Oleh:
Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Elvia Metti, M.Kep, Sp.Kep.Mat
1
KATA PENGANTAR
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama
buat saya sendiri. Akhirnya kepada Allah SWT saya berserah diri semoga makalah ini
bernilai sebagai amalan ibadah hendaknya Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................................................. 5
D. Manfaat ............................................................................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................................................. 7
1. PENGERTIAN KPD ...................................................................................................................... 7
2. ETIOLOGI KPD ............................................................................................................................ 7
3. MANIFESTASI KLINIS KPD ...................................................................................................... 7
4. KOMPLIKASI KPD ....................................................................................................................... 8
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG KPD.......................................................................................... 8
6. PENATALAKSANAAN KPD ....................................................................................................... 9
7. PENGERTIAN SECTIO CAESARIA .......................................................................................... 9
8. INDIKASI SECTIO CAESARIA ................................................................................................ 10
9. KLASIFIKASI SECTION CAESAREA .................................................................................... 11
10. KOMPLIKASI SECTION CAESAREA..................................................................................... 12
11. PATOFISIOLOGI ........................................................................................................................ 13
12. WOC POST SC a/i KPD .............................................................................................................. 15
BAB III....................................................................................................................................................... 17
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS .............................................................................................. 17
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ............................................................................................. 17
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................................................. 23
3. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................................................... 23
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ........................................................................................ 25
5. EVALUASI KEPERAWATAN ................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan
terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di dunia
keperawatan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Yang paling banyak saat ini
adalah kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) yakni mulai pecahnya ketuban sampai 1 jam
setelah ketuban pecah tidak ada tanda-tanda persalinan (inpartu). Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi di atas usia kehamilan 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak
terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah yang kontroversi dalam obstetrik
yang berkaitan dengan penyebabnya. Kejadian KPD biasanya terjadi secara mendadak,
sehingga kemungkinan dapat beresiko infeksi pada ibu dan kematian janin ( Nugroho,
2012).
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi KPD adalah dengan
cara operasi caesar. Dalam hal ini komplikasi bisa terjadi pada post sectio caesaria
diantaranya: perdarahan, infeksi dan trimboemboli, kematian ibu, kerusakan organ-organ
seperti vesika urinaria, solusio plasenta, plasenta previa, dan ruptur uteri. Oleh karena itu,
peran perawat penting dalam penatalaksanaan komprehensif untuk mencapai kualitas
hidup ibu ( Manuaba , 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori ibu dengan Post SC a / i KPD (Ketuban Pecah Dini) ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada ibu dengan diagnose
“Post SC a / i KPD (Ketuban Pecah Dini)” ?
4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu
dengan “Post SC a / i KPD (Ketuban Pecah Dini)”
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep Post SC a / i KPD (Ketuban
Pecah Dini) , meliputi :
- Pengertian
- Etiologi
- Patofisiologi
- Woc
- Manifestasi klinis
- Komplikasi
- Pemeriksaan penunjang
- Penatalaksanaan
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien Post SC a / i KPD
(Ketuban Pecah Dini)
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan diagnosa pada pasien Post SC a / i KPD
(Ketuban Pecah Dini)
4. Mahasiswa mampu mendeskripsikan intervensi pada pasien Post SC a / i KPD
(Ketuban Pecah Dini)
5. Mahasiswa mampu mendeskripsikan implementasi pada pasien Post SC a / i KPD
(Ketuban Pecah Dini)
6. Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien Post SC a / i KPD
(Ketuban Pecah Dini)
5
D. Manfaat
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. PENGERTIAN KPD
2. ETIOLOGI KPD
7
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
4. KOMPLIKASI KPD
Menurut Manuaba, 2009 Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada
ketuban pecah dini yaitu :
(c) resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban
yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.
