Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan

Pada Anak
Berkebutuhan Khusus
Kelompok 4
Bergita Rolita Diah Topayung
Brigilda Da Silva Winda Saputri
Claudia Pongbura
Pengertian ABK

Anak berkebutuhan khusus ( ABK ) adalah anak yang memiliki gangguan


baik itu perkembangan mental, emosi maupun fisik ( Disiningrum, 2016 ). Anak
berkebuthan khusus merupakan anak yang mengalami kebertasan baik secara
fisik, mental, intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara
signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya di bandingkan
dengan anak-anak lain seusia dengannya ( Kementrian pemberdayaan dan
pelindungan anak, 2013
Etiologi

01 02 03
Prenatal
  Peri natal Pasca natal
• Infeksi Kehamilan. • Proses kelahiran lama, • Penyakit infeksi
• Gangguan Genetika. prematur, kekurangan
• Usia Ibu Hamil (high oksigen (Aranatal • kekurangan zat makanan
risk group). noxia). (gizi, nutrisi)
• Keracunan saat hamil
• Penyakit menahun • Bayi lahir di usia • Kecelakaan
seperti TBC matang
• keracunan
(tuberculosis).
• Pendarahan

• Kelahiran sungsang
Klasifikasi
a. Anak dengan Gangguan Fisik

b. Anak dengan Gangguan Emosi dan


Perilaku

c. Anak dengan Gangguan Intelektual


Tanda dan Gejala Anak
Berkebutuhan Khusus
• Anak sulit berkosentarasi atau perhatiannya
mudah teralih
• Anak menolak sekolah
• Anak mengalami kesulitan dalam mengikuti
petunjuk atau rutinitas tertentu
• Anak mengalami ketidakstabilan dalam
memegang pena atau pensil
• Anak mempunyai prestasi belajar rendah di
sekolah
• Anak tidak lancer dalam menulis
• Anak mempunyai kemampuan daya ingat yang
buruk
• Anak lambat menyelaikan tugas sekolah
• Anak lambat dala merespon pertanyaan
• Anak sulit diberi peraturan yang banyak 
•  Mana sumbernya?
Masalah – Masalah Yang Dihadapi Anak Berkebutuhan
Khusus ( ABK )

• Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari

• Masalah penyesuaian diri

• Masalah penyaluran ke tempat kerja

• Masalah kesulitan belajar


• Masalah gangguan kepribadian dan emosi
• Masalah pemanfaatan waktu luang
Masalah-Masalah Yang Di Hadapi Oleh Orangtua Dan
Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Teori Batshaw, Perret dan Trachtenberg ( 2017 ) mengatakan


bahwa orang tua yang melahirkan atau memiliki anak berkebutuhan
khusus akan memiliki pola respon yang terbagi dalam lima fase, yaitu :
a. denial ( penolakan )
b. depression ( depresi )
c. anger & guilt ( marah & rasa bersalah )
d. bargaining ( mempertimbangkan )
e. acceptance ( penerimaan )
Penanganan Masalah Kesehatan Pada Anak Berkebutuhan
Khusus 
 Peran perawat apa?

1) Peran Orangtua Dalam Penanganan Masalah


Kesehatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus 

2) Peran Perawat Dalam Penanganan Masalah


Kesehatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus\
SKENARIO KASUS
 
An. L berjenis kelamin perempuan berusia 12 tahun di kunjungi oleh
perawat di rumahnya.Anak L merupakan seorang anak tuna wicara dan saat dikaji
orangtua pasien mengatakan selama di rumah, anaknya cenderung menjadi
pendiam karena sering diejek oleh teman-temannya saat mereka bermain
disebabkan nada bicaranya sangat pelan dan kata-kata yang di ucapkan atau
arikulasinya tidak jelas, disamping itu anaknya hanya suka melihat gerak bibir atau
gerakan tubuh mereka di bandingkan melakukan kontak mata. Pada saat diajak
bermain oleh adiknya atau melakukan aktivitas telingahnya sering mengeluarkan
cairan, sehingga ibunya selalu memberikan kompres hangat dan obat tetes telingah
anakya serta terapi lainnya, itu yang membuat anaknya tidak nyaman dan selalu
menolak tidak mau terapi lagi karena tidak kunjung sembuh. Dari situlah anaknya
merasa diasingkan, selalu menarik diri, malu bahkan tidak tertarik dan tidak mau
berinteraksi dengan anak sesusianya di lingkungan luar karena anaknya merasa
berbeda dengan anak-anak seusianya. Pemeriksaan tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 84x/menit, suhu 36,80 C, dan pernafasan 24x/menit. Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak memiliki riwayat penyakit lainnya, tetapi ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan bicara seperti yang anaknya alami yaitu 2 orang saudara
kandung ayahnya.
PENGKAJIAN
1. Indentitas Pasien
Nama : An. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 12 Tahun
Agama : Kristen Khatolik

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak cenderung malu namun ketika
berkomunikasi dengan orang sekitar artikulasi belum terlalu bagus anaknya
masih suka melihat gerak bibir atau gerakan tubuh mereka di bandingkan
melakukan kontak mata.
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan, ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
bicara seperti yang klien alami, yaitu 2 orang saudara kandung ayahnya.
Status Mental

• Ketrampilan menolong diri ( makan, minum dan lain-lain )


• Ketrampilan gerak
● Kemampuan motorik halus
● Kemampuan komunikasi.
● Ketrampilan sosial
● Fungsi kognitif
● Memelihara kesehatan
● untuk mengkonsumsi obat kepada ibunya.
● Keterampilan berbelanja
● Keterampilan domestic
● Orientasi lingkungan
● Leterampilan vocasional
Analisa data
No Data Fokus Etiologi Masalah
Data Subjektif :  
1  Gangguan Interaksi
- Ibu pasien mengatakan anaknya cenderung Defisiensi bicara Sosial
menjadi diam

- Ibu pasien anaknya berbicara dengan sangat


pelan dan suaranya terdengar serak serta tidak
jelas.

