PENDAHULUAN
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek
campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010
sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah
kasus ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan,
mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan kesehatan
memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir
menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan
studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan
terdapat 2.767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun
Meskipun Morbilli biasanya terjadi pada anak-anak, bukan berarti tidak bisa
menyerang orang dewasa. Risiko komplikasi Morbilli pada orang dewasa di atas usia 20
tahun lebih besar dibandingkan pada anak-anak. Demikian juga risiko kematian pada orang
Orang dewasa masih bisa terkena Morbilli disebabkan jika sebelumnya belum pernah
sakit Morbilli dan belum pernah diimunisasi Morbilli.atau hanya mendapatkan satu kali
imunisasi Morbilli. Virus biasa menyerang tubuh dengan daya tahan yang lemah dan adanya
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Morbili atau dengan Campak, Measles, Rubeola adalah penyakit akut yang sangat
menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya menyerang anak. Virus campak
menyebabkan penyakit akut pada anak yang dimulai dari traktus respiratorius bagian atas
Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus morbili
terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam setelah
timbul bercak dikulit. Banyak kesamaan antara tanda-tanda biologis campak dan cacar
memberi kesan kemungkinan bahwa campak dapat diberantas. Tanda-tanda ini adalah ruam
khas, tidak ada reservoir binatang, tidak ada vektor, kejadian musiman dengan masa bebas
penyakit, virus laten tidak dapat ditularkan, satu serotip dan vaksin efektif.
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit Morbilli/Measles atau lebih dikenal oleh orang awam dengan Campak,
sampai saat ini masih sering ditemukan pada anak. Insidens tertinggi pada anak usia 1 – 2
tahun. Pada waktu-waktu tertentu bisa terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Morbilli di suatu
daerah. Imunisasi Morbilli sudah masuk di dalam program Immunisasi Nasional di Indonesia,
namun penyakit ini belum bisa dilenyapkan. Meskipun Morbilli biasanya terjadi pada anak-
anak, bukan berarti tidak bisa menyerang orang dewasa. Risiko komplikasi Morbilli pada
orang dewasa di atas usia 20 tahun lebih besar dibandingkan pada anak-anak. Demikian juga
risiko kematian pada orang dewasa lebih besar dibandingkan pada anak-anak.2
C. ETIOLOGI
Penyebab morbili adalah virus yang tergolong dalam famili Paramyxovirus yaitu
genus virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa
prodromal dan dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam. Virus ini sangat sensitif
terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30 0C dan -20 0C, sinar
ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton. Cara penularan penyakit ini dengan droplet
dan kontak langsung dengan penderita2. Faktor risiko kejadian morbili, antara lain: Daya
tahan tubuh yang lemah; Belum pernah terkena campak; dan Belum pernah mendapat
vaksinasi campak 5
Faktor risiko infeksi virus campak sebagai berikut: anak-anak dengan imunodefisiensi
karena HIV atau AIDS, leukemia, alkilasi, atau terapi kortikosteroid, terlepas dari status
imunisasi; perjalanan ke daerah endemik atau kontak dengan pelancong ke daerah endemik
campak; dan bayi yang kehilangan antibodi pasif sebelum usia imunisasi rutin. Faktor risiko
Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus (Anonim), yaitu virus RNA
dari famili Paramixofiridae, genus Morbilivirus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui.
Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan
dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya
kamar
34 jam dalam suhu . Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini
menajdi tidak aktif pada suhu 37 derajat celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es
selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat makan infeksitasnya akan hilang.6
dengan diameter 100-250 nm. Virion terdiri dari nukleocapsid yaitu helic dari protein RNA
dan sampul yang mempunyai tonjolan pendek pada permukaannya. Tonjolan pendek ini
disebut pepfomer dan teridei dari hemaglutinin (H) pepiomer yang berbentuk buat fusion (F)
peplomer yang berbentuk seperti bel (dumbbell-shape). Berat molekul dari single stranded
Virus campak terdiri dari 6 protein struktural, 3 tergabung dalam RNA yaitu
nukleoprotein (N), polymerase protein (P), dan large protein (L), 3 protein lainnya
berhubungan dengan sampul virus. Membran sampul terdiri dari M protein (glycosylated
protein) yang berhubungan dengan bagian dalam lipid bilayer dan 2 glikoprotein H dan F.
Glikoprotein H menyebabkan adsorbsi virus pada reseptor host. CD46 yang merupakan
complement regulatory protein dan tersebar luas pada jaringan primata bertindak sebagai
reseptor glikoprotein H. Glikoprotein F menyebabkan fusi virus pada sel host, penetrasi virus
dan hemolisis. Dalam kultur set virus campak mengakibatkan cytopathic elect yang terdiri
dari stellate cell dan virus campak ini sangat sensitifu pada panas dan dingin, cepat inaktivasi
pada suhu 37C dan 20 C. Selain itu virus juga menjadi inaktif dengan sinar ultraviolet, ether,
trypsin dan p-propiolactone. Virus tetap infektif pada bentuk droplet di udara selama
beberapa jam terutama pada keadaan dengan tingkat kelemahan yang rendah.6
Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia, perubahan sitopatik,
tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear.
Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul. Penyebaran virus maksimal
adalah dengan tetes semprotan selama masa prodromal (stadium kataral). Penularan terhadap
kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya, orang yang terinfeksi menjadi
menular pada hari ke 9-10 sesudsh pemajanan (mulai fase prodromal) , pada beberapa
keadaan awal hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul.6
D. PATOFISIOLOGI
Penularan virus morbili sangat efektif, dimana sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penyakit ini sangat mudah menular dimana
Penderita dapat menularkan penyakitnya sejak 2-4 hari sebelum timbulnya ruam pada
kulit sampai ±5 hari sejak ruam timbul. Tingkat infektivitas campak sangat tinggi. Gambaran
kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari
sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh
darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit,
Fokus infeksi pada hari ke-9-10 berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu
sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk
kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas
diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons
imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti
dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit-berat dan ruam yang
menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu ulser kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak
Ruam makulopapular muncul pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat
respons delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian
E. GEJALA KLINIS
Penyakit morbili disebabkan oleh virus, sehingga self limiting disease yang memiliki
Stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 ºC), malaise, batuk,
nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi
sangat jarang dijumpai13. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus
yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis
dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak
koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir
7
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema
yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat
kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan
ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari
ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar
getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit
splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini
adalah “black measles”, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan
traktus digestivus 7
3. Stadium konvalesensi
yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik
untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi7.
a. Panas badan > 38C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala :
b. Khas (Pathognomosis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan
c. Bercak kemerahan atau rash yang dimulai dari belakang telinga tubuh berbentuk
makulo papular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 hari) keseluruh tubuh,
Dugaan kuat Morbilli bila ditemukan gambaran klinis berikut: ruam minimal 3 hari,
ada demam minimal satu hari, ada minimal satu gejala/tanda batuk, coryza atau
conjunctivitis. 9
F. PEMERIKSAAN FISIK
Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya
Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum,
sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multi nucleated giant cell yang khas.
Pada kasus-kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Teknik
1. Fiksasi komplemen
2. Inhibisi hemaglutinasi
klinis dan pemeriksaan darah lengkap untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi bakteri atau
virus lain. 9
Pemeriksaan antibodi IgM serum dapat dilakukan dengan mengambil sample pada
hari pertama demam sampai beberapa hari setelah timbul rash menguatkan diagnosis Mobilli.
Tidak ada pemeriksaan serologi yang 100% spesifik. Hasil false positive dapat ditemukan
pada kasus suspect Morbilli dengan demam dan rash di negara maju seperti United States di
mana Morbilli telah dieliminasi, seperti infeksi Parvovirus B19, enteroviruses, atau human
herpesvirus–6 (roseola). Juga pada kasus infeksi telinga dan tenggorokan yang diberi
antibiotik yang dapat menimbulkan rash. Adanya rheumatoid factor dapat menghasilkan false
positive IgM. Beberapa kasus sporadik dapat terjadi di beberapa negara bagian United States.
Pemeriksaan IgG avidity testing dan plaque reduction neutralization (PRN) assay juga
dilakukan bila dibutuhkan konfirmasi kasus dengan hasil IgM false negative atau false
positive. Pemeriksaan ini dilakukan bila konfirmasi dengan RT-PCR tidak berhasil atau
sample tidak tersedia. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan RT PCR dan sequencing atau
kultur virus9 .
H. TATALAKSANA
simptomatis yaitu: memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, dan
obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi
apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6
bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak
juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral
sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang
timbul.
I. KOMPLIKASI
a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh
invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus,
basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala
pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan
selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder
oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak.
Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
b) Ensefalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis
biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya gejala
komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari
encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan
frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara
lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.
SSPE ditandai dengan perubahan tingkah laku, tidak bisa konsentrasi dan sering lupa. Pada
keadaan ini tidak ada keluhan seperti demam, fotofobia atau gejala ensefalitis lainnya
melainkan keluhan sakit kepala berat yang lama-lama dapat diikuti kejang mioklonik dan
demensia. Onset terjadinya SSPE beriksar 7-12 tahun dari orang yang terkena campak
sebelumnya.Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk
d) Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
e) Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita
campak
f) Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai
dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala
ensefalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut,
J. PENCEGAHAN
Imunisasi
Vaksinasi campak dapat menimbulkan gejala ringan atau tanpa gejala. Antibodi
campak berkembang di sekitar 95% dari anak-anak divaksinasi pada 12 bulan usia dan 98%
dari anak-anak divaksinasi pada usia 15 bulan. Nilai serokonversi antigen vaksin, MMR, dan
Sekitar 2% -5% dari anak-anak yang hanya menerima satu dosis vaksin MMR gagal
untuk mendapatkan imunitas (primary vaccine failure). Kegagalan dapat terjadi karena
antibodi pasif merusak antigen vaksin, vaksin yang sediaannya rusak, catatan yang tidak
benar, atau alasan mungkin lainnya. Kebanyakan orang yang gagal untuk merespon untuk
dosis pertama akan berhasil di dosis kedua. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 99% dari
orang yang menerima dua dosis vaksin campak akan mendapatkan imunitas campak 11
Meskipun titer antibodi vaksin lebih rendah dari imunitas yang didapati dari penyakit
alami, baik serologi dan bukti epidemiologi menunjukkan bahwa vaksin yang didapat
kekebalan jangka panjang dan mungkin seumur hidup di sebagian besar orang. Orang yang
divaksinasi yang tampil kehilangan antibodi menunjukkan respon imun setelah vaksinasi
ulang, menunjukkan bahwa mereka mungkin masih imun. Meskipun vaksinasi ulang dapat
meningkatkan antibodi titer di beberapa orang, data yang tersedia menunjukkan bahwa
peningkatan titer mungkin tidak berlangsung lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kegagalan vaksin sekunder (memudarnya imunitas) dapat terjadi setelah vaksinasi, tapi ini
jarang terjadi dan hanya memainkan peran kecil dalam transmisi campak dan wabah.11
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Hamzahari
Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
II. ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan demam, dialami kurang lebih 10 hari yang lalu,
demam naik turun, sering naik disore dan malam hari, meriang (+), menggigil (+),
nyeri kepala (+). OS juga mengeluhkan nyeri pada sendi- sendi sejak 1 minggu ini.
Nyeri ulu hati, mual (+),muntah (-). Batuk (+), mata merah (+) badan terasa lemas.
Dan juga terdapat bintik- bintik kemerahan di perut. Riwayat perdarahn gusi (-). BAB
- Hipertensi (-)
- DM (-)
RIWAYAT PENGOBATAN
Disangkal
VITAL SIGN
- TD : 120/90 mmHg
- HR : 84 x/i
- RR : 20x/i
- T : 38 0 C
- Kesadaran : kompos mentis
Kepala : normocephali
Mata : anemis (-), ikterik (-), pupil isokor (+), reflek cahaya (+)
Mulut : bibir kering (+), lidah beslaq (-), tremor (-), gusi berdarah (-)
Thoraks
(-)
Jantung
- Perkusi
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternalis dekstra
Abdomen
- Inspeksi : tidak tampak distensi, jaringan parut (-), tampak bintik- bintik
kemarahan
- Darah rutin
- Tubex TF
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Thyfoid Fever
2. Morbili
Morbili
VII. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20 gtt/i
- Paracetamol 3x500 mg
- Ambroxol 3x1
FOLLOW UP
- Paracetamol 3x500 mg
O/
- Ambroxol 3x1
TD : 110/60 mmHg
HR : 76x/i
RR : 22x/i
T : 36,8 0 C
A/ Observasi Febris e.c DD :
1. Thyfoid Fever
2. Morbili
3. Demam berdarah
dengue
RR : 22x/i
T : 37,1 0 C
1. Thyfoid Fever
2. Morbili
3. Demam berdarah
dengue
(H2)
O/
- inj. Dexa 1 amp/ 12 jam
TD : 100/60 mmHg
- Paracetamol 3x500 mg
- Dehaf 3X C1
RR : 20x/i
T : 36,7 0 C
9 batuk - dehaf 3x C1
-
O/
TD : 100/60 mmHg
HR : 80x/i
PBJ
RR : 20x/i
T : 36,7 0 C
1. Status Campak Dan Rubella Saat Ini Di Indonesia. Di akses 23 Agustus 2019.
Www.Kemenkes.Go.Id.
3. CDC 2013. Facts About measles for Adult. . Di akses 23 Agustus 2019. http://www.
documents/IMMMeasles_Facts.pdf.
4. Kliegman, Robert M, dkk. Nelson Textbook of Pediatrics 20th Edition, Vol 2, 2016.
Philadelphia: Elsevierier.
5. Rampengan, T.H. Laurentz, I.R. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC.
2008.
6. Behrman RE, Arvin AM. Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: Penerbit Buku
7. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6.
https://com/academia.edu.documents.
10. Phillips C.S. 2011. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson