KONSEP DASAR
A. Pengertian
pemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang,fraktur
patologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang lemah karena dimineralisasi
trauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut, tenaga,keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut
Multiple fraktur adalah lebih dari satu garis fraktur ( Silvia A. Prince,
2000 ).
1
tulang lebih dari satu garis yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang di
tandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas dan gangguan fungsi pada
area fraktur.
2
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intra-seluler. Tulang berasal
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”.
a) Tulang panjang (long bone), misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan
b) Tulang pendek (short bone) bentuknya tidak teratur dan inti dari
cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat,
c) Tulang sutura (sutural bone) terdiri atas dua lapisan tulang padat
tengkorak.
3
e) Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar
f) Tulang pipih (flat bone), misalnya parietal, iga, skapula dan pelvis.
2. Fisiologi Tulang
jaringan lunak.
dan pergerakan).
(hema topoiesis).
osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang.
Materi organ laen yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan (Arif
Muttaqin, 2008).
4
C. Etiologi dan predisposisi
1) Trauma langsung
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Frakur yang terjadi biasanya bersifat
trauma yang tiba tiba mengenaii tulang dengan kekuatan dengan kekuatan
yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga
terjadi patah
yang lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi
atau oblik
3) Trauma patologis
5
keropos secara cepat dan rapuh sehingga mengalami patah tulang,
D. Pathofisiologi
terbuka disertai dengan kerusakan jaringan lunak seperti otot, tendon, ligamen
fragmen tulang keluar menembus kulit dan menjadi luka terbuka serta
pada area fraktur sehingga disposisi tulang. Multiple fraktur terjadi jika
tulang dikarnakan oleh stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya.
jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf
6
dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cidera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang. ( Smeltzer,
Suzanne C. 2001 )
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
multiple fraktur, pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari multiple fraktur antara lain sebagai berikut :
7
dengan ekstremitas yang normal, ekstermitas tak dapat berfungsi
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera. ( Smeltzer,
Suzanne C. 2001 )
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
seperti asalnya, reduksi ada dua macam yaitu reduksi tertutup ( tanpa
8
c. Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selama
2001)
a. Fraktur tertutup
9
b. Fraktur terbuka
3. Penatalaksanaan kedaruratan
yang terkena segera sebelum klien dipindahkan. Daerah yang patah harus
di sangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi.
G. Komplikasi
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
nadi, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
pembedahan.
10
b. Kompartement Syndrom
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa
dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
11
f. Shock
a. Delayed Union
b. Nonunion
c. Malunion
H. Pengkajian focus
12
masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
medis.
b) Keluhan Utama
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah
terjadi.
13
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang
kemampuan fungsinya.
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
14
e) Riwayat Penyakit Keluarga
genetik
f) Riwayat Psikososial
15
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
16
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur
lain.
17
mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri
akibat fraktur.
efektif
klien.
2) Pemeriksaan Fisik
18
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
tanda-tanda, seperti:
sempurna
deformitas.
19
(e) Sirkulasi, seperti hipertensi (kadang terlihat sebagai
cedera.
b) Keadaan Lokal
berikut :
berikut :
hyperpigmentasi.
20
anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan
maupun klien.
5) detik
21
(3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
22
dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada Sinar – X
sebagai berikut.
b) Pemeriksaan Laboratorium
penyembuhan tulang.
23
Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase
penyembuhan tulang
c) Pemeriksaan lain-lain
diakibatkan fraktur.
24
I. Pathway Keperawatan
Trauma langsung,
Kondisi patologis
trauma tidak langsung
(osteoporosis,osteomeilitis,kank er
tulang)
Perubahan
reduksi
deformitas Keterbatasan jaringan sekitar
Vol. sekuncup
Resiko
Resiko
nutrisi
kekurangan
<kebutuhan Curah
vol. cairan
Gangguan
perfungsi
( Smeltzer, Suzanne C.
2001 )
Sylva A.Price,2000 )
25
J. Fokus intervensi dan rasional
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah
sebagai berikut:
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
kawat, sekrup)
cairan
8. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi tidak adekuat
(Carpenito, 2002)
26
Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
sirkulasi vaskuler.
perubahan posisi)
27
Rasional: Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan
sesuai keperluan
(Doenges, 2000)
komunikasi verbal atau kode dari pemberi gambaran nyeri, data obyektif perilaku
menangis, mondar – mandir, gelisah, mencari orang lain), wajah nampak menahan
nyeri (Carpenito, 1999). Diagnose ini bisa di tegakkan bila ditemukan data klien
2000).
28
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang
protocol
penyembuhan luka.
indikasi
(Carpenito, 2002)
29
2.4. Resiko tinggi terhadap infeksi adalah suatu kondisi dimana
protozoa/ parasit lain) dari berbagai sumber dari dalam atau dari
luar tubuh. Untuk kriteria pengkajian fokus pada resti infeksi data
kemampuannya
30
3.3. Intervensi dan rasional
karena imobilisasi
sesuai indikasi
keadaan klien
31
Rasional: Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah
(Carpenito, 2002)
32
perubahan gaya berjalan, gerak lambat (NANDA, 2006).
kawat, sekrup)
terjadi
luas
33
b. Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal
bebat/gips
pada imobilisasi
insersi pen/traksi
(Doenges, 2000)
Derajat I: eritema yang tidak dapat memucat pda kulit yang utuh,
Derajat IV: ulserasi yang luas menembus otot, tulang atau strukur
34
karakteristik minor yaitu kulit gundul, etitema, lesi ( primer,
2006).
35
Rasional: sebagai tidakan awal untuk menntukan intervensi
selanjutnya
(Carpenito, 2002)
tinggi serta kerangka tubuh dibawah ideal, lipatan kulit trisep, lingkar
36
serum.(Carpenito, 1999). Sedangkan dari teori lain menyebutkan
a. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila
perlu
menjag harga diri klien karena klien dalam keadaan cemas, dan
37
kemudian berikan umpan balik positif atas usaha yang telah
dilakukan
memungkinkan
masalah neurogenik
meningkatkan latihan
(Doenges, 2000)
38
7.3. Intervensi dan rasional
kekakuan sendi.
terlalu ketat.
normal.
39
7.4. Tanda tanda disfungsi perifer yaitu terjadi gangguan pendengaran,
Muttaqin Arif,2008)
– pecah
(Carpenito, 2002)
40