Oleh :
Disusun Oleh:
M. Arif Qobidhurahmat 712019097
Aisyah Sawwalia 712019048
Dosen Pembimbing :
dr. Halimah, Sp.A
Oleh:
M. Arif Qobidhurahmat 712019097
Aisyah Sawwalia 712019048
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan
laporan kasus, yang berjudul “Demam Berdarah Dengue Grade II” ini kepada dr.
Halimah Sp.A, dan terakhir, bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung
maupun tidak langsung, rela maupun tidak rela, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu, penulis haturkan terima kasih atas bantuannya hingga laporan kasus
ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan
imbalan setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa didalam laporan kasus ini masih banyak
kekurangan baik dalam penulisan maupun isi laporan kasus. Karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya laporan
kasus ini. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.6. Diagnosis .......................................................................................................... 33
3.7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 37
3.8. Tatalaksana ..................................................................................................... 40
3.9 Komplikasi ....................................................................................................... 43
BAB IVANALISIS KASUS ............................................................................................ 45
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 52
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penatalaksanaan penyakit ini terletak pada kemampuan mendeteksi secara dini
fase kritis dan penanganan yang cepat dan tepat 4.
Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
membahas laporan kasus mengenai demam berdarah dengue derajat II sebagai
salah satu syarat dalam kepanitraan klinik ilmu kedokteran anak.
1.3 Manfaat
1.3.1 Teoritis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan ilmu tentang
kasus Demam Berdarah Dengue Grade II.
1.3.2 Praktis
Sebagai masukan guna lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan
terutama dalam memberikan informasi (pendidikan kesehatan) kepada
pasien dan keluarganya tentang kegawatan pada pasien dengan Demam
Berdarah Dengue Grade II.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
2.1.1 Identitas Pasien
3
Alamat : Jl. KH. Azhari, 13 Ulu Lorong Masawa,
Palembang
2.2 Anamnesis
Tanggal : 28 Juni 2021
Diberikan oleh : Ibu pasien (Alloanamnesis)
1. Keluhan Utama
Demam
2. Keluhan Tambahan
Mual dan muncul bintik kemerahan di kaki
7. Riwayat Makanan
a. ASI ekslusif : 0 - 24 bulan
b. Susu formula : Tidak diberikan
c. Bubur nasi : Tidak diberikan
d. Nasi Tim/lembek : Tidak diberikan
e. Nasi biasa : Diberikan sejak usia 2 tahun. Satu centong
nasi sekali makan, frekuensi 3x sehari
f. Ikan : Tidak diberikan
g. Telur : Diberikan 1 buah telur sekali makan,
frekuensi ± 2 kali/minggu.
h. Ayam, daging : Diberikan 1 potong ayam sekali makan,
frekuensi 3 sehari
i. Tahu, tempe : Diberikan 1 potong tahu sekali makan,
frekuensi ± 2 kali/minggu.
j. Sayuran, buah : Diberikan 1 mangkuk kecil ± 3
kali/minggu
Kesan : Asupan gizi cukup
8. Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR ULANGAN
BCG 1 bln
6
Hib 1 2 bln Hib 2 3 bln Hib 3 4 bln 18 bulan
7
Tinggi Badan : 94 cm
Status Gizi : Gizi kurang
BB/U : -3 SD sampai -2 SD (BB kurang)
TB/U : -3 SD sampai -2 SD (TB kurang)
BB/TB : -2 SD sampai -1 SD (Gizi baik)
Lingkar kepala : 42 cm
Edema (-), sianosis (-), dispnue (-), anemia (-), ikterik (-), dismorfik (-)
Tanda Vital
Nadi : 109 x/menit, reguler, isi/kualitas : cukup, reguler
Pernapasan : 20 x/menit, tipe pernafasan: thorako-abdominal
Suhu : 36,5 0C
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Kulit : Akral hangat, akral pucat (-), edema pretibia (-),
petekie (+), CRT < 2 detik
2. Pemeriksaan khusus
a. Kepala
Bentuk : Normocephaly, simetris
Rambut :Hitam, tidak mudah dicabut, persebaran rambut
merata
Mata : Lagoftalmus (-/-), edema periorbita (-/-),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret
(-/-), pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
normal, perdarahan subkonjungtiva (-/-), air mata
(+/+), mata cekung (-/-)
Hidung : Simetris, septum deviasi (-), dismorfik (-), napas
cuping hidung (-), sekret (-/-),
epistaksis (-/-), edema mukosa (-/-)
8
Mulut : Sianosis (-), mukosa mulut dan bibir kering
(-)
Gigi : Karies (-), gusi berdarah (-)
Lidah : Atrofi papil (-), hiperemis (-), lidah kotor (-),
tremor lidah (-)
Faring/tonsil : Faring hiperemis (-), detritus tonsil (-), edema
(-), tonsil T1-T1 tenang, tonsil hiperemis (-),
uvula ditengah
b. Leher
Inspeksi : simetris, dismorfik (-), benjolan (-)
Palpasi : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-), teraba masa (-)
c. Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris, statis, dan dinamis. Retraksi dinding dada
(-)
Palpasi : Stem fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru, nyeri ketok (-)
Auskultasi :Vesikuler normal, tipe pernapasan thorako-
abdominal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill (-) iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan atas (ICS II lin. Parasternalis dextra)
Batas kiri atas (ICS II lin. Parasternalis sinistra)
Batas kanan bawah (ICS IV lin. Parasternalis
dextra)
9
Batas kiri bawah (ICS V lin. midclavicularis
sinistra)
Auskultasi :Bunyi jantung I dan II normal, irama reguler,
murmur (-) gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Datar, spider nevi (-), caput medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba, undulasi (-)
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-), shfting dullnes (-)
e. Ekstremitas
Bentuk : Normal
Deformitas : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Atrofi : Tidak ada
Pergerakan : Luas
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Akral : Hangat
CRT : < 2 detik
g. Inguinal
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-)
Lain-lain : Tidak ada
10
h. Genitalia
Perempuan
Labia mayora : Dalam batas normal
Labia minora : Dalam batas normal
Vagina : Dalam batas normal
i. Status Pubertas :-
Status Neurologikus
1) Fungsi Motorik
Lengan Tungkai
Pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus (-) (-) (-) (-)
Refleks (+) (+) (+) (+)
Fisiologis Normal Normal Normal Normal
Refleks
(-) (-) (-) (-)
Patologis
11
2.4 Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Laboratorium
Basofil 0% 0-1 %
Eosinofil 3% 1-3 %
Batang 4% 2-6 %
Segmen 30 % 50-70 %
Limfosit 50 % 20-40 %
Monosit 13 % 2-8 %
Kimia Klinik
Imunologi
Jenis Pemeriksaan Swab nasofaring
12
Darah Rutin (Diperiksa pada tanggal 28 Juni 2021, jam 06.34)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
2.5 Resume
• Demam tinggi terus menerus, menurun pada hari ke-4 SMRS dan badan
teraba dingin
• Mual (+), nafsu makan menurun (+)
• Rumple Leed (+)
• Pemeriksaan fisik : Kepala dalam batas normal, leher dalam batas normal,
thorax dalam batas normal, abdomen dalam batas normal, ekstremitas
ditemukan petekei di ekstremitas inferior
• Pemeriksaan rumple leed (+)
• Pemeriksaan laboratorium
13
2.6 Daftar Masalah
1. Petekie (+), rumple leed (+)
2. Trombositopenia
3. Peningkatan hematokrit
4. Gizi kurang
2.9 Tatalaksana
1) Pemeriksaan Anjuran
- Pemeriksaan darah perifer (Hb, Ht, leukosit dan trombosit) secara
berkala per 12 jam
- Pemeriksaan igG dan IgM anti dengue untuk memastikan
diagnosis kerja DBD
- Pemeriksaan apusan darah tepi untuk menyingkirkan
kemungkinan malaria
- Pemeriksaan igG dan igM anti tifoid untuk menyingkirkan
kemungkinan demam tifoid
2) Terapi
a) Non Farmakologi
Tirah baring
Menjaga asupan cairan per oral dan asupan makanan
14
b) Farmakologi
- IVFD Ringer Laktat 75 cc/jam dalam 4 jam pertama
Dengan perhitungan:
Cairan awal 5-7 ml/kgBB/jam
BB pasien : 12,4 kg
= 6 x 12,4
= 74,4 cc/jam
= 75 cc/jam
- IVFD maintenance Ringer Laktat 43 cc/jam
Dengan perhitungan:
BB pasien : 12,4 kg
1.000 + (BB-10) x 50
= 1.000 + (12,4-10) x 50
= 1.000 + 2,4 x 50
= 1.000 + 120
= 1.120 cc/24 jam
= 46,6 cc/Jam
= 47 cc/jam
- Parasetamol 3x 1 cth (apabila suhu > 38,50C)
c) Diet
- Makan dan minum seperti biasa
- Pemberian makanan gizi seimbang, mencukupi 1.600 kal/hari dan
protein 40 gr.
Dengan perhitungan sebagai berikut:
BBI : ( 2x usia) + 8
= ( 2x 4 ) + 8
= 16 kg
Kalori : 16 x 100 = 1.600 kal/hari
15
Protein: 10% x jumlah kalori
= 10% x 1.600
160
= 4
= 40 gram
3) Monitoring
a) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
b) Pantau kemungkinan perdarahan spontan
c) Pantau tanda-tanda syok
d) Pantau balance cairan setiap 8-12 jam
e) Observasi Hb, Ht, leukosit, dan trombosit per 12 jam
4) Edukasi
a) Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita
Penyakit yang diderita pasien adalah DBD yang disebabkan oleh virus
dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Ciri khas
penyakit ini umumnya demam muncul mendadak dengan suhu tinggi
yang terus menerus selama 3 hari, (fase demam) selanjutnya pada hari
ke 4-5 suhu tubuh akan menurun (fase kritis ) lalu pada 6-7hari
berikutnya suhu akan kembali naik (fase penyembuhan). Penyakit ini
apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan perdarahan hingga
syok, maupun ensefalopati dengue.
b) Menjelaskan pengobatan yang diberikan
Prinsip pengobatan pada kasus ini yaitu pengobatan suportif
(pendukung) dan pengobatan simptimatik (gejala yang ditimbulkan).
Pengobatan suporituf berupa pemberian cairan yang beguna untuk
mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma, dan untuk
pengobatan simptomatik atau gejala yaitu diberikan obat penurun
demam apabila suhu tubuh anak > 38oC
16
c) Menjelaskan upaya pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan 3M
(menguras, menutup dan mengubur), menaburkan bubuk abate,
memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, rutin membersihkan
lingkungan sekitar, fogging, serta cegah gigitan nyamuk dengan
penggunaan kelambu ketika tidur.
d) Identifikasi gejala serupa di sekitar rumah
2.10 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
17
2.11 Follow Up Pasien
Tanggal Paraf
Catatan Kemajuan (S/O/A) Rencana Tatalaksana
Jam Supervisor
28 Juni Masalah : P:
2021
1. Petekie (+), rumple leed (+) - Obs. KU dan TTV
- Pemeriksaan lab hb,
2. Trombositopenia ht, leukosit dan
12.00 trombosit berkala per
WIB 3. Peningkatan hematokrit (33,3%) 12 jam
Terapi :
A: DBD Grade II
18
Tanggal Paraf
Catatan Kemajuan (S/O/A) Rencana Tatalaksana
Jam Supervisor
29 juni Masalah : P:
2021
1. Petekie (+), rumple leed (+) - Obs. KU dan TTV
08.00 - Pemeriksaan lab hb,
WIB 2. Trombositopenia ht, leukosit dan
trombosit berkala per
3. Peningkatan hematokrit 12 jam
O: - IVFD RL
maintanance
- Keadaan Umum: tampak sakit 20 cc/jam
sedang - Paracetamol 3x 1
- Kesadaran: compos mentis cth
- GCS: E4M6V5 - Furosemide 1x 12
- TD : 90/50 mmHg ml i.v
- Nadi: 91 x/menit
- RR: 28 x/menit
- T: 36,1o C Diet :
- SpO2: 99%
- Gizi seimbang
Kulit : petekei (+) pada ekstremitas
inferior, akral dingin (-), akral pucat (-)
Keadaan spesifik:
Kepala: Dalam batas normal Monitoring :
Leher : Dalam batas normal
Thorax: Dalam batas normal - Observasi tanda
vital dan diuresis
Abdomen : undulasi (+), shifting dullnes
- Pantau tanda
(+) perdarahan
Ekstremitas: petekie (+) - Pantau tanda syok
Laboratorium
Hematoktrit : 30%
Hemoglobin : 10,2
Trombosit : 130.000
Imunologi IgM dengue : (+)
Imunologi IgG dengue : (+)
A: DBD Grade II
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
3.2. Epidemiologi
20
sub-tropis di seluruh dunia. Dikombinasikan dengan tren global saat ini,
peningkatan suhu yang dikaitkan dengan perubahan iklim telah
meningkatkan kekhawatiran bahwa demam berdarah akan meningkat di
daerah yang sudah endemik melalui amplifikasi virus yang lebih cepat,
peningkatan kelangsungan hidup vektor, reproduksi dan tingkat gigitan,
yang pada akhirnya mengarah pada musim penularan yang lebih lama dan
jumlah manusia yang lebih banyak. infeksi, lebih banyak yang
diperkirakan berat. Peningkatan suhu dapat lebih memperburuk situasi ini
memungkinkan penyebaran dan penularan yang lebih besar di bagian Asia,
Eropa, Amerika Utara, dan Australia yang berisiko rendah atau saat ini
bebas demam berdarah.7
21
diseluruh Indonesia kecuali tempat-tempat di atas ketinggian 100 meter
dpl.2
22
DBD terjadi hampir setiap tahun di tempat yang berbeda dan kejadiannya
sulit diduga.1,6
3.3. Etiologi
23
Kelangsungan hidup nyamuk akan lebih lama bila tingkat kelembaban
tinggi, seperti selama musim hujan.9
3.4. Patofisiologi
24
seumur hidup untuk serotipe bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe
yang lain. Keempat serotipe virus tersebut ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan di
Indonesia dan berhubungan dengan kasus berat saat kejadian luar biasa.11
25
monitoring kinetika virus menjadi penting, dihubungkan dengan upaya
memahami perjalanan patogenesis DBD.11
27
kompleks virus antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya.
Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang
merusak pembuluh darah, yang disebut dengan proses autoimun. Proses
tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah satunya
ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal
tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit
dan eritrosit. Akibatnya tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari
bercak sampai perdarahan pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah,
berak darah), saluran pernapasan (mimisan, batuk darah), organ vital
(jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan kematian.19 Apabila
tubuh pasien diserang untuk kedua kalinya, maka tubuh akan aman. Akan
tetapi, apabila virus dengan tipe berbeda yang masuk kedalam tubuh maka
akan mengakibatkan reaksi imunologi proliferasi dan transformasi limfosit
imun yang dapat meningkatkan titer antibodi IgG anti dengue.
Didalam limfosit, terjadi replikasi virus dengue yang bertransformasi
akibat jumlah virus yang terlalu banyak. Sehingga terbentuklah kompleks
antigen-antibodi sebagai perlawanan dari tubuh. Kompleks antigen-
antibodi akan melepaskan zat-zat yang dapat merusak sel-sel pembuluh
darah, hal ini disebut dengan proses autoimun. Dengan adanya proses
tersebut dapat mengakibatkan permeabilitas kapiler meningkat sehingga
terjadi pelebaran pori-pori pembuluh darah kapiler dan menghilangkan
plasma melalui endotel. Hal ini akan menyebabkan bocornya sel-sel darah
yaitu trombosit dan eritrosit. Trombosit akan kehilangan fungsi agregasi
dan mengalami metamorfosis yang dapat mengakibatkan trombositopenia
dan perdarahan. Perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan hebat
pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah, melena, saluran pernafasan
(mimisan, batuk darah), organ vital (jantung, ginjal, hati) dan menurunnya
faktor koagulasi menyebabkan semakin hebatnya perdarahan yang terjadi
sehingga sering mengakibatkan kematian.
28
Apabila terjadi syok yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan
anoksia jaringan, asidosis metabolik, serta kematian19.
2) Fase kritis
Akhir fase demam adalah fase kritis, biasanya terjadi pada hari ke
3,4,5 dan pada hari ke 6 dapat terjadi syok dan dikhawatirkan
terjadinya perdarahan dan kadar trombosit yang sangat rendah ( <
20.000/ul). Pada fase ini dapat ditemukan tanda perdarahan seperti
petekie, perdarahan mukosa maupun gastrointestinal.
Pada fase kritis biasnaya demam akan menghilang, keluarnya
keringat, terjadi perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral
teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini
menandakan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat perembesan
plasma yang dpaat bersifat sementara. Pada kasus berat dapat
ditemukan keadaan kegagalan sirkulasi dimana didapatkan kulit teraba
dingin dan lembab terutama diujung jari kaki, sianosis sekitar mulut,
gelisah, nadi cepat lemah dan kecil hingga tidak teraba. Selain itu
terjadi juga penurunan suhu tubuh disertai peningkatan permeabilitas
kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung
24-48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh leukopeni
progresif disertai penurunan trombosit dibawah 100.000.
31
3) Fase pemulihan
Setelah fase kritis terlewati, maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan dalam 48-72 jam
setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan Kembali
membaik, hemodinamik stabil dan diuresis membaik.
b. Tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati,
trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi
intavaskuler yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah
perdarahan pada kulit, perdarahan lain yaitu epitaksis, perdarahan gusi
atau hematuri 20.
c. Hepatomegaly
Pembesaran hati umumnya dapat ditemukan pada kondisi awal sebuah
penyakit dengan pembesaran yang bervariasi 20.
32
Gejala lain yang dapat ditimbulkan adalah nyeri epigastrium, mual
dan muntah, diare atau obstipasi. Adanya keluhan nyeri perut yang hebat
seringkali menunjukkan perdarahan gastrointestinal. Selain itu dapat
ditemukan nyeri kepala, belakang bola mata, nyeri otot atau sendi. 20.
3.6. Diagnosis
33
Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan manifestasi berikut:1
a. Demam
• Akhir fase demam setelah hari ke-3 saat demam mulai menurun,
hati-hati karena pada fase tersebut dapat terjadi syok. Demam Hari
ke-3 sampai ke-6, adalah fase kritis terjadinya syok.
34
Gambar 3.6 Perjalanan penyakit DBD14
b. Tanda-tanda perdarahan
35
hematemesis. Pada anak yang belum pernah mengalami mimisan,
maka mimisan merupakan tanda penting. Kadang-kadang dijumpai
pula perdarahan konjungtiva atau hematuria.
36
c. Derajat III
d. Derajat IV
• Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada penderita infeksi
37
dengue antara lain:1
1) Hematologi
a. Leukosit
b. Trombosit
Pemeriksaan trombosit antara lain dapat dilakukan dengan cara:
• Semi kuantitatif (tidak langsung)
• Langsung (Rees-Ecker)
c. Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan adanya kebocoran
pembuluh darah. Penilaian hematokrit ini, merupakan indicator yang
peka akan terjadinya perembesan plasma, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan
trombosit mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsertrasi
dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya nilai Ht dari 35%
menjadi 42%), mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan
38
perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit
dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan.
• Radiologi
Pada foto toraks posisi “Right Lateral Decubitus” dapat mendeteksi
adanya efusi pleura minimal pada paru kanan. Sedangkan asites,
penebalan dinding kandung empedu dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan Ultra Sonografi (USG).1
• Serologis
Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada
penderita terinfeksi virus Dengue.1
a. Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi (Haemaglutination Inhibition
Test)
Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold
standard). Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah
(serum) dimana spesimen harus diambil pada fase akut dan fase
konvalensen (penyembuhan), sehingga tidak dapat memberikan hasil
yang cepat.
b. ELISA (IgM/IgG)
Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder
dengan menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG.
Dengan cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat
dilakukan hanya dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja,
yaitu darah akut sehingga hasil cepat didapat. Saat ini tersedia Dengue
Rapid Test (misalnya Dengue Rapid Strip Test) dengan prinsip
pemeriksaan ELISA.
39
• NS-1
Deteksi antigen virus dengue yang banyak dilakukan untuk pelayanan
pasien adalah pemeriksaan antigen NS1 dengue, yaitu glikoprotein
yang diproduksi oleh semua flavivirus. Protein ini dapat dideteksi pada
saat terjadi viremia yaitu sejak hari pertama demam dan menghilang
setelah 5 hari. Sensivitas NS-1 dengue tinggi pada demam hari
pertama – kedua, kemudian menurun.17
3.8. Tatalaksana
Tatalaksana demam berdarah dengue (DBD) bersifat sesuai gejala
(simptomatis) dan suportif. Penanganan suportif dapat diberikan cairan
penggangti yang merupakan tatalaksana umum pasien dengan DBD. Hal
ini dikarenakan, apabila terjadi kondisi kebocoran plasma yang cukup
berat dapat terjadi syok hipovolemi. Penggantian cairan ditujukan untuk
mencegah timbulnya syok. Kebocoran plasma pada pasien DBD hanya
bersifat sementara, oleh karena itu pemberian cairan dalam jumlah banyak
dan dengan jangka waktu lama dapat menimbulkan kelebihan cairan yang
juga dapat membahayakan. Obat-obatan simtomatis diberikan sesuai
dengan kenyamanan pasien, seperti pemberian antipiretik saat demam dan
istirahat.6
Berikut ini merupakan langkah-langkah tatalaksana pasien DBD
rawat inap :6
40
1. Jika pasien tidak dapat minum atau terus muntah dapat di rawat
inap dan dipasang infus jumlah dan jenis sesuai kebutuhan.
4. Jika terdapat perbaikan yang dapat dilihat dari tidak gelisah, nadi
kuat, tekanan darah stabil, dieresis cukup (>1 ml/kgBB/jam), ht
turun. Tetesan dapat dikurangi dan pemberian infus dapat
dihentikan setelah 24-48 jam bila tanda vital/ht stabil dan dieresis
cukup.
41
8. Jika syok belum teratasi, cairan dapat dilanjutkan. Terus dilakukan
observasi tanda vital, dieresis, Hb, Ht, trombosit, leukosit,
elektrolit keseimbangan asam basa.
42
3.9. Komplikasi
1. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD
yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab ensefalopati.
Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, kemungkinan dapat juga
disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai
akibat dari koagulasi intravaskuler yang menyeluruh. Dilaporkan
bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan
juga bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati
akut.15
2. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom
uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal,
maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskuler,
penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik.
Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan,
untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1
ml / Kg BB per jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik
sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang.
Pada keadaan syok berat sering kali dijimpai akut tubular nekrosis
ditandai penurunan jumlah urine dan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin.15
3. Edema Paru
Merupakan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari ketiga
sampai kelima sakit sesuai dengan panduan yang diberikan, biasanya
43
tidak akan menyebabkan oedema paru karena perembesan plasma
masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan yang diberikan berlebih (Kesalahan
terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distres pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata dan ditunjang dengan gambaran
oedema paru pada foto rontgen.15
44
BAB IV
ANALISIS KASUS
50
BAB V
KESIMPULAN
51
DAFTAR PUSTAKA
52
12. Hendroko, HT. 2014. 6 Years Old Child With Dengue Haemorrhagic
Fever. J Agromed Unila. 1(3).
13. IDAI, 2014. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Dengue pada
Anak; UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, IDAI
14. World Health Organization. 2009. Dengue Guidelines For Diagnosis,
Treatment, Prevention And Control. Geneva: World Health Organization
15. Matt Yusoff, NSB. 2018. Demam Berdarah Dengue. Denpasar:
Universitas Udayana.
16. World Health Organization. 2011. Comprehensive guidelines for
prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised
and expanded edition. New Delhi: WHO-SEARO.
17. Marcdante. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Jakarta :
Elsevier, 2013. 403.
18. Panduan Praktik Klinik (PPK). Departemen Kesehatan Anak. RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
19. Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga. 2011.
20. Hermawan, Diki. Hubungan Karakteristik Klien dengan Demam Berdarah
Dengue dengan Kejadian Demam Berdarah Denguedi Wilayah Kerja
Puskesmas I Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Purwokerto:
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2017
21. Sari. Determinan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Penyakit
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Toru Kabupaten Tapanuli
Selatan. 2018
53