Anda di halaman 1dari 58

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.T DENGAN DIAGNOSA


MEDIS HIPERTENSI STASE KEPERAWATAN
GERONTIK DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SINTA RANGKANG
TANGKILING

Oleh :

Yulia Kristi
2021-01-14901-075

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
2

LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:


Nama : Yulia Kristi
Nim : 2021-01-14901-075
Program : Profesi Ners
Studi
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Stase Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Tresna
Werdha Sinta Rangkang Tangkiling

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Dasar Profesi pada
Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Karmitasari Yanra K, Ners., M. Kep


3

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Dengan Diagnosa Medis Hipertensi
Stase Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang
Tangkiling”.
Laporan ini dibuat sebagai syarat dalam menempuh ujian praktik lapangan
pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya. Penyusun
menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan tidak lepas dari
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia,S.Pd., M.Kes sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Karmitasari Yanra K, Ners., M. Kep selaku pembimbing akademik yang
sangat banyak membantu dalam pembuatan laporan ini.
3. Kedua orang tua saya yang selalu memberi motivasi, doa dan dukungan
moril dan materil kepada penulis.
4. Tn.T serta keluarga yang telah terlibat langsung dan telah berpartisipasi
dengan baik, memberikan keterangan yang lengkap dan telah bersikap
kooperatif dalam kegiatan stusi kasus sehingga sangat mendukung dalam
penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan. Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari
belum sempurna. Sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan di masa mendatang.

Palangka Raya, 5 Januari 2022

Penyusun
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan Penulis 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 3
1.4 Manfaat Penulisan3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Gerontik 4
2.1.1 Definisi Gerontik 4
2.1.2 Batasan Usia 4
2.1.3 Ciri-Ciri Lansia 4
2.1.4 Tipe-Tipe Lansia 6
2.2 Konsep Dasar Hipertensi 7
2.2.1 Definisi 7
2.2.2 Anatomi Fisiologi 7
2.2.3 Etiologi 8
2.2.4 Klasifikasi 9
2.2.5 Patofisiologi 10
2.2.6 Manifestasi Klinis 12
2.2.7 Komplikasi 12
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang 13
2.2.9 Penatalaksanaan Medis 14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan 16
2.3.1 Pengkajian Keperawatan 16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 17
2.3.3 Intervensi Keperawatan 18
2.3.4 Implementasi Keperawatan 21
2.3.5 Evaluasi Keperawatan 21
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan 22
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan 36
3.3 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan 38
3.4 Catatan Perkembangan 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, pada tahap ini individu
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya.Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal,
seperti rambut yang mulai memutih, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia
lanjut.
Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya
adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering dijumpai
pada golongan lansia yang disebabkan karena kemunduran fungsi kerja pembuluh
darah yaitu salah satunya hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah
tinggi merupakan salah satu penyakit degenerative yang mempunyai tingkat
morbiditas dan mortalitas tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan suatu penyakit
akibat tmeningkatnya tekanan darah arterial sistemik baik sistolik maupun
diastolik (Arlita, 2014).

Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan sekitar 1,13


miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat.
Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5miliar orang yang terkena hipertensi.
Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasi. Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi
di Indonesia sebesar 34,1%. Prevalensi hipertensi di Kalimantan Timur dengan
jumlah penduduk 3.742.194 jiwa pasien yang menderita hipertensi sebesar 29,6%
(Riskesdas) tahun 2013. Berdasarkan Kemenkes tahun 2017 Kota Samarinda
memiliki persentase 28,25% dengan hipertensi.
Kesehatan lansia bila tidak di tangani dengan baik, akan menyebabkan
penurunan fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang lebih
parah, menimbulkan banyak komplikasi dan mempercepat kematian. Hipertensi
pada lansia bila tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal (Potter dan Perry, 2005). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi
ada dua yaitu, faktor yang dapat dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gaya
hidup, stress dan faktor yang tidak dapat di kenali seperti usia, riwayat keluarga,
jenis kelamin (Junaedi, E dkk, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan
masalah adalah “Bagaimanakah pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn.T
Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Stase Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial
Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling mulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi keperawatan”?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum Dari Penulisan Laporan Ini Adalah Untuk Memberikan
Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Stase
Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling
Dengan Menggunakan Proses Keperawatan Dari Pengkajian Sampai Dengan
Evaluasi Keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada Tn.T Dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Stase Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Tresna
Werdha Sinta Rangkang Tangkiling
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada Tn.T Dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Stase Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Tresna
Werdha Sinta Rangkang Tangkiling
1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Tn.T Dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Stase Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Tresna
Werdha Sinta Rangkang Tangkiling
1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi keperawatan pada Tn.T Dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Stase Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Tresna
Werdha Sinta Rangkang Tangkiling
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil implementasi keperawatan yang
dilakukan pada Tn.T Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Stase
Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang
Tangkiling

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa Pelaksana
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua
mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi dan
untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan stase keperawatan
gerontik.
1.4.2.2 Bagi Profesi
Dengan adanya asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi
diharapkan dapat memberikan motivasi perawat untuk meningkatkan mutu
asuhankeperawatan secara konprehensif dengan pendekatan bio-psiko-
sosial-spiritual.
1.4.2.3 Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi dan untuk
memenuhi tugas dalam menempuh Praktik Klinik Keperawatan.
1.4.2.4 Bagi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
Sebagai dasar dalam pelayanan asuhan keperawatan pasien dengan
hipertensi dan dapat memberikan kontribusi dalam pemberian asuhan
keperawatan yang baik dan bermutu bagi pasien.

