Anda di halaman 1dari 49

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIABETES MELITUS

Dosen Pengampu : Ns. Petronela Mamentu, S. Kep, M. Kep

Di Susun Oleh :

KELOMPOK VII

Sukma Manahapu 1901047

Rosalia Katili 1901049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

T.A 2021

MANADO
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah


tentang “Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang Definisi sampai komplikasi dan asuhan keperawatan
meningitis.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Petronela Mamentu, S. Kep,
M. Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah memberi tugas ini
sehingga kami dapat memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama kami
membuat dan menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat banyak
kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada
pihak pembaca jika terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain
yang tidak berkenan di hati pembaca, karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar.
Oleh karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.

Manado, November 2021

Kelompok VII
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II KONSEP TEORI

A. Definisi Diabetes Melitus


B. Insedensi Diabetes Melitus
C. Etiologi Diabetes Melitus
D. Gambaran Klinis Diabetes Melitus
E. Pathofisiologi Diabetes Melitus
F. Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus
G. Prognosis Diabetes Melitus
H. Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus
I. Pathway Diabetes Melitus

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) secara klinis adalah kumpulan dari gangguan
metabolisme yang ditandai oleh tingginya kadar glukosa darah yang abnormal.
Keadaan hiperglikemia terjadi akibat resistensi sel tubuh terhadap aktivitas insulin,
defisiensi insulin, atau keduanya. Biasanya dalam keadaan ini juga terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.Tingkat kesakitan dan kematian adalah
akibat dari gangguan metabolisme akut,komplikasi jangka panjang dapat
mempengaruhi aliran darah secara makro maupun mikro menyebabkan retinopati,
nefropati, neuropati, penyakit jantung ischemic, dan obstruksi arteri yang
menyebabkan gangren pada ektremitas bawah ( diabetic foot).
Diabetes mellitus pada anak bukanlah sebuah kelainan yang sering di temui
dalam praktek klinis sehari - hari prevalensinya hanya 3% di Inggris, dan menurut
beberapa literatur lain hanyalah 2- 5 % dari seluruh populasi, diabetes pada anak
melibatkan beberapa faktor namun kelainan genetis dan kerusakan sel beta pankreas
akibat reaksi autoimmun pada islet sel B pankreas yang mengakibatkan defisiensi
yang cukup besar pada produksi insulin ( insulin endogen ) merupakan faktor utama
dalam penyebab diabetes pada anak, kerusakan sel B pulau langerhans pankreas ini
menyebabkan ketergantungan individu secara absolut terhadap insulin dari
luar( insulin eksogen ) “insulin dependent diabetes mellitu s” ( IDDM)dan kebutuhan
akan pemantauan kadar glukosa darah rutin, serta perubahan pola konsumsi sehari -
hari yang cukup ekstrem.
Diabetes mellitus pada anak bukanlah sebuah kelainan yang sering ditemui
dalam praktek klinis sehari - hari prevalensinya hanya 3% di Inggris, dan menurut
beberapa literatur lain hanyalah 2- 5 % dari seluruh populasi, diabetes pada anak
melibatkan beberapa faktor namun kelainan genetis dan kerusakan sel beta pankreas
akibat reaksi autoimmun pada islet sel B pankreas yang mengakibatkan defisiensi
yang cukup besar pada produksi insulin ( insulin endogen ) merupakan faktor utama
dalam penyebab diabetes pada anak, kerusakan sel B pulau langerhans pankreas ini
menyebabkan ketergantungan individu secara absolut terhadap insulin dari
luar( insulin eksogen ) “insulin dependent diabetes mellitu s” ( IDDM)dan kebutuhan
akan pemantauan kadar glukosa darah rutin, serta perubahan pola konsumsi sehari -
hari yang cukup ekstrem.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi Diabetes Melitus?
2. Bagaimana insedensi Diabetes Melitus?
3. Apa etiologi Diabetes Melitus?
4. Apa gambaran Klinis Diabetes Melitus?
5. Bagaimana pathofisiologi Diabetes Melitus?
6. Apa pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus?
7. Apa prognosis Diabetes Melitus?
8. Apa penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus?
9. Bagaimana pathway dari diabetes melitus?
10. Bagaimana asuhan keperawatan teori dari Diabetes melitus?
11. Bagaimana asuhan keperawatan kasus dari diabetes melitus?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu mempelajari apa Definisi Diabetes Melitus
2. Mahasiswa mampu mempelajari bagaimana insedensi Diabetes Melitus
3. Mahasiswa mampu mempelajari apa etiologi Diabetes Melitus
4. Mahasiswa mampu mempelajari apa gambaran Klinis Diabetes Melitus
5. Mahasiswa mampu memahami bagaimana pathofisiologi Diabetes Melitus
6. Mahasiswa mampu memahami apa pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus
7. Mahasiswa mampu memahami apa prognosis Diabetes Melitus
8. Mahasiswa mampu memahami apa penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus
9. Mahasiswa mampu memahami apa pathway dari diabetes melitus
10. Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan teori dari Diabetes
melitus
11. Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan kasus dari
diabetes melitus
BAB II

KONSEP TEORI

A. DEFINISI DIABETES MELITUS


Menurut American Diabetes Assosiation (ADA, 2010), diabetes militus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekrasi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya yan membutuhkan peralatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk
mencegah komplikasi akut dan menurunkan risiko komplikasi jangka panjang.
Menurut WHO, diabetes militus di definisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan
oleh gangguan produksi insulin beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
oleh kurang responsifnya selsel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).
Diabetes Mellitus adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengendalikan
kadar gula dalam darah (glukosa), yang normalnya pada gula darah puasa 80-130
mg/dL, kadar gula darah sewaktu 100-200mg/dL, serta kadar gula darah 2 jam PP
120-200. Glukosa merupakan hasil penyerapan makanan oleh tubuh, yang kemudian
menjadi sumber energi. Pada umumnya, penderita Diabetes Mellitus, kadar glukosa
ini terus meningkat sehingga terjadi penumpukan (Pudiastuti, 2013). Secara umum
Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketidakstabilan
kadar glukosa darah yang ditandai dengan adanya ketidakabsolutan insulin dalam
tubuh (Kemenkes RI, 2014)
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat
lemak dan protein yang berkaitan dengan defisiensi atau resistensi insulin secara
absolute maupun relatif yang bersifat kronis, ditandai dengan ciri khas peningkatan
kadar Glukosa darah atau Hiperglikemia diatas nilai normal, Hiperglikemia terjadi
karena adanya gangguan kerja insulin atau sekresi insulin didalam tubuh (Miharja,
2013, Awad dkk, 2013). Glukosa darah dikatakan normal jika tidak melebihi 70-<100
mg/dl pada gula darah puasa, jika melebihi gula darah puasa antara 100-125
pdikatakan pre Diabetes, sedangkan seseorang dikatakan terkena Diabetes Melitus
jika kadar Glukosa darah >126 mg/dl (Subekti, 2012).
B. INSEDENSI DIABETES MELITUS
Pada tahun 2010, di dunia prevalensi DM pada usia 20–79 tahun sekitar 6,4%,
dan akan meningkat menjadi 7,7% pada 2030. Penelitian di Wadena AS mendapatkan
prevalensi DM pada penduduk dewasa sebesar 23,2%. Angka yang tinggi tersebut
disebabkan oleh faktor lingkungan sosial dan perilaku. Orang-orang di Wadena
hidupnya lebih santai dan lebih gemuk. Hal ini akan berlaku bagi bangsa-bangsa lain
di negara yang tergolong sangat berkembang, seperti Singapura, Korea, dan Indonesia
(Suyono S., 1999). Di Indonesia, diperkirakan terjadi peningkatan prevalensi diabetes
dari tahun 2010 ke tahun 2030 sebesar 1,4% pada kelompok umur 20–79 tahun
(Shaw, JE, 2010). Hasil penelitian di Kota Depok 2001 menunjukkan bahwa sekitar
12,8% dari penduduk usia 25–65 tahun mengalami DM dan penelitian yang dilakukan
pada tempat yang sama pada tahun 2002 mendapatkan hasil yang hampir sama, yaitu
12,9% (Rahajeng, E, 2001). Riskesdas 2007 mendapatkan prevalensi DM secara
nasional berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 1,1% (Kemenkes, 2008) dan
meningkat menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Kemenkes, 2013).
Faktor risiko yang mempengaruhi DM antara lain faktor sosiodemografi,
perilaku dan gaya hidup. Masyarakat sekarang (modern) cenderung sibuk dengan
berbagai aktivitas kehidupannya sehingga tidak sempat lagi mengonsumsi makanan
yang sehat dan bergizi. Makanan instan menjadi pilihan bagi sebagian besar
masyarakat yang terpapar dengan kehidupan modern. Makanan instan biasanya tinggi
karbohidrat, tinggi lemak dan miskin serat. Hasil studi kohor yang dilakukan di
Depok dari tahun 2001 sampai dengan 2004, memperlihatkan bahwa faktor risiko DM
yang ditemukan berpengaruh adalah konsumsi lemak tinggi dengan RR 4,44 (95% CI:
1,60–12,29), kurang konsumsi serat dengan RR 3,1 (95% CI: 1,3– 5,2), konsumsi
alkohol dengan RR 2,4 (95% CI: 0,99– 6,1), obesitas dengan RR 2,4 (95% CI: 1,25–
8,19), obesitas abdominal dengan RR 3,04 (95% CI: 1,11–8,28), hipertrigliserida
dengan RR 3,99 (CI 95%: 1,35–11,79), hiperkolesterol dengan RR 3,42 ( 95%
CI:1,45–10,29), dan kurang aktivitas fisik dengan RR 3,4 (95% CI: 1,2–9,2) (Yunir
Em, et al, 2009).
C. ETIOLOGI DIABETES MELITUS
Penyebab Diabetes Melitus pada umumnya disebebkan oleh rusaknya
sebagian besar atau kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin
didalam tubuh, karena ada kerusakan sel betha maka berakibat tubuh akan kekurangan
insulin (Riyadi, 2012). Selain itu terdapat juga faktor-faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus faktor tersebut ada yang bisa diubah dan
tidak dapat diubah, Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu:
1. Faktor Genetik
Penyakit Diabetes Melitus dapat diturunkan oleh orangtua kepada anak.
Penyebabnya yaitu Gen orangtua akan dibawa oleh anak pada saat anak masih
didalam kandungan, pewarisan ini dapat berlanjut sampai sampai kecucunya
bahkan bisa sampai cicit walaupun resikonya sangat kecil (Kekenusa, 2013).
2. Usia
Menurut Hardianah (2012), Diabetes Melitus mengalami peningkatan pada usia
muda dikarenakan meningkatnya kejadian obesitas pada usia muda.
3. Gender
Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes Melitus pada
wanita dan pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada perbedaan
prevelensi antara jenis kelamin tersebut, study yang dilakukan pencegahan dan
pengendalian penyakit 2012, menunjukan peningkatan kejadian Diabetes Melitus
pada wanita sebasar 4,8%, dan 3,2% pada pria (Hotma,2014).
4. Diabetes Melitus Gestasiaonal
Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang ditemukan pada ibu hamil
dengan gangguan toleransi glukosa. Berkembangnya GDM pada masa kehamilan
menjadi faktor resiko penyebab Diabetes Melitus (Damayanti, 2015).
Faktor resiko yang dapat diubah antara lain:
1. Obesitas
Pola makan yang tidak sehat yang banyak mengandung gula dan lemak akan
menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan kelenjar pankreas bekerja lebih
keras untuk menghasilkan insulin untuk mengelola gula yang masuk kedalam
tubuh (American Diabetes Association, 2017).
2. Pola hidup
Penyebab Diabetes melitus juga disebabkan oleh pola hidup, kurangnya olahraga
dan aktifitas fisik dapat beresiko tinggi terkena Diabetes Melitus karena fungsi
olahraga yaitu untuk membakar kalori yang berlebihan didalam tubuh, kalori yang
terlalu banyak didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus
(Tarwoto, 2012).
D. GAMBARAN KLINIS DIABETES MELITUS
Manifestasi klinik utama Diabetes Mellitus:
1. Poliuri (banyak kencing)
Merupakan gejala umum pada penderita Diabetes Mellitus. Banyaknya kencing
ini disebabkan kadar gula dalam darah (glukosa) yang berlebih, sehingga
merangsang tubuh untuk mengeluarkan kelebihan gula tersebut melalui ginjal
bersama urine. Gejala ini terutama muncul pada malam hari, yaitu saat kadar gula
dalam darah relative lebih tinggi dari pada malam hari (Ginting, 2014).
2. Polidipsi (banyak minum)
Merupakan akibat reaksi tubuh karena banyak mengeluarkan urine. Gejala ini
sebenarnya merupakan usaha tubuh untuk menghindari kekurangan cairan
(dehidrasi). Oleh karena tubuh banyak mengeluarkan air, secara otomatis
menimbulkan rasa haus untuk mengganti cairan keluar. Selama kadar gula dalam
darah belum terkontrol baik, akan timbul terus keinginan untuk terus-menerus
minum. Sebaliknya minum banyak akan terus menimbulkan keinginan untuk
selalu kencing. Dua hal ini merupakan serangkaian sebab akibat yang akan terus
terjadi selagi tubuh belum dapat mengendalikan kadar gula dalam darahnya
(Ginting, 2014).
3. Polipaghi (banyak makan)
Merupakan gejala lain yang dapat diamati. Terjadi gejala ini, disebabkan oleh
berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah
tinggi. Oleh karena ketidakmampuan insulin dalam menyalurkan gula sebagai
sumber tenaga dalam tubuh, membuat tubuh merasa lemas seperti kurang tenaga
sehingga timbul rasa lapar (Ginting, 2014).
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat dari gangguan aliran darah pada klien
diabetes lama, ketabolisme protein diotot dan ketidak mampuan sebagian besar sel
dalam menggunakan glukosa sebagai energi (Ginting, 2014).
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik (Ginting, 2014).
6. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di daerah ginjal. Lipatan kulit
seperti diketiak dan di bawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur
(Sukarmin & Riyadi, 2013).
7. Kelainan genekologis keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candidia (Sukarmin & Riyadi, 2013).
8. Kesemutan rasa kebas akibat terjadinya neuropati karena regenerasi sel
persyarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang
berasal dari unsur protein akibatnya perifer mengalami kerusakan (Sukarmin &
Riyadi, 2013).
9. Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang
dilakukan oleh sel melalui proses glikogenesis tidak dapat berlangsung secara
optimal (Sukarmin & Riyadi, 2013).\
10. Mata kabur yang disebabkan oleh gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemi (Sukarmin & Riyadi, 2013).
E. PATHOFISIOLOGI DIABETES MELITUS
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan yang
mempengaruhi seperti obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan pertambahan
umur (Kaku, 2013).
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang
tinggi. Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan
melalui air kemih dengan jumlah yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan
sering haus dan akan banyak minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut
terbuang didalam air kemih sehingga penderita akan mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasi hal ini seringkali penderita akan merasakan lapar
