Di susun Oleh :
KRISEVI HANDAYANI
( 2021-01-14901-037 )
Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di laporan ini
memaparkan beberapa hal terkait “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Pada Tn D Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe II Di
Ruangan Teratai RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak telah memberikan
motivasi baik materi maupun pikirannya.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini ke depannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi 3
2.1.3 Etiologi 5
2.1.4 Klasifikasi 7
2.1.5 Patofisiologi 7
2.1.6 Manifestasi Klinis 10
2.1.7 Komplikasi 11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 11
2.1.9 Penatalasaan Medis 14
2.2 Manajemen Asuahan Keperwatan 15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 28
3.2 Diagnosa 43
3.3 Intervensi 45
3.4 Implementasi 48
DAFTAR PUSTAKA
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
1
pengetahuan. Pengetahuan penderita tentang diabetes mellitus sangat membantu
pasien dalam menjalankan penanganan diabetes mellitus selama hidupnya
sehingga semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti
bagaimana harus berperilaku dalam penanganan penyakitnnya. Untuk itu
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien diabetes
mellitus pada rumah sakit sanglah terhadap penatalaksanaan daripada diabetes
mellitus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta
dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama
ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan
bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies
satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang
juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin
karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin
disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus
golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini
bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang
mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata
kapiler untuk mencapai aliran darah . Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari
seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh
sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000).
Gambar 1 Pankreas
Sumber : www.medicastore.com
5
2.1.3 Etiologi
Menurut Rendy & Margaret (2012). penyebab diabetes mellitus
6
dikelompokkan menjadi 2 :
2.1.3.1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)
1. Faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen tranplantasi dan proses imun lainnya
2. Faktor imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pancreas.
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille
Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula darah). Faktor genetik dan lingkungan merupakan
faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi
virus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga
pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM. Virus
atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans pankreas, yang
membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune,
dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga
dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart, 2002)
2.1.5 Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan karena menurunnya
insulin atau defisiensi insulin (Fatimah, 2015). Defisiensi insulin terjadi karena :
a. Kerusakan
8
b. Menurunnya reseptor insulin pada jaringan perifer
c. Menurunnya reseptor glukosa di kelenjar pankreas
Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena sel-sel insulin gagal karena tidak
mampu merespons dengan baik atau biasa disebut dengan resistensi insulin
(Teixeria, 2011). Resistensi insulin disebabkan karena faktor genetik dan
lingkungan juga bisa menjadi penyebab terjadinya DM. Pasien DM tipe 2
produksi glukosa dalam hati berlebihan akan teteapi tidak terjadi kerusan sel beta
langrhans secara autoimun (Fatimah, 2015). Pada perkembangan awal DM tipe 2
sel beta akan mengalami gangguan sekresi insulin, apabila tidak segera ditangani
makan akan menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas. Ketika kadar gula
dalam darah meningkat, pankreas akan mengelurkan hormon yang dinamakan
insulin sehingga memungkinkan sel tubuh akan akan menyerap glukosa tersebut
sebagi energi. Hiperglikemia pada pasien dm terjadi karena menurunnya
penyerapan glukosa oleh sel yang di ikuti dengan meningkatnya pengeluran
glukosa dalam hati. Pengeluaran glukosa dalam hati akan meningkat karena
adanya proses yang menghasilkan glukogenolisis dan glukoneogenesis tanpa
hambatan karena insulin tidak diproduksi (Sherwood, 2011).
