N DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DEABETES MELITUS TIPE 2 (DM) DI
RUANGAN ROE RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Oleh :
NAMA : MEWAN TONY
NIM : 2022-04-14901-047
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Klasifikasi
2.1.5 Patofisiologi (WOC)
2.1.6 Manifestasi Klinis
2.1.7 Komplikasi
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
2.1.9 Penataklasanaan Medis
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.3 Intervensi Keperawatan
2.3.4 Implementasi Keperawatan
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa
3.3 Intevensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2.1 Pankreas
Bagian eksokrin pankreas (bagian terbesar prankeas) mengahasilkan
enzim-enzim pencernaan, bagian endokrinnya, berupa pulau-pulau
langerhans (sekitar satu juta pulau), mengahsilkan hormon. Pulau
langerhans terdiri atas sel-sel alfa, yang menghasilkan glukogaon sel-sel
beta yang menghasilkan insulin. Glukoagon dan Insulin mengatur kadar
gula darah: Insulin adalah hormon hipoglikemik (menurunkan gula darah)
sedangkan glukoagon bersifat hiperglikemik (meningkatkan gula darah).
Selain ini ada sel delta yang menghasilkan somatostatin, yang
menghambat pelepasan insulin dan glukagon; sel f mengahasilkan
polipeptida pangkreatik, yang berperan mengatur fungsi eksokrin pakreas
(Tambayong, 2011).
2.1.2.2 Glukagon
Sasaran utama Glukoagon adalah hati, dengan (1) merombak glikogen
menjadi glukosa (glikogenolisis) ; (2) sintesis glukosa dari asam laktat dan
dar molekul non karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino
(glukoneogenesis) ; dan (3) pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati
sehingga gula darah naik. Sekresi glucagon dirangsang turunya kadar gula
darah, jug anaiknya kadar asam aminao darah (setelah makan banyak).
Sebaliknya dihambat oleh kadar gula darah yang tinggi dan oleh
somatostatin (Tambayong, 2011).
2.1.2.3 Insulin
Insulin adalah hormone yang dihasilkan dalam sel beta pulau sel intra
alveolar. Hormon ini terdiri dari dari asam amino. Produksinya oleh sel
beta dirangsang oleh peningkatan gula darah, sepeti yang terjadi setelah
makan makanan yang mengandung karbohidrat ; insulin bersirkulasi dalam
darah dan akhirnya dihancurkan oleh ginjal dan hati.fungsinya adalah
merangsang transfer glukoosa melalui dinding sel dan mencegah
peningkatan gula darah diatas batas normal. Glukagon adalah hormon
yang dihasilkan oleh sel alfa pulau sel hepar menjadi glukosa. Kerja ini
menghasilkan efek berlawanan dengan kerja insulin. Produksi hormon ini
dirangsang oleh penurunan gula darah, yang dapat diakibatkan oleh puasa
atau melakukan latihan sedang sampai berat. (Gibson, 2012)
2.1.3 Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
2.1.3.1 Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran
sel-sel beta pancreas disebabkan oleh :
1. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe
1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (
Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun
lainnya.
2. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-
olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan
4. Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2.1.4 Klasifikasi
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan dalam klasifikasi umum sebagai
berikut:
1. Diabetes melitus tipe 1 biasanya mengarah ke defisiensi insulin
absolut yang disebabkan oleh kerusakan pada sel β pankreas.
2. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin yang
menyebabkan kerusakan progresif pada sekresi hormon insulin.
3. Diabetes melitus gestasional terdiagnosa pada kehamilan trimester
kedua atau ketiga dan biasanya tidak permanen. Setelah melahirkan
akan kembali dalam keadaan normal.
4. Diabetes melitus tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya
penyakit cystic fibrosis, pengaruh obat atau pasca transplantasi
(ADA, 2016).
2.1.5 Pathofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam darah
yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati
dari makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang
diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk memfasilitasi atau mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh menurun
yang akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau
hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan terjadinya glukosuria
dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana
keadaan ini akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria,
polydipsia, dan polyphagia.(Kerner and Brückel, 2014 ,Ozougwu, 2013
WOC
DIABETES Ulkus Diabetikum merupakan permasalahan yang sudah sering
muncul sekarang dimana luka pada kaki penderita diabetes
melitus yang diakibatkan karena suatu infeksi yang menyerang
sampai ke dalam jaringan subkutan.
B1: Breathing B2: Blood B3: Brain B4: Bladder B5: Bowel B6: Bone
Kegagalan sel B dan Hiperglikemia Glukosa dalam darah Glukosa tidak dapat Sel beta Langerhans
Kerusakan pembuluh
resisten insulin pada meningkat masuk ke dalam sel rusak
darah perifer
jaringan lemak
Vaskularisasi aliran Metabolisme darah
darah menurun Angiopatik diabetik Sel kekurangan Kegagalan produksi
Keseimbangan asam meningkat
glukosa insulin
dan basa terganggu
Pembuluh darah makroangiopatik Ginjal tidak dapat
Hati merespon dengan Penyakit kronis DM
menyempit reabsorsi glukosa
Hiperventilasi proses
Neuropati perifer glukoneogenesis
Aliran darah ke Kegagalan proses filtrasi Perubuhan tugor kulit
Transportasi O2
menurun jaringan perifer Luka Pemecahan glikogen
menurun Neuropati
Elekrolit tubuh otot secara terus
MK: Gangguan terbuang
Pertukaran Gas MK: perfusi perifer Pelepasan mediator
nyeri
tidak aktif
Ketidak seimbangan
kadar glukosa dalam
darah
Penurunan BB
MK: Gangguan
MK: Resiko
integritas kulit dan
kekurangan cairan
MK: Nyeri akut MK: Risiko defisit risiko infeksi
dan elektrolit
Risiko gangguan nutrisi
eliminasi urin
2.1.6 Tanda dan Gejala
1. Banyak kencing (poliuri)
2. Rasa haus (polidipsi)
3. Berat badan menurun meski banyak makan
4. Rasa seperti flu dan lemah
5. Pandangan kabur
6. Luka yang susah sembuh
7. Kesemutan
8. Kulit kering dan gatal
9. Mudah terkena infeksi
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Akut
1. Koma hipoglikemia
2. Ketoasidosis
3. Koma hipersmolar non ketolitik
2.1.7.2 Komplikasi jangka panjang
1. Makroangiopati
1) Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
2) Penyakit vaskuler perifer
3) Stroke
2. Mikroangiopati
1) Retinopati
2) Nefropati
3) Neuropati diabetik
3. Infeksi
4. Kaki diabetik
3. Minum gula sedikit mungkin atau seperlunya karena bukan merupakan bagian
penting dari diet. Zat karbohidrat (misal beras sereal, bakmi, roti, kentang) bisa
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan tubuh.
4. Setelah umur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun, terutama
bagi anda dengan riwayat keluarga penderita diabetes mellitus
b. Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) menurut Nurarif & Kusuma (2015)
Tabel 2.2: kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
1.1
1.2
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa, Identitas, Riwayat penyakit Keluhan Utama
2. Aktivitas / istirahat ;
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot, tonus otot menurun,
Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi,
koma, penurunan kekuatan otot
3. Sirkulasi ;
Adanya riwayat hipertensi, MCI Klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas Ulkus, penyembuhan luka lama, Takikardi, perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak ada, disritmia,
krekles, Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
4. Integritas ego;
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi Ansietas, peka rangsang
5. Eliminasi ;
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang. Diare,
nyeri tekan abdomen, Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan
berbau bila ada infeksi. Bising usus melemah atau turun, terjadi
hiperaktif ( diare ), abdomen keras, adanya asites
6. Makanan / cairan ;
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa / karbohidrat
Penurunan berat badan. Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic
( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen. Kulit kering bersisik, turgor
kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas aseton ).
7. Neurosensori :
Pusing, pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan, disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori
( baru, masa lalu ), kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma,
aktifitas kejang
8. Nyeri / kenyamanan ;
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
9. Pernafasan ;
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi. Frekuensi pernafasan
meningkat, merasa kekurangan oksigen
10. Keamanan ;
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya
kekuatan umum / rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk
otot-otot pernafasan,( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam),
demam, diaphoresis.
11. Seksualitas ;
Cenderung infeksi pada vagina. Masalah impotensi pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238 Halm 201)
Observasi
dengan penurunan selama 3x24 jam nyeri klien berkurang,
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
fungsi jaringan perifer dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Keluhan Nyeri menurun 5
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Meringis menurun 5 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Gelisah menurun 5
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Kesulitan tidur menurun 5 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Menarik diri menurun 5
Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.TENS,
hypnosis,akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterafi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
5. Ajarkan Teknik nonvarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Gangguan integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit (I.11353 Halm 316)
kulit/jaringan selama 3x24 jam diharapkan integritas
berhubungan dengan kulit/jaringan dengan kriteria hasil: Observasi
neuropati perifer 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
- Kenyamanan 5
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan exstreme,
- Selera makan 5
penurunan mobilitas.
