Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KDP

HALAMAN SAMPUL

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS: HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN DENGAN
HERNIA INGUINALIS LATERAL SINISTRA (HILS)
DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT TK. III
BALADHIKA HUSADA JEMBER

oleh:
Selasih Ilmi Nafi’ah, S.Kep
NIM 192311101198

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:


Nama : Selasih Ilmi Nafi’ah, S.Kep.
NIM : 192311101098
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS: HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA
PASIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL SINISTRA
(HILS) DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT TK. III BALADHIKA
HUSADA JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, September 2019


TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns. Nurfika Asmaningrum, M,Kep.,Ph.D Riskasari P, S.Kep., Ns.


NIP. 19800112 200912 2 002 NIS 05.06.02.90.16.240

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Definisi Aktivitas/Istirahat ..................................................................... 1
B. Epidemiologi ......................................................................................... 2
C. Etiologi .................................................................................................. 2
D. Tanda dan Gejala ................................................................................... 4
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway ....................................................... 4
F. Penatalaksanaan Medis .......................................................................... 7
G. Penatalaksanaan Keperawatan .............................................................. 8
1. Pengkajian ......................................................................................... 8
2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES) .......................... 14
3. Perencanaan/ Nursing Care Plan ...................................................... 16
H. Penatalaksanaan berdasarkan Evidance Based Practice in Nursing ..... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 21

ii
1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Aktivitas/Istirahat
Aktivitas adalah suatu bentuk energi atau kemampuan bergerak pada
seseorang secara bebas, mudah, dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan
bantuan orang lain (Suciati, 2014). Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang
kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem
muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ lainnya (Potter & Perry, 2006).
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah
memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal (Potter & Perry, 2005).
Imobilisasi (gangguan mobilitas fisik) adalah suatu keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik, perubahan dalam
tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan pembatasan gerak dalam bentuk
tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal,
pembatasan gerak volunter atau kehilangan fungsi motorik (Potter dan Perry,
2006). Beberapa orang akan dapat mengalami imobilisasi parsial dimana sebagian
kegiatannya akan dibantu oleh orang lain atau oleh alat. Namun dapat juga
mengalami kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak
terbatas, dimana imobilisasi mutlak ini berarti bahwa seseorang akan mengalami
kondisi selalu membutuhkan bantuan untuk melakukan sesuatu. Terjadinya
imobilisasi pada seseorang dapat terjadi secara bertahap mulai dari mobilitas
penuh, ketergantungan sebagian, lalu terjadi ketidakaktifan atau imobilisasi penuh
(Potter & Perry, 2005). Terdapat beberapa macam hambatan mobilitas menurut
Herdman dan Kamitsuru (2018) yaitu hambatan mobilitas fisik; hambatan
2

mobilitas di tempat tidur; hambatan mobilitas berkursi roda; hambatan duduk;


hambatan berdiri; hambatan kemampuan berpindah; dan hambatan berjalan.

B. Epidemiologi

International Diabetes Federation (2014) menyebutkan bahwa terdapat 382


juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035
jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.
Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum
terdiagnosis, sehingga terancam progresifnya berkembang menjadi komplikasi
tanpa disadari dan tanpa pencegahan, mayoritas penderita diabetes ini berasal dari
berpenghasilan rendah dan menengah dan diperkirakan akan terus meningkat
selama 22 tahun kedepan.

C. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas menurut Suciati (2014),
diantaranya:
1. Usia dan status perkembangan
Perbedaan tingkat mobilisasi salah satunya disebabkan oleh perbedaan usia.
Usia mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskular dan tubuh secara
proporsional, postur, pergerakan, dan refleks akan berfungsi secara maksimal.
Hal ini ditunjukkan dimana orang dewasa akan mempunyai tingkat mobilitas
yang berbeda dengan anak-anak.
2. Kesehatan Fisik (Proses Penyakit/Cedera)
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Hal ini ditunjukkan dimana orang yang
menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan gerak dalam
ekstremitas bawah.
3. Gaya hidup
Masing-masing individu mempunyai gaya hidup sendiri yang berbeda-beda.
Hal ini juga dapat bergantung pada tingkat pendidikannya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan individu maka perilakunya akan dapat meningkatkan
3

kesehatannya. Apabila pengetahuan tinggi tentunya akan diikuti pengetahuan


tentang mobilitas dan akan senantiasa melakukan mobilitas dengan cara yang
sehat.
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang.
keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat, dimana sering
dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas fisik.
5. Tingkat energi
Individu dalam melakukan mobilitas akan membutuhkan sebuah energi.
Individu yang sedang sakit akan mempunyai tingkat mobilitas yang lebih
sedikit dibandingkan dengan individu yang sehat.
6. Kebudayaan
Suatu budaya dapat mempengaruhi seseorang meliputi pola dan sikap dalam
beraktivitas, misalnya seorang anak desa akan biasa dengan jalan kaki
berbeda dengan anak kota yang menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga
dapat disimpulkan mobilitasnya sangat berbeda.
7. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani/buruh.
8. Keadaan Nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat mengakibatkan kelemahan otot, dan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.

D. Tanda dan Gejala


Ada beberapa tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien dengan
gangguan mobilitas yaitu Herdman dan Kamitsuru (2018) yaitu:
1. Gangguan sikap berjalan
2. Adanya penurunan keterampilan motorik kasar dan halus
3. Terdapat penurunan rentang gerak
4. Pasien akan mengalami kesulitan untuk membolak-balikkan posisi
5. Merasa tidak nyaman
6. Dispnea setelah melakukan aktifitas
4

7. Tremor akibat bergerak


8. Gerakan menjadi lambat dan spastic
9. Gerakan tidak terkoordinasi
10. Instabilitas postur

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot, isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraki isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrk. Postur dan gerakan otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktivitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan
otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang
seimbang (Handiyani, 2013).
5

Clinical Pathway:

Faktor penyebab: usia dan status perkembangan, gaya hidup, proses


dari suatu penyakit dan injuri, tingkat energi, kebudayaan

HILS
Kekakuan pada sendi

Cincin Konsentrik Degenerasi tulang


anulus ruptur (robek) rawan sendi

Herniasi (menonjol) Kelainan pada otot


skleletal
Menekan akar saraf spinal
Membatasi pergerakan
Rasa sakit
pada sendi

Perubahan sensasi Ketidakmampuan Ketidakmampuan


mengakses kamar mandi melakukan
Kekakuan sendi dan menjangkau sumber air pergerakan ke toilet

Hambatan Defisit Perawatan Defisit Perawatan


Mobilitas Fisik Diri: Mandi Diri: Eliminasi

Gangguan fungsi
gastrointestinal

Mual, kembung, nyeri


pada lambung, rasa
pegah pada perut
6

F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk mobilisasi antara lain:
1) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien dan keluarga
2) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
3) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional,
dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
4) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan
dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/
kondisi penyetara lainnya.
5) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentkan bila memungkinkan.
6) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
7) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi
(pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot
(isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan
ambulasi terbatas.
8) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu
berdiri dan ambulasi.
9) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan toilet.
7

G. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
a) Identitas pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl MRS :
Tgl pengkajian :
Dx. Medis :
b) Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub. dgn pasien :
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan saat ini
Alasan masuk RS, faktor pencetus, keluhan utama, timbulnya keuhan,
pemahaman penatalaksanaan kesehatan, upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya, diagnosa medik
b) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah dialami, pernah dirawat, dioperasi, kebiasaan
obat-obatan, riwayat kesehatan keluarga
3. Pengkajian Kesehatan Fungsional Pola Gordon
Pola fungsi kesehatan
a) Pemeliharaan dan persepsi tentang kesehatan
 Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
 Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
 Faktor-faktor risiko sehubungan dengan masalah kesehatan
b) Nutrisi/metabolik
 Berapa kali makan sehari
 Makanan kesukaan
 Berat badan sebelum dan sesudah sakit
 Frekuensi dan kuantitas minum sehari
c) Pola eliminasi
 Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
 Nyeri
 Kuantitas
8

d) Pola aktivitas dan latihan


Aktivitas Harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket: 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3:
bantuan alat, 4: mandiri
e) Pola tidur dan istirahat
 Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
 Somnambolisme
 Kualitas dan kuantitas jam tidur
f) Pola kognitif dan perseptual
 Adakah ganguan penglihatan, pendengaran (panca indera)
g) Pola persepsi diri dan konsep diri
 Gambaran diri
 Identitas diri
 Peran diri
 Ideal diri
 Harga diri
h) Pola seksual dan reproduksi
 Adakah gangguan pada alat kelaminnya
i) Pola peran-hubungan
 Hubungan dengan anggota keluarga
 Dukungan keluarga
 Hubungan dengan tetangga dan masyarakat
j) Pola manajemen koping stres
 Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
k) Pola keyakinan-nilai
 Persepsi keyakinan
 Tindakan keyakinan
4. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan
kiri
5. Kemampuan Mobilisasi
Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
9

tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai


berikut:
Tingkat aktivitas/Mobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

6. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion- ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki
Tipe gerakan Derajat rentang
normal

Leher, spinal, servikal

Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada 45

Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi 45


tegak
Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang 10
sejau mungkin
Fleksi lateral : memiringkan kepala sejau 40-45
mungkin ke arah setiap bahu
Rotasi : memutar kepala sejau mungkin dalam 180
gerakan sirkuler
Bahu

Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di 180


samping tubuh ke depan ke posisi di atas
kepala
Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi 180
semula
10

Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping 180


di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari
kepala
Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan 320
menyilang tubu sejau mungkin
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar 90
bahu dengan menggerakkan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke belakang.
Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan 90
lengan sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala
Lengan bawa

Supinasi : memutar lengan bawa dan telapak 70-90


tangan seingga telapak tangan menghadap ke
atas
Pronasi : memutar lengan bawah sehingga 70-90
telapak tangan menghadap ke bawah
Pergelangan tangan

Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi 80-90


dalam lengan bawah
Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari- 80-90
jari, tangan, dan lengan bawa berada pada arah
yg sama
Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan Sampai 30
tangan miring (medial) ke ibu jari
Adduksi (fleksi luar) : menekuk pergelangan 30-50
tangan miring (medial) ke ibu jari
Jari-jari tangan

Fleksi : membuat pergelangan 90


11

Ekstensi : meluruskan jari tangan 90

Hiperkstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke 30-60


belakang sejau mungkin
Ibu jari

Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang 90


permukaan telapak tangan
Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjau 90
dari tangan
Pinggul

Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan 90-120


atas
Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping 90-120
tungkai yang lain
Lutut

Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang 120-130


paha
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai 120-130

Mata kaki

Dorsofleksi : menggerakkan sehingga jari-jari 20-30


kaki menekuk ke atas
Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga 45-50
jari-jari kaki menekuk ke bawah

7. Kekuatan Otot
Derajat kekuatan otot ditentukan dengan:
Skala Karakteristik
0 Tidak ada pergerakan otot
1 Pergerakan otot yang dapat terlihat,
namun tidak ada pergerakan sendi
2 Pergerakan sendi, namun tidak dapat
melawan gravitasi
12

3 Pergerakan melawan gravitasi, namun


tidak melawan tahanan
4 Pergerakan melawan tahanan, namun
kurang dari normal
5 Kekuatan otot normal

8. Pengkajian Fisik
 Keadaan umum pasien
 Kesadaran
 Pemeriksaan TTV
13

b. Diagnosa Keperawatan yang sering Muncul


1) Hambatan Mobilitas Fisik
Batasan karakteristik
a) Gangguan sikap berjalan g) Melakukan aktivitas lain
b) Penurunan keterampilan sebagai pengganti pergerakan
motorik halus h) Dispnea setelah beraktivitas
c) Penurunan rentang gerak i) Tremor akibat bergerak
d) Waktu reaksi memanjang j) Instabilitas postur
e) Kesulitan membolak-balik k) Gerakan lambat
posisi l) Gerakan spastik
f) Ketidaknyamanan m) Grakan tidak terkoordinasi

Faktor yang berhubungan


a) Intoleran aktivitas j) Disuse
b) Ansietas k) Kurang dukungan lingkungan
c) Indeks massa tubuh di atas l) Kurang pengetahuan tentang
persentil ke -75 sesuai usia nilai aktivitas fisik
d) Kepercayaan budaya tentang m) Kaku sendi
aktivitas yang tepat n) Malnutrisi
e) Penurunan kekuatan otot o) Nyeri
f) Penurunan kendali otot p) Fisik tidak bugar
g) Penurunan massa otot q) Keengganan memulai
h) Penurunan ketahanan tubuh pergerakan
i) Depresi r) Gaya hidup kurang gerak

2) Definisi perawatan diri: mandi


Batasan karakteristik
a) Ketidakmampuan mengakses kamar mandi
b) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
c) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
d) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
e) Ketidakmampuan mangatur air mandi
f) Ketidakmampuan membasuh tubuh
14

Faktor yang berhubungan


a) Ansietas
b) Penurunan motivasi
c) Kendala lingkungan
d) Nyeri Kelemahan

3) Defisit perawatan diri: eliminasi


Batasan karakteristik
a) Ketidakmampuan melakukan higiena eliminasi secra komplet
b) Ketidakmampuan menyiram toilet
c) Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi
d) Ketidakmampuan mencapai toilet
e) Ketidakmampuan naik ke toilet
f) Ketidakmampuan untuk duduk di toilet

Faktor berhubungan
a) Ansietas
b) Penurunan motivasi
c) Kendala lingkungan
d) Keletihan
e) Hambatan kemampuan berpindah
f) Hambatan mobilitas
g) Nyeri
h) Kelemahan
15

c. Perencanaan/Nursing Care Plan

Masalah
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 Manajemen energi (0180)
mobilitas fisik
jam pasien menunjukkan hambatan mobilitas fisik
(00085) 1. Anjurkan pasien mengungkapkan secara verbal
berkurang dengan kriteria hasil:
tentang keterbatasan yang dialami
Pergerakan (0208) 2. Monitor intake nutrisi
3. Monitor pergerakan yang pernah dilakukan
Skala Skala
NO Indikator pasien
saat ini capaian
1. Keseimbangan 4. Monitor istirahat dan tidur pasien
2. Koordinasi
3. Gerakan Otot 5. Observasi tanda-tanda vital yang berpengaruh
4. Bergerak dengan terhadap energy
mudah
6. Ajarkan keluarga untuk mengenali tanda
kelelahan pada pasien

Terapi Latihan: Pergerakan Sendi (0224)

1. Tentukan batasan pergerakan sendi


2. Lakukan latihan ROM aktif dan ROM pasif
16

sesuai dengan jadwal


3. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk
menentukan latihan lainnya yang sesuai
4. Dukung ambulasi jika memungkinkan
5. Ajarkan pada keluarga untuk membantu
pergerakan pasien di tempat tidur

2. Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 Bantuan Perawatan diri (1800)
perawatan diri:
jam pasien menunjukkan defisit perawatan diri: mandi
mandi 1. Pertimbangkan budaya pasien ketika
(000108) berkurang dengan kriteria hasil:
meningkatkan perawatan diri
Perawatan diri: Mandi
2. Monitor kemampuan pasien perawatan diri
Skala Skala secara mandiri
NO Indikator
Saat ini Capaian
1. Masuk dan keluar 3. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
kamar mandi
2. Mengambil alat sehari-hari sesuai batas kemampuan
mandi
3. Menyalakan kran 4. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
4. Mencuci wajah
5. Mengeringkan 5. Ajarkan keluarga untuk mendukung
badan kemandirian dengan membantu ketika pasien
17

tidak mampu melakukannya.

Bantuan Perawatan Diri: Mandi (1801)

1. Berikan bantuan sampai pasien bener-benar


mampu melakukan perawatan diri

2. Letakkan sabun, handuk, deodorant, alat cukur,


dan peralatan lain yang dibutuhkan di samping
tempat tidur atau di kamar mandi

3. Fasilitasi pasien menyikat gigi, jika perlu Cukur


pasien, jika diindikasikan

4. Tawarkan untuk mencuci tangan setelah


eliminasi dan sebelum makan.

3. Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Bantuan perawatan diri: eliminasi
perawatan diri: jam diharapkan defisit perawatan diri : eliminasipasien 1. Bantu pasien ke toilet pada waktu tertentu
eliminasi berkurang dengan kriteria hasil: 2. Instruksikan pasien/keluarga dalam rutinitas
(000110) toilet.
3. Buat jadwal aktivitas terkait dengan eliminasi
dengan tepat.
18

Ambulasi (0200)

Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1 Menopang berat 2 √
badan

2 Berjalan dengan 3 √
pelan

Keterangan:

1 : sangat terganggu

2 : banyak terganggu

3 : cukup terganggu

4 : sedikit terganggu

5 : tidak terganggu
19

H. Penatalaksanaan Berdasarkan Evidance Based Practice in Nursing


Latihan Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan terkait kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot. Dalam pemulihan anggota gerak yang mengalami kelemahan
terdapat faktor yang mempengaruhi peningkatan kekuatan otot (Potter & Perry.
2005). Tujuan latihan ROM adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan
fleksibiliti dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan,
mencegah kontraktur serta kekakuan pada sendi. Lamanya pemberian latihan
dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Lama latihan tergantung pada stamina
pasien. Terapi latihan yang baik adalah latihan yang tidak melelahkan, durasi
tidak terlalu lama namun dengan pengulangan sesering mungkin. Latihan gerak
secara berulang membuat konsentrasi untuk melakukan gerakan berulang dengan
kualitas sebaik mungkin.
Berdasarkan hasil sebuah penelitian menyatakan bahwa terdapat hasil yang
cukup signifikan pemberian latihan Range of Motion (ROM) pada pasien dengan
gangguan mobilitas, salah satunya dengan penyakit diabetes melitus dan ulkus
diabetikum. O’Brien, Edwards, Stewart, dan Gibbs (2012) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa latihan home based exercise seperti ROM Ankle sangat efektif
dan memberikan efek terhadap penyembuhan vena ulcer. Hal ini terjadi karena
berkaitan dengan fungsi pompa otot betis, dimana pompa otot betis yang tidak
aktif dianggap sebagai salah satu penyebab utama insufisiensi vena kronis yang
berakibat pada ulserasi pada kaki. Latihan pergerakan sendi adalah latihan
isotonik yang dilakukan untuk memobilisas semua sendi lewat pergerakan dengan
jangkauan penuh dan merupakan salah satu intervensi keperawatan untuk
mengatasi masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik (Bulechek, Butcher, dan
Dochterman, 2013). Hal ini juga dinyatakan oleh Kozier, Erb, Berman, dan
Synder (2016) bahwa ROM aktif dapat meningkatkan tonus otot, massa, dan
kekuatan otot, serta mempertahankan sirkulasi dan fleksibilitas sendi.
20

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman, J.M. 2013. Nursing Intervention


Classification (NIC).6th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh
Nurjannah, I.,Tumanggor, R.D. 2016. Nursing Intervention Classification
(NIC).Edisi Indonesia Keenam. Yogyakarta: CV. Mocomedia
Handiyani, H. 2013. Mobilisasi dan Imobilisasi. http://staff.ui.ac.id [Diakses pada
2 September 2019].
Herdman, T. H. dan S. Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan
Definisi Dan Klasifikasi. Edisi 11. Jakarta: EGC.
International Diabetes Federation (IDF). 2014. IDF diabetes Atlas. Sixth edition.
Kozier, B., G. Erb., A. Berman., dan G. Frandsen. 2016. Fundamental of Nursing
Concepts, Process, and Practice, 10th Ed. New Jersey: Pearson Prantice
Hall.
Mubarak, Wahid Iqbal, Nurul Chayati. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Moorhead, Sue., M. Johnson, M. L. Maas. dan E. Swanson. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes Fifth
Edition Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan Tumanggor, R.D. 2016.
United States: Mosby Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
O’Brien, J., H. Edwards., I. Stewart. dan H. A. Gibbs. 2012. Home-Based
Progressive Resistance Exercise Programme for Patients with Venous Leg
Ulcers: A Feasibility Study. Int Wound J. doi: 10.1111/j.1742-
481X.2012.00995.x.
Paneni, F., J. A. Beckman., M. A. Creager. dan F. Cosentino. 2013. Diabetes and
Vascular Disease: Pathophysiology, Clinical Consequences, and
Medicaltherapy: Part I. Eur. Heart J. 34: 2436- 2443.
Potter, P.A. dan A.G. Perry. 2005. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Potter, P.A. dan A.G. Perry. 2006. Fundamental of Nursing: Concepts, Process,
and Practice. Fourth Edition Volume 2. Terjemahan oleh R. Komalasari.,
D. Evriyani., E. Novieastari., A. Hany. dan S. Kurnianingsih. 2006. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek. Volume 2
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Suciati, D.K. 2014. Ilmu Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Penerbit.

Anda mungkin juga menyukai