8
3. Secret vagina ibu hamil pH 4-5 , dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,
tetap kuning
4. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu
5. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan ikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
6. PENATALAKSANAAN KPD
9
8. INDIKASI SECTIO CAESARIA
b. Ibu
Penyakit ibu yang berat, seperti penyakit jantung berat, diabetes mellitus ,
preeklamsia berat atau eklampsia, kanker serviks, atau infeksi berat ( yaitu virus
herpes simplek tipe II atau herpes genitalia alam fase aktif atau dalam 2 minggu
lesi aktif). Penyakit tersebut membutuhkan persalinan secsio caesarea karea
beberapa alas an untuk mempercepat pelahiran dalam kondisi yang kritis, karena
klien dan janinnya tidak mampu menoleransi persalinan atau janin terpajan
dengan resiko bahaya yang meningkat saat melalui jalan lahir. Pembedahan uterus
sebelumnya, termasuk miomektomi, pelahiran secarea sebelumnya dengan insisi
klasik, atau rekonstruksi uterus. Obstruksi jalan lahir karena adanya fibroid atau
tumor ovarium.
c. Janin
Gawat janin, seperti dengan janin dengan kasus prolaps tali pusat, isufiensi
uretroplasenta berat, malprsentasi, seperti letak melintang, jann dengan presentasi
dahi kehamilan ganda dengan bagian terendah janin kembar adalah pada posisi
melintang bokong.
d. Plasenta
10
Plasenta previa pemisahan plasenta sbelum waktunya (solusio)
b. Sesarea klasik
11
Hal ini terutama bermanfaat ketika kandung kemih dan segmen bawah
mengalami peelekatan yang ekstensif akibat sesarea sebelumnya.
a. Pada ibu
1. Infeksi puerperalis
2. Perdarahan
3. Komplikasi
12
Merupakan inflamasi dinding aliran darah bagian dalam dengan
pembentukan darah yang menempel di dinding. Section caserea berisiko
terjadinya thrombophelebitis.
b. Pada bayi
11. PATOFISIOLOGI
Ketuban pecah dini terjadi karena ada kelemahan selaput ketuban perubahan
menyeluruh dalam metabolisme kolagen atau ketika tekanan dalam ketuban
meningkat. Adanya bakteri yang mengandung enzime protease dan kolagenase di
tambah dengan respon inflamasi dari neutrofil secara bersama-sama menurukan kadar
kolagen membran yang akan mengakibatkan penurunan kekuatan dan elastisitas
selaput membran. Diduga juga adanya molekul perusak jaringan lunak yang di sebut
Reactive Oxigen Species ( ROS ) merusak kebutuhan jaringan kolagen sehingga
menyebabkan kelemahan selaput ketuban. Produksi relaxine yang berlebihan juga
akan meningkatkan aktivitas enzime kolagenase yang akan merusak jaringan kolagen
dari selaput ketuban. Kemungkinan jugatrombosis vaskuler plasenta juga turut
berperen karena menimbulkan gangguan transport nutrisi sehingga aktivitas
metabolisme kolagen terganggu. (Nugroho , 2012)
Pecahnya ketuban pada saat persalinan secara umum disebabkan oleh adanya
kontraksi uterus dan juga peregangan yang berulang. Selaput ketuban pecah pada
bagian tertentu dikarenakan adanya perubahan biokimia, yang mengakibatkan
berkurangnya keelastisan selaput ketuban, sehingga menjadi rapuh. Biasanya terjadi
pada daerah inferior.
13
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal
dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dini dan bayi
belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea.
(Prawirohardjo, 2011)
14
WOC POST SC a/i KPD
15
16
BAB III
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian data dasar klien
Meninjau ulang catatan prenatal dan intraoperative dengan adanya indikasi
untuk kehamilan abnormal. Adapun cara pengumpulan data meliputi
observasi , wawancara, pemeriksaan fisik yaitu mulai , inspeksi , palpasi ,
auskultasi dan perkusi (Wahyuni , 2019)
b. Identitas klien
1. Identitas klien meliputi : nama , usia , status perkawinan , pekerjaan ,
agama, pendidikan , suku , bahasa, yang digunakan ,sumber biaya, tanggal
masuk rumah sakit dan jam , tanggal pengkajian , alamt rumah.
