Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

R
KASUS PENYAKIT SUSP TYPOID
RUMAH SAKIT.HAJI MAKASSAR

NAMA : SARWIN SANTOSO


NIM : 21071011009
RUANGAN : RINRA 1 (SATU)

Preceptor lahan preceptor Institusi

………………….. ……………………

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/202
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, yang telah melimpahkan kasihnya Kepada Penulis sehingga penulisan
Laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien SUSP TYPOID Di
Rumah Sakit Haji Makassar, dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan asuhan


kepeeawatan dengan kasus SUSP TYPOID ini dapat diselesaikan karena adanya
bantuan dan dukungan dalam penulisan banyak sekali pihak yang telah
membantu penulis baik dalam memberi motivasi, bimbingan materi, dan lain
sebagainya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan asuhan keperawatan SUSP


TYPOID ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak dan nantinya yang akan digunakan
untuk perbaikan di masa mendatang baik untuk pendidikan, pengetahuan dan
pengembangan ilmu keperawatan yang professional.

Penulis

SARWIN SANTOSO

DAFTAR ISI
Daftar isi
Kata Pengantar
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR SUSP TYPOID
1. Pengertian susp typoid
2. Patofisiologi
3. Etiologi
4. Panifestasi klinik
5. Komplikasi
6. Penatalasanaan
7. Penunjang kepearawatan
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
B. KONSEP KEPERAWATAN SUSP TYPOID
1. Pengkajian
2. Diagnose keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi dan dokumentasi
BAB III ASKEP PENGKAJIAN PASIEN
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
4. Rencana asuhan keperawatan
5. Implementasi keperawatan
6. Evaluasi keperawatan
Patofisiologi dan penyimpagan KDM
Daftar Pustaka

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
SUSP TYPOID

A. Konsep Dasar Demam Thypoid


1. Pengertian susp thypoid
Pengertian susp thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam
thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi.
Susp Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada
usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran.
2. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi.
Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu
antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen
H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob
dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat 7
celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya.
3. Manifestasi klinis
susp thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian
menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu:
a. Demam Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu
bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
b. Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas
berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah
tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa
membesar disertai nyeri dan peradangan.
c. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu
apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah
(kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintikbintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu
pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
d. Relaps Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam
thypoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat.
Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali,
terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000
basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa
(igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus selsel epitel
(sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang 9 biak di
jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening
mesenterika.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia)
melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial
tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari
usus.
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan
sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa
(splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan
masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang
disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit
kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar
plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis
ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu
pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali,
terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri 10 pada mingu
ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses
penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai
cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.
5. Komplkasi
a. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius
paralitik.
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan
sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan
syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan
kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis,
spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan
sindroma katatonia.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan penunjang pada anak dengan dengan typoid antara


lain: Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan
bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif
tetapi kenyataannya 13 leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam
typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam
typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup
kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darahtergantung dai beberapa faktor :
1) Tehnik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan darah
terhadap salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di
masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien,
antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negative
5) Uji widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen
dan antibodi. Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi
terdapat dalam serum klien dengan demam typhoid juga terdapat
pada orang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada
uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella typhi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal
dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H (berasal
dari flagel kuman).
3) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen VI
(berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut
hanya aglutinin 15 O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.

d. Kultur Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin
bisa positif pada akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif
pada minggu kedua hingga minggu ketiga.

e. Anti Salmonella typhi IgM Pemeriksaan ini dilakukan untuk


mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella Typhi, karena
antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.

7. Penatalaksanaan

Berdasarkan penatalaksanaan pada demam typhoid yaitu:

a. Perawatan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim. 16
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid.
Waktu penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga satu
bulan. Antibiotika, seperti ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim
sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering digunakan untuk
merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan
antibiotik adalah:
1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14
hari.
2) Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol,
diberikan ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam3- 4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum
obat, selama 21 hari.
3) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4
kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
4) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3
kali pemberian, oral, selama 14 hari.
5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50
m/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,
sehari sekali, intravena selama 5-7 hari. 17
6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin, dan
fluoroquinolon. Bila tak terawat, demam typhoid dapat
berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian
terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat
dan dengan manifestasi nerologik menonjol, pada kasus-kasus
dengan penyulit perforasi usus.

BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN SUSP TYPOID

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan susp Typhoid


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan
asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status
kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan
berkesinambungan. Pengumpulan data ini juga harus dapat menggambarkan
status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh
klien.
a. Identifikasi, sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.
b. Keluhan utama Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala,
pusing dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama
selama masa inkubasi). Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama
3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali.
Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat
minggu ke tiga, suhu beragsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ke tiga.
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berada dalam
kedaaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi stupor, koma, atau
gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala
lainnya. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epitaksis pada
anak besar.
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut
merata dan warna rambut.
2) Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan.
3) Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek
pupil mengecil ketika terkena sinar.
4) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir
kering, dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih
kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan
jarang disertai tremor.
5) Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.
6) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
7) Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.

e. Pemeriksaan laboratorium

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,


limfositosis relatif dan aneosinofillia pada permukaan yang
sakit.

2) Darah untuk kultur (biakan darah, empedu) dan widal.

3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam


darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih
sering ditemukan dalam urine dan feses.

4) Pemeriksaan widal Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan


yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O yang
bernilai 1/200 atau lebih 20 menunjukkan kenaikan yang
progresif.

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan


objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis,
dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

Berdasarkan Nanda NIC NOC 2016 diagnosa keperawatan yang muncul


yaitu :

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi.

3. Intervensi

Berdasarkan NANDA NIC NOC 2016, intervesi keperawatan antara lain


adalah:

1. Hipertermia Tujuan
NOC Dan
(Nursing NIC (Nursing Intervention

berhubungan dengan Outcome Classification) :


proses penyakit. Classificatio
1.1. Kaji warna kulit
Batasan karakteristik: n) : Kriteria
hasil : 1.2. Monitor suhu tubuh
 Konvulsi
minimal tiap 2 jam.
Suhu tubuh dalam
 Kulit kemerahan
renta normal, antara 1.3. Monitor TD, N dan
 Peningkatan suhu 36,5 - 37,5 derajat
RR.
tubuh atas kisaran celsius.
normal. 1.4. Identifikasi adanya
Nadi dan pernafasan
penurunan tingkat
 Kejang dala rentang normal.
kesadaran.
 Takikardi Tidak ada perubahan
1.5. Tingkat intake cairan
warna kulit dan tidak
 Takipnea dan nutrisi.
ada pusing.
 Kulit terasa hangat. 1.6. Beri kompres hangat
pada sekitar axilla dan
lipatan paha.

1.7.Beri  pakaian yang


2. Nyeri NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention
akutberhubungan
Outcome Classification) :
dengan gen pencedera
Classificatio
fisiologis 2.1. Lakukakan
n) : Kriteria
pengkajian nyeri
Batasan karakteristik : hasil :
secara komprehensif
 Perubahan selera  Mampu termasuk lokasi,
makan. mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi kualitas dan
 Perubahan
faktor presipitasi.
tekanan darah  Melaporkan
nyeri 2.2.Observasi reaksi non
 Perubahan
berkurang verbal
frekuensi
dengan
pernafasan. 2.3. Gunakan
menggunakan
komunikasi
 Perilaku distraksi menegemen
nyeri.
(berjalan
 Mampu
mondar-mandir).
mengenali
nyeri.

 Menyatakan
rasa nyaman
 Mengekpresikan terapeutik untuk
perilaku (gelisah,
mengetahui
meringis). pengalaman nyeri
pasien.
 Masker wajah
(mata kurang 2.4. Kontrol lingkungan
bercahaya, yangdapat
gerakan mata mempengaruhi nyeri
berpencar atau seperti suhu ruangan
tetap pada satu
pencahayaan dan
fokus meringis).
kebisingan.
 Sikap
2.5. Ajarkan tehnik non
melindungi
farmakologi.
nyeri.
2.6. Kolaborasi pemberin
 Melaporkan
obat analgetik.
nyeri secara
verbal.
3. Defisit nutrisi NOC NIC (Nursing Intervention
(Nursing
berhubungan dengan Classification) :
ketidakmampuan Outcome
3.1. Kaji adanya alergi
mengabsorbsi nutrisi
Classification) : makanan.
Batasan karakteristik :
 Adanya 3.2   Monitor adanya
 Nyeri abdomen
penurun berat badan.
peningkatan
 Menghindari
berat badan. 3.3. Moni interaksi anak
makanan.
dengan orang tua.
 Mampu
 Diare
mengidentifikas 3.4. Monitor kulit kering,
 Bising usus i kebutuhan turgor kulit.
hiperaktif. nutrisi, tidak
3.5. Catat jika ada mual
ada tanda
 Kurang minat pada dan muntah.
malnutrisi.
makanan.
3.6. Anjurka makan
 Tidak
 Membran mukosa sedikit tapi sering
terjadi
pucat.
penurunan berat 3.7. Kolaborasi dengan
 Cepat kenyang badan berarti. ahli gizi untuk
setelah makan menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
 Kelemahan otot
yang dibutuhkan.
menelan.

4. Implementasi

Implementasi adalah proses membantu pasien untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah
rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan
yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawtan.
Dimana tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan
kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi
koping klien.

Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak


demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan
keluarga dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien
memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji
intake dan output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan
asupan kepada klien

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan (Hutahaean Serri, 2010). Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien, macam-
macam evaluasi:
a. Evaluasi formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera


pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada
catatan perawatan.

b. Evaluasi sumatif SOAP


Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.
Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan
suhu 36,5 °C, orang tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan
membantu mengontrol nyeri dengan tehnik non farmakologi, orang tua
mengatakan tidak terjadi penurunan BB secara signifikan. Tindakan
selanjutnya mengobservasi keluhan klien dan pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien.
BAB III

ASKEP PENGKAJIAN PASIEN DENGAN

KASUS PENYAKIT SUSP TYPOID

Nama Mahasiswa : Sarwin Santoso

Ruangan : Rinra 1 (satu)

Tanggal Pengkajian : 26– Desember – 2021

II. IDENTITAS DIRI KLIEN

Nama : NY.R

Tanggal masuk RS : 25-desember-2021

Tempat tanggal lahir : NTT 20-05-1997

Informasi : keluarga

Umur : 24 tahun

Jenis kelamin : perempuan

No.hp keluarga : 0812-3665-1822

Alamat : jl.mbaro, kombe NTT

Status perkawinan :-

Agama : katolik

Suku :-

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Swasta
III. STATUS KESEHATAN SAAT INI

1. Alasan kunjungan/ keluhan utama : demam naik turun, sendi sakit dan
mual
2. Factor fencetus : factor lingkungan dan nutrisi
3. Lamanya keluhan : nyeri di rasakan klien selama 30 mnit
4. Timbul keluhan : mendadak (hilang timbul)
5. Factor yang memperberat : aktivitas
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri,: bantuan keluarga

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah di alami


a. Kanak-kanak : klien mengatakan pernah mengalami sakit yang
parah sewaktu kanak-kanak
b. Kecelakaan : klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
c. Pernah dirawat : klien mengatakan tidak pernah di rawat
sebelumnya
d. Operasi :klien mengatakan tidak pernah dioperasi sebelumnya
2. Alergi : klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
3. Imunisasi : klien mengatakan tidak pernah mendapatkan polio campak,
bcg dll
4. Kebiasaan : tidak di kaji
5. Obat-obatan : tidak di kaji
a. Resep : -
b. Lamanya : -
6. Pola nutrisi
Sebelum sakit: klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi habis
a. Berat badan : 56 kg
b. Tinggi badan : 150 cm
c. Jenis makanan : nasi sayur dan lauk
d. LLA : 36
e. Makanan yang di sukai : semua makanan
f. Makanan yang tidak di sukai : tidak di kaji
g. Makanan pantangan : makanan keras dan pedis
h. Nafsu makan : baik
i. Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :normal
Perubahan setelah sakit :

a. Jenis diet : kurang nafsu mkan karena mual dan muntah


b. Rasa mual : +
c. Intake cairan : air putih
d. Porsi makan : berkurang
7. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
a. Buang air besar : klien mengatakan buang air besar 3-4 x sehari
Frekuensi : 2 x sehari
Konsistensi : lunak
Waktu : pgi dan mlam
b. Buang air kecil: klien mengatakan buang air kecil 3-4 x sehari
Frekunsi : 5-8 x sehari
Warna : kuning
Perubahan setelah sakit :

a. Bab : buang air besar 2 x sehari tidak ada perubahan


b. Bak : buang air kecil 5-8 x sehari berwarna kuning
8. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit :
a. Waktu tidur (jam) : 7-8 jam sehari
b. Lama tidur/ hari : 8 jam perhari
c. Kebiasaan pengantar tidur : main hp dan nonton tv
d. Kebiasaan saat tidur : sering terbangun buang air kecil
e. Kesulitan dalam tidur : menjelang tidur
Perubahan setelah sakit : klien mengatakan lebih banyak berbaring di
tempat tidur di karenakan nyeri uluh hati

9. Pola aktivitas dan latihan


Sebelum sakit :

a. Kegiatan dalam pekerjaan : memasak mencuci dll


b. Olahraga : pekerjaan rumah
Jenis : menyapu, mencuci
Frekuensi : 2x sehari
c. Kegiatan di waktu luang : beribadah dan nonton TV
Perubahan setelah sakit : klien mengatakan lbh sering tidur dan
istirahat di tempat tidur

10. Pola pekerjaan


Sebelum sakit :
a. Jenis pekerjaan : kuliah
b. Jumlah jam kerja : 6-8 jam
c. Jadwal kerja : sesuai jadwal kuliah
Perubahan setelah sakit : tidak ada aktivitas seperti biasa
V. RIWAYAT KELUARGA

GENOGRAM

Keterangan:

Laki-laki : tidak di ketahui : ?


klien : meningga: X
satu rumah: . . . . Kawin :

Perempuan :
Komentar:

Generasi I : klien memilki kedua orang tua yang masih hidup

Generasi II : klien memiili 3 saudara dari 4 bersaudara

Generasi III : klien anak ke 4 dan tinggal bersama kedua orang tua dan
ke 3 saudaranya

VI. RIWAYAT LINGKUNGAN

Kebersihan/ bahaya/ polusi

Klien mengatakan tempat tinggal klien terdapat solokan yang tersumbat yang
diakibatkan pernah banjir dan terdapat sampah di pembuangan solokan

VII. ASPEK PRISIKOSOSIAL

1. Pola piker dan presepsi


a. Alat bantu yang digunakan : tidak di kaji
b. Kesulitan yang di alami : tidak di kaji
2. Presepsi sendiri
a. Hal yang difikirkan saat ini : merasa khawatir dgn kondisinya
sekarang
b. Harapan setelah perawatan : klien mengatakan ingin sembuh segera
sembuh dan cepat pulang
c. Perubahan setelah sakit : lebih menjaga pola kesehatan
3. Suasana hati : stabil
4. Hubungan/komunikasi
a. Bicara
1. Bahasa Indonesia
2. Relevan
3. Mampu berbahasa Indonesia
4. Mampu mengerti orang lain
b. Tempat tinggal : bersama keluarga
c. Kehidupan keluarga
1. Adat istiadat yang dianut : tidak di kaji
2. Membuat keputusan keluarga : ibu dan bapak
3. Pola komunikasi : baik
4. Pola keuangan : memadai
d. Kesulitan dalam hubungan keluarga : tidak di kaji
1. Hubungan dengan orang tua
2. Hubungan dengan sanak saudara
3. Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan seksual

a. gangguan hubungan seksual di sebabkan kondisi: menstruasi dan


kehamilan

b. pemahaman tentang seksual : klien mengatakan kurang memahami


konsep seksual

6. pertahanan koping

a. pengambilan keputusan : ibu dan ayah

b. yang disukai tentang diri sendiri : semangat

c. yang ingin dirubah dari kehidupan : tidak di kaji

d. yang dilakukan jika stress : makan dan tidur

e. Apa yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :


memberikan pasien pelayanan yang baik agar merasa nyaman dan
aman

7. Sistem nilai dan kepercayaan


a. Siapa atau apa sumber kekuatan : Agama dan keluarga
b. Apakah tuhan, agama, kepercayaan penting bagi anda? : iya
c. Kegiatan agama/kepercayaan apa yang ingin anda lakukan di RS :
berdoa
8. Tingkat perkembangan

a. Usia : mudah
b. Karakteristik : baik

PENGKAJIAN FISIK KLIEN

1. Kesadaran : lemah
2. Keadaan umum : compos mentis
a. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmhg
P : 80 x/m
N : 20 x/m
S : 36 c
3. Kepala

a. bentuk : simetris

b. warna rambut : hitam

4. mata

a. bentuk bola mata : bulat

b. kongjungtiva : anemis

c. tekanan bola : tidak ada nyri tekan

d. fungsi penglihatan : normal

5. hidung

a. reaksi alergi : tidak ada

b. frekuensi : -
c. pernah mengalami flu : iya

6. mulut dan tenggorokan

a. gigi geligi : gigi gisul

b. kesulitan menelan : tidak ada kesulitan dalam menelan

c. kulit/gangguan bicara : normal

7. dada dan paru-paru

a. bentuk dada : normal

b. suara nafas : bernada rendah versikuler

c. palpasi : getaran sama

8. jantung dan sirkulasi

a. nadi : 20 x/m

b. cappiling reffyling : 36,2 detik

c. destensi vena : -

d. suara : getaran sama

e. nyeri : uluh hati

f. perubahan warna kulit : -

g. monitoring hemodinamik : tidak di kaji

9. abdomen

a. perstaltik : 22 x/m

b. infeksi: simetris

c. perkusi : identitas batas organ


d. palpasi : -

10. genetalia dan status produksi

a. kehamilan: tidak sedang hamil

b. buah dada :normal

c. pendarahan : tidak ada pendarahan

d. pemeriksaan pap dan smear terakhir : -

e. hasil : tidak ada pemeriksaan hasil kehamilan

f. flour albus : tidak di kaji

g. prostat : tidak di kaji

h. pengunaan kateter :-

11. status neologis

a. GCS E= 4 M=5 V=6 =15

b. reflex patologis : kerning sing (-) laseng sing (-)

brunsky (-) chaddok (+) babinsky (-)

c. reflex fisiologis : bisep (+) trisep (-) patella (+)


12. Ekstremitas
Keadaan ekstremitas :
a. Bentuk : simetris
b. Atropi : tidak ada tumor
c. Rom : kurang
d. Edema : tidak ada edema
e. Kekuatan otot : 555
f. Nyeri : ada
g. Akral :-
IX. DATA PENUNJANG

1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Dl
2. Radiologo
a. Thorax
b. Darah lengkap
X. TERAPI MEDIS

1. Obat-obatan
a. parasetamol
b. amoxilin 3x100mg
c. cairan intravena
d. obat parenteral
2. Analisa data

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI


.
1. DS : klien mengatakan panas Hipertemia Proses pengobatan
demam naik turun sendi nyeri infeksi
dan mual
O:  pasien mengatakan nyeri
sendi
P: pasien mengatakan demam
yang dirasakan selama 1
minggu
Q:  Klien mengatakan mual
R:  Klien tampak lemas dan
lesu
S: skla nyeri 3

2. Pasien mengatakan lemas Ketidak Factor biologis


mual dan dan lesu wajah seimbangan kurang nafsu makan
tampak memerah dan nutrisi kurang
berkeringat dari kebutuhan
tubuh
3. Pasien terpasang infus 20tpm Resiko Intake cairan
kekurangan kekurangan atau
cairan kehilangan volume
cairan

3. Diagnosa keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO.

1. Hipertemia yang berhubungan dengan proses pengobatan infeksi di


tandai dengan :
DS : klien mengatakan panas demam naik turun sendi nyeri dan mual
O:  pasien mengatakan nyeri sendi
P: pasien mengatakan demam yang dirasakan selama 1 minggu
Q:  Klien mengatakan mual
R:  Klien tampak lemas dan lesu
S: skla nyeri 3
2. Ketidak seimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunya nafsu makan, mual, muntah yang di tandai dengan: muntah,
mual lemas ,lesu dan wajah memerah dan bibir tampak kering
3. Resiko kekurangan cairan yang ditandai dengan terpasangnya infus
28tpm

4. Rencana keperawatan
No. Diagnose keperawatan Rencana tindakan keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasil intervensi rasional
1. Hipertemia yang Setelah dilakukan Observasi Mengidentifik
berhubungan dengan tindakan 4x24 jam di tingkat nyeri asi
proses pengobatan infeksi harapakan nyeri hilang secara nyeri untuk
di tandai dengan : atau berkurang dengan komprenshi intervensi
DS : klien mengatakan kriteria: p Mengetahui
panas demam naik turun  Klien Observasi kondisi klien
sendi nyeri dan mual mengatakan rasan  tanda-tanda Mengurangi
O:  pasien mengatakan nyer nyeri dan demam vital rasa nyeri
i sendi hilang atau Ajarkan klien
P: pasien mengatakan berkurang dan tehnik Membantu
demam menurun relaksasi menjaga klien
yang dirasakan selama 1  Tekanan darah Edukasi
minggu Td: 90/80 mmhg keluarga
Q:  Klien mengatakan mual Nadi : 65 x/m Kelola obat
R:  Klien tampak lemas dan Nyeri : 0-2 di berikan
lesu  Klien merasa pada pukul
S: skla nyeri 3 nyaman 08:00,16:00,
24:00 wib
2. Ketidak seimbangan nutrisi Setelah dilakukan Observasi Mengetahui
dari kebutuhan tubuh tindakan 4x24 jam di kebutuhan keadaan
berhubungan dengan harapakan dapat nutrisi pasien
menurunya nafsu makan, menunjukkan tidak Kaji nafsu Mengetahui
mual, muntah yang di tandai adanya tanda-tanda makan klien perubahan
dengan: muntah,mual ketidakseimbangan Kaji hal-hal pasien
lemas, lesu wajah memerah nutrisi dengan kriteria: yang Menteksi
dan bibir tampak kering a. Nafsu makan baik membuat secara diri
b. Porsi makan habis pasien tidak Porsi sedikit
c. Berat badan normal nafsu makan tapi sering
Anjurkan Nutrisi
nafsu makan
sedikit tapi
sering
Kolaborasi
dengan
dokter gisi
3. Resiko kekurangan cairan Setelah dilakukan Observasi Mengetahui
atau kehilangan volume tindakan 4x24 jam di keadaan keadaan
cairan yang ditandai dengan harapakan: pasien umum pasien
terpasangnya infus 28tpm.  Bebas dari tanda- Awali tanda- Mengetahui
tanda gejala tanda vital perkembang
kekurangan cairan nyeri an klien
 Mendeskrifsikan Berikan Menurunkan
proses penularan informasi resiko
 Menunjukkan yang tepat bakteri
kemampuan untuk Lakukan Menurunkan
mencegah penciuman jumlah

 Menunjukkan dgn baik merorganism

perilaku hidup Lakukan e

sehat prinsip Memberikan


septik dukungan
Berikan obat emosional
antibiotik Menurunkan
tepat waktu resiko
bakteri

5. Implementasi keperawatan
Tgl/wakt diagnosa keperawatan Implementasi Respon
No.
u
1. 26/12/20 Hipertemia yang Observasi tingkat S: pasien
21 berhubungan dengan nyeri mengatakan nyeri
10:00 proses pengobatan infeksi Ajarkan tehnik berkurang dan
di tandai dengan : relaksasi atau sesi demam hilang
DS : klien mengatakan nafas sebagaian
panas demam naik turun Observasi tanda- O: pasien
sendi nyeri dan mual tanda vital mengatakan
O:  pasien mengatakan nyer Memberikan suasan berusaha tenang
i sendi a nyaman Q: lanjut
P: pasien mengatakan Control pemebrian intervensi
demam obat
yang dirasakan selama 1
minggu
Q:  Klien mengatakan mual
R:  Klien tampak lemas dan
lesu
S: skla nyeri 3
2. 26/12/20 Ketidak seimbangan nutrisi kaji nafsu makan S: pasien
21 dari kebutuhan tubuh pasien mengatakan segar
11:00 berhubungan dengan berikan makan dari sebelumnya
menurunya nafsu makan, sedikit tapi sering A: masalah
mual, muntah yang di berikan obar tepat ketidakseimbanga
tandai dengan: muntah,lesu waktu n nutrisi teratasi
wajah tampak memerah dan sebagian
bibir kering P: lanjut intervensi
3. 26/12202 Resiko kekurangan cairan Kelola obat yang di S:  Pasien lebih
1 atau kehilangan volume berikan kepada tenang da rileks
13;30 cairan yg aktiv pasien A:  resiko kukuran
terpasangnya infus 28tpm di gan cairan
tangan kanan P:lanjut intervensi
6. Evaluasi keperawatan
Tgl/waktu Evaluasi SOAP
26/12/2021 S: pasien mengatakan nyeri dan demam berkurang
10:00 O: pasien terlihat tenang
A: masalah keperawatan nyeri dan demambelum tertasi
sebgaian
P: lanjut intervensi
26/12/2021 S: pasien mengatakan badanya segar
11:00 O: terlihat segar dr sebelumnya
A: masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi teratasi
sebagaian
P: lanjut intervensi
26/12/2021 S: pasien mengatakan sudah lebih tenang dan nyaman
13:30 O: pasien terlihat lbh tenang
A: masalah resiko kekurangan cairan teratasi
P: lanjut intervensi

Patofisiologi dan penyimpangan

KDM

Hipertemia

Susp typoid
demam nyeri dan Ketidakseimbangan Resiko kekurangan
mual nutrisi kurang dari cairan atau volume
kebutuhan tubuh cairan yg aktiv

Proses Lemas dan lesu Terpasang infus


Pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, M. Dkk. (2010). Ensiklopedia kesehatan untuk umum. Jogjakarta:


Ar-ruzz Media.
Apriyadi dan Sarwili. (2018). Perilaku Higiene Perseorangan dengan
Kejadian

Demam Tyfoid. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 8 No. 1.

Bahar, dkk. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kesembuhan Paien Penderita Demam Typoid Di Ruang Perawatan Interna

RSUD Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5


Nomor 6.

Cahyaningsih, Sulistyo Dwi. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak


dan Remaja. Jakarta : Tim.

Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahuun 2013.


http:www.depkes.go.id/Downloads/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf.
Tanggal 17 Desember 2018.

Dinkes Kaltim. (2015). Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2015.


http://www.depkes.go.id/Downloads/6472_Kaltim_Kota_Samarinda_2015%20b
aru.pdf. Tanggal 27 November 2018.

Hidayat, Alimul Aziz A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.


Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai