Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai umur panjang dan tidaak bias dihindari oleh siapapun, namun manusia berupaya
untuk menghambat kejadiannya. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Ranah, 2008).
Badan Kesehatan WHO bahwa Jumlah penduduk lanjut usia di dunia akan mencapai
puncaknya di tahun 2040 dengan angka 1,3 miliar. Jumlah ini melejit 233% dibanding
pertengahan 2008 yang mencapai 506 juta jiwa. Populasi lansia di dunia saat ini sangat
banyak dan jumlahnya melebihi populasi golongan muda. Menurut US Census Bureau,
angka populasi lansia kemungkinan akan meningkat hingga 233% dalam 31 tahun
mendatang. Jumlah tersebut diprediksikan lebih tinggi dari populasi golongan muda. "Para
lansia di atas 65 tahun kelak akan melebihi populasi anak-anak di bawah 5 tahun (U.S.
Census Bureau International Data Base, 2009)
Lansia adalah sekelompok orang yang mengalami suatu proses perubahan secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu. Jumlah lansia didunia, termasuk Negara Indonesia
bertambah tiap tahunnya. Dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia Indonesia
meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2019), yakni menjadi 9,6 persen (25 juta-an) di mana
lansia perempuan sekitar satu persen lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (10,10
persen banding 9,10 persen). Dari seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia muda (60-69
tahun) jauh mendominasi dengan besaran yang mencapai 63,82 persen, selanjutnya diikuti
oleh lansia madya (70- 79 tahun) dan lansia tua (80+ tahun) dengan besaran masing-masing
27,68 persen dan 8,50 persen (BPS, 2019)
Peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH)
merupakan rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang yang telah mencapai usia tertentu
dan pada tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Peningkatan UHH mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan
yang merupakan akibat dari peningkatan jumlah angka kesakitan penyakit degeneratif
(Kemenkes RI, 2013).
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: Perubahan penampilan pada bagian
wajah, tangan, dan kulit. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf: otak, isi
perut:limpa, hati. Perubahan panca indra:penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan
perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan
baru. Perubahanperubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan
fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial
mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.
Secara Biologi, lanjut usia mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai
dengan menurunnya daya fisik terhadap penyakit (Hardiwinoto, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian pada lansia?
2. Bagaimana menentukan diagnosa pada lansia?

C. Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui dan memahami pengkajian dan diagnosa keperawatan pada lansia
Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan tentang pengkajian pada lansia
2. Mampu menyebutkan diagnosa pada lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengkajian Keperawatan pada Lansia


Pengkajian keperawatan pada lansia adalah tahap pertama dari proses keperawatan.
Tahap ini adalah tahap penting dalam rangkaian proses keperawatan. Pada tahap pengkajian
akan didapatkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan
masalah keperawatan pada lansia. Keberhasilan dalam melakukan pengkajian keperawatan
merupakan hal penting untuk tahapan proses keperawatan selanjutnya.
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia untuk
memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah,
penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan
mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko, sosial, dan spiritual,
data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang
keluarga dan lingkungan yang ada.
Tujuan dalam pengkajian :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengkajian pada lansia :
1. Interelasi (saling keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial: terjadi penurunan
kemampuan mekanisme terhadap stres, masalah psikis meningkat dan terjadi perubahan
pada fisik lansia.
2. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian, yaitu: ruang yang adekuat, kebisingan
minimal, suhu cukup hangat, hindari cahaya langsung, posisi duduk yang nyaman, dekat
dengan kamar mandi, privasi yang mutlak, bersikap sabar, relaks, tidak tergesagesa, beri
kesempatan pada lansia untuk berpikir, waspada tanda-tanda keletihan.

Pengkajian pada lansia


1. Data perubahan fisik, prikologis, sosial, dan spiritual
a. Perubahan Fisik (pengumpulan data dengan wawancara)
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik :
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran
adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya ingatan
menurun atau melemah,
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak.
Pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses
pemenuaan,
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di bersihkan, apakah
ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi denyut
nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah ada keluhan
pusing, edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,
kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan rongga mulut,
auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon,
apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil,
kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan sosial
yang mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan luka,
luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut, keadaan
kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah
atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
b. Perubahan psikologis, data yang dikaji:
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak,
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan,
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami,
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri,
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan,
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
c. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia,
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
3) Dengan siapa dia tinggal,
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya,
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah,
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi,
8) Seberapa besar ketergantungannya,
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada.
d. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya,
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa,
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
2. Model Pengkajian Khusus pada lansia
a. Masalah Kesehatan Kronis
Keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan klien Tidak Jarang Sering Selalu
dalam waktu 3 bulan terakhiri pernah (1) (2) (3)
(0)
Fungsi Penglihatan
1 Penglihatan kabur
2 Mata berair
3 Nyeri pada mata
Fungsi Pendengaran
4 Pendengaran berkurang
5 Telinga berdenging
Fungsi Paru (pernafasan)
6 Batuk lama disertai keringat malam
7 sesak nafas
8 Berdahak/reak
Fungsi Jantung
9 Jantung berdebar-debar
10 Cepat lelah
11 Nyeri dada
Fungsi Pencernaan
12 Mual/muntah
13 Nyeri ulu hati
14 Makan dan minum berlebihan
15 Perubahan kebiasaan buang air besar
(mencret/sembelit)
Fungsi Pergerakan
16 Nyeri kaki saat berjalan
17 Nyeri pinggang atau tulang belakang
18 Nyeri persediaan/bengkak
Fungsi Persyarafan
19 Lumpuh/kelemahan pada kaki / tangan
20 Kehilangan rasa
21 Gemetar/tremor
22 Nyeri/pegal pada daerah tengkuk
Fungsi saluran perkemihan
23 Buang air kecil banyak
24 Sering buang air kecil pada malam hari
25 Tidak mampu mengontrol pengeluaran air kemih
(ngompol)
Jumlah
Keterangan :Skor: ≤ 25 (Tidak ada masalah s/d masalah kesehatan kronis ringan)
Skor: 26 – 50 (Masalah kesehatan kronis sedang)
Skor: ≥ 51 (Masalah kesehatan kronis berat)
Kesimpulan: -
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
b. Fungsi Kognitif
(Pengkajian Spesifik Gangguan Kognitif/Penilaian Status Mental Mini
(MMSE))
Petunjuk : Isilah dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan
jawaban lansia

No Aspek yang Dinilai Skore Hasil


1 ORIENTASI
Sebutkan tahun berapa sekarang? 1
Bulan apa sekarang? 1
Tanggal berapa sekarang? 1
Hari apa sekarang? 1

Dimana kita sekarang 1


Apa Negara kita 1
Siapa presiden kita 1
Apa nama kota kita 1
2 Registrasi Motorik
Menyediakan 4 benda (misalnya: piring, mangkok, sendok, garpu
Beri angka 1 tiap jawaban yang betul,
Tiap objek 1 detik
Piring 1
Mangkok
1
Gelas
Bantal 1
1
3 Perhatian dan Kalkulasi
Hitungan kurang 5
10 – 5 1
32 – 5
1
68 – 5
90 – 5 1
80 – 5
1
Atau mengeja kata terbalik, contoh “PANTI” menjadi “ITNAP”
1
I
T
N
1
A
P 1
1
1
1

4 Menyebutkan kembali (Recalling)


Tanyakan kembali dan sebutkan nama benda seperti pada pertanyaan
no 2 1
Piring 1
Mangkok
1
Gelas
bantal 1

No Aspek yang Dinilai Skore Hasil


5 Bahasa
6 Pemeriksa menunjuk pada pensil dan kertas;
Lansia diminta menyebutkan 2 benda tersebut.
Pensil 1
Kertas
1
7 Lansia diminta mengulang ucapan kata:
Mungkin, apabila, nyaman 1
8 Lansia diminta untuk melakukan 3 perintah:
ambil kertas itu dengan tangan kanan 1
lipatlah kertas menjadi dua
1
letakkan kertas tersebut di lantai
1
9 Lansia diminta untuk membaca dan melakukan perintah CONTOH:
Berikan tulisan: Coba pejamkan mata
Lansia memejamkan mata 1
10 Lansia diminta menulis kalimat secara spontan. Kalimat terdiri dari 2
kata (subjek dan predikat) CONTOH: ” saya berkebun” 1
11 Copying 1
Lansia diminta menggambar kembali dua segi lima berpotongan
TOTAL SKORE 30
Standar : skore 24 – 30 = fungsi kognitif normal
skore 17 – 23= kemungkinan/risiko gangguan kognitif
skore 0 – 16= terjadi Gangguan kognitif

Kesimpulan: _________________________________________________________
c. Status Fungsional (BADL)
Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Lansia yang bersifat dasar/BADL
Petunjuk Pengisian :
Jawablah setiap pernyataan berikut dengan melingkari nomor sesuai kondisi lansia
No Kegiatan yang dilakukan Skor Isian
1 Mandi
a Tidak memerlukan bantuan masuk dan keluar kamar mandi dan mampu 2
mandi sendiri
b Memerlukan bantuan saat mandi hanya pada satu bagian tubuh (seperti 1
punggung, kaki)
c Memerlukan bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh 0

2 Berpakaian
a Mengambil pakaian dan berpakaian lengkap tanpa bantuan 2
b Mampu berpakaian sendiri, kecuali memerlukan bantuan dalam hal 1
(memasang resleting, memasang kancing baju belakang)
c Memerlukan bantuan untuk mengambil pakaian dan berpakaian 0

3 Ke WC/Toilet
a Mampu ke WC sendiri untuk buang air dan membersihkan setelah buang 2
air
b Memerlukan bantuan saat pergi ke WC atau saat membersihkan setelah 1
buang air
c Memerlukan bantuan penuh untuk pergi ke WC dan membersihkan 0
setelah buang air
4 Berpindah tempat/Berjalan
a Mampu berpindah sendiri ke atau dari tempat tidur, duduk, berdiri atau 2
jalan
b Memerlukan bantuan berpindah ke atau dari tempat tidur, duduk atau 1
berdiri
c Tidak mampu bangun dari tempat tidur 0

5 Buang air
a Mampu mengatur berkemih atau buang air besar secara mandiri 2
b Mengalami kesulitan berkemih atau buang air besar 1
c Memerlukan bantuan pengawasan untuk berkemih atau buang air besar 0

6 Makan
a Mengambil makanan dan makan sendiri tanpa bantuan 2
b Memerlukan bantuan mengambil makanan, tetapi mampu makan sendiri 1
c Memerlukan bantuan mengambil makanan dan pada saat makan 0
TOTAL SKOR
Standar Skor 12 : Mandiri;
Skor <12 : Bantuan minimal;
Skor 0 : Bantuan total
Kesimpulan: -
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
d. Tingkat Depresi (Geriatric Depression Scale/GDS)
Petunjuk Pengisian :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom
yang telah disediakan sesuai dengan perasaan yang dialami lansia

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah bapak/ibu merasa puas dengan kehidupan ini?
2 Apakah bapak/ibu mengalami penurunan dalam melakukan
kegiatan dan hobi?
3 Apakah bapak/ibu merasa hidup ini hampa?
4 Apakah bapak/ibu sering merasa bosan?
5 Apakah bapak/ibu merasa optimis terhadap masa depan?
6 Apakah bapak/ibu takut sesuatu yang buruk akan terjadi?
7 Apakah bapak/ibu merasa bahagia sepanjang waktu?
8 Apakah bapak/ibu merasa sendirian?
9 Apakah bapak/ibu lebih senang berada di rumah daripada
keluar rumah dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah bapak/ibu mempunyai masalah dengan daya ingat?
11 Apakah bapak/ibu merasa senang dengan kehidupan saat ini?
12 Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga?
13 Apakah bapak/ibu merasa bersemangat?
14 Apakah bapak/ibu merasa tidak punya harapan?
15 Apakah bapak/ibu merasa orang lain lebih baik dari
bapak/ibu?
Total Skor
Keterangan: yang diarsir point 1, yang polos nol
Standar :
Skor >9 : menunjukkan depresi
Skor > 5 : suspek depresi
Skor ≤ 5 : Tidak mengalami depresi

e. Pengkajian Keseimbangan Lansia


Nilai 1 : Jika klien menunjukkan kondisi di bawah ini
Nilai 0 : Jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini

Komponen Langkah Kriteria Nilai


utama dalam
bergerak
Perubahan Mata dibuka Tidak bangun dari
Bangun dari kursi
posisi/gerakan tempat duduk dengan
keseimbangan satu gerakan, tetapi
mendorong tubuhnya
keatas dengan tangan
atau bergerak ke depan
kursi terlebih dahulu,
tidak stabil pada saat
berdiri pertama kali

Duduk ke kursi Menjatuhkan diri ke


kursi, tidak duduk
ditengah kursi

Menahan Pemeriksa mendorong


dorongan pada sternum (perlahan-
sternum lahan sebanyak 3 kali).
Klien menggerakkan
kaki, memegang objek
untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-
sisinya
Mata ditutup Kriteria sama dengan
Bangun dari kursi
kriteria untuk mata
terbuka
Duduk ke kursi Kriteria sama dengan
kriteria untuk mata
terbuka
Menahan Kriteria sama dengan
dorongan pada kriteria untuk mata
sternum terbuka

Perputaran leher Menggerakkan kaki,


memegang obyek untuk
dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya,
keluhan vertigo, pusing
atau keadaan tidak
stabil

Gerakan Tidak mampu untuk


menggapai sesuatu menggapai sesuatu
dengan bahu fleksi
max, sementara berdiri
pada ujung-ujung jari
kaki tidak stabil,
memegang sesuatu
untuk dukungan

Membungkuk Tidak mampu


membungkuk untuk
mengambil objek-objek
kecil dari lantai,
memegang objek untuk
bisa berdiri,
memerlukan usaha-
usaha multiple untuk
bangun

Gaya berjalan Minta klien untuk Ragu-ragutersandung,


dan gerak berjalan ke tempat memegang objek untuk
yang ditentukan dukungan

Ketinggian Kaki tidak naik dari


langkah kaki lantai secara konsisten
(saat berjalan)
(menggeser atau
menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu
tinggi (>50 cm)

Kontinuitas Setelah langkah-


langkah kaki langkah awal, langkah-
(diobservasi dari langkah menjadi tidak
sampinh klien) konsisten, memulai
mengangkat satu kaki
sementara yang lain
menyentuh tanah

Kesimetrisan Tidak berjalan pada


langkah garis lurus,
(diobservasi dari bergelombang dari sisi
samping klien) ke sisi

Penyimpangan Tidak berjalan pada


jalur pada saat garis lurus,
berjalan bergelombang dari sisi
(diobservasi dari ke sisi
belakang klien)

Berbalik Berhenti sebelum


berbalik, jalan
sempoyongan,
bergoyang, memegang
obyek untuk dukungan

Keterangan skore :
0-5 : Resiko jatuh rendah
6-10 : Resiko jatuh sedang
11-15 : Resiko jatuh tinggi

B. Diagnosa Keperawatan Pada Lansia


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, dan
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan ataupun kerentanan respon
terkait masalah kesehatan (Herdman & Kamitsuru 2014). Diagnosa keperawatan menjadi
dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan
selama proses keperawatan. Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan
individu, diagnosis keperawatan keluarga, dengan lansia, ataupun diagnosis keperawatan
pada kelompok lansia.
Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan, harus diketahui
beberapa tipe diagnosa keperawatan. Tipe diagnosa keperawatan meliputi tipe aktual, risiko,
kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindroma. Dari hasil pengkajian dapat dianalisa /
disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
lansia. Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain:
1) Fisik / Biologi
a. Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh
b. Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan
c. Kurangnya perawatan diri
d. Gangguan pola tidur
e. Perubahan pola eliminasi
2) Psikososial
a. Isolasi sosial
b. Menarik diri dari lingkungan
c. Depresi
d. Harga diri rendah
e. Koping tidak adekuat
f. Cemas
3) Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka
b. Penolakan terhadap proses penuaan
c. Marah terhadap Tuhan Perasaan tidak tenang berhubungan dengan
ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia dimaksudkan untuk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu
maupun kelompok, seperti di rumah atau lingkugan keluarga, panti werda maupun
puskesmas yang diberikan oleh perawat. Kegiatan asuhan keperawatan dimulai dengan
pengkajian dilanjutkan dengan merumuskan diagnose sampai dengan mengevaluasi kegiatan
asuhan keperawatan.
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah tahap pertama dari proses keperawatan.
Tahap ini adalah tahap penting dalam rangkaian proses keperawatan. Pada tahap pengkajian
akan didapatkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan
masalah keperawatan pada lansia.
Tujuan pengkajian terhadap lansia adalah menentukan kemampuan klien untuk
memelihara diri sendiri, melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu, membantu
menghindarkan bentuk dan penandaan klien, memberi waktu pada klien untuk menjawab.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, dan
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan ataupun kerentanan respon
terkait masalah kesehatan. Dari hasil pengkajian dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan
masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada lansia seperti gangguan pola
tidur, perubahan pola eliminasi, kurangnya perawatan diri, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan Dari Berbagai Aspek.PT. Cetakan
kedua. Gramedia Puataka Utama. Jakarta.
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: BalitbangKemenkes Ri.
Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Maylasari, Ika, dkk. 2019. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019. Jakarta. Badan Pusat
Statistik
Sunaryo, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. Andi Offset.
U.S. Census Bureau. 2009 .Population Estimates. Diakses pada 15 Januari 2019.
http://www.census.gov/prod/www/abs/p20.html.

Anda mungkin juga menyukai