8
2.1.6 WOC
Genetik Obesitas, gaya hidup tidak sehat, kurang gerak Pengeluaran hormon
esterogen, progresteron
dan hormon kehamilan
Kerusakan sel beta Retensi insulin
pankreas
Pemecah
glukosa hiperglikemia Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
menuju sel
menurun Menyerang kulit dan infeksi Meluas ke jaringan yang
jaringan subkutan lebih dalam
Mekanisme radang
Mikroorganisme Sistem imun berespons
menginfeksi dengna menaikkan
dermis dan antibody
Edema, Luka subkutis
Akselerasi
kemerahan terkontaminasi
deakselerasi saraf
mikroorganisme
jaringan sekitar Proses fagositosis Reaksi Ag-Ab
Nyeri tekan
Nyeri otot
Eritema lokal pada kulit
Kurang informasi tentang penyakit
Kerusakan kulit
dan penatalaksanaannya
Gangguan rasa nyaman Lesi
dan nyeri Trauma jaringan lunak
Defisiensi pengetahuan
Kerusakan integritas jaringan
Nyeri akut
Resiko infeksi
9
Gambar 2.2 Pathway Diabetes Melitus (Fatimah, 2015)
10
2.1.8 Komplikasi
2.1.8.1 Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada dibawah nilai
normal < 50 mg/dl
2) Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam darah
meningkat secara tiba – tiba dan dapat berkembang menjadi
metabolisme yang berbahaya
2.1.8.2 Komplikasi Kronis
Komplikasi makro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien DM adalah
pembekuan darah di sebagian otak, jantung koroner, stroke, dan gagal
jangung kongestif.
2.1.8.3 Komplikasi mikro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien DM adalah
nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi (Perkeni,
2015).
2.1.9.3 Olahraga
Olahragasecara teratur 3-4x dalam seminggu kurang lebih 30 menit
(Suzanna, 2014).
2.1.9.4 Intervensi farmakologis
Berupa pemberian obat Hipoglikemik oral (sulfonilurea,
biguanid/metformin, inhibitor alfa glukosidase dan insulin) (Ernawati, 2013).
Dengan penanganan yang benar baik pencegahan dan perawatannya, diharapkan
gangren dapat dilakukan pengobatannya secara benar agar pasien DM bisa
berkurang. Penatalaksanaan gangren sebagai berikut :
1) Kontrol kadar gula darah Pengendalian gula darah dan berbagai upaya
sangat penting dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum penderita
dengan nutrisi yang memadai.
2) Penanganan ulkus/gangren Tindakan yang dilakukan untuk penanganan
ulkus/gangren ini, antara lain : bedah minor seperti insisi, pengaliran
abses, debridemen, dan nekrotomi dengan tujuan untuk mengeluarkan
semua jaringan nekrosis untuk mengeliminasi infeksi, sehingga diharapkan
dapat mempercepat penyembuhan luka.
3) Memperbaiki sirkulasi darah
4) Memperbaiki status rheologi, merupakan tindakan memberikan obat
antiagregasi trombosit hipolipidemik yang bertujuan untuk memperbaiki
jaringan yang terserang.
5) Memperbaiki struktur vaskuler, merupakan tindakan yang dilakukan
dengan cara embolektomi, endarteriktomi atau biasa disebut dengan
rekontruksi pembuluh darah.
6) Penanganan infeksi
7) Berikan antibiotik ika terindikasi adanya infeksi.
8) Perawatan luka
9) Perawatan luka dilakukan dengan cara manajemen jaringan, kontrol
infeksi dan infeksi, serta perluasan tepi luka.
13
d) Abdomen
(1) Inspeksi : amati bentuk abdomen simetris atau asimetris.
(2) Auskultasi : dengarkan apakah bising usus meningkat.
(3) Perkusi : dengarkan thympany atau hiperthympany.
(4) Palpasi : rasakan adanya massa atau adanya nyeri tekan.
e) Integumen
(1) Kulit : biasanya kulit kering atau bersisik
(2) Warna : tampak warna kehitaman disekitar luka
karena adanya gangren, daerah yang sering
terpapar yaitu ekstremitas bagian bawah.
(3) Turgor : menurun karena adanya dehidrasi
(4) Kuku : sianosis, kuku biasanya berwarna pucat
(5) Rambut : sering terjadi kerontokan karena nutrisi yang
kurang.
f) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, klaudikasi,
kebas, dan kesemutan pada ektremitas, ulkus pada
kaki dan penyembuhan lama.
Tanda : adanya takikardia, perubahan tekanan darah
postural, hipertensi, disritmia.
g) Genetalia : adanya perubahan pada proses berkemih,
atau poliuria, nokturia, rasanyeri seperti
terbakarpada bagian organ genetalia, kesulitan
berkemih (infeksi).
h) Neurosensori : terjadi pusing, pening, sakit kepala,
kesemutan, kebas pada otot.
Tanda : disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap
lanjut)
20
21
Gangguan Integritas Setelah di lakukan 1. Monitor karakteristik luka 1. Mencari tahu karakteristik
kulit/jaringan berhubungan
asuhan 2. Monitor tanda-tanda infeksi luka
dengan kerusakan jaringan/kulit
keperawata 3. Lepaskan balutan dan plaster 2. Mencari tahu tanda-tanda
n selam secara perlahan infeksi
kurang 4. Bersihkan dengan cairan Nacl atau 3. Melepaskan balutan dan
lebih 1 x 24 pembersihan nontoksik plaster secara perlahan saat
Jam, 5. Bersihkan jaringan nekrotik melihat luka
diharap 6. Pasang balutan sesuai jenis luka 4. Bersihkan luka dengan cairan
luka pasien 7. Pertahankan teknik steril saat Nacl atau pembersihan
cepat melakukan perawatan luka nontoksik
sembuh 8. Anjurkan mengkonsumsi makan 5. Bersihkan jaringan nekrotik
kriteria tinggi kalori dan protein 6. Memasang balutan sesuai
hasil 9. Kolaborasi pemberian antibotik jenis luka
- Frekuensi nadu 4 7. Tetapkan pertahankan teknik
- Saturasi oksigen :4 steril saat melakukan
- Tekanan darah : 4 perawatan luka
- Frekuensi napas : 4 8. Menyarankanm
- Ekg iskemia :4 mengkonsumsi makan tinggi
kalori dan protein
9. Kerja sama pemberian
antibotik
Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah di lakukan 1. Identifkasi gangguan 1. Mencari tahu gangguan
dengan kelemahan fisik asuhan keperawatan
fungsi tubuh yang fungsi tubuh yang
(Anemia) selam kurang lebih 1 x
24 Jam, diharap klien mengakibatkan kelelahan mengakibatkan kelelahan
dapat beraktifitas seperti
2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Memantau kelelahan fisik
biasa kriteria hasil :
- Frekuensi nadu 4 emosional dan emosional
- Saturasi oksigen :4 3. Monitor pola dan jam tidur 3. Memantau pola dan jam
- Tekanan darah : 4 4. Sediakan lingkungan nyaman tidur
- Frekuensi napas : 4 dan rendah stimulus (mis. 4. Menyiapkan lingkungan
- Ekg iskemia :4 cahaya, suara, kunjungan) nyaman dan rendah stimulus
5. Lakukan rentang gerak pasif (mis. cahaya, suara,
dan/atau aktif kunjungan)
6. Anjurkan tirah baring 5. Melakukan rentang gerak
7. Anjurkan melakukan aktivitas pasif dan/atau aktif
secara bertahap 6. Menyarankan tirah baring
8. Kolaborasi dengan ahli gizi 7. Menyarankan melakukan
tentang cara meningkatkan asupan aktivitas secara bertahap
makanan 8. Kerja sama dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
23
Defisit Perawatan diri Setelah di lakukan 2. Identifikasi kebiasaan aktivitas 1. Mencari tahu kebiasaan
asuhan keperawatan perawatan diri sesuai usia aktivitas perawatan diri sesuai
selam kurang lebih 1x 24 3. Monitor tingkat kemadirian usia
Jam, diharap klien bisa 4. Sediakan lingkungan yang 2. Mencari tahu tingkat
melakukan aktivitas fisik terapeutik ( mis. Privasi) kemadirian
mandiri lagi dengan 5. Damping dalam melakukan 3. Menyiapakan lingkungan yang
kriteria hasil : perawatan diri sampai madiri terapeutik ( mis. Privasi)
- Kemampuan mandi 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri 4. Membantu pasien dalam
meningkat :5 7. Anjurkan melakukan perawatan melakukan perawatan diri
- Kemampuan diri secara konsiten sesuai sampai madiri
mengenksn pakain :5 kemampuan 5. Menjadwalkan rutinitas
- Kemampuan makan (SIKI I.11348 Hal 36) perawatan diri
:5 6. Menyarankan melakukan
- Kemampuan ke toilet perawatan diri secara konsiten
:5 sesuai kemampuan
- Minat melakukan
perawatan diri 5
( SLKI L.11103 Hal 81)
Risiko Infeksi Setelah di lakukan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Mencari tahu tanda dan gejala
asuhan keperawatan local dan sistrmik infeksi local dan sistrmik
selam kurang lebih 1x 24 2. Berikan perawatan kulit pada area 2. Melakukan perawatan kulit
Jam, diharap klien tidak edema pada area edema
mengalami risiko feksi 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Selalu cuci tangan sebelum
lagi dengan kriteria kontak dengan pasien dan dan sesudah kontak dengan
hasil : lingkungan pasien pasien dan lingkungan pasien
- Kebersihan tangan 5 4. Pertahankan Teknik aseptic pada 4. Tetapkan lakukan Teknik
- Kebersihan badan 5 pasien berisiko tinggi aseptic pada pasien berisiko
- Kemerahan 5 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi tinggi
- Nyeri menurun 5 6. Kolaborasi pemeberian imunisasi, 5. Memberi tahu tanda dan
- Cairan berbau jika perlu gejala infeksi
busuk menurun 5 6. Kerja sama pemeberian
( SLKI L.14137 Hal imunisasi, jika perlu
139)
26
27
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln Lele
Tgl MRS : 10 November 2021
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus Tipe II
GENOGRAM KELUARGA
[
Keterangan :
: laki-laki : [[ Klien
: Garis keturunan : Meninggal dunia
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis (GCS 15),
perpasang o2 nasal canul 3 L/m, terpasang infus nacl 500 ml 20 tpm
di tangan sebelah kiri, terpasang Sp norepinephrine 50ml, posisi
pasien terbaring terlentang, tampak luka terbalut verban pada kaki
kanan.
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos menthis
b. Ekspresi wajah : Tenang
30
3. TANDA-TANDA VITAL :
a. Suhu/T : 34,6C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 79 x/mt
c. Pernapasan/RR : 23 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 105/61 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : Tidak merokok
Batuk, sejak
Batuk darah, sejak 31
Sputum, warna
Sianosis
Nyeri dada
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (spontan)
V : 5 (jelas)
M : 6 (mematuhi perintah)
Total Nilai GCS : 15 (compos menthis)
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent
Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Kiri Positif Negatif
Nyeri, lokasi Tidak Ada
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan aroma minyak
kayu putih
Nervus Kranial II : Pasien dapat membaca
Nervus Kranial III : Pasien dapat menggerakan bola mata ke
atas dan ke bawah
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakan bola mata ke
kiri dan ke kanan
Nervus Kranial V : Pasien dapat mengunyah dengan baik
Nervus Kranial VI : Pasien dapat membedakan rasa asam,
manis, asin dan pahit
Nervus Kranial VII : Pasien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Pasien dapat mendengar dengan baik
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan dengan baik
Nervus Kranial X : Pasien dapat berbicara dengan baik
33
Nervus Kranial XI : Pasien dapat menggerakan kepala ke kiri
dan ke kanan
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari Positif Negatif
Jari ke hidung Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif
Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks :
Bisep : Kanan + Kiri + Skala….…
Trisep : Kanan + Kiri + Skala….…
Brakioradialis : Kanan + Kiri + Skala….…
Patella : Kanan + Kiri + Skala….…
Akhiles : Kanan + Kiri + Skala….…
Refleks Babinski : Kanan + Kiri +
Refleks lainnya :
Uji sensasi :
Keluhan lainnya : Pasien mengeluhkan sulit beraktivatas sendiri
Masalah Keperawatan :Intolerasi Aktifitas
Rasa haus
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
41
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
OBAT Dosis Indikasi
Inf nacl 0.9 % 20 tmp Digunakan untuk mengganti cairan tubuh
yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit dan
menjaga tubuh agar tubuh tetap terhidrasi
dengan baik.
Sp 50 ml Digunakan untuk mengatasi tekanan
Norepinephrine darah rendah (hipotensi) aut yang
Bitartrate mengancam nyawa.