1.4.2.5 Bagi Institusi pendidikan


Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang IPTEK terbaru. Gambaran
pelaksanaan asuhan keperawatan secara khusus pada kasus dengan
perawatan hipertensi.
1.4.2.6 Bagi Pasien
Bagi pasien diharapkan dapat lebih memahami bagaimana hipertensi dan
bagaimana tanda dan gejala yang muncul serta bagaimana cara
pencegahannya. Diharapkan pasien untuk lebih menjaga kesehatan serta
mendapatkan pengetahuan yang bertambah mengenai penyakit hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, pada tahap ini individu
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Proses penuaan merupakan proses ilmiah setelah tiga tahap kehidupan
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh
setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan–perubahan pada
struktur dan fisiologi dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada
tubuh manusia (Mubarak, 2012 Hal: 140).
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti
rambut yang mulai memutih, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia
lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran
diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua
hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukupbesar untuk dapat
menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).

2.1.2 Batasan Lansia


Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi: usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai 59
tahun. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua
(Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (Very Old) yaitu
usia diatas 90 tahun.
2. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia
sebagai berikut: usia dewasa muda (Elderly adulthood): 18 atau 20-25
tahun. Usia dewasa penuh (middle year) atau maturitas: 25-60 atau 65
tahun. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi
untuk umur 75-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old).
3. Menurut Depkes RI (2009): Kategori Umur yang termasuk lansia:
Masa lansia awal = 46-55 tahun.
Masa lansia akhir = 56-65 tahun.
Masa manula = > 65

2.1.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000)
yaitu:
1. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh
terjadinya proses degeneratif yang meliputi:
(1) Sistem persyarafan terjadi perubahan lambat dalam respon dan waktu
untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera yang menyebabkan
berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, menurunnya sensasi
perasa dan penciuman sehingga dapat mengakibatkan terjadinya masalah
kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya.
(2) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata. Hilangnya kemampuan pendengaran
meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal yang seringkali
merupakan keadaan potensial yang dapat disembuhkan seperti komunikasi
yang buruk dengan pemberi perawatan.
(3) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar,
lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan
penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
(4) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun,
katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume
kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke
duduk, duduk ke berdiri bisa mengakibatkan tekanan darah menurun yang
mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan
oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer.
2. Perubahan mental
Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala
memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun/pelupa. Pelupa
merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula, keluhan ini di
anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari
peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa kebanyakan lansia
mengalami gangguan memori, serta perubahan IQ (intelegentia quotient),
berkurangnya penampilan dan persepsi.
3. Perubahan-perubahan psikososial
Bila seorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan
financial, status, teman dan pekerjaan. Semakin lanjut usia biasanya
mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan
lebih mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi
seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya
semakin memburuk, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat
orang lebih muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dan
karena itu mereka kurang memikirkan kematian.
4. Perubahan psikologis
Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka
hadapi, dalam hal ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory,
yang berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu
sama lain. Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan baru.

2.2 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi


2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan dastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah
makin besar resikonya.
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner dan
Suddarth, 896 ; 2002).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (Elizabeth J. Corwin, 484; 2009).
Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas
menurut Joint National Committee on Prevenion, Detectoion, Evaluation, and
Treatment of High Blood pressure, dalam buku Brunner dan suddarth (896, 2002),
yaitu:
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK
Normal < 130 < 80
Tinggi Normal Hipertensi 130 – 139 80 – 89
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Stadium 2 (Sedang) 160 – 179 100 – 109
Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119
Stadium 4 (sangat berat) > 210 > 120

2.2.2 Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer).
Disebut juga hipertensi idioptik karena penyebab tidak diketahui namun
banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan saraf simpatik. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas,
merokok, alkohol, dan polisistemia.
2. Hipertensi Sekunder.
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal,
penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin dan lain-lain. Namun
ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi menurut Jan
Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi adalah sebagai berikut:
(1) Genetik
Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
(2) Obesitas
Terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
(3) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelabaran pembuluh darah.
(4) Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden
penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
(5) Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah
diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan kehidupan atau
pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insidens
hipertensi yang lebih tinggi.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memeompa darah menurun
menyebkan menurunya kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

2.2.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono,
Slamet. 1996 ).
Genetik Obesitas Stress Nyeri arterisklerosis

Respon nerologi meningkatkan


level insulin yang pelebaran pembuluh
terhadap stress produksi hormon
tinggi darah
kortisol
kelainan eksresi
atau transport Na.

HIPERTENSI

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kurang mobilitas fisik Aktivitas elektronik Vasospasme arteri


Kehilangan kontrol sfingter
Rangsangan Imobilisasi
sistem simpatis fisik
Kemampuan batuk Hemisfer otak
Pompa Na dan K terganggu Disfusi kandung kemih
menurun sirkulasi turun
Tekanan yang
Peristaltik usus
Sering berkemih, terlokalisir
Produksi secret meningkat Merangsang Perfusi jaringan menurun
pusat inhibitor inkontinensia,
cerebral menurun
jantung nokturia Peningkatan
Tidak mampu sekresi
Defekasi < 1 mgg tekanan arteri
sekret
kapiler pada kulit
Bradikardi, Hipotensi, CRT < 2 Perubahan pola
Ketidakefektifan hipotensi, detik, SpO2 < 95% Gangguan
eliminasi urine
bersihan jalan edema, oliguri eliminasi alvi Terhambatnya aliran darah
nafas (konstipasi)
Gangguan
Penurunan perfusi cerebral Iskemik
Resiko gangguan
curah
integritas kulit
jantung Nekrosis jaringan epidermis dan dermis
Kerusakan
mobilitas
fisik
2.2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2) Sakit kepala
3) Pusing / migraine
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah
8) Nokturia
9) Azotemia
10) Sulit bernafas saat beraktivitas