2. Identitas suami meliputi : nama suami , usia , pekerjaan , agama ,
pendidikan, suku (Wahyuni , 2019)
c. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan
Biasanya pasien post section caesarea mengeluh tengkuk terasa
berat, nyeri di bagian luka operasi. Saat menyusui akan memperparah
nyeri karena dapat emningkatkan kontraksi uterus(Wahyuni , 2019).
2. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelum pasien ada riwayat section caesaea
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan kepada pasien atau keluarga, adakah anggota keluarga
mengalami penyakit keturunan seperti jantung, diabetes militus,
tuberculosis, penyakit kelamin, infeksi herpes genital aktif, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada pasien. (Wahyuni , 2019)
17
4. Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan garvida , kehamilan
yang direncanakan , masalah saat hamil atau ante natal care (ANC) dan
imunisasi yang diberikaan pada ibu selama hamil (Wahyuni , 2019).
6. Riwayat psikologis
Pengkajian factor emosional, perilaku dan sosial. Peraat
mengidentifikasi kebutuhan ibu dan keluarga terhadap dukungan, respon
mereka terhadap pengalaman kehamilan dan persalinan dan peraatan pasca
partum, dan factor-faktor yang mempengaruhi pengembangan tanggung
jab menjadi orang tua baru. Peraat juga mengkaji pengetahuan dan
kemampuan ibu yang terkait dengan peraatan diri, peraatan bayi baru lahir
dan pemeliharaan kesehatan serta perasaan tentang diri dan gambaran
tentang dirinya (Wahyuni , 2019).
8. Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi : jenis kelamin , dan berat badan
bayi , kesulitan dalam melahirkan , apgas score , untuk menyusui atau
pemberian susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada saat
dilakukan pengkajian.
18
d. Pengkajian masa postpartum
19
Bentuk, kebersihan, arna pada telinga, adanay peningkatan
serumen atau tidak.
b. Palpasi
Bagian jaringan lunak, kemudian jaringan keras. Nilai adanya
nyeri yang dirasakan pasien
- Hidung : mengkaji apakah ada kelainan pada hidung , apakah ada polip,
apakah ada secret
- Mulut : kebersihan , keadaan mukosa , caries , sariawan.
- Bibir : Biasanya pasien post section caesareamengalami kekeringan pada
bibirnya, jika pasien mengalami perdarahan dan kekurangan cairan bibir
akan terlihat pucat.
5. Dada → inspeksi , perkusi , auskultasi bunyi napas , auskultasi bunyi jantug.
6. Jantung → lihat iktus cordis , raba , dengan suara jantung.
7. Payudara →
- Inspeksi
Lihat kesimetrisan, ukuran, bentuk, kontur atau permukaan, arna
kulit payudara, aerola dan papilla kiri dan kanan apakah ada tanda-tanda
kemerahan dan pecah. Biasanya pasien post section caesarea mengalmi
pembesaran pada payudara, hiperpigmentasi pada aerola dan papilla
mamae.
- Palpasi
Periksa konsistensi, adanya nyri tekan, adanya bendunagn ASI,
pengeluaran kolostrum. Biasanya payudara akan teraba hangat, lembut dan
padat.
8. Abdomen →
- Inspeksi
- Palpasi
20
Periksa tinggi, lokasi, kontur fundus uteri apakah teraba keras atau lunak,
periksa kandung kemih bial palpasi di supra pubis, kandung kemih harus di
koosngkan. Biasanya dalam aktu 12 jam pasca partum, fundus berada di sekitar 1
cm diatas pusar dan uterus turun hingga 1 cm setiap harinya (Wahyuni , 2019).
- Aukskultasi
21
konsistensi lochea. Biasanya aliran lochea hanya sedikit pada post section
caesarea, daerah anus di kaji apakah ada hemoroid dan fisura.
10. System perkemihan → mengkaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
untuk menentukan adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada
abdomen bagian bawah. Kontur abdomen, tinggi dan konsistensi fundus
uterus dan keadaan supra pubis. Pasien post section caesarea terpasang kateter
retensi selama 12 jam sampai 24 jam. Kateter retensi tersebut harus di pantau
dengan ketat untuk melihat apakah urin mengalir tanpa hambatan, catat arna,
kejernihan, jumlah dan bau urin pasien. Defekasi tertunda selama 2 sampai 3
hari pasca partum yang diakibatkan oleh nyeri (Wahyuni , 2019).
11. Ektremitas → ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas , kadang
ditemukan edema , varises pada tungkai , ada atau tidaknya tromboflebitis ,
karena penurunan aktivitas dan reflex patella baik (Atin , 2016).
- Ektremitas atas (tangan) : keadaan kulit dan CRT
- Ekstremitas bawah (kaki) : varises , kemerahan , edema, lakukan
pemeriksaan human sign untuk mengetahui nyeri betis pada ibu.
- Pasien dengan post sectio caesarea beresiko terjadinya tromboplebitis
karena banyaknya tirah baring sebelum ambulasi.
- Pemeriksaan laboratorium
22
4.) Kalium serum mengalami peningkatan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
23
(SDKI : 37) masalah kep dapat teratasi perifer
dengan kriteria hasi: (SLKI 2. Identifikasi factor
:176 ) resiko gangguan
sirkulasi
Perfusi perifer meningkat : 3. Monitor panas ,
1. Denyut nadi perifer kemerahan, nyeri ,
meningkat bengkak pada
2. Warna kulit pucat ekstremitas
menurun 4. Lakukan pencegahan
3. Akral membaik infeksi
4. Turgor kulit membaik 5. Lakukan hidrasi
5. Penyembuhan luka 6. Anjurkan melakukan
meningkat perawat kulit yang
tepat
7. Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki sirkulasi
8. Informasikan tanda
dan gekala darurat
yang harus dilaporkan
(ex: rasa sakit yang
tidak hilang saat
beristirahat)
24
Tingkat pengetahuan 2. Identifikasi faktor
1. Perilaku sesuai faktor yang dapat
dengan pengetahuan meningkatkan
2. Pertanyaan tentang motivasi perilaku
masalah yang hidup bersih dan
dihadapi menurun sehat
Tingkat kepatuhan 3. Jelaskan faktor risiko
1. Verbalisasi kemauan yang dapat
mematuhi program mempengaruhi
perawatan kesehatan
2. atau pengobatan 4. Ajarkan perilaku
meningkat hidup bersih dan
3. Perilaku menjalankan sehat
anjuran membaik 5. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. EVALUASI KEPERAWATAN
25
Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang
telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna.Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan.Rekapitulasi dan kesimpulan status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAPORAN KASUS
Oleh:
Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Elvia Metti, M.Kep, Sp.Kep.Mat
28
LAPORAN KASUS
NIM : 183110207
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 20 Tahun
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Melayu
Pekerjaan : IRT
Agama : ISLAM
Alamat Rumah : Seberang Palinggam, Padang Selatan
2. Identitas Suami
Nama : Tn. A
Umur : 27 Tahun
Pendidikan : SMP
Suku Bangsa : Caniago
Pekerjaan : Buruh
Agama : ISLAM
29
Alamat Rumah : Seberang Palinggan , Padan g Selatan
Keluarga Terdekat : Ibu Kandung
Yang Mudah Di
Hubungi
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat KesehatanSekarang
- Keluhan Utama Masuk
Ny. M masuk dengan keluhan utama keluar air-air yang banyak dari kemaluan
selama 2 hari , anak kurang gerak , da nada kontraksi
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Maret 2020 , Pukul 10.00
WIB. Klien sudah melakukan Post SC. Klien mengeluh nyeri pada bekas operasi
dan saat batuk. Klien mengatakan nyeri semakin bertambah ketika ia bergerak san
nyeri berkurang ketika ia istirahat. Klien mengatakan nyeri yang dirasakannya
mencapai skala 6. Klien juga mengatakan belum bisa melakukan aktivitas secara
mandiri dan dibantu oleh petugas.
30
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
e. Riwayat Kehamilan
1. Riwayat Kehamilan
Ny.M mengatakan pada saat hamil pertama dan kedua keluar keputihan
dan flek. Saat hamil kedua ini klien mengatakan sering batuk, mual dan
pusing pada saat usia kehamilan 3 bulan dan pada usia kehamilan 7 bulan ke
atas klien mengeluh keluar flek.
31
2. Riwayat Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Sebelum kelahiran yang ke – 2 ini , Ny.M melahirkan seorang anak laki-
laki pada tanggal 28 Maret 2018 secara spontan di Puskesmas Pemancungan,
di bantu oleh Bidan dan Perawat. Riwayat nifas ibu baik yaitu + 3 minggu
f. Riwayat Persalinan
- Jenis Persalinan : SC / Sectio Caesarea
- Ditolong Oleh : Dokter
- Jenis Kelamin Bayi : Laki -Laki
- PJL Dan BBBL : 46 cm BBBL : 3200 Gram
- Apgaskor : -
- Lama Persalinan : +1,5 jan → 11.30 s/d 13.00 WIB
- Berapa Lama Ketuban Pecah : > 24 Jam , yaitu selama 2 hari
Sebelum Bayi Lahir sebelum kelahiran bayi
- Keadaan Air Ketuban : warnanya jernih
- Jumlah Air Ketuban : banyak , jumlahnya tidak diketahui
- Komplikasi Persalinan : -Ibu : Tidak Ada
-Bayi : Bayi Kurang Gerak
32
Ny. M mengatakan bahwa persalinan ke – 2 nya ini harus dilakukan secara
SC (Sectio Caesarea) dan dibantu oleh dokter karena ketuban pecah dini, anak
kurang gerak dan air ketubannya sudah kering. Anak lahir dengan jenis kelamin
laki-laki , panjang badan 46 cm dan BBBL 3200 Gram. Lama persalinan 1.5 jam
dari jam 11.30 s/d 13.00 WIB. Ketubannya sudah pecah > 24 jam . Ny. M
mengatakan tidak tahu bahwa air ketubannya sudah pecah 2 hari dimana awalnya
pasien mengira air ketubannya yang keluar bersamaan dengan BAK itu adalah hal
biasa, pasien mengatakan tidak merasakan sakit dan adanya tanda-tanda
persalinan.
5. Data Psikologis
- Kehamilan Yang Lalu : Diinginkan
- Kehamilan Yang Lahir Sekarang : Diinginkan
Anak disusui
Keinginan rencana menyusui
6 bulan
- Dukungan Suami Untuk Menyusui : Tidak ada , karena melihat
dan mendengarkan bayinya menangis dibiarkan saja , tidak di perhatikan dan
acuh saja
33
- Interaksi Antar Ibu Dan Bayi Serta Suami : Kurang , karena bayinya
pipis dan BAB saja tidak di bersihkan dan jika bayinya menangis , baik ibu
maupun ayahnya kurang perhatian.
- Data Psikologis Lainnya : Secara psikologis , klien
sadar dan respon klien cepat
- Keluhan Lainnya : Tidak Ada
6. Data Spiritual
Ny. M mengatakan ia yakin bahwa ada Allah SWT tempatnya meminta dan
berdoa’a
34
d. Personal hygine
-
e. Keluhan
Tidak Ada
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
- Kesadaran : CMC / Composmentis
- Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
- Suhu : 36,2 0C
- Nadi : 72 x / menit
- Pernafasan : 18 x / menit
c. Muka / wajah
- Muka tampak pucat
- Konjuctiva anemis
- Sclera agak ikterik
- Hidung → tidak ada kelainan
- Pasien kurang darah (anemia)
- Mulut → tidak ada sariawan, caries tidak ada, gusi bagian belakang ada
karang gigi.
d. Telinga
- Bagian telinga tidak ada kelainan
- Simetris kiri dan kanan
35
e. Leher
- Tidak ada pembesaran dan pembengkakan kelenjar tyroid
g. Payudara / Mamae
- Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan
- Areola Mamae : Bersih , warnanya hitam kecoklatan
- Papilla Mamae : Menonjol
- Asi Kolostrum : Ada dan lancar
- Pembengkakan : Tidak ada
- Proses Laktasi : Tidak baik , dagu bayi tidak menempel di
payudara ibu , posisi menyusui ibu bayi tiduran
- Keluhan : Bayi klien rewel
h. Perut
- Dinding Abdomen : kendor , strie ada dibagian perut bawah ,
linea horizontal
- Luka Operasi :
1. Luka operasi ditutup oleh perban, posisinya di perut bawah sebelah kanan
dengan ukuran 10 – 15 cm. luka tampak agak basah di sekitar perban.
2. Kondisi luka operasi belum bisa di lihat kering / basah karena luka masih
tertutup
3. Heatching belum diangkat , karena baru selesai melahirkan SC
- Tinggi Fundus Uteri : TFU 1 jari dibawah pusat, posisi tengah
- Kontraksi Uterus : lemah
- Kandung Kemih : tidak teraba , klien terpasang kateter
- Diastasis Rectus Abdominalis
→ tidak dilakukan karena klien mengeluh nyeri pada luka operasi
- Keluhan : tidak ada
36
i. Ekstremitas
- Varises : tidak ada
- Reflex Patella : -
- Edema : -
- Homman’sign : -
- Keluhan : tidak ada
- Pemeriksaan Diagnostik :
1. Pemeriksaan USG : Gravid 38 – 39 minggu
Janin hidup
Oligohidramnion
37
2. Pemeriksaan Radiologi : -
NIM : 183110207
38
DATA FOKUS
NO MR : 24 – 78 – 25
39
9. Proses laktasi ibu tidak baik
10. Dagu bayi tampak tidak menempel
pada payudara ibu
11. Bayi Ny.M sering rewel
12. Bonding ibu dan bayi kurang baik
13. Tampak posisi luka operasi pada perut
bawah klien
14. Ukuran luka post op sc pasien
mencapai 10-15 cm
15. Tampak agak basah disekitar perban
luka post op sc klien
16. Lochea berwarna merah kehitaman
17. Jenis lochea adalah rubra
NO DATA
1. Hasil pemeriksaan laboratorium lanjutan
2. Keadaan ektremitas pasien
3. Turgor kulit pasien
4. Tanda – tanda ada pendarahan pada pasien
40
ANALISIS DATA
NO MR : 24 – 78 – 25
41
-Klien post SC a/i KPD
-TTV pada pemeriksaan fisik
TD : 110 / 70 mmHg
ND : 72 x / menit
RR : 18 x / menit
S : 36,2 o C
3. DS :
- Kurang Dukungan Menyusui Tidak
DO : Dari Keluarga Efektif
-Pada saat dilakukan pengkajian proses
laktasi ibu tidak baik
-Dagu bayi tampak tidak menempel pada
payudara ibu
-Posisi ibu menyusui tiduran
-Bonding ibu dan bayi kurang baik
4. DS :
Ketuban pecah Resiko Infeksi
DO : sebelum waktunya
-Tampak posisi luka operasi pada perut
bawah
-Ukuran luka post op pasien mencapai 10
– 15 cm
-Tampak agak basah disekitar perban
luka post op SC pada klien
-Lochea bewarna merah kehitaman
-Jenis lochea adalah rubra
42
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO MR : 24 – 78 – 25
43
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO MR : 24 – 78 – 25
PERENCANAAN
NO DIAGNOSA SIKI
KEPERAWATAN SLKI INTERVENSI
1. Pefusi jaringan Setelah dilakukan intervensi Pemantauan hasil
perifer tidak efektif keperawatan 2 x 24 jam di laboratorium (SIKI : 242)
b / d penurunan harapkan masalah dapat 1. Identifikasi pemeriksaan
kadar HB teratasi dengan kriteria hasil labooratorium
(SDKI : 37 ) : 2. Monitor hasil
Tingkat perdarahan laboratorium yang di
menurun (SLKI : 147) perlukan
1. Kelembapan membaran 3. Periksa kesesuaian hasil
mukosa meningkat laboratorium dengan
2. Kelembapan kulit penampilan klinis pasien
meningkat 4. Ambil sampel darah
3. Perdarahan pasca sesuai protocol
operasi menurun 5. Interpretasikan hasil
4. Hemoglobin membaik pemeriksaan
5. Hematocrit membaik laboratorium
6. Kolaborasikan dengan
Perfusi perifer meningkat dokter jika hasil
(SLKI : 84) laboratorium
1. Penyembuhan luka memerlukan intervensi
meningkat media
2. Warna kulit pucat
menurun
44
3. Nekrosis menurun Manajemen cairan
(SIKI : 159)
1. Monitor status hidrasi
2. Monitor pemeriksaan lab
3. Catat intake dan output
serta hitung balance
cairan 24 jam
4. Kolaborasikan
pemberian diaretik
2. Nyeri akut b / d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
agen pencedera fisik keperawatan 2 x 24 jam di (SIKI :201)
(SDKI : 172) harapkan masalah dapat 1. Identifikasi lokasi,
teratasi dengan kriteria hasil karakteristik, durasi,
: frekuensi, kualitas,
Tingkat nyeri menurun intensitas nyeri
(SLKI : 145) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri
2. Sikap protektif non verbal
menurun 4. Identifikasi factor yang
3. Berfokus pada diri memperberat dan
sendiri menurun memperingan nyeri
4. Fungsi berkemih 5. Berikan teknik non
membaik farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Control nyeri meningkat 6. Control lingkungan yang
(SLKI : 58) memperberat rasa nyeri
1. Melaporkan nyeri 7. Jelaskan penyebab dan
terkontrol meningkat pemicu nyeri
2. Kemampuan mengenali 8. Jelaskan strategi
nyeri meningkat meredakan nyeri
3. Kemampuan 9. Ajarkan teknik non
45
menggunakan tekni non farmakologis untuk
farmakologis meningkat mengurangi nyeri
4. Dukunga orang terdekat 10. Kolaborasi pemberian
meningkat analgetik
46
anggota keluarga yang Konseling laktasi (SIKI : 135)
sakit dalam 1. Identifikasi keinginan
menentukan perawatan dan tujuan menyusui
2. Identifikasi
permasalahan yang
dialami ibu selama
proses menyusui
3. Ajarkan teknik meyusui
yang tepat sesuai
kebuutuhan ibu
Resiko infeksi b / d
4. Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi (SIKI :
ketuban pecah
keperawatan 2 x 24 jam di 505)
sebelum waktunya
harapkan masalah dapat 1. Monitor tanda dan gejala
47
1. Kerusakan jaringan
menurun
2. Kerusakan lapisan kulit
menurun
3. Perdaraham menurun
48
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
NO MR : 24 – 78 – 25
49
jika hasil
laboratorium
memerlukan
intervensi
media
A : Nyeri tidak
berkurang
50
P : Intervensi
dilanjutkan
yaitu :
1.ajarkan teknik
non
farmakologis
2.kontrol
lingkuangan
yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
51
menyusui dengan lanjutkan yaitu :
tepat sesuai dengan 1.ajarkan 4
kebutuhan posisi menyusui
dan perlekatan
52
Kamis , 19 / -Perfusi jaringan 1. Mengidentifikasi Evaluasi
03/ 2020 perifer tidak efektif pemeriksaan dilakukan pada
Pukul b/d penurunan laboratorium jam (14.00
(07.30 – kadar Hb 2. Memonitor hasil WIB)
13.30 WIB) laboratorium S:-
3. Memeriksakan O : - pasien
kesesuaian hasil masih tampak
laboratorium pucat
dengan penampilan -konjuctiva
klinis pasien anemis
4. Menginterpretasika -hasil
n hasil pemeriksaan
pemerikasaan lab laboratorium
5. Mengkolaborasikan pasien
dengan dokter jika Hb : 9,2 gr/dl
hasil lab (N : 12 -16
memerlukan gr/dl)
intervensi media Ht : 30%
6. Memonitot status (N : 37 -43 %)
hidrasi A : perfusi
7. Mencatat intake perifer belum
dan output serta efektif
enghitung balance P : Intervensi di
cairan 24 jam lanjutkan yaitu :
1.melakukan
transfuse darah
sesuai perintah
dokter
53
-Nyeri Akut b/d 1. Mengidentifikasi S : - klien
agen pencedera serta memeriksa mengeluh
fisik lokasi nyeri , masih terasa
karakteristik , nyeri pada
durasi, frekuensi , bekas jahitan
kualitas nyeri. post op sc,
2. Menanyakan skala apalagi saat ia
nyeri pada pasien batuk
3. Mengontrol O : - klien
lingkungan yang tampak
memperberat rasa menahan sakit
nyeri -skala nyeri 4
4. Mengajarkan teknik -TTV klien
non farmakologis TD : 120 /
untuk mengurangi 80 mmHg
rasa nyeri ND : 82 x /
menit
RR : 19 x /
menit
S : 36,5 o
C
A : nyeri
berkurang
P : intervensi
dilanjutkan
yaitu :
1.identifikasi
kembali nyeri
dan skala nyeri
54
-Menyusui tidak 1. Memberikan S : - ibu
efektik b/d dukungan kepada mengatakan
kurangnya ibu untuk bayinya rewel
dukungan keluarga meningkatkan berkurang
kepercayaan diri ibu O : -bayi klien
dalam menyusui sudah tampak
2. Melibatkan suami tenang
dalam memberikan -dagu bayi
dukungan kepada sudah
istri dalam menempel pada
menyusui payudara ibu
3. Memberikan -suami sudah
konseling dalam mulai tampak
menyusui mendukung istri
4. Mengajarkan 4 dalam
posisi menyusui dan menyusui
perlekatan pasa ibu bayinya
(latch on) -posisi ibu
menyusui sudah
benar
A : menyusi
hampir efektif
P : intervensi di
lanjutkan yaitu:
1.ajarkan
perawatan
payudara
55
-Resiko infeksi b/d 1. Melihat dan S : - pasien
ketuban pecah memeriksa apakah masih
sebelum waktunya ada tanda-tanda dan mnegeluh nyeri
gejala infeksi pada bekas post
2. Melakukan op SC
perawatan kulit O : - luka
pada bekas post op tampak basah
dengan prinsip -lochea yang
sterile keluar bewarna
3. Mempertahankan merah
teknik aseptic pada kehitaman
pasien A : resiko
4. Menganjurkan infeksi belum
meningkatkan berkurang
asupan nutrisi P : intervensi di
lanjutkan yaitu :
Anjurkan
mneingkatkan
asupan nutrisi
2.pertahankan
teknik aspetik
pada pasien
56
57
58
59