DENGAN DIAGNOSA
PENYAKIT
“FRAKTUR “
A. Konsep Dasar
Medik
1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah gangguan dari konstinuitas yang normal dari suatu tulang (Freye et al.,
2019). Fraktur dapat terjadi di bagian ekstermitas atau anggota gerak tubuh yang disebut
fraktur ekstermitas(Astuti, 2018). Ektermitas terbagi menjadi dua yaitu fraktur ektermitas
atas misalnya tangan, lengan, siku, bahu, pergelangan tangan. Sedangnya fraktur
ekstermitas bawah misalnya pinggul, paha, kaki bagian bawah, pergelangan kaki.
Fraktur biasanya menimbulkan pembengkakan, hilangnya fungsi normal, deformitas,
kemerahan, krepitasi dan rasa nyeri
2. Etiologi
Menurut (Astuti, 2018), hal-hal yang dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya fraktur yaitu:
a) Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat
yang mengenai tulang baik secara langsung mapun tidak
b) Fraktur stress, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan
c) Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur
Lanjutan…
Menurut (Sholihah, 2018), fraktur dapat terjadi karena adanya kelebihan beban mekanis pada suatu
tulang, berikut beberapa penyebab dari fraktur adalah:
1) Kecelakaan di jalan raya
2) Cedera saat melakukan olahraga
3) Menyelam pada air yang dangkal
4) Luka tembak atau luka tikam
5) Gangguan metabolik tulang seperti osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada
vertebra
6) Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medula spinalis seperti spondiliosis servikal
dengan mielopati
7) Gaya secara langsung, contohnya sebuah benda bergerak menghantam ke area tubuh di atas tulang
8) Gaya tidak langsung, contohnya ketika ada kontraksi kuat otot menekan pada tulang dan juga
tekanan serta kelelahan dapat menyebabkan fraktur karena penurunan kemampuan tulang dalam
menahan gaya mekanikal
3. Klasifikasi
Brunner dan Suddarth (2001) menyebutkan jenis-jenis fraktur berdasarkan jenis dan tipe-nya adalah
sebagai berikut :
1) Fraktur komplet, yaitu : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biyasanya mengalami pergeseran
(bergeser dari posisi yang normal).
2) Fraktur tidak komplet, yaitu : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
3) Fraktur tertutup (fraktur simple), yaitu : fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit.
4) Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ kompleks), yaitu : fraktur dengan luka pada kulit atau membrane
mukosa sampai kepatahan tulang.
Grade I, dengan luka bersih yang kurang dari 1 cm.
Grade II, luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III, mengalami kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
Lanjutan...
Spry, C (2009) menggolongkan fraktur sesuai dengan pergeseran anatomis fragmen tulang.
1) Greenstick : fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak, dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi
yang lain membengkok dan kortek tulang dan periosteum masih utuh. Biasanya akan segera sembuh dan mengalami
remodeling ke bentuk dan fungsi yang normal.
2) Transversal : fraktur yang garis patahannya tegak lurus terhadap sumbu Panjang tulang (sepanjang garis tengah tulang).
3) Oblik : fraktur yang garis patahannya membentuk sudut terhadap tulang.
4) Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.
5) Kominutif : serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
6) Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
7) Kompresi/impaksi : fraktur ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu vertebra
dengan vertebra yang lain.
8) Patologik : fraktur yang terjadi pada tulang yang berpenyakit (kista tulang, penyakit piaget, metastasis tulang, tumor).
9) Avulsi : tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada perletakannya.
4. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Tulang merupakan suatu jaringan yang tersusun atas osteoblast, osteosit, dan osteoklas.
Osteoblast menyusun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan
jaringan osteosit melalui proses osifikasi. Saat sedang aktif menghasilkan osteosid, osteoblast mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peran penting dalam mengedepankan kalsium dan fosfat ke
dalam matriks tulang. Sebagian fosfatase alkali memasuki aliran darah, maka kadar fosfatase alkali di dalam
darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tukang setelah mengalami patah tulang
atau pada kasus metastase kanker ke tulang.
b. Fisiologi
1) X-ray
2) Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3) Arteriogram
4) Hitung darah lengkap
5) Kreatinin
6) Profil koagulasi
B. Konsep Dasar Medis Secara
Teori
1. Pengkajian
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Mengkaji kronologi yang menyebabkan terjadinya mal union.
Tindakan apakah yang didapatkan dan sudah dilakukan, sudah
1) Biodata Pasien berobat kemana. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya
Pada tahap ini perlu mengetahui data demografi klien seperti kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka yang lain. Adanya
nama, umur, jenis kelamin, alamat tempat tinggal, agama, riwayat fraktur pada bagian tulang panjang. Manifestasi khusus
suku, bangsa, status perkawinan,pendidikan terakhir, nomor malunion adalah adanya angulasi, osteoarthritis, dan bursitis.
rekam medik (RM), pekerjaan pasien, dan nama orang tua/ 4) Riwayat Penyakit Dahulu
suami/ istri. Pada beberapa kasus, klien yang pernah berobat ke dukun patah
2) Keluhan Utama tulang/sangkal putung sebelumnya, dan juga bisa karena
Pemeriksaan umum dengan mengkaji nyeri PQRST. kegagalan tim medis dalam penatalaksanaan, reduksi, dan
P: Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri pada bagian yang imobilisasi tidak adekuat.
terjadi fraktur. 5) Riwayat Penyakit Keluarga
Q: Klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk. Riwayat penyakit keluarga yang harus dikaji antara lain apakah
R: Nyeri terjadi di lokasi yang mengalami fraktur. Nyeri dapat adanya kelainan perdarahan, keloid, osteoporosis, atau riwayat
mereda dengan imobilisasi atau istirahat dan nyeri tidak kanker tulang.
menjalar atau menyebar. 6) Riwayat Psikososial spiritual
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
S: secara subjektif, nyeri yang dirasakan klien antara 5 – 10
peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respon atau
pada rentang skala pengukuran 0 – 10.
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga
T: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
maupun masyarakat.
pada malam atau siang hari.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Fokus pengkajian
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda yang perlu a. Primer:
dicatat adalah kesadaran klien (apatis, stupor, somnolen, 1) Airway
koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada 2) Breathing
keadaan klien), keadaan penyakit (akut, kronis, ringan,
sedang, berat, pada kasus fraktur kruris bersifat akut), TTV
3) Circulation
tidak normal, karena ada gangguan lokal, baik fungsi b. Sekunder:
maupun bentuk. Pola aktivitas, karena timbul nyeri, gerak 1) Aktivitas
jadi terbatas. Semua aktivitas klien jadi berkurang dan klien 2) Sirkulasi
perlu bantuan orang lain. Pola tidur dan istirahat, klien akan
merasakan nyeri dan gerak terbatas, sehingga mengganggu
3) Eliminasi
pola dan kebutuhan tidur klien. Disini, perlu dikaji lamanya 4) Neurosensori
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur 5) Nyeri/kenyamanan
dan penggunaan obat tidur. 6) Keamanan
Lanjutan…
4. Pengkajian Pola Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
b. POLA NUTRISI DAN METABOLISME
3. Pemeriksaan Sistem Organ
c. POLA ELIMINASI
a. B1 (Breathing)
d. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
b. B2 (Blood)
e. POLA AKTIVITAS
c. B3 (brain)
f. POLA HUBUNGAN DAN PERAN
d. B4 (Bladder)
g. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
e. B5 (Bowel)
h. POLA SENSORI DAN KOGNITIF
f. B6 (Bone)
i. POLA REPRODUKSI SEKSUAL
j. POLA PENANGGULANGAN STREES
k. POLA TATA NILAI DAN KEYAKINAN
2. Diagnosa
NO. Diagnosa Keperawatan
5. Resiko perfusi tidak efektif b/d kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat
6. Risiko infeksi
.
● d. Pola Aktivitas Sehari- hari ● 1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
● a) Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
● 1) Pola Nutrisi dan cairan
● b) Tanda-tanda vital : TD: 110/60mmHg, ND : 112x/menit, P : 30x/i, S: 36,2 0C
● Sehat : tidak dikaji ● 2) Head to Toe
● Sakit : tidak dikaji ● a) kepala dan rambut : kulit kepala bersih, tidak ada lesi di kepala, rambut terlihat hitam,
● Pola Eliminasi tidak mudah rontok.
● b) Wajah : wajah terlihat meringis
● Sehat : tidak dikaji ● c) Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sklera tidak
● Sakit : tidak dikaji ikterik.
● 2) Pola Istirahat dan Tidur ● d) Hidung : hidung bersih, pernafasan cuping hidung (-), pernafasan 20x/menit.
● Sehat : tidak dikaji ● e) Bibir, mulut dan gigi : bibir pucat, mukosa bibir agak kering, mulut agak bersih, karies
gigi (+).
● Sakit : tidak dikaji ● f) Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjer getah
● 3) Pola Aktivitas dan Latihan bening, tidak ada pembengkakan kelenjer tyroid
● Sehat : sehari-ari aktifitas dilakukan ● g) Thoraks : Paru
sendirian tidak ada dibantu oleh keluarga. ● I : simetris antara kiri dan kanan Pe : fremitus antara kiri dan kanan Pa : sonor
● A : Vesikuler Jantung
● Sakit :, pasien mengatakan susah untuk ● I : iktus kordis tidak terlihat Pa : iktus kordis tidak teraba Pe : sonor
beraktivitas seperti berdiri atau jalan. ● A : irama jantung teratur Abdomen
Pasien merasakan nyeri dengan skala nyeri ● I : perut tidak buncit, ada lesi di sekitar pinggang Pa : tidak ada nyeri saat diraba, hepar tidak teraba
8 pada kaki kirinya. Pe : timpani
● A : irama bising usus 15x/menit
● ● h) Ekstremitas
● Atas :-.
● Bawah : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kirinya dengan skala nyeri 8, pasien juga mengatakan
susah untuk beraktivitas seperti berdiri atau jalan. tampak adanya luka terbuka pada 1/3 bawah paha
dan tampak ada tulang yang menonjol
Lanjutan...
f. Data Psikologis
1) Status Emosional : terkontrol
2) Kecemasan : terkontrol
3) Pola Koping : dukungan dari keluarga dan diri
pasien sendiri baik tentang kondisi yang dialami pasien.
4) Gaya Komunikasi : komunikai pasien lancar dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan Minangkabau.
g. Data sosial
Tidak dikaji.
h. Data Spiritual
Tidak dikaji
i. Data Penunjang
Pada pemeriksaan rontgen didapatkan kesan
malunion pada femur sinis
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH