasien
kandung kemih yang lengkap Terapeutik
dengan kriteria hasil: - Buka pakian yag diperlukan untuk
1. Sensasi berkemih memudah eliminasi
meningkat (5) - Dukung penggunaan toilet secara
2. Desakan berkemih konsisten
menurun (5) - Jaga privasi selama eliminasi
3. (5) - Ganti pakaian pasien setelah
4. Urin menetes BAK/BAB jika perlu
menurun (5) - Sediakan alat bantu (mis. Kateter
5. Frekuensi BAK eksternal, urinal) jika perlu
membaik (5)
- Latih BAK/BAB
Edukasi
- Anjurkan BAK/BAB secara rutin
- Anjurkan kekamar mandi/toilet,
jika perlu
32
feses: (4) 4. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi,
2. Keluhan defeksasi lama atau impaksi
dan sulit (5) Terapeutik
Mengejan saat defeksasi (5) 1. Berikan air hangat setelah makan
2. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
3. Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
1. Jelaskan makanan yang membantu
meningkatkan keteraturan peristaltik usus
2. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
konsistensi, volume feses
3. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik, sesuai
toleransi
4. Anjurkan pengurangan asupan makanan yang
meningkatkan pembentukan gas
5. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi serat
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika
tidak ada kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal,
jika perlu.
33
Tingkat Infeksi SLKI
Dx6 Risiko infeksi L.14137 Pencegahan infeksi (I.14539 hal.278)
berhubungan dengan trauma Setelah diberikan asuhan Observasi
jaringan dan/atau kerusakan keperawatan selama 1x 7 jam, 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan
kulit, penurunan Hb prosedur diharapkan infeksi tidak sistemik
invasive dan/atau terjadi Terapeutik
peningkatan peningkatan Kriteria hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung
lingkungan, rupture ketuban 1. Kebersihan tangan 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
lama, mal nutrisi (D.0142 Hal membaik (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
304) 2. Kebersihan badan dengan pasien dan lingkungan pasien
membaik (5) 4. Pertahankan teknik asepteik pada pasien
3. Nafsu makan membaik (5) berisiko tinggi
4. Demam menurun(5) Edukasi
5. Kemrahan menurun(5) 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Nyeri menurun (5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
7. Bengkak menurun (5) 3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
34
Toleransi Aktivitas SLKI
Dx7 Intoleransi aktivitas (L.05047 hal 149) Dukungan ambulasi (I.03119 Hal.200 )
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
kelemahan (.D.0056 Hal. keperawatan selama 1x4 jam - Identifikasi gangguan fungsi
128) makaterjadi respon fisiologis tubuh yang mengakibatkan kelelahan
terhadap aktivitas dengan - Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil: Terapeutik
1. Frekuensi nadi meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan
(5) rendah stimulus
2. Kemudahan dalam - Lakukan Latihan rentang gerak
melakukan aktivitas fasit dan/atau aktif
sehari-hari membaik (5) - Berikan aktivitas distraksi yang
3. Kekuatan tubuh bagian menenangkan
atas membaik (5) - Berikan makanan tinggi serat
4. Kekuatan tubuh bagian untuk mencegah konstipasi
baeah membaik (5) - Fasilitasi duduk disisi tempat
5. Keluhan lelah menurrun tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
(5)
- Berikan suplemen makanan, jika
6. Perasaan lemah menurun
perlu
(5)
- Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
fisik secara bertahap
35
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum
36
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
37
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1 November 2021,
pukul 07.30 WIB. Di ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya,
dengan tehnik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan
data dari buku keperawatan klien, di dapatkan data-data sebagai berikut.
38
pemasangan infus RL, dan dilakukan pemeriksaan DJJ 135x/m, TFU 35
cm, His (kontraksi) 4x/10 menit, VT pukul 05.10 WIB. Porsio tidak teraba.
Bayi lahir segera spontan menangis kuat pada tanggal 1 November 2021
pukul 07.30 WIB, namun setelah 30 menit plasenta tidak bisa dilahirkan,
kemudian selama 2 jam dilakukan tindakan plasenta manual dan keluar
dengan lengkap dalam keadaan plasenta hancur.
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami :
Klien mengatakan pernah masuk puskesmas/rumah sakit sebelumnya
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menular seperti HIV, HbsAg, TB Paru, dan lain-lain.
39
Amenorhoe: tidak ada, Keluhan waktu hamil mual, muntah, pusing dan
sakit pinggang, Gerakan anak pertama di rasakan 20 mgg, Imunisasi :
TT, Penambahan BB selama hamil 10 kg, Pemeriksaan kehamilan :
teratur, Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan Puskesmas
Pahandut dengan hasil baik
40
7. Telinga Keadaan : Bersih
Pendengaran: Baik
8. Leher Pembesaran kel. Tyroid : Tidak ada
Pembengkakan : Tidak ada Distensi Vena Jugularis : Tidak ada
Sesak nafas : Tidak ada
9. Daerah dada Batuk : Tidak ada
Jantung dan paru-paru : Sakit dada : Tidak ada
Normal Suara napas : Vesikuler
Bunyi jantung : S1, S2 Tunggal
Bentuk : Simetris
10. Payudara Keadaan puting susu : Menonjol
Hyperpigmentasi aerola : ada
Keadaan/kebersihan : bersih
Cairan yang keluar : ASI (Colostrum)
Tinggi TFU : 2 jari dibawah pusat
11. Abdomen Kontraksi Uterus : Ada
Striae gravidarum : Ada
Bising usus : 12 x/m
Terdapat jahitan 20 perineum ,
12. Genitalia Eksterna jahitan bagian dalam 5 jahitan,
jahitan bagian tengah 5 jahitan ,
bentuk luka tidak beraturan , sedikit
kotor dan berbau khas, masih keluar
darah di pembalut 3, lochea rubra
warna merah tua berjumlah sedang ±
50-60 cc.
Tanda REEDA
Redness (kemerahan) : tidak ada
kemerahan
Edema (bengkak) : tidak terjadi
bengkak
Echimosis (memar) : tidak ada
41
memar Drainage (rembesan) : tidak
rembes
Approximatly (jahitan tidak menyatu)
13. Anus : jahitan menyatu Hemoroid : Tidak
14. Ekstermitas ada
Refleks patela : tidak dikaji
Varises : tidak ada
15. Pemeriksaan Dalam Oedema : tidak ada
Vulva/vagina :
- Edema/tumor/penyempitan :
Tidak ada
Portio :
- Konsistensi : lembek
- Pendataran : 5/5
- Pembukaan : lengkap
- Hodge/bagian terendah : 4
- Selaput Ketuban : Utuh (+)
- Presentasi : Kepala
- Presentasi Kepala
42
3.1.5.3 Pola tidur dan istirahat:
Waktu tidur: siang dan malam, Lama tidur/hari: siang 1-2 jam, malam 7-8
jam, Kebiasaan pengantar tidur: tidak ada, Kebiasaan saat tidur: tidak ada,
Kesulitan dalam tidur: tida ada
3.1.5.4 Pola aktivitas dan latihan:
Kegiatan dalam pekerjaan: hanya menyapu rumah dan memasak, Olah
raga: jalan- jalan di sekitar rumah, Mobilisasi dini: -, Kegiatan di waktu luang:
berkunjung ke rumah keluarga
3.1.5.5 Personal Hygiene :
Kulit: bersih, Rambut: bersih, Mulut & Gigi: bersih, Pakaian: rapi, Kuku:
bersih Vulva Hygiene:-
3.1.5.6 Ketergantungan fisik :
Merokok: tidak ada, Minuman keras: tidak ada, Obat-obatan: tidak ada,
Lain-lain: tidak ada
43
b. Peran : Klien sebagai istri dan
ibu untuk anak-anaknya
c. Ideal Diri : Klien ingin cepat
pulih dan beraktifitas lagi
d. Identitas Diri : Klien seorang
perempuan dan ibu rumah tangga
e. Harga Diri : Klien
menghargai dirinya dan orang sekitarnya
3.1.6.4 Hubungan/komunikasi
a. Bicara : jelas
b. Bahasa utama : Indonesia, Bahasa Banjar
c. Yang tinggal serumah : orang tua, suami, dan saudara
d. Adat istiadat yang dianut : Adat Banjar
e. Yang memegang peranan penting dalam keluarga: Tn. B
f. Motivasi dari suami : Tetap semangat
g. Apakah suami perokok : -
h. Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada kesulitan
3.1.6.5 Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual :Tidak ada gangguan
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : ya klien mengerti
3.1.6.6 Sistem Nilai – Kepercayaan
a. Siapa dan apa sumber kekuatan : Tuhan Yang Maha Esa.
b. Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda :Ya sangat
penting
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi)
sebutkan : Sholat
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah
Sakit, sebutkan: berdoa di atas tempat tidur
II. Pengobatan
No. Terapi obat Indikasi Dosis Rute Golongan
1. Paracetamol Acetaminophen atau paracetamol 3x1 Oral B
adalah obat untuk penurun
44
demam dan pereda nyeri, seperti
nyeri haid dan sakit gigi.