yang luar biasa sehingga penderita akan banyak makan dalam jumlah yang banyak
(polifagi). Gejala lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan berkurangnya
ketahanan tubuh selama beraktifitas atau olahraga. Penderita Diabetes Melitus dengan
kadar gula kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Muttaqin, 2010).
Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang
disebut ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar
sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel
diambil dari sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak
dipecah dan akan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang
mengakibatkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis
diabetikum adalah rasa haus dan berkemih dengan jumlah yang banyak, mual,
muntah, lelah dan nyeri perut. nafas menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha
memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita akan berbau seperti aseton, jika
tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, biasanya
hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi insulin, penderita
Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika penderita lupa atau
melewatkan penyuntikan insulin atau penderita mengalami stres akibat infeksi,
kecelakaan atau penyakit yang serius (Soegondo, 2010).
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada normalnya insulin
akan terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya reseptor dengan
insulin maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulus dalam pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala tersebut bersifat
ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang lama proses
penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa sangat
tinggi) (Andra Saferi, 2013)
Diabetes Melitus dapat membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan
pada pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan angiopati diabetik.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi gangguan pembuluh darah besar
(makrovaskuler) disebut dengan makroangiopati. dan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) disebut dengan mikroangiopati. yang berefek terhadap saraf perifer
dan suplay faskuler gangguan pada pembuluh darah kecil dapat mengakibatkan
neuropati, dan terhambatnya suplai oksigen dan sari-sari makanan kejaringan,
sehingga bisa mengakibatkan timbulnya ulkus diabetikum, neuropati sensori perifer
memungkinkan terjadinya trauma sehingga mengakibatkan terjadinya Gangguan
integritas jaringan dibawah area kalus. (Subekti,2012)
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 disebabkan oleh faktor usia, genetik, obesitas
yang menjadikan sel beta pankreas mengalami penurunan fungsi. Karena penurunan
fungsi sel beta pankreas mengakibatkan terjadinya gangguan sekresi insulin yang
seharusnya didapat oleh tubuh. Gangguan sekresi insulin mempengaruhi tingkat
produksi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat membuat produksi insulin
menjadi menurun dan mengakibatkan ketidakseimbangan produksi insulin.
Penurunan sekresi intra sel menjadikan insulin tidak terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel yang pada akhirnya gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk
oleh sel. Gula yang tidak dapat masuk ke dalam sel mengakibatkan kadar glukosa
dalam darah meningkat dan menyebabkan hiperglikemi. Pengobatan yang tidak
teratur serta ketidakpatuhan dalam diit mengakibatkan glukosa dalam darah tidak
dapat menjadi energi sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa
darah (Ginting, 2014)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DIABETES MELITUS
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan dilakukan
dengan cara benedict(reduksi).
2. Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) nilai normal
100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah 2 jam post
pradial <180 mg/dl (Subekti, 2012).
3. Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
insulin (Srihartini, 2014)
G. PROGNOSIS DIABETES MELITUS
Sekitar 60% pasien diabetes melitus tipe 1 yang mendapatkan insulin dapat bertahan
hidup seperti orang normal namun penderita insulin hanya dapat mengurangi sebagian
dari resiko insiden komplikasi. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal
kronik dan kemungkinan meninggal lebih cepat. Dan perlu di catat bahwa sekitar 80%
penderita diabetes melitus dewasa meninggal akibat penyakit kardiovaskuler.
Pada penderita diabetes potensial, factor lingkungan terutama overweight tampaknya
lebih signifikan untuk prognosisdari pada faktor genetic. Frekuensi diabetes nyatanya
lebih tinggi pada wanita dibandingkan dari pada laki-laki. Jumlah harapan hidup rata-
rata sekitar 70% dari jumlah seluruh kasus. Rat-rata kesembuhan setelah manifestasi
adalah lebih dari 18 tahun. Coma diabetic telah hampir menghilang sebagai penyebab
kematian. Sekarang, sekitar 75% penderita diabetes meninggal karena komplikasi
vaskular, terutama dari penyakit jantung koroner. Pria dan wanita yang menderita
diabetes memiliki frekuensi yang sama untuk menderita penyakit jantung koroner.
Komplikasi renovaskuler adalah penyebab utama kematian pada penderita diabetes
yang masih muda. Makro-diabetes dan microangiopati berkolerasi dengan durasi,
tidak dengan tingkat keparahan diabetes. Sangat penting bagi dokter untuk
mengontrol diabetes dengan sangat ketat, terutama pada tahun-tahun pertama setelah
manifestasi, dengan tujuan untuk mengurangi frekuensi dan/atau tingkat keparahan
dari komplikasi vaskular.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS DIABETES MELITUS
1. Edukasi
Pemberian informasi tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki secara khusus
memperbaiki pola makan, pola latihan fisik, serta rutin untuk melakukan
pemeriksaan gula darah. Informasi yang cukup dapat memperbaiki pengetahuan
serta sikap bagi penderita Diabetes Mellitus
2. Terapi Gizi
Pada penderita Diabetes Mellitus prinsip pengaturan zat gizi bertujuan untuk
mempertahankan atau mencapai berat badan yang ideal, mempertahankan kadar
glukosa dalam darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik
serta meningkatkan kualitas hidup diarahkan pada gizi seimbang dengan cara
melakukan diet 3J:
a. Jumlah makanan
Kebutuhan kalori setiap orang berbeda, bergantung pada jenis kelamin, berat
badan, tinggi badan serta kondisi kesehatan pada klien. Penghitungan
kebutuhan kalori klien berdasarkan pada rumus Harris-Benedict yang
memperhitungkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, hingga
tingkat aktivitas fisik yang dilakukan.
Pada pria :
Pada wanita :
Hasil dari penghitungan kemudian dikalikan dengan faktor aktivitas fisik.
Faktor aktifitas fisik dibagi menjadi 3 yaitu :
- Pada aktivitas fisik rendah dikalikan 1,2
- Pada aktivitas fisik sedang dikalikan dengan 1,3
- Pada aktivitas fisik berat dikalikan dengan 1,4
b. Jenis makan
Pada penderita Diabetes Mellitus sebaiknya menghindari makanan dengan
kadar glukosa yang tinggi seperti madu, dan susu kental manis. Pilih makanan
dengan indeks glikemik rendah dan kaya serat seperti sayur-sayuran, biji-
bijian dan kacang-kacangan. Batasi makanan yang mengandung purin (jeroan,
sarden, burung darah, unggas, kaldu dan emping). Cegah dislipidemia dengan
menghindari makanan berlemak secara berlebih (telur, keju, kepiting, udang,
kerang, cumi, santan, susu full cream atau makanna dengan lemak jenuh).
Batasi konsumsi garam natrium yang berlebih.
c. Jadwal makanan.
Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya yaitu dengan :
- Sarapan pagi jam 6.00
- Kudapan/snack jam 9.00
- Makan siang jam 12.00
- Kudapan/snack jam 15.00
- Makan malam jam 18.00
- Kudapan/snack jam 21.00
Mengatur jam makan yang teratur sangat penting, jarak antar 2 kali makan
yang ideal sekitar 4-5jam jika jarak waktu 2 kali makan terlalu lama akan
membuat gula darah menurun sebaliknya jika terlalu dekat jaraknya gula
darah akan tinggi.
3. Latihan Fisik
Dalam penatalaksannan diabetes, latihan fisik atau olahraga sangatlah penting
bagi penderita Diabetes Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar gula
darah dan mengurangi faktor resiko kardio vaskuler.
4. Farmakoterapi
Penggunaan obat-obatan merupakan upaya terakhir setelah beberapa upaya yang
telah dilakukan tidak berhasil, sehingga penggunaan obat-obatan dapat membantu
menyeimbangkan kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus.
a) Obat
Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Golongan Sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta
utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon.
2) Golongan Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid
dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak
pernah menyebabkan hipoglikemi.
3) Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glucosidase didalam saluran
cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemi serta tidak berpengaruh pada kadar insulin.
4) Insulin Sensitizing Agent
Efek farmakologi pada obat ini meningkatkan sensitifitas berbagai masalah
akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
b) Insulin
kerjanya sedang (NPN) dengan masa kerja 6-12 jam; yang kerjanya lambat
(Protamme Zinc Insulin) masa kerjanya 12-24 jam.
5. Mengontrol Gula Darah
Bagi penderita Diabetes Mellitus mengontrol gula darah sebaiknya dilakukan
secara rutin agar dapat memantau kondisi kesehatan saat menjalankan diet
maupun tidak. Dengan mengontrol gula darah secara rutin, penderita dapat
memahami kondisi tubuhnya mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi. Dari
sekian banyak jenis insulin menurut cara kerjanya yaitu; yang bekerja cepat
(Reguler Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam.
I. PATHWAY
Risiko perfusi
serebral tidak
efektif

Defisit nutrisi

Pola napas
tidak
epektif

Gangguan Ganguan eliminasi


integritas kulit urin

Ganguan integritas
kulit
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGAKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah salah satu komponen dari proses keperawatan, yaitu
suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan yang meliputi
usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2014). Pengkajian pada
pasien diabetes melitus tipe II dengan gangguan integritas kulit menurut (Andara &
Yessie, 2013), sebagai berikut :
1. Identitas pasien
Nama, No RM, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, tanggal MRS, dan
tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi
a. Nutrisi : peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau peningkatan
berat badan, banyak minum dan perasaan haus.
b. Eliminasi : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih,
diare.
c. Neurosensori : nyeri kepala, parathesia, kesemutan,pada
ekstermitas, penglihatan kabur, gangguan penglihatan.
d. Integumen : gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, dan luka
ganggren.
e. Muskuloskeletal : kelemahan dan keletihan.
f. Fungsi seksual : ketidakmampuane ereksi (impoten), regiditas, penurunan libido,
kesulitan orgasme pada wanita.
3. Riwayat penyakit sekarang
Adanya gatal pada kulit disertai luka tidak sembuh-sembuh, terjadinya kesemutan
pada ekstermitas, menurunnya berat badan, meningkatnya nafsu makan, sering haus,
banyak kencing, dan menurunnya ketajaman penglihatan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumya pernah mengalami penyakit diabetes mellitus dan pernah mengalami luka
pada kaki
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga diabetes mellitus atau penyakit keturunan yang menyebabkan
terjadinya difesiensi insulin misal, hipertensi, jantung.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sambungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
7. Pola Fungsi Kesehatan Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan penderita diabetes mellitus dengan ganggren
kaki.
b. Pola nutrisi
Penderita diabetes mellitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat badannya
justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan
massa sel (Tarwoto,2012)
c. Pola eliminasi
Data eliminasi untuk buang air besar (BAB) pada klien diabetes mellitus tidak ada
perubahan yang mencolok. Sedangkan pada eliminasi buang air kecil (BAK) akan
dijumpai jumlah urin yang banyak baik secara frekuensi maupun volumenya.
d. Pola tidur dan istirahat
Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang berdampak pada
gangguan tidur (insomnia)
e. Pola aktivitas
Pola pasien dengan diabetes mellitus gejala yang ditimbulkan antara lain
keletihan, kelelahan, malaise, dan seringnya mengantuk pada pagi hari.
f. Nilai dan keyakinan
Gambaran pasien diabetes mellitus tentang penyakit yang dideritanya menurut
agama dan kepercayaannya, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan
akan sakitnya.
8. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan Head To Toe:
1) Kepala :Wajah dan kulit kepala Bentuk muka , ekspresi wajah gelisah dan
pucat, rambut, bersih/tidak dan rontok/tidak, ada/tidak nyeri tekan.
2) Mata : Mata kanan dan kiri simetris / tidak , mata cekung/tidak, konjungtiva
anemis/ tidak, selera ikterit/tidak, ada/tidak sektet, gerakan bola mata
normal/tidak, ada benjolan/tidak, ada/tidak nyeri tekan, fungsi penglihatan
menurun/tidak.
3) Hidung : ada/Tidak polip, ada/tidak sektet, ada/ tidak radang, ada/tidak
benjolan, fungsi penghidu baik/buruk.
4) Telinga : Canalis bersih/kotor, pendengaran baik/menurun, ada/tidak benjolan
pada daun telinga, ada/ tidak memakai alat bantu pendengaran.
5) Mulut : Gigi bersih/kotor, ada/tidak karies gigi, ada/tidak memakai gigi palsu,
gusi ada/ tidak peradangan, lidah bersih/kotor, bibir kering/lembab.
6) Leher : ada/Tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada/tidak nyeri tekan,
ada/tidak bendungan vena jugularis dan ada/tidak pembesaran kelenjar limpa.
7) Thorax dan paru : Bentuk dada normal chest simetris/tidak kanan dan kiri.
Paru – paru Inspeksi : pada paru – paru didapatkan data tulang iga
simetris/tidak kanan dan kiri, payudara normal/tidak, RR normal atau tidak,
pola nafas regular/tidak, bunyi vesikuler/tidak, ada/tidak sesak nafas. Palpasi :
Vocal fremitus anteria kanan dan kiri simetris/tidak, ada/tidak nyeri tekan.
Vocal fremitus posterior kanan - kiri, gerak pernafasan kanan-kiri
simetris/tidak. Auskultasi : suara vesikuler/tidak, ada/tidak rokhi maupun
wheezing. Perkusi : suara paru-paru sonor/tidak pada paru kanan dan kiri.
Jantung Inspeksi : lokasi lotus di gic midclavikula dan denyut jantung
Nampak/tidak. Palpasi : teraba denyut jantung dengan gerakan. Perkusi : di sic
5 mid axial dari laterat ke media bunyinya sonor/tidak sampai dengan sternum
2 jari ke sternum peka. Auskultasi : s1 = s2 murni regular, bunyi jantung
normal, tidak ada mur – mur dan gallop.
8) Abdomen Inspeksi : abdomen simetris/tidak, datar dan ada/tidak luka
Auskultasi : peristartik 25x/ menitPalpasi : ada/tidak nyeri di kuadran kiri
atas.Perkusi : suara hypertimpani.
9) Genitalia Data tidak terkaji, terpasang kateter/tidak.
10) Muskuluskeletal : Ekstresmitas atas : simetris/tidak, ada/tidak odema atau lesi,
ada/tidak nyeri tekan, Ekstremitas bawah : kaki kanan dan kaki kiri simetris
ada /tidak kelainan. Ada atau tidak luka.
11) Integumentum : Warna kulit, turgor kulit baik/jelek/kering ada lesi/tidak,
ada/tidak pengurasan kulit, ada/tidak nyeri tekan.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa
b. Gula darah sewaktu atau random >200mg/dl.
c. Gula darah puasa atau nuchter >140 mg/dl.
d. Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200 mg/dl
e. Aseton plasma jika hasil (+) mencolok.
f. Asam lemak bebas adanya peningkatan lipid dan kolesterol.
g. Osmolaritas serum (>330 osm/l).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d infark miokard akut
3. Gangguan integritas kulit b.d neuropati perifer
4. Risiko cedera b.d gangguan penglihatan
5. Gangguan eliminasi urin b.d Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan
kandung kemih (enuresis)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose keperawatan Intervensi


1 Defisit nutrisi b.d Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan mencerna Observasi :
makanan - Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan toleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asuhan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang terprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
2 Risiko perfusi serebral tidak Manajemen peningkatan tekanan
efektif b.d infark miokard intracranial
akut Observasi :
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK
(mis. Lesi, gangguan metabolism, edema
serebral)
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
( mis, tekanan darah meningkat,tekanan
nadi melebar bradikardia, pola napas
ireguler,kesadaran menurun)
- Monitor MAP (mead arterial pressure )
- Monitor CVP (central venous pressure ),
jika perlu
- Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Momitor ICP ( intra carnial presseure),
jika tersedia
- Monitor CPP ( cerebral perfusion
pressure )
- Monitor gelombang ICP
- Momitor status pernapasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monotor cairan serebro-spinalis ( mis.
Warna,konsistensi )
Terapeutik :
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PoCO2 optimal
- Pertambahan suhu tubu normal
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis,
jika perlu
- Kolaborasi pemberin pelunak tinja, jika
perlu
3 Gangguan integritas kulit Perawatan Integritas Kulit
b.d neuropati perifer Observasi :
- Identifikasi penyebab ganggun integritas
kulit ( mis.perubahan sirkulasi perubahan
status nutrisi,penurunan kelembaban,
suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
Terapeutik :
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan
tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petroleum
atau minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan pelembab
(mis.lotion,serum )
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan miningkatkan asupan buah dan
sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
4 Risiko cedera b.d gangguan Pencegahan Cedera
penglihatan Observasi :
- Identifikasi area lingkungan yang
berpotensi menyebabkan cedera
- Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
- Identifikasi kesesuaian alas kasi atau
stoking elastis pada ekstremitas bawah
Terapeutik :
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Sosialisasikan pasien dan keluarga
dengan lingkungan ruang rawat ( mis,
telepon,tempat tidur, penerangan ruangan
dan lokasi kamar mandi )
- Gunakan alas lantai jika beresiko
mengalami cedera serius
- Sediakan alas kaki anti slip
- Sediakan pispot atau urinal untuk
eliminasi di tempat tidur, jika perlu
- Pastikan bel panggilan atau telepon
mudah dijangkau
- Pastikan barang – barang pribadi mudah
dijangkau
- Pertahankan posisi tempet tidur di posisi
terendah saat digunakan
- Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunci
- Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
dengan kebijakan fasilitas peleyanan
kesehatan
- Pertimbangkan penggunaan alam
elektronik pribadi atau alam sensor pada
tempat tidur atau kursi
- Diskusikan mengenal latihan dan terapi
fisik yang diperlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai ( mis, tongkat atau
alat bantu jalan )
- Diskusikan bersama anggota kelurga
yang dapat mendampingi pasien
- Tingkitak frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi :
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan
dan duduk selama beberapa menit
sebelem berdiri.
5 Gangguan eliminasi urin b.d Manajemen Eliminasi urine
Penurunan kemampuan Observasi :
menyadari tanda-tanda - Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
gangguan kandung kemih inkontinensia urine
(enuresis) - Identifikasi faktor yang menyebabkan
retensi atau inkontinensia urine
- Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi,
konsistensi, aroma, volume dan warna)
Terapeutik :
- Catat waktu-waktu dan haluaran
berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Ambil sampel urine tengah (midstream)
atau kultur
Edukasi :
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
- Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
- Ajarkan mengambil spesimen urine
midstream
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk berkemih
- Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-
otot panggul/berkemihan
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum menjelang
tidur
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat supositoria
uretra, jika perlu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2007).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 2011).
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002).
Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian peoses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada
setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan
kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi.
Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga
diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut
dapat dicapai secara efektif. (Nursalam, 2008)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA An.L DENGAN DIAGNOSA DIABETES


MELITUS TIPE I

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama/Nama panggilan : An. L
Tempat tanggal lahir/usia : 10 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : tidak ada
Alamat : bekasi
Tanggal masuk : 01-11-2018
Tangal pengkajian : 01-11-2018
Diagnosa Medik : diabetes mellitus tipe 1
Rencana therapi :
b. Identitas Orang Tua
1) Ayah
Nama : Tn. A
Usia : 36 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pns
Agama : Islam
Alamat : Bekasi
2) Ibu
Nama : Ny.A
Usia : 32 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : pns
Agama : islam
Alamat : bekasi
2. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang ke rumah sakit Medistra dengan
keluhan : anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing,
berat badannya turun, enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama
ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala,
kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25 kg, PB: 135 cm, suhu: 37,5 0C, nadi:
92x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segara,
kulit kering, membrane mukosa kering. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan: Hb: 11,2gr/dl, Hematokrit: 30%, eritrosit: 4,0(x106/uL), trombosit:
210000/mm3, leukosit: 9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.
Pasien mengatakan sangat cemas dengan keadaannya. Keluarga mengatakan ibu
pasien menderita diabetes melitus. Orang tua pasien khawatir memikirkan masa depan
anaknya. Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah 2x/hari,
insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan.
3. Riwayat Sekarang
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien juga mengatakan anaknya mudah tersinggung, tidak bisa perhatian
lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit
kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan ibu pasien menderita diabetes melitus.
Genogram


Keterangan :

: laki -laki : menikah


: perempuan
: garis keturunan
♂ : pasien

4. Riwayat Imunisasi

No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian


1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
- Berat badan : 30 kg
- Tinggi badan : 120 cm
- Waktu tumbuh gigi : tidak ada
- Tanggalnya gigi : tidak ada
b. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat : (3 bulan)
- Berguling : tidak ada
- Duduk : tidak ada
- Merangkak : tidak ada
- Berdiri : tidak ada
- Berjalan : tidak ada
- Senyum kepada orang lain : tidak ada
- Bicara pertama kali : tidak ada
- Berpakaian tanpa bantuan : tidak ada
c. Riwayat Nutrisi
- Pemberian ASI
Pertama kali disusui : tidak ada
Cara pemberian : tidak ada
Lama pemberian : tidak ada
- Pemberian Susu
Alasan pemberian : tidak ada
Jumlah pemberian : tidak ada
Cara pemberian : tidak ada
6. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahapan Usia

Usia Jenis nutrisi Lama pemberian

Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
7. Riwayat Psikososial
- Apakah anak tinggal di : ( ) apartemen, (√ ) rumah sendiri, ( ) kontrak
- Lingkungan berada di : (√ ) kota, ( ) setengah kota, ( ) desa
- Hubungan antar anggota keluarga : (√) harmonis, ( ) berjauhan
- Pengasuh anak : (√) orang tua, ( ) baby siter, ( ) pembantu, ( ) nenek/kakek
8. Riwayat Spiritual
- Support system dalam keluarga : orang tua
- Kegiatan keagamaan : baik
9. Reaksi Hospotalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : karena sakitk dan ingin dapat
pelayanan yang bik
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya dokter menceritakan
semua kondisi pasien
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : ( √ ) cemas, ( ) takut, ( ) khawatir, (
) biasa
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS : karna sakit
- Menurutmu apa penyebab kami sakit : -
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu : iya dokter menceritakan
- Bagaimana rasanya di rawat di RS : ( ) Bosan, (√ ) takut, ( ) senang
10. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi

Kondisi Saat sakit Sebelum sakit


1. selera makan 1. Berubah 1. Baik
2. menu makan 2. Nasi lauk dan sayur, 2. Nasi lauk dan sayur
3. frekuensi makan makanan ringan 3. 3x sehari
4. Makanan disukai 3. 1 porsi 4x sehari 4. Tidak ada
5. Makanan 4. Tidak ada 5. Tidak ada
pantangan 5. Tidak ada 6. Tidak ada
6. Pembatasan pola 6. Makanan ringan 7. Sendiri
makan 7. Dibantu orang tua 8. Tidak
7. Cara makan 8. Kadang
8. Ritual saat makan

1. Selera makan
2. Menu makan
3. Frekuensi makan
4. Makanan disukai
5. Makanan pantangan
6. Pembatasan pola makan
7. Cara makan
8. Ritual saat makan
b. Cairan :

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Jenis minuman 1. Air putih 1. Air putih
2. Frekuensi minum 2. 6-8 gelas 2. 8-10 gelas
3. Kebutuhan cairan 3. Tidak ada 3. Tidak ada
4. Cara pemenuhan 4. Tidak ada 4. Tidak ada

1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
c. Eliminasi (bak/bab) :
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Tempat 1. Toilet 1. Toilet
pembuangan 2. BAB 1x sehari 2. BAB 1xsehari
2. Frekuensi (waktu) BAK 5-6 x sehari BAK 7-10x sehari
3. Konsistensi 3. BAB lembek 3. BAB lembek
4. Obat pencahar kecoklatan dan bau kecoklatan dan bau
khas feses, khas feses
BAK kuning cair BAK kuning cair dan
dan bau khas urine bau khas urine
4. Tidak ada 4. Tidak ada

1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
d. Istirahat tidur :

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Jam tidur 1. Jam tidur 1. Jam tidur
- Siang Tidak ada Sering tidur
- Malam 22.00 Sering tidur
2. Pola tidur 2. 6-7 jam 2. 5-6 jam
3. Kebiasaan sebelum 3. Tidak ada 3. Tidak ada
tidur 4. Tidak ada 4. Ada
4. Kesulitan tidur

1. Jam tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum tidur
4. Kesulitan tidur
e. Istirahat tidur :

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Program olahraga 1. Tidak ada 1. Tidak ada
2. Jenis dan frekuensi 2. Tidak ada 2. Tidak ada
3. Kondisi setelah 3. Tidak ada 3. Tidak ada
olahraga

1. Program olah raga


2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah olahraga
f. Personal Hygiene :

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Mandi Tidak ada Tidak ada
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara

1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
g. Aktivitas/Mobilisasi Fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Kegiatan sehari- 1. Tidak ada 1. Tidak ada
hari 2. Tidak ada 2. Tidak ada
2. Pengaturan jadwal 3. Tidak ada 3. Tidak ada
harian 4. Tidak ada 4. Tidak ada
3. Pengguanaan alat
bantu aktivitas
4. Kesulitan
pergerakan tubuh

1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian
3. Penggunaan alat bantu aktivitas
4. Kesulitan pergerakan tubuh
h. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Perasaan saat 1. Tidak ada 1. Tidak ada
sekolah 2. Tidak ada 2. Tidak ada
2. Waktu luang 3. Tidak ada 3. Tidak ada
3. Perasaan setelah 4. Tidak ada 4. Tidak ada
rekreasi 5. Tidak ada 5. Tidak ada
4. Waktu senggang
keluarga
5. Kegiatan hari
libur

1. Perasaan saat sekolah


2. Waktu luang
3. Perasaan setelah rekreasi
4. Waktu senggang keluarga
5. Kegiatan hari libur

i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum klien : composmentis
2. Tanda-tanda vital :
- Suhu : 37,5 oC
- Nadi : 92x/menit
- Respirasi : 24x/m
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
3. Antropometri :
- Tinggi badan : 120 cm
- Berat badan : 30 kg
- Lingkar lengan atas: tidak ada
- Lingkar kepala : tidak ada
- Lingkar dada : tidak ada
- Lingkar perut : tidak ada
- Skin Fold : tidak ada

j. Sistem Pernafasan
1. Hidung : (√ ) Simetris, ( ) pernafasan cuping hidung, ( ) sekret, ( ) Polip, ( )
epistaksis
2. Leher : pembesaran kelenjar ( - ), tumor ( - )
3. Dada :
- Bentuk dada normal (√ ), barrel ( ), pigeon chest ( )
- Perbandingan ukuran AP dengan tranversal : normal
- Gerakan dada : simetris (√ ), terdapat retraksi ( ), alat bantu pernapasan (
)
- Suara napas : normal
4. Apakah ada clubbing finger

k. Sistem Cardio Vaskuler


1. Conjungtiva anemia : ( tidak ada ), bibir pucat/cyanosis ( ), arteri carotis :
Kuat/lemah, Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
2. Ukuran jantung : Normal (√ ), membesar ( ), IC/apex ( )
3. Suara jantung : normal
4. Capillary refilling time : >2 Detik
l. Sistem Pencernaan
1. Sklera : Ikterus ( ya ), Bibir : lembab/kering/pecah-pecah ( ya ), labia skizis (
-)
2. Mulut : stomatis (ya), palato skizis ( - ), jumlah gigi sudah tumbu semua,
kemampuan menelan : baik/sulit, lain-lain
3. Gaster ; kembung (norml),klien normal, ginjal normal,faeces nomal
4. Anus : normal
5. Hemaroid : tida ada
m. Sistem Indra
1. Mata
- Kelopak mata normal bulu mata ada alis ada hitam pekat lain-lain
- Visusu (Gunakan snellen chard) normal
- Lapang pandang aga cekung
2. Hidung
- Penciuman ( normal ), perih di hidung ( tidak ada ), trauma ( tidak ada ),
mimisan ( - )
- Sekret yang menghalangi penciuman : tidak ada
3. Telinga
- Keadaan daun telinga : bentuk normal kanal alditoris : bersih (√ ),
serumen (√ )
- Fungsi pendengaran : normal
n. Sistem Indra
1. Fungsi Cerebral
- Status mental : orientasi sudah busa brbicara
- Kesadaran : motorik ( normal )
- Bicara ekspresif : normal

2. Fungsi Cranial
- NI: (-)
- N II : visus normal lapang pandang normal
- N III, IV, VI : Gerakan bola mata normal pupil : isokor ( - ), an isokor
(ya )
- NV : Sensorik motoric normal
- N VII : Sensorik otonom normal motoric normal
- N VIII: Pendengaran : baik normal keseimbangan normal
- NX : Gerakan uvula,rangsang muntah/menelan (normal )
- N XI : Sternocledomastoideus : normal trapezius
- N XII : Gerakan lidah baik
3. Fungsi motorik : massa otot normal tonus otot ,kekuatan otot normal
4. Fungsi sensorik :suhun 37,5 yeri tidak ada getaran tidak ada posisi noemal
diskriminasi tidak ada
5. Fungsi cerebellum : koordinasi normal keseimbangan normal
6. Refleks : Biseps normal, trisep normal patella norml Babinski normal
7. Iritasi meningen : Kaku dduk (baik ), laseque sign (baik ), Brudzinski I/II (baik
)
o. Sistem Muskolo Skeletal
- Kepala : Bentuk kepala : normal gerakan : normal
- Vertebrae : Scoliosis ( ya ), Lordosis ( - ), gerakan (normal), ROM ( - ),
fungsi gerak norml
- Pelvis : Gaya/jalan bail gerakan baik ROM baik Trendelberg test baik
Ortolani/Barlow
- Lutut : Bengkak ( - ), kaku ( - ), gerakan ( - ), MC Murray Test ( - ),
Ballotement test ( - ).
- Kaki bengkak ( - ) : gerakan normal kemampuan jalan normal tana tarikan
normal
- Tangan : bengkak ( - ), gerakan normal ROM baik
p. Sistem Intugen
- Rambut : warna : hitam tebal mudah tercabut tidak
- Kulit ; warana normal temperature normal kelembaban normal bulu kulit
nrmal erupsi normal tahi lalat normal ruam : normal teksture
- Kuku : warna : normal permukaan kuku : halus mudah patah (tidak),
kebersihan baik
q. Sistem Endokrin :
1. Kelenjar thyroid : tidak ada
2. Ekskresi urine berlebihan : sering buang air kecil
3. Suhu tubuh normal,keringat keringat dingin
4. Riwayat urine dikelilingi semut : normal
r. Sistem Perkemihan
- Oedema palpebra : ( - ), moon fase ( - ), oedema anasarka ( - )
- Keadaan kandung kemih : normal
- Nocturia ( - ), dysuria ( - ), kencing batu ( - )
q. Sistem Reproduksi :
1. Wanita
- Payudara : putting (-) aerola mammae (-)cesar (-)
- Labia mayora & minora bersih ( - ), sekret ( - ), bau ( - )
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis :normal,uretra ( -) ; kebersihan( -)
- Testis sudah turun( -)
- Pertumbuhan rambut : kumis( –) janggut (-)ketiak
- Pertumbuhan jakun (-) perubahan suara (-)
r. Sistem Imun
- Alergi (cuaca (tidak), debu (tidak), bulu binatang (tidak), zat kimia pasien
tidak memiliki alergi
11. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. 0 - 6 tahun
Dengan menggunakan DDST
- Motorik kasar : dapat naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan
bantuan, mulai bisah bermain bola
- Motorik halus : menggmbar lingkaran, mencuci tangan sendiri
- Bahasa : pasien sudah beleajar berbicara kata yang di ucapkan sudah muai
jelas walaupun ada beberapa abjat yang belum bisa di ucapkan
- Personal social : perkemangan sosial pasien baik suka bermain bersama
b. 6 tahun keatas
- Perkembangan kognitif : mampu menghitung dan memahami konsep angka
dan dapat menyampaikan apa yang di pikirkannya melaului kata –kata yang
mudah dimengerti
- Perkembangan psikoseksual : ego dan emosi semakin tinggi
- Perkembangan psikososial : untuk dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas
12. Test Diagnostik :
a. Laboratorium

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


1 Hemoglobin 11,2 gr/dl 11-16 gram/dL
2 Hematocrit 30% 31-45%
3 Eritrosit 4,0 (x106/uL) 3.6-4.8 juta sel/mm3
4 Trombosit 210.000/mm3 150.000-450.000
sel/mm3
5 Leukosit 9.500/Ul 4500-13.500/mm3
6 Glukosa darah 300mg/dl 70-150mg/dl

13. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


- Cek gula darah 2x/hari
- Insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan

DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Pasien mengatakan bahwa ia banyak 1. Keadaan umum : composmentis
makan dan berat badanya turun GCS : 15
2. Pasien mengatakan bahwa minum, 2. Tanda-tanda vital
banyak kencing Td : 110/70 mmHg
3. Pasien mengatakan bahwa suka Nadi : 92x/m
mengompol dimalam hari Suhu : 37,5 oC
4. Pasien mengatakan tidak bisa perhatian Respirasi : 24x/m
lama ketika mengikuti pelajaran Pemeriksaan fisik
sekolah, merasa lelah, penglihatan 3. Mulut
kabur, sakit kepala, kalau ada luka Inspeksi : mukosa bibir kering
bakar sembuh dan mudah terserang flu 4. Integumen
5. Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya Inspeksi : kulit pasien kering
mempunyai riwayat penyakit DM 5. Neurologis (status mental dan emosi) :
6. Pasien mengatakan pola makannya mudah tersinggung bila sedang
berubah, setelah sakit pasien makan 1 kelelahan
porsi 4x sehari ditambah makanan 6. BB sebelum sakit : 30 kg
ringan saat disekolah. Dan juga minum 7. Hematokrit 30%
air putih 8-10 gelas/hari. 8. Glukosa darah 300mg/dl
7. Pasien mengatakan terjadi perubahan
frekuensi BAK 7-10x sehari
8. Orang tua pasien mengatakan anaknya
mengalami gangguan pola tidur, pasien
menjadi sulit tidur karena cemas akan
penyakitnya. Pasien tidur 5-6 jam/hari

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
2. Gangguan eliminasi urin b.d Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan
kandung kemih (enuresis)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
mencerna makanan diharapkan sejauh mana - Identifikasi status nutrisi
nutrisi dapat dicerna dan - Monitor asupan makanan
diserap untuk memenuhi - Monitor berat badan
kebutuhan metabolic sehari- Terapeutik :
hari pasien dengan Kriteria - Berikan makanan tinggi
Hasil : serat untuk mencegah
a. Berat badan 5 (membaik) konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
- Jelaskan tujuan
kepatuhan diet terhadap
kesehatn
- Memberikan motivasi
agar mempertahankan
diet
- Informasikan makan
yang diperbolehkan dan
dilarang
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine
eliminasi urin b.d keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
Penurunan diharapkan pasien dapat - Identifikasi tanda dan
kemampuan mengendalikan pengumpulan, gejala retensi atau
menyadari tanda- pembuangan dan eliminasi inkontinensia urine
tanda gangguan urine dikandung kemih - Identifikasi faktor yang
kandung kemih dengan Kriteria Hasil : menyebabkan retensi
(enuresis) - Frekuensi BAK 5 atau inkontinensia urine
(membaik) - Monitor eliminasi urine
- Karakteristik urine 5 (mis. frekuensi,
(membaik) konsistensi, aroma,
volume dan warna)
Terapeutik :
- Batasi asupan cairan, jika
perlu
Edukasi :
- Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Hari/tanggal Implementasi


Dx
1 17-09-2018 Observasi :
- Mengidentifikasi status nutrisi
- Memonitor asupan makanan
- Memonitor berat badan
Terapeutik :
- Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu
2 17-09-2018 Observasi :
- Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau
inkontinensia urine
- Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
- Memonitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,
aroma, volume dan warna)
Terapeutik :
- Membatasi asupan cairan, jika perlu
Edukasi :
- Menganjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika
perlu

F. EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl Jam Diagnosa Evaluasi


17-08- 10.00 Defisit nutrisi b.d S:
2018 ketidakmampuan mencerna - Pasien mengatakan banyak
makanan makan dan berat badannya turun
- Pasien mengatakan pola
makannya berubah, setelah sakit
pasien makan 1 porsi 4x sehari
ditambah makanan ringan saat
disekolah. Dan juga minum air
putih 8-10 gelas/hari
O:
- Keadaan umum : composmenti
GCS : 15
- Tanda-tanda vital
Td : 110/70 mmHg
N : 92x/m
Sb : 37,5 oC
R : 24x/m
- Bb sebelum sakit : 30 kg
Bb setelah sakit : 25 kg
- Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
17-08- 10.00 Gangguan eliminasi urin b.d S:
2018 Penurunan kemampuan - Pasien mengatakan banyak
menyadari tanda-tanda minum, banyak kencing
gangguan kandung kemih - Pasien mengatakan bahwa suka
(enuresis) mengompol dimalam hari
- Pasien mengatakan terjadi
perubahan frekuensi BAK,
pasien BAK 7-10xsehari
O:
- Tanda-tanda vital
Td : 110/70 mmHg
N : 92x/m
Sb : 37,5 oC
R : 24x/m
- Integumen
Inspeksi : kulit pasien kering
- Hematokrit 30%
- Glukosa darah 300mg/dL
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi


18-08- 10.00 Defisit nutrisi b.d S:
2018 ketidakmampuan mencerna - Pasien mengatakan paham akan
makanan hubungan antar asupan makan,
olahraga
- Pasien mengatakan akan
mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat
- Pasien mengatakan minum air
yang cukup setiap harinya
- Pasien mengatakan Bbnya tidak
naik dan tidak turun
- Pasien sudah dapat menentukan
jumlah kalori yang
dibutuhkannya.
O:
- Pasien mendapatkan penjelasan
tentang hubungan antara
makanan dan olahraga
- Pasien mendapatkan motivasi
untuk mengubah pola makannya
- Pasien mendapatkan air 8 gelas
sehari
- Pasien mendapatkan bantuan
untuk membuat perencanaan
terhadap energinya
- Bb pasien tetap dalam batas
normal 25 kg
- Pasien mendapatkan makanan
seimbang kalori dan nutrisi
untuk memenuhi gizinya
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
18.00 10.00 Gangguan eliminasi urin b.d S:
Penurunan kemampuan - Pasien mengatakan tidak minum
menyadari tanda-tanda 2 jam sebelum tidur
gangguan kandung kemih - Pasien mengatakan mengetahui
(enuresis) tentang setiap tindakan yang
dilakukan tim kesehatan
- Ibu pasien mengatakan anaknya
mendapatkan obat-obatan sesuai
yang diresepkan
- Pasien mengatakan ibunya
sangat menyanyanginya dan
selalu menyemangatinya untuk
tetap dan sembuh
O:
- Pola berkemih pasien kurang
dari batas normal
- Pasien mengeluh jika melakukan
aktivitas secara berlebih
(mencuci, mengepel, dsb)
- Pasien dapat membatasi intake
cairan sebelum tidur
- Pola berkemih pasien mulai
membaik dalam batas normal 4-
5 dalam sehari
- Pasien tampak mengerti saat
dijelaskan tentang setiap
tindakan yang dilakukan tim
kesehatan
- Eliminasi pasien tampak
membaik kembali dalam batas
normal
- Keluarga pasien tampak
menyanyangi pasien berganti-
gantian
- Pasien terlihat meminum
obatnya
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Diabetes Melitus atau lebih tepatnya kelainya ini mengharuskan
penderitanya untuk selalu memonitor diri akan kondisi kadar gula darah setip harinya
sesering mungkin.
Menurut American Diabetes Assosiation (ADA, 2010), diabetes militus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekrasi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya yan
membutuhkan peralatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah
komplikasi akut dan menurunkan risiko komplikasi jangka panjang.
Menurut WHO, diabetes militus di definisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan
oleh gangguan produksi insulin beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
oleh kurang responsifnya selsel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).
B. Saran
Semoga dengan adanya asuhan keperawatan ini kita semua dapat lebih memahami
masalah Diabetes Melitus pada anak, dan semoga dapat brmanfaat bagi kta semua
DAFTAR PUSTAKIA

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/2840/
http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/448/2/STIKESPW_Muhammad
%20Sholikan_fulltext.pdf
http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/282/3/STIKES_Sonya%20Kristinia_Fulltext.pdf
https://www.scribd.com/document/403401869/Askep-DM-pada-Anak-docx
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2376/3/BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/document/433216948/Askep-DM-Tipe-1-Pada-Anak

Anda mungkin juga menyukai