Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DEABETES MELITUS TIPE 2 (DM) DI
RUANGAN ROE RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :
NAMA : MEWAN TONY
NIM : 2022-04-14901-047

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Mewan Tony
NIM : 2022-04-14901-047
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruangan Roe
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :


Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Dwi Agustian Faruk, Ners.,M.Kep Rysa Meirina, S.Kep.,Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 15 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Klasifikasi
2.1.5 Patofisiologi (WOC)
2.1.6 Manifestasi Klinis
2.1.7 Komplikasi
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
2.1.9 Penataklasanaan Medis
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.3 Intervensi Keperawatan
2.3.4 Implementasi Keperawatan
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa
3.3 Intevensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut.
Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan
pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas
insulin pada sel target. Diabetes mellitus dikategorikan menjadi empat tipe yaitu
diabetes mellitus tipe-1, diabetes mellitus tipe-2, diabetes mellitus gestational dan
diabetes mellitus tipe lain yang disebabkan oleh faktor-faktor lain.(Kerner and
Brückel, 2014)
Diabetes melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosaria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnnya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
Diabetes melitus adalah ganggguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat
lemak,dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
Sensitivitas insulin atau keduanya yang memyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler dan neuropati ( Yuliana Elin 2009 dalam NANDA NIC NOC,
2013).
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi
atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang Masalah Di Atas Maka Penulis Membatasi
Penelitian Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. D dengan
Diabetes Melitus tipe 2 Di Puskesmas Kayon Palangka Raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 TujuanUmum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Ny.D
Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kayon Palangkaraya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
2. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
3. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.

1.4 Manfaat Penulisan


Agar dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca
tentang Deabetes Meilitus (DM).
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit (Diabetes mellitus)


2.1.1 Definisi
Diabetes melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosaria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnnya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
Diabetes melitus adalah ganggguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat ,
lemak,dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya yang memyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler dan neuropati ( Yuliana Elin 2009 dalam NANDA NIC –NOC,
2013).
Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes
mellitus .Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif dari fungsi sel-β
pankreas yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat memproduksi insulin dengan
baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi
insulin yang cukup untuk mengimbangi terganggunya kemampuan untuk
memproduksi insulin. Pada diabetes mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek
dari insulin atau tidak memproduksi insulin yang cukup untuk mempertahankan
tingkat glukosa yang normal.(Kerner and Brückel, 2014) Beberapa pasien dengan
diabetes tipe ini akan tetap tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun karena gejala
jenis ini dapat berkembang sedikit demi sedikit dan itu tergantung pada pasien .
Diabetes tipe-2 sering terjadi pada usia pertengahan dan orang tua, tetapi lebih
umum untuk beberapa orang obesitas yang memiliki aktivitas fisik yang kurang.
(Kerner and Brückel, 2014)
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

2.1.2.1 Pankreas
Bagian eksokrin pankreas (bagian terbesar prankeas) mengahasilkan
enzim-enzim pencernaan, bagian endokrinnya, berupa pulau-pulau
langerhans (sekitar satu juta pulau), mengahsilkan hormon. Pulau
langerhans terdiri atas sel-sel alfa, yang menghasilkan glukogaon sel-sel
beta yang menghasilkan insulin. Glukoagon dan Insulin mengatur kadar
gula darah: Insulin adalah hormon hipoglikemik (menurunkan gula darah)
sedangkan glukoagon bersifat hiperglikemik (meningkatkan gula darah).
Selain ini ada sel delta yang menghasilkan somatostatin, yang
menghambat pelepasan insulin dan glukagon; sel f mengahasilkan
polipeptida pangkreatik, yang berperan mengatur fungsi eksokrin pakreas
(Tambayong, 2011).
2.1.2.2 Glukagon
Sasaran utama Glukoagon adalah hati, dengan (1) merombak glikogen
menjadi glukosa (glikogenolisis) ; (2) sintesis glukosa dari asam laktat dan
dar molekul non karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino
(glukoneogenesis) ; dan (3) pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati
sehingga gula darah naik. Sekresi glucagon dirangsang turunya kadar gula
darah, jug anaiknya kadar asam aminao darah (setelah makan banyak).
Sebaliknya dihambat oleh kadar gula darah yang tinggi dan oleh
somatostatin (Tambayong, 2011).
2.1.2.3 Insulin
Insulin adalah hormone  yang dihasilkan dalam sel beta pulau sel intra
alveolar. Hormon ini terdiri dari dari asam amino. Produksinya oleh sel
beta dirangsang oleh peningkatan gula darah, sepeti yang terjadi setelah
makan makanan yang mengandung karbohidrat ; insulin bersirkulasi dalam
darah dan akhirnya dihancurkan oleh ginjal dan hati.fungsinya adalah
merangsang transfer glukoosa melalui dinding sel dan mencegah
peningkatan gula darah diatas batas normal. Glukagon adalah hormon
yang dihasilkan oleh sel alfa pulau sel hepar menjadi glukosa. Kerja ini
menghasilkan efek berlawanan dengan kerja insulin. Produksi hormon ini
dirangsang oleh penurunan gula darah, yang dapat diakibatkan oleh puasa
atau melakukan latihan sedang sampai berat. (Gibson, 2012)