2. Livron B- Suplemen mengandung 1x1 Oral B
Plek multivitamin, asam folat,
kalsium dan mineral lainnya,
berfungsi untuk membantu
mengatasi berbagai jenis
penyakit anemia, infeksi
hingga pendarahan.
3 Amoxicillin Amoxicillin merupakan obat 3x1 Oral
antibiotik generik turunan
Penisilin dengan aktivitas
antibakteri spektrum luas.
Obat ini bersifat bakterisid
yang efektif terhadap bakteri
Gram negatif dan Gram positif
seperti Staphylococci,
Streptococci, Enterococci, S.
pneumoniae, N. gonorrhoeae,
H influenzas, E. coli, dan P.
mirabiis.
4 Vitamin B Vitamin B kompleks adalah 3x1 Oral
kompleks stimulus yang mengubah
makanan menjadi bahan bakar
di dalam tubuh. Jenis vitamin
yang satu ini menjaga fungsi
tubuh agar tetap berjalan.
5 Vitamin A Vitamin A adalah salah satu 1x1 Oral
vitamin yang berfungsi (2
untuk perkembangan dan kinerja hari)
berbagai organ tubuh, seperti
mata, kulit, organ reproduksi,
dan sistem kekebalan tubuh.
45
( GROP 2 )
46
pendarahan rahim
- Klien tampak lemah
- Klien dilakukan
tindakan plasenta Retaksi dan kontraksi
manual uterus
- Tampak menetes
darah dilantai
- Pempers pasien Pembuluh darah tidak
penuh dengan darah dapat tertutup
- Selama observasi
pasien 3 kali ganti
pempers
- Terpasang infus RL
30tpm
TTV :
TD = 125/67 mmHg
S = 36,5OC
N = 101x/mnt,
RR = 22x/mnt
47
Intoleransi
Involusi arteri Aktivitas
(D.0056 Hal 128)
48
49
3.3 Prioritas Masalah
b.d di perbaiki sesuaikan dengan keadaan pasien seterusnya sampe kebawah
1. Nyeri pasca melahirkan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal dibuktikan
dengan, pasien mengatakan nyeri di bagian perut dan vaginanya, P:
Tindakan Manual plasenta, Q: Nyeri terasa ditusuk-tusuk, R: Nyeri perut
dan vagina, T:Nyeri selama 10-15 menit, nyeri hilang timbul, Klien tampak
lemah, Meringis, Skala Nyeri 6 (sedang), TTV:TD = 125/78 mmHg,
S=36,5OC, N = 101x/mnt, RR = 22x/mnt.
2. Resiko Pendarahan berhubungan dengan komplikasi pasca partum (retensio
plasenta) dibuktikan dengan Pasien mengatakan jika pempers merembes
dan mengeluarkan darah”, Klien tampak lemah, Tampak menetes darah
dilantai, Pempers pasien penuh dengan darah, Selama observasi pasien 3
kali ganti pempers, Terpasang infus RL 30tpm TTV:TD = 125/78 mmHg,
S=36,5OC, N = 101x/mnt, RR = 22x/mnt.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh dibuktikan
dengan, Klien mengatakan “badan saya terasa lemah”, Klien tampak
lemah, Pergerakan klien terbatas, Kebutuhan ADL klien dibantu oleh
keluarga dan perawat,Skala aktivitas 3 (Memerlukan bantuan,pengawasan
orang lain dan peralatan)
50
3.4 Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny.L
Ruang Rawat : VK Puskesmas Pahandut
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri pasca Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi skala nyeri : Lokasi, 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
melahirkan keperawatan selama 1x 7 Karakteristik, durasi, frekuensi, klien.
berhubungan dengan jam, diharapkan nyeri kualitas, intensitas nyeri
trauma mekanis, melahirkan dapat menurun.
edema/pembesaran Kriteria Hasil: 2. Kontrol lingkungan yang 2. Membuat klien lebih nyaman
jaringan atau distensi, SLKI L.08066 Hal memberat rasa nyeri : suhu
efek-efek hormonal - Keluhan nyeri: (4) ruangan
(SDKI D.0079) - Meringis: (4) 3. Berikan teknik nonfarmokologi : 3. Untuk membantu menurunkan
- Sikap Protektif: : (4) Teknik Relaksasi dan rasa nyeri klien
- Gelisah: (4)
- Kesulitan tidur: (4) 4. Jelaskan strategi meredakan 4. Supaya pasien dapat meredakan
nyeri: Pendkes tentang cara nyeri yang dirasakan
mengatasi nyeri
51
menuerun (4) 6. Anjurkan membatasi aktivitas 6. Untuk membantu proses
- Tekanan darah membaik pemulihan
(5)
- Denyut nadi membaik
(5)
- Suhu tubuh membaik
(5)
52
3. Intoleransi aktivitas 1. Monitor kelelahan fisik dan berhubungan dengan masalah
berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan emosional aktivitas
kelemahan tubuh keperawatan 1x 7 jam
(SDKI D.0079) diharapkan intoleransi 2. Untuk mengetahui
aktivitas klien mengalami 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan klien saat
peningkatan. ketidaknyamanan selama melakukkan aktivitas
Kriteria hasil: melakukkan aktivitas
SLKI L.05042 Hal 3. Untuk meningkatkan
1. Frekuensi nadi: (5) 3. Sediakan lingkungan nyaman kenyamanan klien
2. Saturasi oksigen: (5) dan rendah stimulus (mis.
3. Kemudahan dalam cahaya, suara, kunjungan)
melakukkan aktifitas 4. Agar pasien tidak terlalu merasa
sehari-hari: (5) 4. Anjurkan melakukan aktivitas kelelahan
4. Kecepatan berjalan: (5) secara bertahap
Keluhan lelah: (5) 5. Untuk meningkatkan energi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi klien dalam melakukkan
tentang cara meningkatkan aktivitas
asupan makanan
53
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ( untuk intervensi jika ada pemberian terapi obat masuka nama obatnya)
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin, Diagnosa Keperawatan : Nyeri Berhubungan S: Klien mengatakan “ Nyeri Saya Sudah
1 November 2021 dengan Plasenta manual Berkurang“
Pukul 07.00 WIB O:
1. Mengkaji lokasi, karakteristik, - Lokasi nyeri perut dan vagina
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Nyeri karena tindakan manual plasenta
nyeri - Nyeri selama 10-15 menit Kelompok 3
- Nyeri terasa ditusuk-tusuk GROUP 2
2. Mengatur suhu ruangan (25◦C) - Suhu ruangan 24◦C
- Pasien dapat melakukkan teknik
3. Mengajarkan pasien melakukan relaksasi napas dalam
teknik relaksasi napas dalam - Pasien mengerti bagaimana cara
memgatasi nyeri
4. Melakukkan Pendkes tentang cara - Pemberian paracetamol 3x500mg/oral
mengatasi nyeri - TTV
TD = 125/67 mmHg
5. Memberi obat Paracetamol S = 36,5OC
3x500mg/oral N = 101x/mnt
RR = 23x/mnt
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
54
Pukul 07.00 WIB Berhubungan dengan komplikasi pasca O:
partum (Retensio plasenta) - Darah yang keluar mulai sedikit
- Pempers yang diganti tidak merembes
1. Mengidentifikasi penyebab pendarahan lagi
- Dilakukan tindakan plasenta manual Kelompok 3
2. Memonitor terjadinya pendarahan - Pasien dianjurkan bedrets dan belajar GROUP 2
mika-miki
3. Memonitor tanda-tanda vital - Terpasang infus RL 30 tpm
- TTV
4. Mempertahankan bedrest selama TD = 125/67 mmHg
pendarahan S = 36,5OC
N = 101x/mnt
5. Mempertahankan akses IV RR = 23x/mnt
A: Masalah teratasi
6. Menganjurkan membatasi aktivitas P: Intervensi dihentikan
Senin, Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas S:Klien Mengatakan “badan saya masih
1 November 2021 berhubungan dengan kelemahan terasa lemah dan masih belum bisa
Pukul 07.00 WIB beraktivitas seperti biasa”
1. Memonitor kelelahan fisik dan emosional O:
- Kunjungan pasien tampak terbatas Kelompok 3
2. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan - Cahaya ruangan tampak redup GROP 2
selama melakukkan aktivitas - Suasana ruangan tampak hening
- Klien hanya dapat beraktivitas diatas
3. Menyediakan lingkungan nyaman dan tempat tidur.
rendah stimulus (mis. cahaya, suara, - Keluarga membantu klien dalam
kunjungan) melakukan aktivitas.
55
-Keluarga selalu memberi dukungan
4. Menganjurkan melakukan aktivitas untuk klien agar agar dapat
secara bertahap beraktivitas secara mandiri.
- TTV
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang TD = 130/80 mmHg
cara meningkatkan asupan makanan S = 36,7OC
N = 92x/mnt
RR = 23x/mnt
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
56
BAB 4
PEMBAHASAN
57
125/67 mmHg, suhu: 36,50C, nadi: 101x/menit, kemudian dilakukkan pemasangan
infus RL, dan dilakukan pemeriksaan DJJ 135x/m, TFU 35 cm, His (kontraksi)
4x/10 menit, VT pukul 05.10 WIB. Porsio tidak teraba. Bayi lahir segera spontan
menangis kuat pada tanggal 1 November 2021 pukul 07.30 WIB, namun setelah
30 menit plasenta tidak bisa dilahirkan, kemudian selama 2 jam dilakukan
tindakan plasenta manual dan keluar dengan lengkap dalam keadaan plasenta
hancur.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian pada Ny. L, penulis mengangkat 3 diagnosa
keperawatan berdasarkan dari analisa data yang diperoleh penulis yaitu: Nyeri
pasca melahirkan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal dibuktikan dengan, pasien mengatakan
nyeri di bagian perut dan vaginanya, P: Tindakan Manual plasenta, Q: Nyeri
terasa ditusuk-tusuk, R: Nyeri perut dan vagina, T:Nyeri selama 10-15 menit,
nyeri hilang timbul, Klien tampak lemah, Meringis, Skala Nyeri 6 (sedang),
TTV:TD = 125/78 mmHg, S=36,5OC, N = 101x/mnt, RR = 22x/mnt. Resiko
Pendarahan berhubungan dengan komplikasi pasca partum (retensio plasenta)
dibuktikan dengan Pasien mengatakan jika pempers merembes dan mengeluarkan
darah”, Klien tampak lemah, Tampak menetes darah dilantai, Pempers pasien
penuh dengan darah, Selama observasi pasien 3 kali ganti pempers, Terpasang
infus RL 30tpm TTV:TD = 125/78 mmHg, S=36,5OC, N = 101x/mnt, RR =
22x/mnt. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh dibuktikan
dengan, Klien mengatakan “badan saya terasa lemah”, Klien tampak lemah,
Pergerakan klien terbatas, Kebutuhan ADL klien dibantu oleh keluarga dan
perawat,Skala aktivitas 3 (Memerlukan bantuan,pengawasan orang lain dan
peralatan)
4.3 Perencanaan/Intervensi
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atas
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Yang perlu dipersiapkan atau
58
langkah-langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama
pengumpulan data, mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa,
menetapkan tujuan-tujuan yang dilakukan, mengidentifikasi hasil dan yang
terakhir penulis (Perawat) memilih perencanaan/intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan. Perencanaan dibuat berdasarkan
prioritas masalah, pada kasus Ny. L yang menjadi prioritas keperawatan. Nyeri
pasca melahirkan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal dibuktikan dengan, pasien mengatakan
nyeri di bagian perut dan vaginanya, P: Tindakan Manual plasenta, Q: Nyeri
terasa ditusuk-tusuk, R: Nyeri perut dan vagina, T:Nyeri selama 10-15 menit,
nyeri hilang timbul, Klien tampak lemah, Meringis, Skala Nyeri 6 (sedang),
TTV:TD = 125/78 mmHg, S=36,5OC, N = 101x/mnt, RR = 22x/mnt. Dalam
membuat perencanaan penulis menyesuaikan dengan sumber-sumber referensi
yang berhubungan dengan Post Partum Retensio Plasenta tetapi tidak semua
perencanaan yang ada diteori diangkat oleh penulis. Ada beberapa perencanaan
pada kasus Ny. L dengan teori yaitu tidak terdapat kriteria waktu sedangkan pada
kasus kriteria waktu selama 1x7 jam, dari masing-masing diagnosa.
Adapun faktor penghambat bagi penulis dalam menentukan intervensi
keperawatan pada Ny. L adalah masih sulitnya penulis menentukan prioritas dan
diagnosa keperawatan yang telah diatur dalam teori dalam urutan umum yang
dapat diubah sesuai dengan keadaan individual klien, dimana perawat dapat
memilih atau menambahkannya, sehingga agak sulit menentukan situasi klien
untuk menarik intervensi. Sedangkan faktor pendukung bagi penulis dalam
menentukan intervensi keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik dengan
klien sehingga penulis bisa menentukan intervensi keperawatan menurut prioritas
keperawatan.
4.4 Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan/implementasi keperawatan adalah tahap pada tindakan nyata
yang dilakukan perawat kepada klien mengacu pada perencanaan/intervensi, yang
59
perlu disiapkan sebelum melakukan pelaksanaan/implementasi adalah melihat
teori tentang proses keperawatan pada klien dengan Post Partum Retensia Plasenta
perawat harus menyelidiki dan mempelajari untuk menyusun rencana asuhan
keperawatan untuk klien, yang kemudian disajikan dalam bentuk rencana untuk
pedoman melakukan tindakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan penulis sesuai
dengan rencana tindakan berdasarkan prioritas masalah yang dilakukan 1x7 jam.
Diagnosa keperawatan yang pertama : Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Mengatur suhu ruangan (25◦C), Mengajarkan
pasien melakukan teknik relaksasi napas dalam, Melakukkan Pendkes tentang
cara mengatasi nyeri, Memberi obat Paracetamol 3x500mg/oral.
Diagnosa keperawatan yang kedua : Mengidentifikasi penyebab pendarahan,
Memonitor terjadinya pendarahan, Memonitor tanda-tanda vital, Mempertahankan
bedrest selama pendarahan, Mempertahankan akses IV, Menganjurkan membatasi
aktivitas.
Diagnosa keperawatan yang ketiga : Memonitor kelelahan fisik dan
emosional, Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukkan aktivitas ,
Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan), Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap, Berkolaborasi
dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan.
Evaluasi keperawatan yang pertama penulis mendapatkan hasil data subjektif dan
objektif, :Lokasi nyeri perut dan vagina,Nyeri karena tindakan manual plasenta,
Nyeri selama 10-15 menit, Nyeri terasa ditusuk-tusuk, Suhu ruangan 24◦C, Pasien
dapat melakukkan teknik relaksasi napas dalam, Pasien mengerti bagaimana cara
memgatasi nyeri, Pemberian paracetamol 3x500mg/oral, TTV:TD = 125/67
mmHg S = 36,5OC N = 101x/mnt RR = 23x/mnt, masalah teratasi sebagian intervensi
dihentikan
60
Evaluasi keperawatan yang kedua penulis mendapatkan hasil data subjektif dan
objektif, Darah yang keluar mulai sedikit
- Pempers yang diganti tidak merembes lagi, Dilakukan tindakan plasenta manual,
Pasien dianjurkan bedrets dan belajar mika-miki, Terpasang infus RL 30 tpm,
TTV : TD = 125/67 mmHg, S = 36,5OC,N = 101x/mnt,RR = 23x/mnt Masalah
teratasi , Intervensi dihentikan
Evaluasi keperawatan yang ketiga penulis mendapatkan hasil data subjektif dan
objektif, Kunjungan pasien tampak terbatas, cahaya ruangan tampak redup,
suasana ruangan tampak hening, Klien hanya dapat beraktivitas diatas tempat
tidur, Keluarga membantu klien dalam melakukan aktivitas, Keluarga selalu
memberi dukungan untuk klien agar agar dapat beraktivitas secara mandiri,
TTV :TD = 130/80 mmHg, S = 36,7 OC, N = 92x/mnt, RR = 23x/mnt, Masalah
teratasi sebagian, Intervensi dihentikan.
61
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam uraian ini terdapat beberapa kesimpulan oleh penulis mengenai
konsep dasar teori dengan membandingkan kasus pada Ny. L dengan penyakit
Post Pertum Retensio Plasenta di Ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya
yang dimulai dari hari senin, tanggal 1 Novemberber 2021, beberapa kesimpulan
tersebut adalah sebagai berikut:
5.1.1 Pengkajian
Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. L yang dilakukan dari hari
selasa, tanggal 1 November 2021 dengan diagnosa medis Post Pertum Retensio
Plasenta, data didapat secara langsung melalui wawancara, pengkajian,
pemeriksaan fisik serta di dokumentasikan pada klien dan keluarga, didapatkan
data – data klien keluarga pasien mengatakan “klien mengatakan nyeri dibagian
dan vagina”
5.1.2 Diagnosa
Dari hasil pengkajian pada Ny. L penulis mengangkat 3 diagnosa
keperawatan nyeri paska melahirkan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, resiko pendarahan berhubungan dengan
komplikasi paska partum (retensio plasenta), intoleransi aktivitas berhubungan
62
dengan kelemahan tubuh dibuktikan dengan klien mengatakan “badan saya terasa
lemah”.
5.1.3 Intervensi
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atas
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat, yang perlu dipersiapkan atau
langkah-langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama
mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa,
menetapkan tujuan-tujuan yang dilakukan, mengidentifikasi hasil yang terakhir
penulis (perawat) memilih perencanaan / intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah. Pada
kasus Ny. L yang menjadi prioritas keperawatan adalah keperawatan nyeri paska
melahirkan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan
atau distensi, resiko pendarahan berhubungan dengan komplikasi paska partum
(retensio plasenta), intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh
dibuktikan dengan klien mengatakan “badan saya terasa lemah”.
Dalam membuat perencanaan penulis menyesuaikan dengan sumber-sumber
referensi yang berhubungan dengan penyakit Post Partum Retensio Plasenta,
tetapi tidak semua perencanaan yang ada diteori diangkat oleh penulis. Ada
beberapa perencanaan pada kasus Ny. L dengan teori yaitu tidak terdapat kriteria
waktu sedangkan pada kasus kriteria waktu selama 1 x 7 jam dan 1 x 7 jam dari
masing-masing diagnosa.
5.1.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang
telah dibuat, dalam melakukan intervensi penulis di bantu oleh keluarga klien
serta bekerja sama dengan perawat lainnya. Dalam teori penulis memiliki
kesamaan dimana lebih mengutamakan pelaksanaan tentang nyeri paska
melahirkan. Faktor pendukung dalam pelaksanaan / implementasi adalah klien
dan keluarga kooperatif dalam setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
63
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Evaluasi keperawatan yang pertama penulis mendapatkan
hasil masalah belum teratasi lanjutkan intervensi. Evaluasi keperawatan yang
kedua penulis mendapat kan hasil masalah belum teratasi intervensi masih
dilanjutkan. Evaluasi keperawatan yang ketiga penulis mendapatkan hasil masalah
belum teratasi intervensi masih dilanjutkan. Evaluasi keperawatan yang keempat
penulis mendapatkan hasil masalah teratasi sebagian intervensi masih dilanjutkan.
Dan evaluasi keperawatan yang kelima penulis mendapatkan hasil masalah belum
teratasi intervensi masih dilanjutkan.
5.2 Saran
Sesuai dengan penulisan diatas, maka dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
5.2.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat menghidari
komplikasi saat melahirkan seperti Retensio. Penulisan karya tulis ini juga
berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan
sinkron atau tidak kerena dalam teori yang sudah ada tidak selalu sama dengan
kasus yang terjadi sehingga disusunlah asuhan keperawatan dan laporan
keperawatan pada Ny. L
5.2.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Puskesmas Pahandut
Manfaat penulisan laporan asuhan keperawatan ini bagi Puskesmas
Pahandut yaitu dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan bagi pasien khususnya dengan Penyakit Retensio
Plasenta, dan melakukan pencegahan dengan memberikan penyuluhan
kesehatan kepada pasien yaitu beresiko melahirkan pada umur diatas 30
tahun keatas.
2) Bagi Instansi Akademik
64
Manfaat praktis bagi akademik yaitu dapat digunakan sebagai referensi bagi
institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit Retensio Plasenta.
3) BagiMahasiswa
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu membuat asuhan
keperawatan dengan baik terhadap penderita Post Pertum dengan
komplikasi Retensio Plasenta. Oleh karena itu, mahasiwa keperawatan juga
harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga
pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Alwi I, Simadibrata K, dan Setiati S. (2015). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna publishing. 1035-1039.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
66
Lembar Konsul
Catatan Dokumentasi TTD TTD
Pembimbing Pembimbing Mahasiswa
67