- Ibu pasien mengatakan anaknya malu dan tidak


mau berinteraksi bahkan tidak tertarik bermain
dengan anak seusianya

Data Subjektif :

-Tampak artikulasi klien tidak jelas

-pasien tampak kurang responsif

-Atau tertarik pada orang lain

-Tampak tidak ada kontak mata

-Pasien tampak murung

 
No Data Fokus Etiologi Masalah
Data Objektif  ketidakadekuatan
1  Harga diri rendah
pemahaman
situasional
- Ibu pasien mengatakan anaknya menjadi
pendiam karena sering di ejek oleh teman-
temanya saat bermain

- Ibu pasien mengatakan anaknya pasien selalu


menarik diri, malu dan tidak mau berinteraksi
dengan anak seusianya di luar lingkungan

Data Subjektif

-Tampak klien cemas dengan lingkungannya

Terdengar klien berbicara pelan

Tampak kontak mata kurang

Tampak klienn menarik diri dan merasa malu

Tampak klien menolak berinteraksi dengan


lingkungan sekitar
3 Data Subjektif : Program perawatan ketidakberdayaan
/ pengobatan yang
kompleks atau
- Ibu pasien mengatakan jangka panjang
anaknya menolak melakukan
pengobatan atau terapi
padanya karena merasa tidak
nyaman dan terapinya
percuma saja

- Pasien mengatakan merasa


malu dengan teman-temanya
ketika bermain

- Klien merasa diasingkan

Data Objektif

• tampak klien tidak mau


berpartisipasi dalam perawatan

• Tampak klien tidak mau


bergantung pada orang lain

• Tampak klien tidak bersemangat


Diagnosa
Keperawatan

1. Gangguan Interaksi Sosial b.d Defisiensi


Bicara
2. Harga diri rendah situsional b.d
ketidakadekuatan pemahaman
3. Ketidakberdayaan b.d program perawatan /
pengobatan kompleks atau jangka panjang
Intervensi keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Gangguan Interaksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Promosi Sosialisasi
Sosial b.d Defisiensi diharapkan interaksi sosial meningkat dengan Observasi
Bicara kriteria hasil : 1) Identifikasi kemampuan melakukan
1) Responsif pada ornag lain, dipertahankan interaksi dengan orang lain
pada skala 2 ( cukup menurun ) 2) Identifikasi hambatan melakukan
ditingkatkan ke skala 4 ( cukup komunikasi dengan orang lain
meningkat ) Terapeutik
2) Ekspresi wajah responsif, dipertahankan 3) Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas
pada skala 2 ( cukup menurun ) baru dan kegiatan baru dan kegiatan
ditingkatkan ke skala 4 ( cukup kelompok
meningkat ) 4) Motivasi berinteraksi diluar lingkungan
3) Kooperatif dengan teman sebaya, ( mis: jalan-jalan )
dipertahankan pada skala 2 ( cukup 5) Didiskusikan kekuatan dan keterbatasan
menurun ) ditingkatkan ke skala 4 ( cukup dalam berkomunikasi dengan orang lain
meningkat )  
  Edukasi
  6) Anjurkan berinteraksi dengan oranglain
secara bertahap
2 Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Promosi harga diri
situsional b.d diharapkan harga diri meningkat dengan kriteria Observasi
ketidakadekuatan hasil : 1) Monitor verbalisasi yang merendahkan diri
pemahaman 1) Penilaian diri positif, dipertahankan pada sendiri
skala 2 ( cukup menurun ) ditingkatkan ke Terapeutik
skala 4 ( cukup meningkat ) 2) Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
2) Kontak mata, dipertahankan pada skala 2 ( untuk diri sendiri
cukup menurun ) ditingkatkan ke skala 4 3) Diskusikan pernyataan tentang harga diri
( cukup meningkat ) 4) Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang
3) Percaya diri berbicara, dipertahankan pada meningkatkan harga diri
skala 2 ( cukup menurun ) di tingkatkan ke  
skala 4 ( cukup meningkat ) Edukasi
5) Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan konsep
positif diri pasien
6) Anjurkan mempertahankan kontak mata
saat berkomunikasi dengan orang lain
7) Latih cara berfikir dan berperilaku positif
3 Ketidakberdayaan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Promosi Harapan
program perawatan / diharapkan keberdayaan meningkat dengan Observasi
pengobatan kompleks kriteria hasil : 1) Identfikasi harapan pasien dan keluarga
atau jangka panjang 1) Pernyataan mampu melaksanakan aktivitas dalam pencapaian hidup
, dipertahankan pada skala 2 ( cukup Terapeutik
menurun ) ditingkatkan ke skala 4 ( cukup 2) Sadarkan bahwa kondisi yang dialami
meningkat ) memiliki nilai penting
2) Berpartisipasi dalam perawatan, 3) Libatkan pasien secara aktif dalam
dipertahankan pada skala 2 ( cukup perawatan
menurun ) ditingkatkan ke skala 4 ( cukup 4) Berikan kesempatan kepada pasien dan
meningkat ) keluarga terlibat dengan dukungan
  kelompok
Edukasi
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan
terhadap kondisi dengan realistis
6) Anjurkan mempertahankan hubungan
tertapeutik dengan orang lain
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH 

Anda mungkin juga menyukai