2.1.3 Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
2.1.3.1 Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran
sel-sel beta pancreas disebabkan oleh :
1. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe
1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (
Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun
lainnya.
2. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-
olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan
4. Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

2.1.3.2 Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM)


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Menurut
Smeltzer and Bare (2000) Faktor genetic diperkirakan memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin. Kombinasi antara faktor genetik,
faktor lingkungan, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
merupakan penyebab DM tipe 2. Faktor lingkungan yang berpengaruh
seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, stres, dan pertambahan umur
(KAKU, 2010). Faktor risiko juga berpengaruh terhadap terjadinya DM
tipe Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan
yaitu :
1. Usia
2. Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
3. Obesitas
4. Riwayat Keluarga
5. Kelompok etnik

2.1.4 Klasifikasi
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan dalam klasifikasi umum sebagai
berikut:
1. Diabetes melitus tipe 1 biasanya mengarah ke defisiensi insulin
absolut yang disebabkan oleh kerusakan pada sel β pankreas.
2. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin yang
menyebabkan kerusakan progresif pada sekresi hormon insulin.
3. Diabetes melitus gestasional terdiagnosa pada kehamilan trimester
kedua atau ketiga dan biasanya tidak permanen. Setelah melahirkan
akan kembali dalam keadaan normal.
4. Diabetes melitus tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya
penyakit cystic fibrosis, pengaruh obat atau pasca transplantasi
(ADA, 2016).
2.1.5 Pathofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam darah
yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati
dari makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang
diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk memfasilitasi atau mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh menurun
yang akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau
hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan terjadinya glukosuria
dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana
keadaan ini akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria,
polydipsia, dan polyphagia.(Kerner and Brückel, 2014 ,Ozougwu, 2013
WOC
DIABETES Ulkus Diabetikum merupakan permasalahan yang sudah sering
muncul sekarang dimana luka pada kaki penderita diabetes
melitus yang diakibatkan karena suatu infeksi yang menyerang
sampai ke dalam jaringan subkutan.

DM Tipe I: Sel B Pankreas Hancur. DM Tipe II: Jumlah Sel Pankreas


Menurun

Organ Target Ulkus Diabetikum

B1: Breathing B2: Blood B3: Brain B4: Bladder B5: Bowel B6: Bone

Kegagalan sel B dan Hiperglikemia Glukosa dalam darah Glukosa tidak dapat Sel beta Langerhans
Kerusakan pembuluh
resisten insulin pada meningkat masuk ke dalam sel rusak
darah perifer
jaringan lemak
Vaskularisasi aliran Metabolisme darah
darah menurun Angiopatik diabetik Sel kekurangan Kegagalan produksi
Keseimbangan asam meningkat
glukosa insulin
dan basa terganggu
Pembuluh darah makroangiopatik Ginjal tidak dapat
Hati merespon dengan Penyakit kronis DM
menyempit reabsorsi glukosa
Hiperventilasi proses
Neuropati perifer glukoneogenesis
Aliran darah ke Kegagalan proses filtrasi Perubuhan tugor kulit
Transportasi O2
menurun jaringan perifer Luka Pemecahan glikogen
menurun Neuropati
Elekrolit tubuh otot secara terus
MK: Gangguan terbuang
Pertukaran Gas MK: perfusi perifer Pelepasan mediator
nyeri
tidak aktif
Ketidak seimbangan
kadar glukosa dalam
darah
Penurunan BB
MK: Gangguan
MK: Resiko
integritas kulit dan
kekurangan cairan
MK: Nyeri akut MK: Risiko defisit risiko infeksi
dan elektrolit
Risiko gangguan nutrisi
eliminasi urin
2.1.6 Tanda dan Gejala
1. Banyak kencing (poliuri)
2. Rasa haus (polidipsi)
3. Berat badan menurun meski banyak makan
4. Rasa seperti flu dan lemah
5. Pandangan kabur
6. Luka yang susah sembuh
7. Kesemutan
8. Kulit kering dan gatal
9. Mudah terkena infeksi

2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Akut
1. Koma hipoglikemia
2. Ketoasidosis
3. Koma hipersmolar non ketolitik
2.1.7.2 Komplikasi jangka panjang
1. Makroangiopati
1) Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
2) Penyakit vaskuler perifer
3) Stroke
2. Mikroangiopati
1) Retinopati
2) Nefropati
3) Neuropati diabetik
3. Infeksi
4. Kaki diabetik

2.1.8 Pencegahan Diabetes Melitus

Tips umum dalam upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus


menurut Nabyl R.A (2012) dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Bila kegemukkan segera turunkan berat badan
2. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, joging, dan jalan cepat) paling
tidak lakukan 3 kali seminggu.

3. Minum gula sedikit mungkin atau seperlunya karena bukan merupakan bagian
penting dari diet. Zat karbohidrat (misal beras sereal, bakmi, roti, kentang) bisa
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan tubuh.

4. Setelah umur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun, terutama
bagi anda dengan riwayat keluarga penderita diabetes mellitus

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Kadar glukosa darah
a. Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl) menurut Nurarif &
Kusuma (2015)
Tabel 2.1: kadar glukosa darah sewaktu
Kadar Glukosa darah DM Belumpasti
sewaktu DM
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100

b. Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) menurut Nurarif & Kusuma (2015)
Tabel 2.2: kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya


2 kali pemeriksaan
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial
(pp) >200 mg/dl)
3. Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik,
tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4. Tes saring
1. Tes-tes saring pada DM
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urin
c. Tes konvensional (metode reduksi/ benedict)
d. Tes carik celup (metode glucose oxidase/ hexodinase)
5. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP
(Glukosa darah 2 jam post prandial), Glukosa jam ke 2 TTGO.
6. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah
a. GDP plasma vena, darah kapiler
b. GD2PP : plasma vena
c. A1c darah vena, darah kapiler
7. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
a. Mikroalbuminuria urine
b. Ureum, kreatinin, asam urat
c. Kolesterol total plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)
e. Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)
f. Trigliserida: plasma vena (puas)

2.1.10 Penatalaksanaan Medis


1. Terapi Farmakologi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), antara lain:
a. Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Golongan sulfoniluria
Cara kerjanya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan
insulin. Jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja bila sel-sel beta utuh,
mengalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon. Indikasi
pemberian obat golongan sulfoniluria adalah bila berat badan sekitar
ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin
kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stres akut, seperti infeksi berat.
2) Golongan biguanid
Cara kerjanya tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid
dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya
tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Efek samping obat ini
(metformin) menyebabkan anoreksia, nausea, nyeri abdomen dan
diare.
3) Alfa glukosidase inhibitor
Cara kerjanya menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen
usus dan tidak menyebabkan hiperglikemia dan tidak berpengaruh
pada kadar insulin.
4) Insulin sensitizing agent
Mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai
masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
b. Insulin ada 3 jenis menurut cara kerjanya, antara lain :
1) Cara kerjanya cepat : RI (regular insulin) dengan masa kerja 2-4 jam.
Contoh obatnya: Actrapid
2) Cara kerjanya sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam
3) Cara kerjanya lambat: PZI (protamne zing insulin) dengan masa
kerjanya 18-24 jam.

1.1
1.2
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa, Identitas, Riwayat penyakit Keluhan Utama
2. Aktivitas / istirahat ;
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot, tonus otot menurun,
Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi,
koma, penurunan kekuatan otot
3. Sirkulasi ;
Adanya riwayat hipertensi, MCI Klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas Ulkus, penyembuhan luka lama, Takikardi, perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak ada, disritmia,
krekles, Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

4. Integritas ego;
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi Ansietas, peka rangsang
5. Eliminasi ;
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang. Diare,
nyeri tekan abdomen, Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan
berbau bila ada infeksi. Bising usus melemah atau turun, terjadi
hiperaktif ( diare ), abdomen keras, adanya asites
6. Makanan / cairan ;
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa / karbohidrat
Penurunan berat badan. Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic
( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen. Kulit kering bersisik, turgor
kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas aseton ).
7. Neurosensori :
Pusing, pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan, disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori
( baru, masa lalu ), kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma,
aktifitas kejang
8. Nyeri / kenyamanan ;
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
9. Pernafasan ;
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi. Frekuensi pernafasan
meningkat, merasa kekurangan oksigen
10. Keamanan ;
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya
kekuatan umum / rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk
otot-otot pernafasan,( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam),
demam, diaphoresis.

11. Seksualitas ;
Cenderung infeksi pada vagina. Masalah impotensi pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Nyeri berhubungan dengan agen pencendera fisiologi. (D.0077. Hal. 172)
2.2.2.2 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer.
(D.0139 Hal. 300)
2.2.2.3 Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahan tubuh
primer. (D.0142 Hal. 304)
2.2.2.4 Perfusi perifer tidak aktif berhubungan dengan aliran darah ke jaringan
perifer mengalami obstruksis. (D.0009. Hal.37)
2.2.2.5 Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel. (0032. Hal. 81)
2.2.2.6 Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan trauma/perdarahan.
(D.0036 Hal. 87)
2.2.2.7 Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah berhubungan
dengan hiperglikemia (D.0038 Hal.90)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238 Halm 201)
Observasi
dengan penurunan selama  3x24 jam nyeri klien berkurang,
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
fungsi jaringan perifer dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Keluhan Nyeri menurun 5
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Meringis menurun 5 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Gelisah menurun 5
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Kesulitan tidur menurun 5 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Menarik diri menurun 5
Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.TENS,
hypnosis,akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterafi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
5. Ajarkan Teknik nonvarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Gangguan integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit (I.11353 Halm 316)
kulit/jaringan selama 3x24 jam diharapkan integritas
berhubungan dengan kulit/jaringan dengan kriteria hasil: Observasi
neuropati perifer 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
- Kenyamanan 5
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan exstreme,
- Selera makan 5
penurunan mobilitas.
- Mobilitas 5
Terapeutik
- Kemampuan melanjutkan pekerjaan 5
1. Ubah posisi setiap 2 jam
- Kemampuan bekerja 5
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Kemampuan perawatan diri 5
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk yang berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitip
6. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu exstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan mengguanakan sabun secukupnya

Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan infeksi (I.14539 Halm 278)
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan resiko
ketidakadkuatan infeksi dengan kriteria hasil: Observasi
pertahan tubuh primer 1. Monitor tanda dan gejala
- Kemerahan menurun 5
Terapeutik
- Nyeri menurun 5
1. Batasi jumlah pengunjung
- Bengkak menurun 5
2. Berikan perawtan kulit pada area edema
- Cairan berbau busuk menurun 5
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kultur area luka membaik 5
4. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Ajurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.

Risiko ketidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Cairan (I.03098 Halm 159)
seimbangan cairan selama 3x24 jam diharapkan
berhubungan dengan Keseimbangan elektrolit pasien dengan Observasi
trauma/perdarahan kriteria hasil: 1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
- Asupan cairan meningkat 5 kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,tekanan darah)
- Edema menurun 5 2. Monitor berat badan harian
- Mata cekung membaik 5 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
- Turgor kulit membaik 5 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematocrit, Na, K, CI, berat
jenis urine, BUN)
5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP, jika tersedia)
Terapeutik
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intervena, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic jika perlu

Risiko defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen gangguan makan (I.03111 Halm 177)
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan risiko nutri Observasi
glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel dengan kriteria hasil: 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
- Pengetahuan tentang standar Terapeutik
asupan nutria yang tepat membaik 1. Timbang berat badan secara rutin
5 2. Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang
- Berat badan membaik 5 sesuai
- Indeks masa tubuh (IMT) 3. Lakukan kontrak perilaku (mis. Target berat badan, tanggung jawab perilaku
membaik 5 4. Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali
- Membrane mukosa membaik 5 makanan
5. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan prilaku
6. Berikan konsekwensi jika mencapai target sesuai kontrak
7. Rencana program pengobatan untuk perawatan di rumah
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan
2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3. Ajarkan ketrampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan.

Perfusi perifer tidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan syok (I.02068 Halm 285)
aktif berhubungan selama 3x24 jam diharapkan risiko nutri Observasi
dengan aliran darah ke dengan kriteria hasil: 1. Monitor status kardiopulmunal
jaringan perifer
mengalami obstruksis - Penyembuhan luka meningkat 5 2. Monitor status oksigenasi
- Edema perifer menurun 5 3. Monitor status cairan
- Nyeri ekstremitas menurun 5 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Turgor kulit membaik 5 5. Periksa riwaayat alergi
Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
2. Pasang jalur IV, jika perlu
3. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
4. Lakukan skintest untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab/factor resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala syok
3. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
Resiko ketidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen hiperglikemia (I.03115. Halm 180)
Obeservasi
seimbangan kadar selama 3x24 jam diharapkan risiko nutri
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
glukosa dalam darah dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis.
penyakit kambuhan)
berhubungan dengan - Lelah/lesu menurun 5
3. Monitor kadar glukosa darah,jika perlu
hiperglikemia 4. Monitor tanda dan gejela hiperglikemia (mis. poliura, polydipsia, polifagia,
- Mulut kering menurun 5 kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
5. Monitor intake dan autput cairan
- Rasa haus menurun 5
6. Monitor keton urin, kadar Analisa gas darah, elektolit, tekanan darah ortostatik
- Kadar glukosa dalam darah dan frekuensi nadi
menurun 5 Terapeutik
- Kadar glukosa dalam urine 1. Berikan asupan , cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
menurun 5 memburuk
3. Fasilitasi ambulisi jika ada hipotensi ortastik
Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
4. Ajrkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan prosefional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolborasi pemberian cairan IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,
perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi
semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
Menurut (Suddarth, 2014), ada beberapa implementasi pada pasien
Diabetes Melitus tipe 2, antara lain:
2.2.4.1 Pengobatan perawatan luka diabeti ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai antara lain:
1. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
2. Optimalisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab
3. Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, control diabetes melitus
dan control faktor penyerta)
4. Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
2.2.4.2 Perawatan luka diabetik
1. Melakukan perawatan mencuci luka
2. Melakukan Debridement pada luka
3. Kolaborasi pemberian terapi antibiotikka

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian
atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
Proses penyembuhan luka dibagi menjadi beberapa fase yaitu:
2.2.5.1 Fase Inflamasi
Fase ini berlangsung pada hari kelima, masih terjadi perdarahan dan
peradangan dan belum ada kekuatan pertautan luka.
2.2.5.2 Fase Proliferasi
Pada fase ini luka di isi oleh sel-sel radang, fibrolas, serat kolagen,kapiller
baru sehingga mebentuk jaringan kemerahan dengan permukaantidak rata
atau disebut dengan jaringan granulasi atau proses pendeasaan jaringan.
2.2.5.3 Fase Reabsorbsi

Pada fase ini tanda radang sudah hilang parut di sekitarnya pucat, tak ada
rasa sakit dan gatal. Proses penyembuhan luka baikdn berhasil apabila
penatalaksanaan secara medis dilakukan pada kondisi luka infeksi harus
di perhatikan.

Anda mungkin juga menyukai