Sp Actrapid 50 ml Digunakan untuk mengobati penyakit
diabetes mellitus yang membutuhkan
insulin, pengobatan aku, termasuk stress
hiperglikemik(kadar gula darah tinggi)
Inj. Ketorolac 3x30mg Digunakan untuk meredakan nyeri dan
peradangan
Inj. Odr (L/P0 2x4mg Digunakan untuk mengatasi mual dan
muntah yang disebabkan kemoterapi,
radioterapi dan operasi
Inj Ampicilin 4x1,5 mg Obat antibiotic dgunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri pada
Inj Novorapid 3x12 Digunakan untuk mengurangi tingkat
gula darah tinggi.
Inj Ceftriaxone 1x1 Digunakan untuk mengatasi infeksi
bakteri gram negative maupun gram
positif.
43
(Krisevi Handayani)
ANALISA DATA
Do : Tirah baring
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak terbaring
terlentang Kelemahan
- Pasien tampak dibantu
keluarga saat melakukan
aktivitas
- TTV
TD : 105/61 mmHg
N : 79x/m
44
RIORITAS MASALAH
1. Ketidakstabilan Glukosa Darah berhubungan dengan hiperglikemia
yang ditandai dengan Pasien tampak lemah, Pasien tampak
mengantuk, Pasien tampak berkeringat , Pasien tampa sulit
berbicara, Mulut pasien tampak kering
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan
jaringan/kulit yang ditandai dengan Pasien tampak meringis, Luka
pasien pada kaki kanan, Luka pasien tampak di balut perban, Luka
pasien tampak luka terbuka, Kerusakan jaringan atau lapisan kulit
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan (Anemia)
yang ditandai dengan Klien tampak lemah, Klien tampak terbaring
terlentang, Klien tampak dibantu keluarga saat melakukan aktivitas,
TTV TD : 105/61 mmHg, N : 79x/m
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. D
Ruang Rawat : Teratai
45
Gangguan Integritas Setelah di lakukan 1. Monitor karakteristik luka 1. Mencari tahu karakteristik
kulit/jaringan berhubungan
asuhan keperawatan 2. Monitor tanda-tanda infeksi luka
dengan kerusakan jaringan/kulit
selam kurang lebih 1 x 3. Lepaskan balutan dan plaster 2. Mencari tahu tanda-tanda
24 Jam, diharap luka secara perlahan infeksi
pasien cepat sembuh 4. Bersihkan dengan cairan Nacl atau 3. Melepaskan balutan dan
kriteria hasil pembersihan nontoksik plaster secara perlahan saat
- Frekuensi nadu 4 5. Bersihkan jaringan nekrotik melihat luka
- Saturasi oksigen :4 6. Pasang balutan sesuai jenis luka 4. Bersihkan luka dengan cairan
- Tekanan darah : 4 7. Pertahankan teknik steril saat Nacl atau pembersihan
- Frekuensi napas : 4 melakukan perawatan luka nontoksik
- Ekg iskemia :4 8. Anjurkan mengkonsumsi makan 5. Bersihkan jaringan nekrotik
tinggi kalori dan protein 6. Memasang balutan sesuai
9. Kolaborasi pemberian antibotik jenis luka
7. Tetapkan pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
8. Menyarankanm
mengkonsumsi makan tinggi
kalori dan protein
9. Kerja sama pemberian
antibotik
Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah di lakukan 9. Identifkasi gangguan 9. Mencari tahu gangguan
dengan kelemahan fisik asuhan keperawatan
fungsi tubuh yang fungsi tubuh yang
(Anemia) selam kurang lebih 1 x
24 Jam, diharap klien mengakibatkan kelelahan mengakibatkan kelelahan
dapat beraktifitas seperti
10. Monitor kelelahan fisik dan 10. Memantau kelelahan fisik
biasa kriteria hasil : 46
- Frekuensi nadu 4 emosional dan emosional
- Saturasi oksigen :4 11. Monitor pola dan jam tidur 11. Memantau pola dan jam
- Tekanan darah : 4 12. Sediakan lingkungan nyaman tidur
- Frekuensi napas : 4 dan rendah stimulus (mis. 12. Menyiapkan lingkungan
- Ekg iskemia :4 cahaya, suara, kunjungan) nyaman dan rendah stimulus
13. Lakukan rentang gerak pasif (mis. cahaya, suara,
dan/atau aktif kunjungan)
14. Anjurkan tirah baring 13. Melakukan rentang gerak
15. Anjurkan melakukan aktivitas pasif dan/atau aktif
secara bertahap 14. Menyarankan tirah baring
16. Kolaborasi dengan ahli gizi 15. Menyarankan melakukan
tentang cara meningkatkan asupan aktivitas secara bertahap
makanan 16. Kerja sama dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
47
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn D
Ruang Rawat : Teratai
Tanda tangan
Hari / Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
1. Mengobservasi kemungkinan penyebab S : Pasien mengatakan badan terasa lamah
Selasa, 16 November O:
hiperglikemia
2021 - Pasien tampak lemah
14.00 WIB 2. Memonitor kadar gula darah - Pasien tampak mengantuk
- Hasil pemeriksaan Gds : 331
3. Memberikan asupan cairan oral
Krisevi
4. Mengkonsultasi dengan medis jika tanda A : Masalah teratasi sebagian Handayani
P : Lanjutkan Intervensi (2),(4),(5),(6)
dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
5. Menganjurkan monior kadar glukosa darah
secara sendiri
6. Berkolaborasi pemberian insulin
7. Berkolaborasi pemberian cairan IV
1. Mengobservasi karakteristik luka S : Pasien mengatakan nyeri pada saat luka
Selasa, 16 November 2. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dibersihkan
2021 3. Melepaskan balutan dan plaster secara O : Krisevi
14.00 WIB perlahan - Luka pasien tampak lembab Handayani
4. Membersihkan dengan cairan Nacl atau - Luka pasien tampak tertutup perban
pembersihan nontoksik - Luka pasien terdapat di kaki kanan
48
5. Membersihkan jaringan nekrotik - Pasien tampak meringis saat dilakukan
6. Memasang balutan sesuai jenis luka perawatan luka
7. Mempertahankan teknik steril saat A : Masalah teratasi sebagian
melakukan perawatan luka P : Lanjutkan intervensi 3,4,5,6,7,8 dan 9
8. Menganjurkan mengkonsumsi makan tinggi
kalori dan protein
9. Berkolaborasi pemberian antibotik
Selasa, 16 November 1. Mengobservasi gangguan fungsi tubuh S : Klien mengatakan badan tersa lemah
2021 yang mengakibatkan kelelahan O:
14.00 wib 2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional - Pasien tampak lemah
3. Memonitor pola dan jam tidur - Pasien tampak terbaring terlentang Krisevi
4. Menyediakan lingkungan nyaman dan - Pasien tampak dibantu oleh keluarga Handayani
rendah stimulus (mis. cahaya, suara, saat melakukan aktivitas
kunjungan) - Hb : 7.5
5. Melakukan rentang gerak pasif dan/atau - TTV
aktif TD : 105/61 mmHg
6. Menyarankan tirah baring ( semi fowler) N : 79x/m
7. Menyarankan melakukan aktivitas secara RR : 23x/m
bertahap S : 34,6 0 C
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi (2),(5), (7),
49
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn D
Ruang Rawat : Teratai
Hari / Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Rabu, 17 November 2021 1. Mengobservasi kemungkinan penyebab S : Pasien mengatakan badan masih
08.00 WIB terasa lamah
hiperglikemia
O:
2. Memonitor kadar gula darah - Pasien tampak lemah
- Pasien tampak mengantuk
3. Memberikan asupan cairan oral
- Pasien tampak dibantu Krisevi Handayani
4. Mengkonsultasi dengan medis jika tanda dan gejala keluarga saat melakukan
aktivitas
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
- Hasil pemeriksaan Gds 228
5. Menganjurkan monior kadar glukosa darah secara dl
- TTV
sendiri
TD : 110/60mmHg
6. Berkolaborasi pemberian insulin N : 87x/m
A : Masalah teratasi sebagian
7. Berkolaborasi pemberian cairan IV
P : Lanjutkan Intervensi (2),(5),(6),
(7)
50
pembersihan nontoksik dilakukan perawatan luka
5. Membersihkan jaringan nekrotik
A : Masalah teratasi sebagian
6. Memasang balutan sesuai jenis luka P : Lanjutkan intervensi 5,6,7,8
dan 9
7. Mempertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
8. Menganjurkan mengkonsumsi makan tinggi kalori
dan protein
9. Berkolaborasi pemberian antibotik
Rabu, 17 November 2021 1. Mengobservasi gangguan fungsi tubuh S:
08.00 wib O:
yang mengakibatkan kelelahan
- Pasien tampak lemah
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional - Pasien tampak terbaring
terlentang
3. Memonitor pola dan jam tidur
- Pasien tampak dibantu oleh Krisevi Handayani
4. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah keluarga saat melakukan
aktivitas ( Makan dan
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Minum)
5. Melakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif - TTV
TD : 105/61 mmHg
6. Menyarankan tirah baring ( semi fowler)
N : 79x/m
7. Menyarankan melakukan aktivitas secara bertaha A : Masalah teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi (2), (7)
51
Hari / Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Kamis, 18 November 2021 1. Mengobservasi kemungkinan penyebab S :
08.00 WIB O:
hiperglikemia
- Pasien tampak lemah
2. Memonitor kadar gula darah - Pasien tampak mengantuk
- Hasil pemeriksaan Gds 189dl
3. Memberikan asupan cairan oral
- TTV Krisevi Handayani
4. Mengkonsultasi dengan medis jika tanda dan gejala - TD : 130/80mmHg
- N :98
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
5. Menganjurkan monior kadar glukosa darah secara A : Masalah teratasi sebagaian
P : Lanjutkan Intervensi (2),(6),(7)
sendiri
6. Berkolaborasi pemberian insulin
7. Berkolaborasi pemberian cairan IV
Kamis, 18 November 2021 1. Mengobservasi karakteristik luka S : Pasien mengatakan nyeri saat
08.00 WIB dibersihkan luka
2. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
O:
3. Melepaskan balutan dan plaster secara perlahan - Pasien tampak meringis
- Luka pasien tampak lembab
4. Membersihkan dengan cairan Nacl atau
- Luka pasien tampak di rtutup
pembersihan nontoksik perban
5. Membersihkan jaringan nekrotik
A : Masalah teratasi sebagian
6. Memasang balutan sesuai jenis luka P : Lanjutkan intervensi 7,8
dan 9
7. Mempertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
52
8. Menganjurkan mengkonsumsi makan tinggi kalori
dan protein
9. Berkolaborasi pemberian antibotik
Kamis, 18 November 2021 1. Mengobservasi gangguan fungsi tubuh yang
08.00 WIB S : Klien mengatakan badan tersa
mengakibatkan kelelahan
lemah
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional O:
- Klien tampak lemah
3. Memonitor pola dan jam tidur
- Klien tampak terbaring Krisevi Handayani
4. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah terlentang
- Klien tampak dibantu oleh
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
keluarga saat melakukan
5. Melakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif aktivitas
- TTV
6. Menyarankan tirah baring ( semi fowler)
TD : 105/61 mmHg
7. Menyarankan melakukan aktivitas secara bertahap N : 79x/m
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi (2),(5), (7),
53
DAFTAR PUSTAKA
Bays, H., Chapman, R. and Grandy, S. (2007). The relationship of body mass index
to diabetes mellitus, hypertension and dyslipidaemia: comparison of data
from two national surveys. International Journal of Clinical Practice, 61(5),
pp.737-747.
Choi, B. and Shi, F. (2001). Risk factors for diabetes mellitus by age and sex:
results of the National Population Health Survey. Diabetologia, 44(10),
pp.1221-1231.
Daousi, C. (2006). Prevalence of obesity in type 2 diabetes in secondary care:
association with cardiovascular risk factors. Postgraduate Medical Journal,
82(966), pp.280-284.
Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. (2011). Diabetes Care, 35,
pp.S64-S71.
Fowler, M. (2011). Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes.
Clinical Diabetes, 29(3), pp.116-122.
Kerner, W. and Brückel, J. (2014). Definition, Classification and Diagnosis of
Diabetes Mellitus. Exp Clin Endocrinol Diabetes, 122(07), pp.384-386.
Ozougwu, O. (2013). The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2
diabetes mellitus. J. Physiol. Pathophysiol. 4(4), pp. 46-57.
PERKENI, (2015). Konsesus dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Indonesia.Jakarta