- Mobilitas 5
Terapeutik
- Kemampuan melanjutkan pekerjaan 5
1. Ubah posisi setiap 2 jam
- Kemampuan bekerja 5
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Kemampuan perawatan diri 5
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk yang berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitip
6. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu exstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan mengguanakan sabun secukupnya
Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan infeksi (I.14539 Halm 278)
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan resiko
ketidakadkuatan infeksi dengan kriteria hasil: Observasi
pertahan tubuh primer 1. Monitor tanda dan gejala
- Kemerahan menurun 5
Terapeutik
- Nyeri menurun 5
1. Batasi jumlah pengunjung
- Bengkak menurun 5
2. Berikan perawtan kulit pada area edema
- Cairan berbau busuk menurun 5
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kultur area luka membaik 5
4. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Ajurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
Risiko ketidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Cairan (I.03098 Halm 159)
seimbangan cairan selama 3x24 jam diharapkan
berhubungan dengan Keseimbangan elektrolit pasien dengan Observasi
trauma/perdarahan kriteria hasil: 1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
- Asupan cairan meningkat 5 kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,tekanan darah)
- Edema menurun 5 2. Monitor berat badan harian
- Mata cekung membaik 5 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
- Turgor kulit membaik 5 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematocrit, Na, K, CI, berat
jenis urine, BUN)
5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP, jika tersedia)
Terapeutik
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intervena, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic jika perlu
Risiko defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen gangguan makan (I.03111 Halm 177)
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan risiko nutri Observasi
glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel dengan kriteria hasil: 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
- Pengetahuan tentang standar Terapeutik
asupan nutria yang tepat membaik 1. Timbang berat badan secara rutin
5 2. Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang
- Berat badan membaik 5 sesuai
- Indeks masa tubuh (IMT) 3. Lakukan kontrak perilaku (mis. Target berat badan, tanggung jawab perilaku
membaik 5 4. Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali
- Membrane mukosa membaik 5 makanan
5. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan prilaku
6. Berikan konsekwensi jika mencapai target sesuai kontrak
7. Rencana program pengobatan untuk perawatan di rumah
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan
2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3. Ajarkan ketrampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan.
Perfusi perifer tidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan syok (I.02068 Halm 285)
aktif berhubungan selama 3x24 jam diharapkan risiko nutri Observasi
dengan aliran darah ke dengan kriteria hasil: 1. Monitor status kardiopulmunal
jaringan perifer
mengalami obstruksis - Penyembuhan luka meningkat 5 2. Monitor status oksigenasi
- Edema perifer menurun 5 3. Monitor status cairan
- Nyeri ekstremitas menurun 5 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Turgor kulit membaik 5 5. Periksa riwaayat alergi
Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
2. Pasang jalur IV, jika perlu
3. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
4. Lakukan skintest untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab/factor resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala syok
3. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
Resiko ketidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen hiperglikemia (I.03115. Halm 180)
Obeservasi
seimbangan kadar selama 3x24 jam diharapkan risiko nutri
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
glukosa dalam darah dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis.
penyakit kambuhan)
berhubungan dengan - Lelah/lesu menurun 5
3. Monitor kadar glukosa darah,jika perlu
hiperglikemia 4. Monitor tanda dan gejela hiperglikemia (mis. poliura, polydipsia, polifagia,
- Mulut kering menurun 5 kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
5. Monitor intake dan autput cairan
- Rasa haus menurun 5
6. Monitor keton urin, kadar Analisa gas darah, elektolit, tekanan darah ortostatik
- Kadar glukosa dalam darah dan frekuensi nadi
menurun 5 Terapeutik
- Kadar glukosa dalam urine 1. Berikan asupan , cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
menurun 5 memburuk
3. Fasilitasi ambulisi jika ada hipotensi ortastik
Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
4. Ajrkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan prosefional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolborasi pemberian cairan IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,
perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi
semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
Menurut (Suddarth, 2014), ada beberapa implementasi pada pasien
Diabetes Melitus tipe 2, antara lain:
2.2.4.1 Pengobatan perawatan luka diabeti ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai antara lain:
1. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
2. Optimalisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab
3. Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, control diabetes melitus
dan control faktor penyerta)
4. Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
2.2.4.2 Perawatan luka diabetik
1. Melakukan perawatan mencuci luka
2. Melakukan Debridement pada luka
3. Kolaborasi pemberian terapi antibiotikka
Pada fase ini tanda radang sudah hilang parut di sekitarnya pucat, tak ada
rasa sakit dan gatal. Proses penyembuhan luka baikdn berhasil apabila
penatalaksanaan secara medis dilakukan pada kondisi luka infeksi harus
di perhatikan.