Anda di halaman 1dari 26

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Demam Berdarah

Dengue di Wilayah Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung Tahun 2020


Minipro

Oleh:
dr. Ismi Hanifah
dr. Putri Lestari
dr. Rifki Muhamad Faisal
dr. Robby Firmansyah Murzen
dr. Dika Pratiwi Adifa
dr. Tryda Meutia Anwar
dr. Tesia Iryani

DOKTER INTERNSIP ANGKATAN I TAHUN 2020


PUSKESMAS KUPANG KOTA BANDAR LAMPUNG
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil`aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT. Atas berkat rahmat, taufik dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan minipro ini

dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masayarakat terhadap Demam

Berdarah Dengue di Wilayah Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung Tahun 2020”.

Minipro ini disusun untuk menyelesaikan kegiatan Internsip di stase Puskemas Program

Internsip Dokter Indonesia (PIDI).

Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Agustina Hadjar, selaku kepala Puskesmas Kupang Kota Bandar Lampung atas

kesabaran, dukungan dalam membimbing dan memberikan saran sehingga minipro ini

terselesaikan dengan baik.

2. dr. Astriana, sebagai dokter pendamping internsip kami dalam stase Puskesmas di

Puskesmas Kupang Kota Bandar Lampung.

3. Bu Een Mahdesi sebagai pemegang program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kupang

Kota Bandar Lampung atas kontribusinya selama pengerjaan Minipro ini.

4. Staff dan pegawai Puskesmas Kupang Kota Bandar Lampung yang telah banyak membantu

dan membimbing dalam pengumpulan data.

Kami berharap Allah SWT akan membalas semua kebaikan dari semua pihak yang telah

kami sebutkan di atas. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

memberikan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, Oktober 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan atau wawasan
yang cukup mengenai demam berdarah. Tak heran angka kejadian demam berdarah
hampir selalu meningkat setiap tahunnya. Padahal, Pemerintah Negara sering memberi
penyuluhan tentang demam berdarah kepada masyarakat agar demam berdarah dapat
dicegah.
Demam berdarah dengue atau yang biasa disebut sebagai demam berdarah adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Demam berdarah merupakan penyakit
yang sangat sering terjadi di iklim tropis. Penularan demam berdarah dapat terjadi melalui
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang membawa virus dengue (Priesley, 2018).

Berdasarkan hasil laporan Kementerian Kesehatan tahun 2017, dinyatakan bahwa


prevalensi nasional demam berdarah adalah sebanyak 59.047 jiwa yang terjangkit demam
berdarah dan terdapat 444 jiwa meninggal karena demam berdarah. Lampung merupakan
salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki beberapa wilayah endemis DBD, salah
satunya adalah Kota Bandar Lampung. Kasus DBD cenderung meningkat dan semakin
luas penyebarannya serta berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Angka
kesakitan (IR) selama 2010-2015 cenderung berfluktuasi. Angka kesakitan DBD tahun
2016 sebesar 73,39 per 100.00 penduduk (Dinkes, 2015).

Salah satu penyebab tingginya angka kejadian demam berdarah adalah kurangnya
pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang demam berdarah. Pengetahuan dan sikap
akan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pencegahan demam berdarah.
Pencegahan yang saat ini dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan tempat tinggal
terkait pengontrolan vektor virus dengue (Suryani, 2018).

Dalam mengendalikan jumlah kasus demam berdarah serta jumlah kematian akibat
penyakiti ini, maka berbagai pencegahan pun penting dilakukan. Salah satu upaya
pencegahan yang dianggap tepat adalah pemberantasan demam berdarah dengan memutus
rantai penularan melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN
DBD) yang merupakan kegiatan untuk memberantas telur, jentik, dan kepompong. PSN
DBD dapat dilakukan dengan cara 3M Plus yaitu menguras, menutup, mengubur ditambah
dengan pencegahan gigitan nyamuk (Suryani, 2018).