2.2.5 Komplikasi
Efek pada organ :
1) Otak
(1) Pemekaran pembuluh darah
(2) Perdarahan
(3) Kematian sel otak : stroke
2) Ginjal
(1) Malam banyak kencing
(2) Kerusakan sel ginjal
(3) Gagal ginjal
3) Jantung
(1) Membesar
(2) Sesak nafas (dyspnoe)
(3) Cepat lelah
(4) Gagal jantung

2.2.6 Pemeriksaan Dignostik


Jenis pemeriksaan diagnostik pada penyakit hipertensi menurut Elizabeth
J. Corwin (2009 ; 487), antara lain:
2.2.6.1 Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan
sfigmomanometer akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan
diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit.
2.2.6.2 Tes lebih spesifik bila terdapat kecurigaan yang lebih besar, aortogram
untuk koarktasio aorta atau kelainan vaskuler ginjal.
2.2.6.3 Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
2.2.6.4 EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
2.2.6.5 Foto thoraks: menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

2.2.7 Penatalaksanaan Medis


Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau;
latihan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap
terapi antihipertensi (Brunner and Suddarth, 2002).
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
2.2.7.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis.
(1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
(2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
2.2.7.2 Penatalaksanaan Farmakologis.
(1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
(2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
(3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
(4) Tidak menimbulkan intoleransi.
(5) Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien.
(6)  Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
(7) Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angiotensin.
2.3. Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1. Pengkajian Keperawatan
1) Aktifitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
tachypnea.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung
kongesti/katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah.
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan
denyut.
Denyut apical : titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau
sangat kuat.
Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II
dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium
(stenosis arteri).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin
lambat atau tertunda.
3) Integritas ego
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah
kronik, factor stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati,
muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas,
penurunan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi,
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
5) Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam,
lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi
kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris,
glikosuria.
6) Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub
occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi
bicara, afek, proses fikir atau memori.
Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan
Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan
– mendatar, edema, papiladema, exudat, hemorgi.
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi.
Sakit kepala oxipital berat.
Nyeri abdomen/massa.
8) Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari
hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea,
ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi
nafas tambahan, sianosis
9) Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural. 

2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2016).
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077 hal.172)
2. Defisit nutrisi berhuhungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019 hal
56)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056. hal 128)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif (
2.3.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Rencana Keperawatan (SIKI)


Keperawatan (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri (L.08066 Hal. 145) Manajemen nyeri (I.08238 Hal.201)
dengan agen pencedera Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi :
fisiologis 1x7 jam diharapkan nyeri pada pasien 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(D.0077 hal.172) berkurang dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (Skor 5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun (Skor 5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
3. Gelisah menurun (Skor 5) 4. Identifikasi factor yang memperingan dan
4. Kesulitan tidur menurun (Skor 5) memperberat nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
hidup pasien
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
9. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
Terapeutik :
1. Fasilitasi istirahat tidur
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
(missal: suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan).
3. Beri tekni non farmakologis untuk meredakan
nyeri (aromaterapi, terapi pijat, hypnosis,
biofeedback, teknik imajinasi terbimbimbing,
teknik tarik napas dalam dan kompres hangat/
dingin)
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
4. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

2. Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030 hal.121) Promosi Berat Badan (I.03136 hal.358) dan
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nutrisi (I.031119 hal.200)
kurangnya asupan 1x4 jam diharapkan status nutrisi adekuat Observasi :
makanan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
(D.0019 hal.56) 1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi status nutrisi
meningkat (Skor 5) 3. Monitor adanya mual dan muntah
4. Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat
hari
(Skor 5)
5. Monitor berat badan
3. Kekuatan otot menelan meningkat 6. Monitor albumin, limfosit,dan elektrolit serum
(Skor 5) Terapeutik :
4. Serum albumin meningkat (Skor 5) 1. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
5. Verbalisasi keinginan untuk makan, jika perlu
meningkatkan nutrisi meningkat (Skor 2. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
5) pasien (mis.makanan dengan tekstur halus
6. Nyeri abdomen menurun (Skor 5) makanan yang diblender, makanan cair yang
7. Berat badan membaik (Skor 5) diberikan melalui NGT atau gastrostomy, total
8. Indeks massa tubuh (IMT) membaik perenteral nutrition sesuai indikasi
(Skor 5) 3. Hidangkan makanan secara menari
4. Berikan suplemen, jika perlu
9. Nafsu makan membaik (Skor 5)
5. Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis.pereda nyeri,antiemetic), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
jika perlu
3. Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas (L.05047, hal 149) Manajemen Energi (I.05178, halm 176)
berhubungan dengan Setelah diberi Asuhan Keperawatan selama 1x7 Observasi
kelemahan jam, diharapkan kecukupan energi melakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
(D.0056. hal 128) aktivitas, dengan kriteria hasil : membuat kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat (skor 5) 2. Pantau kelelahan fisik dan emosional
2. Saturasi oksigen meningkat (skor 5) 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan selama melakukan
sehari-hari meningkat (skor 5) aktivitas
4. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat Terapeutik
(skor 5) 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
5. Keluhan lelah menurun (skor 5) stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan
6. Perasaan lemah menurun (skor 5) 2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan gangguan aktivitas yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
4. Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan (L.12111 Hal. 146) Edukasi Kesehatan (I.12383 halm 65)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi :
gangguan fungsi 1x4 jam diharapkan tingkat pengetahuan diri 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kognitif teratasi dengan kriteria hasil : menerima informasi
(D.0111 hal.246) 1. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
5 meningkatkan dan menurunkan motivasi
2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan perilaku hidupan bersih dan sehat
suatu topik meningkat 5 Terapeutik :
3. Perilaku sesuai dengan pengetahuan 1. Sediakan materi dan media pendidikan
meningkat 5 kesehatan
4. Pertanyaan masalah yang dihadapi menurun 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
5 kesepakatan
5. Persepsi yang keliru terhadap masalah 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
menurun 5 Edukasi :
6. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
menurun 5 mempengaruhi kesehatan
7. Perilaku membaik 5 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan,
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang
bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada
saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien
perlu dilakukan sebelumnya.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien  Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali
rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang
ada.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada 05 Januari 2022, pukul 09.00
WIB di Panti Sosial Tresna Werda Sinta Rangkang, dengan teknik anamnesa
(wawancara), observasi, pemeriksaan fisik dan data dari buku status pasien
didapatkan data-data sebagai berikut:
1.2.1 Data Biografi
Nama: Tn. T, jenis kelamin Laki-laki. Tempat &Tanggal lahir pasien :
Tewah, 21 April 1958. Gol. Darah yaitu B. Pendidikan Terakhir yaitu SLTP,
Agama Islam, Status Perkawinan yaitu Kawin. TB/BB :158cm/ 60 kg. Penampilan
terlihat rapi dan bersih,rambut beruban dan memakai kacamata Ciri-ciri Tubuh
badan tegap. Alamat : Panti Sosial Tresna Werda Sinta Rangkang. Orang Dekat
yang dapat Dihubungi : Anak 082201707855, Hubungan dengan Lansia yaitu
anak. Alamat : Jl. Mayar Pinguin 4 No 285
1.2.2 Riwayat Keluarga
Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1 Ny. S P Istri SLTP Petani Meninggal
2 Tn. A L Anak SMA Swasta Hidup
4 Tn. S L Anak SMP Swasta Hidup

1.2.3 Genogram
Genogram 3 generasi :
Keterangan :

: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien

1.1.4 Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan pasien saat ini yaitu tidak ada . Pekerjaan sebelumnya : Petani.
Sumber pendapatan & Kecukupan terhadap Kebutuhan didapatkan dari anak.
1.1.5 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tipe tempat tinggal: Permanen. Jumlah Kamar ada 5. Jumlah Tongkat dikamar: 4
tongkat. Kondisi tempat tinggal: terlihat bersih, dengan beberapa tanaman dan pohon,
pencahyaan sesuai serta terdapat ventilasi yang cukup, dan juga cukup lembab. Jumlah
orang yang tinggal total ada 5 orang : laki-laki 4 orang dan Perempuan 1 orang. Derajat
Privasi : Pasien memiliki kamar sendiri. Tetangga terdekat : Keluarga Tn. I, Tn. U dan
Tn. Y Alamat/Telepon : Panti Asuhan Tresna Werda Sinta Rangkang Tangkiling
1.1.6 Riwayat Rekreasi
Hobby/ Minat: berkebun, Tn.T tidak mengikuti Keanggotaan Organisasi
apapun. Liburan Perjalanan dilakukan saat anak berkunjung dan libur bekerja.
1.1.7 Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Terdapat Puskesmas serta dokter praktek,
Jarak dari panti sekitar ± 1 km, Rumah Sakit ± 30 km, Klinik ± 200 m. Tidak ada
Pelayanan Kesehatan dirumah.

1.1.8 Diskripsi Kekhususan


Kebiasaan Ritual : Sholat dan mengaji. Yang lainnya : Tidak ada.
1.1.9 Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Tn. T mengatakan tidak
pernah masuk Rumah sakit dalam setahun ini.
Status kesehatan umum selama 2 tahun yang lalu : Tn. T mengatakan pernah masuk
Rumah sakit dalam 5 tahun terakhir.
1.1.9.1 Keluhan Utama : Tn. A mengatakan nyeri kepala
1. Provokative/Paliative : Saat beraktivitas dan
bersitirahat
2. Quality/Quantity : Seperti ditusuk-tusuk
3. Region : Kepala bagian belakang dan
leher
4. SeverityScale : Skala 5
5. Timming : Hilang timbul
Masalah Kesehatan : Gangguan rasa nyaman :Nyeri
1.1.9.2 Obat-Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Amlodipine 1x 5 mg Bekerja dengan cara melemaskan dinding
(Malam ) pembuluh darah. Efeknya akan
memperlancar aliran darah menuju
jantung dan mengurangi tekanan darah.
Selain untuk mengatasi hipertensi

1.1.9.3 Status Imunisasi (Catat Tanggal Terbaru)


Tetanus, difteri: klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”,
Influenza: klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”, Pneumothoraks:
klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”
1.1.9.4 Alergi: (Catatan Agen dan Reaksi Spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada, Makanan : Tidak ada.
1.1.9.5 Penyakit Yang Diderita
Pasien menderita penyakit Hipertensi.
1.1.10 Aktifitas Sehari-Hari
1.1.10.1 Indeks Katz
Oksigenasi : Pernafasan normal, RR 21x/menit, Cairan & Elektrolit :
Minum ±1,5 liter/hari, Nutrisi : makan 3x/hari, Eliminasi : BAB 1x/hari dan BAK
2-3x hari, Aktivitas : Aktivitas sehari-hari madiri, Tidur : 6-7jam/hari, Personal
Hygiene : Badan bersih, wangi, dan rapi, Seksual : Normal, Rekreasi : tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

1.1.11 Psikologis
Persepsi klien : Tn.T mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya,
Konsep Diri : Tn.T merasa bersyukur dengan bentuk tubuhnya, Emosi : Stabil,
Adaptasi : Baik, Mekanisme Pertahanan Diri : meluapkan emosi dengan
beraktivitas seperti berkebun.
1.1.12 Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran Tn.T Composmenthis, Glasglow Coma Skale : 15,
Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6. TTV: N = 90x/menit, S = 36,50C, RR = 21
x/menit, TD = 160/90 mmHg.
1.1.12.1 Sistem Kardiovaskuler
TD 160/90 mmHg, N=90x/menit (regular), bunyi jantung normal S1-Lup
S2-Dup, tidak ada iktus kordis, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri
dada, tidak ada, merah, CRT : <2 detik
1.1.12.2 Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak ada sekresi dan batuk, pola nafas regular
RR=21x/menit, bunyi nafas vesicular, dan tidak ada bunyi nafas tambahan.
1.1.12.3 Sistem Integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit coklat, turgor kembali kurang dari 2
detik, akral : hangat, warna kulit pucat.
1.1.12.4 Sistem Perkemihan
Tidak ada masalah pada kandung kemih, produksi urine/BAK ±1,5
ml/hari, frekuensi 2-3x/hari, warna kuning jernih dengan bau khas amoniak.
1.1.12.5 Sistem Muskuloskeletal
Kemampuan bergerak bebas, kemampuan kekuatan otot baik, dan tulang
belakang normal.
1.1.12.6 Sistem Endokrin
Tidak terdapat masalah pada sistem endokrin Tn. T
1.1.12.7 Sistem Gastrointestinal
Tidak ada riwayat gastritis, tidak ada mual ataupun muntah, BAB 1x/hari
dengan tidak adanya masalah.
1.1.12.8 Sistem Reproduksi
Pasien menolak dilakukan pengkajian/pemeriksaan
1.1.12.9 Sistem Persarafan
Provokative/Paliative : Saat beraktivitas, Quallty/Quantity : Seperti
ditusuk-tusuk, Region: Kepala bagian atas sampai leher, SeverityScale: Skala ,
Timming : Hilang datang.
Berdasarkan pemeriksaan dan pengkajian nilai GCS pasien, E (Eye) : 4
(Membuka mata dengan spontan), V (Verbal) : 5 (Dapat menjawab salam), M
(Motorik) : 6 (Dapat mengikuti perintah), Total Nilai GCS adalah 15 dengan
Kesadaran Ny. P yaitu Compos Menthis.
Pemeriksaan Uji Syaraf Kranial : Nervus Kranial I (Olfaktorius) Pasien
dapat membedakan aroma teh dan kopi. Nervus Kranial II (Optikus) Pasien dapat
membaca, Nervus Kranial III (Okulomotorus) Pasiendapat menggerakan bola
mata ke atas dan ke bawah, Nervus Kranial IV (Troklearis) Pasien dapat
menggerakan bola mata kekiri dan ke kanan, Nervus Kranial V (Trigeminus)
Pasien dapat mengunyah dengan baik, Nervus Kranial VI (Abdusen) Pasiendapat
membedakan rasa asam, manis, asin, pahit, Nervus Kranial VII : (Fasialis) Pasien
dapat tersenyum, Nervus Kranial VIII (Vestibuloakustikus) Pasien dapat
mendengar dengan baik, Nervus Kranial IX (Glosofaringus) Pasien dapat menelan
dengan baik, Nervus Kranial X (Vagus) Pasien dapat berbicara dengan baik,
Nervus Kranial XI (Aksesorius) Pasien dapat menggerakan kepala ke kiri dan ke
kanan, Nervus Kranial XII (Hipoglosus) Pasien dapat menjulurkan lidah.
1.1.12.10 Sistem Penglihatan
Penglihatan kurang baik, karena sudah agak buram kalau melihat jauh,
ukur ketajaman penglihatan, pasien tampak memakai kacamata konjungtiva
anemis, sklera warna putih.
Masalah Keperawatan : Resiko Cedera
1.1.12.11 Sistem Pendengaran
Sistem pendengaran pasien tidak ada masalah karena pasien masih bisa
mendengar dengan jelas.
1.1.12.12 Sistem Pengecapan
Sistem pengecapan pasien tidak ada masalah karena pasien mampu merasakan
rasa manis, asam, asin atapun pahit.
1.1.12.13 Sistem Penciuman
Sistem penciuman pasien tidak ada masalah karena pasien mampu
mencium/membedakan bau-bauan.
1.1.13 Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ): 1 fungsi intelektual
utuh, Mini Mental State Exam (MMSE): 28, Inventaris Depresi Beck : 2 (Tidak
Ada Depresi/Minimal), APGAR Keluarga : 9

Data Penunjang
Tidak ada data penunjang sehingga tidak bisa di kaji
INDEKS KATZ

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari


Nama klien : Tn.T Tanggal : 05 Januari 2022
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 64 Tahun TB/BB : 158cm/60kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : SLTP
Alamat : Panti Sosial Tresna Werda Tangkiling
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
sebagai C, D, E Atau F
lain
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama klien : Tn.T Tanggal : 5 Januari 2022
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 64 Tahun TB/BB : 158 cm/60 kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : SLTP
Alamat : Panti Sosial Tresna Werda Sinta Karang Tangkiling
SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
 1 Tanggal berapa hari ini? 5 Januari 2020
 2 Hari apa sekarang ini? Selasa
 3 Apa nama tempat ini? PSTW Sinta Karang
 4 Berapa nomor telepon anda? 085230707801
 5 Berapa umur anda? 64 tahun
 6 Kapan anda lahir? 21 April 1958
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Joko Widodo
 8 Siapa presiden sebelumnya? SBY
 9 Siapa nama kecil ibu anda? Ema
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 20-3 = 17
dari setiap angka baru, semua secara 17-3 = 14
menurun? 14-3 = 11
11-3 = 8
8-3 = 5
5-3 = 2
Jumlah kesalahan total 0
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai
pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebi hdari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 5 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total : 24

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
Composmenthis Apatis Somnolens Suporus Coma

Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu


penyelidikan lanjut)

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama klien : Tn. T Tanggal : 5 Januari 2022


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 Tahun TB/BB : 158 cm/60 kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : SLTP
Alamat : Panti Sosial Tresna Werda Sinta Rangkang Tangkiling
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat yang Dapat Digunakan
untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia

Nama klien : Tn. T Tanggal : 5 Januari 2022


Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun TB/BB : 158 cm/60 kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : SLTP
Alamat : Panti Sosial Tresna Werda Sinta Rangkang Tangkiling
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 2
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0

1.2 Analisa Data


OBYEKTIF DAN DATASUBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH
No
(sign/symptom) (Etiologi) (Problem)
1. DS : Pasien mengatakan “nyeri Kenaikan tekanan Gangguan rasa
pada tengkuk belakang dan terasa serebra vaskuler Nyaman :Nyeri
kaku”
nyeri bagian kepala Saat beraktivitas dan
beristirahat Seperti ditusuk-tusuk dengan Nyeri kepala, pusing,
Skala 5 nyeri hilang timbul sakit kepala
DO :
- Pasien tampak memegang bagian
kepala Nyeri Akut
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 5 (Sedang)
- TTV : TD=160/190 mmHg; N =
90x/menit; S = 36,50C; RR =
21x/menit

2. DS : Pasien mengatakan “penglihatan Hilangnya transparansi Resiko Cedera


saya kabur”
lensa
DO :
- Pasien tampak memakai kacamata
- Pasien tampak menggunkan tongkat
- Pasien tidak melihat orang dengan Mengabutkan Pandangan
jelas
- TTV : TD=160/90 mmHg; N =
90x/menit; S = 36,50C; RR = Gangguan penerimaan
21x/menit sensori/status organ
indera

Resiko Cedera

1.3 Prioritas Masalah


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan gejala penyakit ditandai dengan : Tn. T mengatakan nyeri pada
tekut belakang dan terasa kaku saat beraktivitas dan beristirahat seperti
ditusuk-tusuk dengan skala 5 nyeri secara terus menerus, pasien tampak
memegang bagian kepala, pasien tampak meringis, skala nyeri 5 (sedang),
TTV = TD =160/90 mmhg; N = 90x/menit; s = 36,50c; RR = 21x/menit
2. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan
penglihatan ditandai dengan Tn. T mengatakan penglihatan kabur, pasien
tampak memakai kacamata, pasien tidak bisa mengenali orang dengan
jelas, pasien tampak memakai tongkat TTV = TD =160/90 mmhg; N =
90x/menit; s = 36,50c; RR = 21x/menit
1.4 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
No Dx Kep Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum
nyeri berhubungan keperawatan selama 3x 2. Identifikasi lokasi, pasien
dengan gejala penyakit kunjungan diharapkan nyeri karakteristik, durasi, 2. Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi,
berkurang dengan kriteria frekuensi, kualitas, intesitas frekuensi, kualitas, intesitas nyeri
hasil : nyeri 3. Untuk mengetahui skala nyeri pasien
SLKI L.08066 3. Identifikasi skala nyeri 4. Untuk mengetahui respons non verbal
1.Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi respons nyeri pasien
(5) non verbal 5. Untuk mengetahui faktor penyebab
2. Meringis menurun (5) 5. Identifikasi faktor yang nyeri
3. TTV membaik (5) memperberat dan 6. Agar pasien secara mandiri dapat
memperingan nyeri mengatasi rasa nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri 7. Agar pasien dapat mengatasi rasa nyeri
secara mandiri secara mandiri bila tiba-tiba muncul
7. Ajarkan teknik 8. Membantu mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi pemberian obat
sesuai advice dokter
2. Resiko  Cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi area lingkungan 1. Untuk mengidentifikasi area lingkungan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x yang berpontensi pasien
gangguan penglihatan kunjungan diharapkan dapat menyebabkan cedera 2. Untuk menghindari resiko jatuh
menurunkan resiko cedera 2. Identifikasi kesesuaian alas 3. Untuk membantu pasien agar aman jika
dengan kriteria hasil : kaki pada ekstermitas bawah berjalan
L.14136 Hal 135 3. Sediakan pencahyaan yang 4. Untuk membantu pasien agar lebih
1. Kejadian cedera menurun memadai aman jika mengambil barang
(1) 4. Pastikan barang-baranh 5. Membanty pasien dalam mobilisasi
2. Tekanan darah membaik pribadi mudah dijangkau 6. Agar bangun tidak merasa pusing dan
(5) 5. Diskusikan mengenai alat melayang-layang
3. Frekuensi Nadi bantu mobilitas yang sesuai
membaik (5) (mis. tongkat, atau alat bantu
jalan)
6. Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama berapa menit sebelum
berdiri
1.5 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
1. Gangguan rasa 1. Memantau tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan “kepala dan leher saya
nyaman nyeri 2. Mengidentifikasi lokasi, masih agak sakit
berhubungan karakteristik, durasi, frekuensi, O:
dengan gejala kualitas, intesitas nyeri - Pasien tampak memegang bagian kepala
penyakit 3. Mengidentifikasi skala nyeri - Skala nyeri 5
4. Mengidentifikasi respons nyeri - Pasien tampak meringis
non verbal - Pasien tampak mengikuti teknik relaksasi
5. Mengidentifikasi faktor yang nafas dalam Yulia Kristi
memperberat dan memperingan - TTV : TD= 160/90 mmHg
nyeri N= 90x/menit
6. Menganjurkan memonitor nyeri RR= 21x/menit
secara mandiri S = 36,5oC
7. Mengajarkan teknik A : Masalah Belum Teratasi
nonfarmakologis untuk P : Intervensi di Lanjutkan 1-8
mengurangi rasa nyeri 1. Pantau tanda-tanda vital
8. Berkolaborasi pemberian obat 2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurut advice dokter frekuensi, kualitas, intesitas nyeri
(Amlodipine 1x 1 (5mg)) malam 3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi respons nyeri non verbal
5. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Berkolaborasi pemberian obat menurut advice
dokter (Amlodipine 1x 2 (5mg))
2. Gangguan pola 1. Mengidentifikasi area
tidur lingkungan yang berpontensi S : Pasien mengatakan “penglihatan saya kabur”
berhubungan menyebabkan cedera O:
dengan 2. Mengidentifikasi kesesuaian alas - Pasien tampak menggunakan kacamata
kurangnya kaki pada ekstermitas bawah - Paien tampak memakai tongkat
control tidur 3. Menyediakan pencahyaan yang - Pasien tampak tidak mengenali orang dengan
memadai jelas
4. Memastikan barang-baranh - TTV : TD=160/90 mmHg; N = 90x/menit; S Yulia Kristi
pribadi mudah dijangkau = 36,50C; RR = 21x/menit
5. Mendiskusikan mengenai alat A : Masalah teratasi sebagian
bantu mobilitas yang sesuai P : Intervensi di Lanjutkan 1-5
(mis. tongkat, atau alat bantu 1. Identifikasi area lingkungan yang
jalan) berpontensi menyebabkan cedera
6. Menganjurkan berganti posisi 2. Identifikasi kesesuaian alas kaki pada
secara perlahan dan duduk ekstermitas bawah
selama berapa menit sebelum 3. Sediakan pencahyaan yang memadai
berdiri 4. Pastikan barang-baranh pribadi mudah
dijangkau
5. Anjurkan berganti posisi secara perlahan
dan duduk selama berapa menit sebelum
berdiri

1.6 Catatan Perkembangan


Hari / Tanggal
No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
/Jam
1. Rabu, 2 Nyeri Akut 1. Memantau tanda-tanda S : Pasien mengatakan masih masih merasakn
Desember 2020 berhubungan vital nyeri kepala
Jam 11.20 WIB dengan gejala 2. Mengidentifikasi lokasi, O :
penyakit karakteristik, durasi, - Pasien tampak memegang leher bagian
frekuensi, kualitas, belakang
intesitas nyeri - Skala nyeri 4
3. Mengidentifikasi skala - Pasien tampak meringis
nyeri - Pasien tampak melakukan teknik relaksasi
4. Mengidentifikasi respons nafas dalam
nyeri non verbal - TTV :
5. mengidentifikasi faktor TD= 160/100 mmHg
yang memperberat dan N= 90x/menit
memperingan nyeri RR= 22x/menit
6. Menganjurkan S = 37,0oC
memonitor nyeri secara A : Masalah Belum Teratasi
mandiri P : Intervensi di Lanjutkan 1-6
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intesitas nyeri
3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi respons nyeri non verbal
5. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

2. Rabu, 2 Gangguan pola 1. Mengidentifikasi pola S : Ny. P mengatakan masih tidak bias tidur
Desember 2020 tidur aktivitas dan tidur dengan nyaman karena nyeri dikepalanya
Jam 11.20 WIB berhubungan 2. Mengidentifikasi faktor (Istirahat pada malam hari 3-4 jam, Istirahat
dengan pengganggu tidur pada siang hari 1-2 jam)
kurangnya control 3. Memfasilitasi O:
tidur menghilangkan stres - Konjungtiva anemis
sebelum tidur - Pasien sering menguap Pipik
4. Menjelaskan pentingnya - Pasien tampak Lelah
tidur yang cukup selama - Pasien tampak gelisah
sakit - Pasien mengatakan sulit untuk tidur
5. Mengajarkan relaksasi - TTV : TD=160/100 mmHg; N = 95x/menit;
obat autogenik atau cara S = 37.00C; RR = 22x/menit
non farmakologi lainnya. A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi di Lanjutkan 1-5
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
selama sakit
5. Ajarkan relaksasi obat autogenik atau cara
non farmakologi lainnya.

3. Rabu, 2 Defisit S : Pasien mengatakan mulai mengetahui


Desember 2020 pengetahuan 1. Mengidentifikasi mengenai penyakitnya
Jam 11.20 WIB berhubungan kesiapan dan O :
dengan kurang kemampuan menerima - Pasien tampak siap mengamati dan
terpapar informasi informasi mendengarkan informasi yang akan
2. Menyediakan materi disampaikan
dan media Pendidikan - Pasien tampak memperhatikan Pipik
kesehatan demonstrasi pembuatan jus timun
- Pasien tampak mulai memahami mengenai
3. Mengajarkan penyakitnya dan cara pencegahannya
membuat jus timun A : MasalahTeratasi
4. Memberikan penkes P : Intervensi di Hentikan
mengenai Pencegahan
dan Pengobatan
Hipertensi
5. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
6. Menjelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua
kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka
pendek maupun jangka panjang dimana meningginya tekanan darah berhubungan
dengan meningkatnya risiko terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, gagal
jantung, isufisiensi renal, dan peyakit vaskuler perifer. Prevalensi hipertensi
semakin meningkat dengan bertambahnya usia, dan pemberian obat-obatan
terbukti sangan bermanfaat untuk mengobati hipertensi.
Namun dengan obat-oabatan saja tidak dapat mengobati penyakit
kardiovaskuler – renal akibat hipertensi. Pencegahan merupakan faktor penting.
Dengan mengetahui gejala dan faktor resiko hipertensi yang terjadi diharapkan
masyarakat mampu mencegah terjadinya hipertensi atau terjadinya komplikasi
dan kematian.
4.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Penulis akan memperbaiki laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Nurhikmah, 2016. Hubungan Lama Merokok Dengan Derajat Hipertensi Di Desa


Rannaloe Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa
Nursalam, 2015. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Rostikarina, R. A. 2013. Pengaruh Home Pharmacy Care Terhadap Pengetahuan
Tentang Penggunaan Obat Antihipertensi Oral (Asuhan Kefarmasian
pada Penderita Hipertensi Rawat Jalan di Puskesmas Ardimulyo
Singosari) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang).
Sofia Rhosma, 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Budi Utama
Sunaryo, 2015. Asuhan Keperawatn Gerontik. Yogyakarta : Andi
Yolanda, 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansia
Tahap Awal di Wilayah Kerja Puskesmas Andalang Padang
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Hipertensi
B. Sasaran
1. Program : Ny. P dan Keluarga Ny. P
2. Penyuluhan : Di Rumah Ny. P
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan ini peserta mampu mengerti tentang
“Hipertensi” dan agar peserta lebih mengetahui dan mengerti bagaimana
cara mencegah dan mengobati saat terkena hipertensi.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penyuluhan sebagai berikut :
1. Untuk dapat mengetahui pengertian Hipertensi.
2. Untuk dapat mengetahui penyebab Hipertensi.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Hipertensi.
4. Untuk dapat mengetahui pencegahan Hipertensi.
5. Untuk dapat mengetahui pengobatan Hipertensi.
6. Untuk dapat mengetahui obat tradisonal Hipertensi
D. Materi : Hipertensi
E. Metode : Ceramah
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Rabu, 9 Desember 2020
2. Pukul : 09.00 WIB s/d Selesai
3. Alokasi Waktu : 25 Menit
No Waktu Kegiatan Metode
1 5 Menit Pembukaan : Ceramah
 Membuka Kegiatan Dengan
Mengucap Salam
 Memperkenalkan Diri
 Menejelaskan Tujuan
Penyuluhan
2 10 Menit Pelaksanaan : Ceramah
 Pengertian Hipertensi.
 Penyebab Hipertensi.
 Tanda dan gejala Hipertensi
 Pencegahan Hipertensi.
 Pengobatan Hipertensi.
4 5 Menit Penutup : Ceramah
 Mengucapkan Terima Kasih
dan Salam Penutup
H. Tugas Pengorganisasian
Moderator : Pipik
Leader : Pipik
Fasilitator : Pipik
I. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator, Leader dan Fasilitator

: Peserta

J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1. Peserta hadir di tempat penyuluhan
2. Penyelenggaraan di Puskesmas Menteng
3. Pengorganisasian penyelenggaraan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan tentang Hipertensi
2. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3. Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi
penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang Hipertensi
2. Peserta hadir dalam penyuluhan

SEKOLAH TINGGI seseorang


Hipertensi
ILMU KESEHATAN melebihi dari
PROGRAM STUDI S1 batas normal.
KEPERAWATAN Batas normal
tekanan darah
TAHUN AJARAN
2020/2021
yaitu : batas atas
 140 mmHg dan
batas bawah  90
mmHg.
Apa itu
Oleh : Hipertensi ?
Penyebab
PIPIK
Hipertensi
(2017.C.09a.0905
1) Faktor
)
Genetik
Hipertensi 2) konsumsi
atau tekanan garam
berlebihan
darah tinggi
YAYASAN EKA 3) Obesitas
adalah suatu
HARAP PALANGKA (Kegemukan)
keadaan dimana 4) gaya hidup
RAYA
tekanan darah yang tidak
sehat serta
konsumsi
alkohol dan
merokok
5) obat-obatan
tertentu Pencegahan
Hipertensi
Tanda dan
Gejala Pengobatan
Hipertensi

1) Memeriksa
tekanan darah
secara teratur.
2) Menjaga berat
1) Tensi diatas badan ideal.
140/90 mmHg 3) Mengurangi 1) Selalu
2) Sakit pada konsumsi
mengontrol
bagian garam.
tekanan darah
belakang 4) Jangan
merokok. secara
kepala
3) Leher terasa 5) Berolahraga teratur
kaku. secara teratur. dengan
4) Kelelahan. 6) Mengurangi memeriksakan
5) Mual dan stress. diri ke
Muntah. 7) Menghindari
dokter.
6) Sesak napas. makanan
berlemak. 2) Selalu minum
7) Gelisah.
obat teratur
8) Mudah
tersinggung. meskipun
9) Sukar tidur. tanpa keluhan.
3) Mengurangi 3 helai yang
konsumsi sudah
garam. dibersihkan
2. k
4) Perbanyak
emudian
konsumsi
diparut/dible
sayur dan nder.
buah. 3. s
5) Mematuhi etelah itu
nasihat saring dan
dokter. ambil airnya,
lalu siap untuk
diminum
Buah Mengkudu:
Caranya :
1. Ambil 2 buah
mengkudu
masak yang
telah
Obat dibersihkan
Tradisional 2. Lalu diparut
dan diperas,
ambil airnya
Aturan
Penggunaan
Diminum 2X
sehari (pagi dan
sore)
Buah Dilakukan selama 2
Mentimun/Timun pek
:
Caranya :
1. A
mbil satu atau
dua buah
mentimun dan
dau seledri 1-

Anda mungkin juga menyukai