Anda di halaman 1dari 18

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Tyhpoid” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah. Melalui makalah ini, saya berharap agar saya dan pembaca
mampu memahami dengan baik tentang Asuhan Pengantar Tyhpoid.

Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan pengetahuan
yang cukup bagi pembaca dan penulis yang lain. Kami juga berharap agar makalah ini menjadi
acuan yang baik dan berkualitas.

1
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................................

Daftar Isi.........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................
C. Tujuan Penulis .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Typhoid...........................................................................................................
B. Etiologi pada Typhoid......................................................................................................
C. Pathway Typhoid..............................................................................................................
D. Manifestasi Klinis pada Typhoid.......................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang pada Typhoid.............................................................................
F. Penatalaksanaan pada Typhoid..........................................................................................
G. Komplikasi pada Typhoid.................................................................................................
H. Pengkajian pada Px Typhoid.............................................................................................
I. Analisa Data pada Px Typhoid..........................................................................................
J. Diagnosa pada Px Typhoid................................................................................................
K. Intervensi pada Px Typhoid...............................................................................................
L. Evaluasi pada Px Typhoid.................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam typhoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada
iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara berkembang di daerah tropis. Hal ini
disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang
kurang baik. Demam typhoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi
didapatkan pada anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata antara insidensi demam
typhoid pada wanita dan pria.
Di Indonesia, angka kejadian demam  thypoid meningkat pada musim kemarau panjang
atau awal musim hujan. Hal ini banyak dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat
pada musim tersebut dan penyediaan air bersih yang kurang memuaskan. Demam  typhoid
masih merupakan masalah besar di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik
endemik dan timbul sepanjang tahun. Demam thypoid adalah penyakit yang umum di
Indonesia.
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan pelayanan yang
tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika, namun perlu juga asuhan
keperawatan yang baik dan benar serta
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari typhoid ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit typhoid ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari penyakit typhoid
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit typhoid

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2004).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
Thypi ( Arief Maeyer, 2006 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 2011 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,
enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 2007).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal,
oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2011).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang
dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2. Etiologi
Typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, bakteri berbentuk basil dan
berjenis gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak
menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan
dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme
penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Bakteri ini dapat hidup dengan
baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati
pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik.
Typhoid dapat ditularkan melalui feses dan urin dari penderita thypus atau juga carier
(Rahmad Juwono, 1996). Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih
terus mengekskresi Salmonella typhi dalam feses dan urin selama lebih dari 1 tahun.

Patofisiologi

4
3. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi bakteri berkisar selama 7 ─ 20 hari, masa inkubasi terpendek yaitu tiga
hari dan terlama selama 60 hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa
inkubasi bakteri selama 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik
(Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, 1994). Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
penyakit / gejala yang tidak khas) :
o Perasaan tidak enak badan
o Lesu
o Nyeri kepala
o Pusing
o Diare
o Anoreksia
5
o Batuk
o Nyeri otot (Mansjoer, Arif, 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain, seperti :
a. Demam
Demam berlangsung 3 minggu
 Minggu pertama : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari, nyeri kepala,  pusing, nyeri
otot,  anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,   perasaan tidak enak
diperut,   batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak hanya didapat
peningkatan suhu badan
 Minggu kedua : Demam terus,  bradikardi relatif, lidah typhoid (kotor ditengah, tepi
dan ujung merah tremor), hepatomegali,  plenomegali,   meteorismus,   gangguan
kesadaran seperti samnolen.
 Minggu ketiga : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.
b. Gangguan pada Saluran Pencernaan
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar sehingga nyeri saat diraba
c. Terjadi konstipasi, dan atau diare
c. Gangguan Kesadaran
a. Kesadaran yaitu apatis – somnole.
b. Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit) (Rahmad Juwono, 1996).

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Di dalam beberapa
literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif
tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus
demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa
demam typhoid.
b.  Pemeriksaan SGOT dan SGPT
6
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
 Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
 Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
 Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
 Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d.  Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).

7
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
e. Penatalaksaan Medis
Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi penatalaksanaan yang
meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (baik simptomatik maupun
suportif), serta pemberian antimikroba. Selain itu diperlukan pula tatalaksana komplikasi
demam tifoid yang meliputi komplikasi intestinal maupun ekstraintestinal (Kemenkes,
2006).
a. Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah
baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum,
mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia
orthostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
b. Diet
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menyebabkan menurunnya keadaan
umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi
lama.
Selain dilakukan pencegahan juga dilakukan pengobatan demam tifoid terdiri dari 3
bagian yaitu:
× Perawatan Tatalaksana
Penderita baru dengan kemungkinan demam tifoid sebaiknya dirawat inap.
Rawat inap perlu bagi penderita komplikasi, bila pemasukan makanan atau cairan
kurang. (Soedarmo dkk, 2002).
Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. (Juwono, 2004).
× Diet
Kadang pula makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna
makanan (Soedarmo dkk, 2002).
× Obat-obatan
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian menurun
secaradrastis(1-4%). Obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain:

8
a) Kloramfenikol
b) Tiamfenikol
c) Co trimoxazol
d) Ampisilin
e) Amoksisilin
f) Seftriakson
g) Sefiksim
f. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
 Perdarahan usus
 Perporasi usus
 Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
 Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
 Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
 Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
 Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
 Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
 Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
 Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia. (Ngastiyah, 2005 : 237).

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
satatus pekawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
b. Keluhan utama : Keluhan utama Typoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun,
nyeri perut, pusing kepala, mual, anoreksia, diare, serta penurunan kesadaran.
c.Riwayat penyakit sekarang : Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella
typhi ke dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu : Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
e.Riwayat psikososial dan spiritual : Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme
yang digunakan.  Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.

9
f. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
Didapatkan  klien   tampak   lemah,   suhu   tubuh   meningkat    38 – 410 C, muka
kemerahan.
 Tingkat kesadaran dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
 Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti
bronchitis.
 Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
 Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
 Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus
meningkat.
 Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
 Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri
tekan pada abdomen.  Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltik usus meningkat.
g. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan
absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah
merah dalam peredaran darah.  Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 –
4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit
oleh endotoksin.  Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah
tepi.  Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu
pertama.  Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan
endotoksin.  Laju endap darah meningkat.
 Pemeriksaan urine
Didapatkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit
dalam urine.
10
 Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
 Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan  apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah
tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
 Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi  yang
dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H.   Apabila
titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan
titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali).  Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2
minggu kemudian menunjukkan diagnosa  positif dari infeksi Salmonella typhi.
 Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam
tifoid.
2. Analisa Data
No. Symptom Etiologi Problem
1. Ds Terinsfeksi oleh bakteri Hipertermi
Wajah pucat salmonella typi
Do
Menginfeksi saluran
Suhu tubuh diatas
pencernaan
nilai normal

Peradangan

Hipertermi
2. Ds Bakteri masuk kedalam Defisit Nutrisi
Wajah pucat lambung
Do
Peningkatan produksi asam
Berat badan menurun
lambung

Mual, muntah

Penurunan napsu makan

11
Berat badan menurun

Defisit nutrisi
3. Ds Infeksi kuman pada usus Nyeri Akut
Mengeluh nyeri halus
Do
Tampak meringis, Peradangan pada usus halus
bersikap protektif,
gelisah, frekuensi Proses inflamasi
nadi meningkat, sulit
tidur Nyeri akut

3. Diagnosa
 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi (D.0130)
 Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan (D.0019)
 Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi (D. 0077)
4. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi


1. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
berhubungan intervensi keperawatan, (I.15506)
dengan proses maka termoregulasi
infeksi membaik (L.14134) Observasi
Kriteria hasil : - Identifikasi penyebab hipertermia
- Suhu tubuh (mia. Dehidrasi, terpapar
membaik lingkungan panas, penggunaan
- Kulit merah inkubator)
menurun - Monitor suhu tubuh
- Kejang menurun - Monitor kadar elektrolit
- Takikardi menurun - Monitor haluaran urine
- Takipnea menurun - Monitor kompliksi akibat
hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian

12
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebihan)
- Lakukan pendinginan eksternal
(mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antiseptik atau
aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dan
elektrolit intervena, jika perlu
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Menejemen Nutrisi
berhubungan intervensi keperawatan (I.03119)
dengan status nutrisi membaik Observasi
penurunan berat (L.03030) - Identifikasi status nutrisi
badan Kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan intolerasi
- Bising usus makanan
membaik - Identifikasi makanan yang
- Kekuatan otot disukai
pengunyah - Identifikasi kebutuhan kalori dan
meningkat jenis nutrien
- Kekuatan otot - Identifikasi perlunya penggunaan
menelan meningkat selang nasogastik
- Membran mukosa - Monitor asupan makanan
membaik - Monitor berat badan

- Sariawan menurun - Monitor hasil pemeriksaan

- Serum albumin laboratorium

13
meningkat Terapeutik
- Rambut rontok - Lakukan oral hygiene sebelum
menurun makan, jika perlu
- Diare menurun - Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. piramida makanan )
- Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan yang tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik, jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisiduduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
3. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan intervensi keperawatan (I.08238)
dengan proses tingkat nyeri menurun Observasi
inflamasi (L.08066) - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
- Meringis insensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri

14
- Sikap protektif - Identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
- Gelisah - Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan
- Frekuensi nadi nyeri
membaik - Identifikasi pengetahuan dan
- Kesulitan tidur keyakinan tentang nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat,aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan.pencahayaan,
kebisingan )
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jelas dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelakan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri

15
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut, yang
pertama bahwa pengertian typhoid yaitu penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman Salmonella thypi dan Salmonella para typhi A,B,C. Penyebab terjadinya
typhoid yaitu karena adanya infeksi bakteri Salmonella typh, Salmonella paratyphi A, B,
dan C.
Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan bakteri
Salmonella typhi kepada orang lain. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
Salmonella.
Typhoid dapat dicegah dan dihindari penularannya yaitu dengan cara meningkatkan
hygiene sanitasi makanan dan lingkungan, vaksinasi, meminum air yang telah dimasak, dan
menggunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan. Dengan hal-
hal tersebut, kita akan mengurangi jumlah insiden typhoid yang seharusnya hal-hal tersebut
merupakan kewajiban sehari-hari dan bukan hanya diterapkan saat sedang musim wabah.

B. Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan diatas, agar terhindar dari typhoid, sebaiknya
selalu menjaga kebersih lingkungan dan makanan yang dikonsumsi harus bersih. Sebagai
tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada
anak-anak supaya menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan, makanan, air minum,
dan kebersihan diri sendiri dan harus selalu menjaga kesehatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Suriadi & Yuliani. (2006). Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.

HamsahPK4. 2015. Makalah Thypoid.http://hamsahpk4.blogspot.com/2015/03/makalah

thypoid.html?m=1

PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).Jakarta

PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Jakarta

Diakses pada 24 februari 2020

18

Anda mungkin juga menyukai