Banyak faktor yang memengaruhi tindakan pencegahan demam berdarah termasuk


PSN 3M Plus, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farhandika (2019)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemberantasan
sarang nyamuk demam berdarah. Penelitian yang dilakukan Erna (2013) juga mengatakan
bahwa pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk yang baik akan memengaruhi
tindakan pencegahan demam berdarah menjadi baik. Lalu ada penelitian yang dilakukan
oleh Dina (2009) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara sikap dengan angka
kejadian demam berdarah.

Uraian di atas mendorong penulis melakukan penelitian untuk mengetahui


gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap demam berdarah di Wilayah
Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah


Pengetahuan dan sikap terhadap demam berdarah merupakan salah satu kunci agar
dapat menurunkan angka kejadian demam berdarah. Berdasarkan uraian pada latar
belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap demam berdarah
di Wilayah Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung tahun 2020?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
demam berdarah di Wilayah Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung tahun
2020.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat terhadap demam berdarah di
Wilayah Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung tahun 2020.
2. Mengetahui gambaran sikap masyarakat terhadap demam berdarah di Wilayah
Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung tahn 2020.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bidang Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk
penelitian lebih lanjut tentang demam berdarah.
1.4.2 Bidang Pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis
dan sistematis tentang demam berdarah.
1.4.3 Bidang Pelayanan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1.5.1 Lokasi : Puskesmas Kupang Kota Bandar Lampung
1.5.2 Waktu : Oktober 2020
1.5.3 Sample/subjek : Masyarakat Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue


2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus dengan vektor Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Sindrom renjatan dengue adalah DBD disertai dengan
renjatan/syokyang biasanya ditandai dengan demam mendadak selama 2-7 hari tanpa
penyebab jelas disertai dengan lemah, lesu, nyeri ulu hati, dan perdarahan di kulit berupa
bintik merak, lebam (echymosis) atau ruam (purpura) (Sudoyo, 2014).

2.1.2 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue


Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 penyakit ini sudah menyebar ke
seluruh dunia.Perkiraan terakhir menunjukkan 390 juta jiwa di 128 negara berada pada resiko
terinfeksi DBD pertahun. Indonesia adalah salah satu daerah endemis DBD. Sejak tahun
2004, Indonesia merupakan negara dengan laporan kasus infeksi virus dengue terbanyak.
Peningkatan jumlah ini diiringi dengan penurunan mortalitas DBD dari 3,4 % (1985) menjadi
1% (2006). Berdasarkan hasil laporan Kementrian Kesehatan tahun 2017, dinyatakan bahwa
prevalensi nasional demam berdarah adalah sebanyak 59.047 jiwa yang terjangkit demam
berdarah dan terdapat 444 jiwa meninggal karena demam berdarah.

Lampung merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki beberapa wilayah
endemis DBD, salah satunya adalah Kota Bandar Lampung. Kasus DBD cenderung
meningkat dan semakin luas penyebarannya serta berpotensi menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB). Angka kesakitan (IR) selama 2010-2015 cenderung berfluktuasi. Angka
kesakitan DBD tahun 2016 sebesar 73,39 per 100.00 penduduk (Dinkes, 2015).

Angka kesakitan DBD di kota Bandar Lampung berfluktuatif. Pada tahun 2012 angka
kesakitan DBD adalah 109,8 per 100.000 penduduk, lalu meningkat menjadi 235,5 per
100.000 penduduk di tahun 2013. Pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 138,8 per
100.000 penduduk, dan mengala penurunan kembali menjadi 88 dan 84,6 per 100.000
penduduk di tahun 2015 dan 2016. Pada tahun 2017 angka kesakitan di Bandar Lampung
mengalami penurunan kembali di bawah angka kesakitan nasional,yaitu 47,4 per 100.000
penduduk. Namun kembali meningkat menjadi 179,2 per 100.000 penduduk ditahun 2018.
2.1.3 Etiologi Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah denguedisebabkan oleh virus dengue, yang termasuk ke dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae.Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri
dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x10 6. Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4yang semuanya dapat menjadi penyebab dari demam
berdarah dengue (Sudoyo, 2014).

2.1.4 Patofisiologi Demam Berdarah Dengue


Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi
kelangsungan hidupnya virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai penjamu terutama
dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Beberapa faktor resiko yang dilaporkan pada
infeksi virus dengue antara lain serotipe virus, antibodi dengue yang telah ada oleh karena
infeksi sebelumnya atau antibodi maternal pada bayi, genetic penjamu, usia penjamu, resiko
tinggi pada infeksi sekunder, dan resiko tinggi bila tinggal di tempat dengan 2 atau lebih
serotipe yang bersirkulasi tinggi secara simultan. Ada beberapa patogenesis yang dianut pada
infeksi virus dengue yaitu hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection),
teori virulensi, dan hipotesis antibody dependent enhancement (ADE) (Farhandika, 2019).
Hipotesis infeksi sekunder menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang
mengalamiinfeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog
mempunyai resiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/berat. Antibodi heterolog
yang ada tidak akan menetralisasi virus dalam tubuh sehingga virus akan bebas
berkembangbiak dalam sel makrofag. Hipotesis antibody dependent enhancement (ADE)
adalah suatu proses dimana antibodi nonnetralisasiyang terbentuk pada infeksi primer akan
membentuk kompleks antigen-antibodi dengan antigen pada infeksi kedua yang serotipenya
heterolog. Kompleks antigen-antibodi ini akan meningkatkan ambilan virus yang lebih
banyak lagi yang kemudian akan berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel monosit.
Teori virulensi menurut Russel, 1990, mengatakan bahwa DBD berat terjadi pada infeksi
primer dan bayi usia < 1 tahun, serotipe DEN-3 akan menimbulkan manifestasi klinis yang
berat dan fatal, dan serotipe DEN-2 dapat menyebabkan syok. Hal-hal diatas menyimpulkan
bahwa virulensi virus turut berperan dalam menimbulkan manifestasi klinis yang berat
(Farhandika, 2019).
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis infeksi sekunder yang dirumuskan oleh
Suvatte tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekuder oleh tipe virus dengue yang beralinan
pada seorang pasien, respon antibody anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa
hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer antibody
IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat etrdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan
mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akn mengakibatkan
aktivasi system komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang
intravascular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbeukti dengan adanya
peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam
rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan
menimbulkanasidosis dan anoksia yang dapat berakhir dengan kematian. Kompleks antigen-
antibodi selain mengaktivasi komplemen dapat juga menyebabkan agregasi trombosit dan
mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Agregasi
trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran
trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosine difosfat) sehingga trombosit melekat
satu sama lain. Adanya trombus ini akan dihancurkan oleh RES (retikuloendotelial system)
sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit juga mengakibatkan gangguan fungsi
trombosit sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfunsgi baik. Di
sisi lain aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi
aktivasi kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat
terjadinya syok. Jadi perdarahan massif pada DBD disebabkan oleh trombositopenia,
penurunan factor pembekuan (akibat koagulasi intravascular deseminata), kelainan fungsi
trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya perdarahan akan memperberat
syok yang terjadi (Farhandika, 2019).

2.1.5 Diagnosis Demam Berdarah Dengue


Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO 1997 terdiri dari kriteria
klinis dan laboratorium. Pengguanaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis
yang berlebihan (overdiagnosis) :
a. Demam atau riwayat demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, antara 2-7 hari,
biasanya bifasik.
b. Terdapat manifestasi perdarahan seperti uji bending (tourniquet) positif; ptekie, ekimosisi,
purpura; perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi); hematemesis atau
melena.
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki
dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

Kriteria laboratorium :
a. Trombositopenia (≤100.000)
b. Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hematokrit >20%

Dua kriteria klinis ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan


hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan atau
hipoalbunemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia dan atau terjadi
perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia
mendukung diagnosis DBD.

2.1.6 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue


Penatalaksanaan demam berdarah dengue tanpa syok (WHO, 2016):
a Berikan banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
b Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
c Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
 Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat.
 Kebutuhan cairan parenteral :
o Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
o Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
o Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
d. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).

Penatalaksanaan demam berdarah dengue dengan syok (WHO, 2016):


a. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam
maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan
secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak
kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang
terlalu sedikit.

2.1.7 Pencegahan Demam Berdarah Dengue


Salah satu upaya pencegahan yang dianggap tepat adalah pemberantasan DBD
dengan memutus rantai penularan melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD
(PSN DBD) yang merupakan kegiatan untuk memberantas telur, jentik, dan kepompong.
PSN DBD dapat dilakukan dengan cara 3M Plus. (3M) yang dimaksud yaitu (Priesley,
2018):
a. Menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi/WC, drum, dan
lainnya seminggu sekali.
b. Menutup tempat penampungan air rumah tanggaseperti gentong air/ tempayan, drum dan
lainnya.
c. Mengubur, menyingkirkan, memanfaatkan dan/atau mendaur ulang barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, ban bekas, dan lainnya.

Selain itu ditambah plus dengan cara lainnya, seperti :


a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung, atau tempat-tempat lainnya seminggu
sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lainnya.
d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya ditempat yang sulit dikuras airnya.
e. Memelihara ikan pemakan jentik dikolam / bak-bak penampungan air.

Jika PSN DBD dapat dilakukan masyarakat secara efektif, maka populasi nyamuk Aedes
aegypti dapat ditekan serendah rendahnya, sehingga penularan DBD akan menurun.

2.2 Perilaku
Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi
perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada 2 hal yang dapat
mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan
adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup
itu untuk selanjutnya. Lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan
perilaku tersebut.Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2014) mengemukakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia
membedakan ada dua respon yakni:
a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Respon-respon yang timbul umumnya relatif tetap.
b. Operant respons ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsangan
tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimulikarena perangsangan-
perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme.

Perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan dan makanan serta lingkungan. Menurut
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health
related behavior) sebagai berikut:

a. Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b. Perilaku sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa sakit
untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan.

Bloom (1908) membagi perilaku ke dalam 3 domain namun tidak mempunyai batasan yang
jelas dan tegas yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.
2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam
melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior).
Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu rangsangan dapat
diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:
a. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam
tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan
tingkatan pengalaman yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui.
Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi
yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan
masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.2 Sikap
Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai
tingkah laku yang tertutup.
Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga
komponen pokok, yakni:
a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain :


a. Menerima (receiving)
Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

2.2.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan.
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik

2.3 Kerangka Konsep

Sikap Pencegaha
n DBD
Gambar 2.1 Kerangka Konsep

2.4 Pertanyaan Penelitian


a. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue di
Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung ?
b. Bagaimana gambaran sikap masyarakat terhadap demam berdarah dengue di Kelurahan
Kupang Kota Bandar Lampung?
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan sikap terhadap demam berdarah dengue di Wilayah Kelurahan
Kupang Kota, Kota Bandar Lampung.

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung. Pengumpulan
data dilakukan pada akhir bulan September 2020, dilanjutkan dengan pengolahan data sampai
awal bulan Oktober 2020.

3.3 Subjek Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Populasi pada seluruh penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Wilayah Kelurahan
Kupang Kota Bandar Lampung.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2012). Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat yang dikunjungi di wilayah
Kelurahan Kupang Kota Bandar Lampung.
3.3.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel dari suatu populasi (Notoatmodjo,
2012). Teknik sampel yang digunakan pada penelitian inia dalah accidental sampling yaitu
dilakukan dengan mengambil responden yang sedang berkunjung ke Puskesmas Kupang
Kota.

3.3.4 Variabel Penelitian


a. Variabel Dependent
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah demam berdarah dengue
b. Variabel Independent
Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap.

3.4 Alat Ukur


Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin dengan
menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
demam berdarah dengue.

3.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Demam Demam Kuesioner 1. Pernah terjangkit Nominal
Berdarah berdarah demam berdarah
Dengue dengue (DBD) dengue
adalah 2. Tidak pernah
penyakit terjangkit demam
infeksi virus berdarah dengue
dengan vector
Aedes aegypti
dan Aede
salbopictus
Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner 1. Baik Nominal
yang diketahui, 2. Kurang
respon
mengenai
demam berdarah
dengue
Sikap Tanggapan atau Kuesioner 1. Baik Nominal
reaksi responden 2. Kurang
terhadap demam
berdarah dengue
3.6 Pengolahan Data
a. Coding, setelah data terkumpul dilakukan kegiatan mengklasifikasikan data dengan
cara memberikan kode untuk masing-masing jawaban responden.
b. Editing, dilakukan untuk memeriksakan kelengkapan, kesalahan, dan konsistensi
jawaban.
c. Tabulating, Data yang telah lengkap dan memenuhi criteria dihitung dan disesuaikan
dengan variabel yang dibutuhkan lalu dimasukkan kedalam table distribusi frekuensi.

d. Cleaning data, dilakukan untuk pembersihan data dengan cara membuang data yang
tidak berguna dengan melihat distribusi frekuensi masing-masing variabelnya.

3.7 Analisa Data


a. Analisa Univariat
Analisa dilakukan untuk mendeskipsikan variable penelitian dengan hasil penelitian
disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian


Penelitian dilakukan pada masyarakat kelurahan Kupang kota yang berkunjung ke Puskesmas
Kupang Kota pada bulan Oktober 2020. Adapun distribusi data demam berdarah dengue di kelurahan
Kupang Kota Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Data Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Kupang Kota Tahun
2020

N
Bulan Data DBD
o
1 Januari 0
2 Februari 0
3 Maret 0
4 April 0
5 Mei 0
6 Juni 0
7 Juli 1
8 Agustus 1
9 September 3
1
Oktober 0
0
Jumlah 5

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 AnalisaUnivariat
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Demam Berdarah

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Demam Berdarah

DemamBerdarah Frekuensi Persentase%


PernahTerjangkit 20 50
TidakPernahTerjan 20 50
gkit
Total 40 100

Berdasarkantabel 4.2 dapat dikatakan bahwa terdapat 20 responden (50%) yang


pernah terjangkit demam berdarah dan 20 responden (50%) yang tidak pernah terjangkit
demam berdarah.

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Persentase %


Baik 17 42,5
Kurang 23 57,5
Total 40 100

Berdasarkantabel 4.3 dapat dikatakan bahwa responden yang kurang memiliki pengetahuan
mengenai demam berdarah sebanyak 23 responden (57,5%), sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan yang baik mengenai demam berdarah sebanyak 17 responden
(42,5%).

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap


Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap

Sikap Frekuensi Persentase %


Baik 24 60
Kurang 16 40
Total 40 100
Berdasarkantabel 4.4 dapat dikatakan bahwa responden yang memiliki sikap baik
terhadap pencegahan demam berdarah sebanyak 24 responden (60%), sedangkan
responden yang kurang memiliki sikap pencegahan demam berdarah yang tepat sebanyak
16 responden (40%).

4.2.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penilaian kuesioner, didapatkan 20 orang responden (50%) yang
pernah terjangkit demam berdarah dan 20 orang responden (50%) yang tidak pernah
terjangkit demam berdarah. Selain itu juga didapatkan 17 responden (42,5%) yang
memiliki pengetahuan yang baik mengenai demam berdarah dan 23 responden (57,5%)
yang kurang memiliki pengetahuan mengenai demam berdarah. Untuk penilaian sikap,
terdapat 24 responden (60%) yang sudah memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan
demam berdarah dan 16 responden (40%) yang masih kurang memiliki sikap yang tepat
dalam mencegah demam berdarah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, masih terdapat masyarakat yang
kurang memiliki pengetahuan tentang demam berdarah. Berdasarkan hasil kuesioner,
masih banyak masyarakat yang keliru dalam menjawab pertanyaan penyebab dari demam
berdarah. Hampir seluruh responde nmenjawab nyamuk sebagai penyebab dari demam
berdarah.
Sikap responden terhadap pencegahan demam berdarah juga belum seluruhnya baik.
Masihada 16 responden (40%) yang masih belum memiliki sikap yang baik dalam
pencegahan demam berdarah. Responden-responden tersebut lebih memilih menyimpan
botol-botol bekas untuk dipakai dikemudian hari. Selain itu tidak sedikit responden yang
hanya menguras bak mandi jika bak mandi kotor.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Jika dilihat dari distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan, masih terdapat 23 responden
(57,5%) yang kurang memiliki pengetahuan mengenai demam berdarah.
2. Jika dilihat dari distribusi frekuensi berdasarkan sikap, responden yang memiliki sikap
yang baik lebih tinggi yaitu sebanyak 24 responden (60%) meskipun masih terdapat 16
responden (40%) yang kurang memiliki sikap baik dalam pencegahan demam berdarah.

5.2 Saran
Untuk instansi kesehatan hendaknya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
demam berdarah sehingga sikap dalam mencegah demam berdarah dapat terstimulus dengan
baik. Metode yang digunakan mungkin bisa melalui penyuluhan, pemasangan poster, atau
pembagian leaflet.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dan sikap dalam mencegah demam berdarah pada responden yang masih belum
baik agar dapat menjadi informasi yang berguna bagi instansi kesehatan dan masyarakat.
KUESIONER PENELITIAN

“ GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT


DI KELURAHAN KUPANG KOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020”

Lembar Persetujuan :

Saya bertanda tangan di bawah ini dengan ini menyatakan pesetujuan


untuk menjadi responden pada penelitian "Gambaran Pengetahuan Dan Sikap
Terhadap Demam Berdarah Pada Masyarakat Di Kelurahan Kupang Kota Bandar
Lampung Provinsi Lampung Tahun 2020”. Dan akan memberikan jawaban yang
sebenar-benarnya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya agardapat


digunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, 2020

yang menyatakan

(……………………….)
KUESIONER PENELITIAN

“GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA


MASYARAKAT DI KELURAHAN KUPANG KOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2020”

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah semua pertanyaan dengansebaik-baiknya


2. Silangi salah satu alternative jawaban yang anda anggapbenar
3. Jawablah semua pertanyaan dengansejujur-jujurnya
4. Usahakan semua pertanyaan dijawab, jangan sampai
ada yang dikosongkan

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA

NomorResponden: (diisi petugas)

IDENTITAS RESPONDEN :
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Jumlahanak :
6. Alamat :
7. Terjangkit DBD : Pernah/Tidak

PENGETAHUAN RESPONDEN
1. Menurut anda, apa penyebab demam berdarah?
a. Virus
b. Bakteri
c. Nyamuk
2. Menurut anda, bagaimana ciri demam pada demam
berdarah?
a. Mendadak tinggi (awalnya sehat-sehat saja)
b. Suhunya tinggi terus menerus
c. Suhu naik pada sore hari dan disertai keringat malam
3. Menurut anda, bagaimana cara mencegah demam berdarah ?
a. Pemberian vaksin demam berdarah
b. Mandi dengan air bersih
c. Melakukan pencegahan dengan membunuh nyamuk penular demam
berdarah
4. Menurut anda, apa yang sebaiknya dapat anda lakukan jika ada salah
seorang anggota keluarga menderita demam berdarah?
a. Memberi antibiotic dan jamu
b. Mengkompres dan memberi obat penurun demam
c. Memberikan jus jambu biji merah
5. Menurut anda, apakah nyamuk penyebab demam berdarah berkembang
biak di genangan air bersih ?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika seseorang terkena demam berdarah, apakah orang di sekitarnya perlu
memasang kelambu agar terhidar dari gigitan nyamuk penyebab demam
berdarah?
a. Ya
b. Tidak
7. Di bawah ini yang merupakan gejala demam berdarah adalah ? (jawaban
boleh lebih dari Satu
o Demam dan sakit kepala
o Nyeri otot dan muncul bintik-bintik merah
o Perdarahan (mimisan/gusi berdarah/BAB berdarah)
o Pembesaran hati

SIKAP

No PERTANYAAN Setuju Tidak setuju


1 Saya akan mengumpulkan kaleng
bekas dan pecahan botol jika
keberadaannya sudah sangat
mengganggu lingkungan tempat
tinggal saya
Saya menguras bak mandi hanya saat
kotor saja
2

Saya hanya akan menutup tempat


3 penampungan air yang berada di luar
rumah
Selama bak mandi saya bersih, saya tidak
4 menguras bak mandi

Saya masih menyimpan botol-botol bekas


5 karena mungkin bisa digunakan atau
dijual suatu saat nanti
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai