PENDAHULUAN
Oleh sebab itu, kami tertarik melakukan miniprojek berupa pencarian data
masyarakat yang positif terkena DBD dan mencari apakah terdapat kaitannya
tentang hubungan umur dengan derajat infeksi dengue pada pasien di seluruh
wilayah kerja Puskesmas Ketapang 1 yaitu Sawahan, MB Hulu dan MB Hilir.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
a. Agen
b. Vektor
Nyamuk Aedes aegypti adalah salah satu vektor nyamuk yang paling
efisien untuk Arbovirus, karena nyamuk ini sangat antropofilik (menyukai
darah) dan hidup dekat dengan manusia serta sering hidup di dalam
rumah.Wabah virus dengue juga disertai dengan keberadaan nyamuk Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis dan banyak spesies kompleks Aedess
cutellaris. Setiap spesies ini mempunyai distribusi geografisnya masing-
masing, namun mereka adalah vektor epidemik yang kurang efiesien
dibanding Aedes aegypti. Faktor penyulit pemusnahan vektor adalah bahwa
telur-telur Aedes aegypti dapat bertahan dalam waktu lama terhadap desikasi
(pengawetan dengan pengeringan), kadang selama lebih dari satu tahun.5
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi proses metabolismenya
menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai dibawah suhu kritis. Rata-rata
suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25°C-27°C, pertumbuhannya akan
terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10°C. kelembaban optimum dalam
kehidupannya adalah 70%-80%. Kelembaban dapat memperpanjang umur
nyamuk.Umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur udara sekitar
20°C-30°C.5
2.1.3 Epidemiologi
Data WHO tahun 2009, kasus DBD di dunia dalam 50 tahun meningkat
sebanyak 30 kali lipat. Tercatat lebih dari 50 juta kasus DBD dengan 2,5 miliyar
penduduk di dunia tinggal di negara yang endemik DBD dan 1,8 miliyar penduduk
tersebut tinggal di benua Asia Timur Selatan, termasuk di dalamnya adalah
Indonesia.1
Demam berdarah dengue muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga
mengakibatkan kepanikan di masyarakat karena berisiko meyebabkan kematian
serta penyebarannya sangat cepat. Penyakit DBD telah menjadi penyakit yang
mematikan sejak tahun 2013. Penyakit ini telah tersebar di 436 kabupaten/kota
pada 33 provinsi di Indonesia. Jumlah kematian akibat DBD tahun 2015 sebanyak
1.071 orang dengan total penderita yang dilaporkan sebanyak 129.650 orang. Nilai
Incidens Rate (IR) di Indonesia tahun 2015 sebesar 50,75% dan Case Fatality Rate
(CFR) 0,83%. Jumlah kasus tercatat tahun 2014 sebanyak 100.347 orang dengan
IR sebesar 39,80% dan CFR sebesar 0,90%.1
a. Telur5
Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk lonjong, berwarna hitam dan terdapat
gambaran seperti anyaman (sarang lebah).Telur diletakkan oleh nyamuk betina
secara terpisah-pisah di tengah atau di tepi permukaan air jernih yang
tenang.Nyamuk betina ini akanada digenangan air jernih baik di rumah maupun
di luar rumah. Tempat-tempat ini dikenal sebagai tempat perindukkan
(perkembang biakkan).Tempat perindukkan biasanya terlindung dari pancaran
sinar matahari secara langsung dan mengandung air jernih.Telur ini akan
berumur 1-2 hari yang kemudian menetas, apabila kondisi memungkinkanya itu
terdapat genangan air. Tapi pada keadaan kering, telur dapat bertahan lama
bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun.
b. Larva (Jentik)5
Larva nyamuk berbentuk seperti cacing, aktif bergerak dengan gerakan-gerakan
naik kepermukaan dan turun ke dasar secara berulang-ulang. Larva ini makan
mikroba di dasar genangan dan disebut sebagai permakan di dasar (ground
feeder).
c. Pupa atau Kepompong5
Pupa Aedes aegypti mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu seperti koma,
bersifat aktif dan sensitif terhadap gerakan dan cahaya.Biasanya pupa terbentuk
pada sore hari dan umurnya hanya dua hari untuk segera menjadi nyamuk
dewasa.
d. Nyamuk dewasa5
Setelah keluar dari kepompong, nyamuk beristirahat di kulit kepompong untuk
sementara waktu, setelah sayapnya kuat ia mulai terbang untuk mencari mangsa
atau makanan. Nyamuk betina menghisap darah yang diperlukan untuk
mematangkan telur agar dapat menetas dan apabila dibuahi oleh nyamuk jantan.
Proses pencarian darah biasanya pada pagi hingga siang hari.Aktivitas menggigit
dimulai pada pagi hari yakni antara jam 09.00-10.00danpada sore hari jam 16.00-
17.00. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang-
ulang dan setelah menghisap, maka akan hinggap dan istirahat di dalam rumah
berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya.Kemampuan terbang nyamuk
dewasa adalah 40 atau maksimal 100 m.
e. Host5
Manusia adalah pejamu (host) pertama yang dikenai virus, meskipun studi telah
menunjukkan bahwa monyet pada beberapa bagian dunia dapat terinfeksi dan
mungkin bertindak sebagai sumber virus untuk nyamuk penggigit.Virus masuk
dalam sirkulasi darah manusia danmenginfeksi manusia.Virus kemudian
berkembang di dalam tubuhnya selama periode 8-10 hari. Dapat ditularkan
kemanusia lain selama manusia tersebut digigit atau dihisap darahnya. Lama
waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada kondisi
lingkungan khususnya suhu sekitar.
Patogenesis6
Menurut hipotesis infeksi sekunder, sebagai akibat infeksi sekunder
oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan
terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan
menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit,
proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus
dengue. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang
selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan
kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga
serosa.6
Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara tidak
langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog
mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD berat.
Antibodi herterolog yang telah ada akan mengenali virus lain kemudian
membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan dengan Fc reseptor
dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari proses
ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan
keadaan hipovolemia dan syok.6
Gambar 2.2 Patofisiologi DBD
2.1.6 Penatalaksanaan
2.2 Sikap
Menurut Notoatmodjo, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terdahap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,
2007).
Mengacu pada teori Health Belief Model, dalam menjelaskan dan
memprediksi perilaku kesehatan seseorang, perlu dipertimbangkan sikap dan
persepsi seseorang. Perilaku pencegahan penyakit didefinisikan sebagai aktifitas
yang dilakukan oleh seorang individu yang percaya bahwa dirinya sehat, dalam
rangka mencegah penyakit atau deteksi dini saat berada pada keadaan tanpa gejala.
Pengaruh pola gaya hidup dan kesehatan paling dipengaruhi oleh usia. Perilaku
seseorang untuk berubah dalam rangka mendapatkan hidup yang sehat tentunya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu sikap dan persepsi seseorang
(Greene, 1984).
Dalam prosesnya, ketika seorang individu mendapatkan informasi mengenai
upaya pencegahan suatu penyakit, maka individu tersebut akan melakukan upaya
tersebut dengan terlebih dahulu memiliki persepsi: 1) Sadar bahwa individu
tersebut berpeluang terkena penyakit tersebut (Perceived Susceptibility), 2)
Individu tersebut menimbang keseriusan penyakit tersebut serta konsekuensinya.
(Perceived Severity), 3) Individu tersebut percaya bahwa melakukan upaya
pencegahan dapat membuatnya terhindar dari penyakit tersebut (Perceived
Benefits), 4) Individu menimbang kerugian atau pengorbanan dalam melakukan
upaya pencegahan tersebut serta memikirkan cara agar dapat mengecilkan
kerugian. (Perceived Barriers), 5) Individu menerima pengingat-pengingat dari
pemberi informasi dalam bentuk benda-benda dengan pesan-pesan informasi
(Cues to Action), dan 6) Individu menerapkan upaya pencegahan penyakit dengan
benar (Self-Efficacy) (Rosenstock, 1974).
2.3 Tindakan
3.3 Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien yang menderita infeksi dengue di
Puskesmas Ketapang 1 pada bulan Januari-Juli 2019 yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
3.4 Sampel, Kriteria Inklusi, Eksklusi dan Sampling
3.4.1 Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu
yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan pada suatu ciri atau sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya.
3.4.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
pasien Puskesmas Ketapang 1 yang telah didiagnosis secara klinik dan laboratorium
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini meliputi : adalah pasien dengan data yang tidak lengkap, pasien dengan
riwayat penyakit TB Paru dan DM.
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang diambil adalah data
kejadian demam berdarah di cakupan wilayah kerja Puskesmas Ketapang 1 Kabupaten
Kotawaringin Timur pada bulan Januari sampai dengan Juli tahun 2019.
4.1.Kerangka Teori
pendidikan Tingkat
pengetahuan
sikap
Environtment
(lingkungan)
Agent (penyebab
nyamuk
penyakit)
4.3. Hipotesis
2. SosialEkonomi
a. Pendidikan
b. Mata PencaharianPenduduk
c. Agama
a. Batas Wilayah
Puskesmas Ketapang I merupakan salah satu dari Puskesmas yang
ada di Kabupaten Kotawaringin Timur yang secara geografis
berbatasan dengan:
Utara :Kelurahan Baamang Hilir (Kecamatan
Baamang)
Timur : Sungai Mentaya (Kecamatan Seranau)
Selatan :Kelurahan Ketapang (Wilayah kerja Puskesmas
Ketapang II)
Barat : Kelurahan Pasir Putih (wilayah Kerja
Puskesmas Pasir Putih)
b. Luas Wilayah
Puskesmas Ketapang I mempunyai wilayah kerja yang meliputi
sebagian besar daerah perkotaan dengan luas kurang lebih 36km2.
Terdiri dari 3 kelurahan yaitu:
a. Kelurahan Mentawa Baru Hulu
c. Kelurahan Sawahan
5.1.4 Kependudukan
1 Dokter umum 2 00 - - 2
2 Dokter Gigi 2 0 - - 2
3 Bidan 3 7 2 11
4 Perawat 11 1 1 0 14
5 Perawat Gigi 1 0 1 0 1
6 Gizi 1 0 - - 1
7 Sanitasi 2 0 - - 2
8 Farmasi 1 0 - - 1
Apoteker
9 Analis 1 0 - - 1
10 Cleaning 1 1 0 0 2
cervice
11 Securiti 1 1
12 Pengadministra 3 0 0 0 3
si
jumla 27 9 2 2 42
h
4%
4% ISPA
5%
24% HIPERTENSI
6% DIABETES MELLITUS
DISPEPSIA
7% MIALGIA
TB PARU
7% FARINGITIS
FEBRIS
23%
9% GASTRITIS
DISLIPIDEMIA
11%
kelompok usia
Frequency Percent
Valid >5 tahun 19 70,3 %
≤5 tahun 8 29,7 %
Total 27 100,0%
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada hasil penelitian ini, sebanyak 18 pasien atau
66,7% dari jumlah pasien yang terkena infeksi dengue adalah perempuan, sedangkan
9 pasien atau 33,3% berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 5. Hubungan Antara Kelompok Usia dengan Derajat Infeksi
Chi-Square Tests
Value df Nilai P
Pearson Chi-Square ,118a 1 ,731
Pada uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara
umur dengan derajat infeksi dengue (p=0,731).
5.3 Pembahasan
5.1.1 Hubungan Faktor Usia Terhadap Kejadian Demam Berdarah
Hasil uji statistik yang menilai hubungan umur dengan derajat infeksi Dengue
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan
derajat infeksi dengue. Hasil ini menunjukkan bila pembentukan antibodi spesifik
terhadap antigen sudah sempurna maka tubuh memiliki imunitas yang tinggi untuk
melawan infeksi virus. Maka tidak semua anak umur < 5 tahun memiliki imunitas
yang rendah sehingga rentan terhadap penyakit.4 Respon imun dengan spesifitas
dan memori imunologik yang tersimpan dalam sel dendrit dan kelenjar limfe belum
sempurna. Selain itu, fungsi makrofag dan pembentukan antibodi spesifik terhadap
antigen tertentu masih kurang. Sehingga sekresi sitokin oleh makrofag akibat
infeksi virus kurang yang menyebabkan kurangnya produksi interferon (IFN) yang
berfungsi menghambat replikasi virus dan mencegah penyebaran infeksi ke sel
yang belum terkena.8,11 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina
Susmaneli,2011 bahwa Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan
didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun
angka kematian, hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Meskipun DBD mampu dan terbukti menyerang tubuh manusia dewasa, namun
lebih banyak kasus ditemukan pada pasien anak-anak. Hal ini disebabkan karena
sistem kekebalan tubuh pada anak-anak masih kurang sehingga rentan terhadap
penyakit dan aktivitas anak-anak lebih banyak diluar rumah pada siang hari,
sedangkan nyamuk aedes aegypti menggigit pada siang hari. Selain itu Anak
mempunyai faktor risiko yang lebih tinggi untuk mengalami DBD dibandingkan
dengan orang dewasa dimungkinkan karena pembuluh darah bayi dan anak-anak
lebih permeable (berpori) dibandingkan dengan dewasa.
Kelemahan dan keterbatasan penelitian ini adalah kurang lengkapnya data dari
responden sehingga akan lebih baik lagi bila data ini meliputi status gizi pasien
serta penjabaran derajat infeksi demam berdarah. Karena status gizi kurang rentan
terhadap infeksi virus dengue karena memiliki imunitas selular rendah sehingga
respon imun dan memori imunologik belum berkembang sempurna. Begitu pula
dengan derajat Demam Berdarah pun terbagi lagi menjadi 4 derajat, salah satunya
adalah DSS, dimana penjabaran hasil akan lebih spesifik bila diikuti dengan
derajat infeksi Demam Berdarah.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada bulan Januari-Juli 2019 didapatkan 27 pasien yang terdiagnosis
sebagai Infeksi Demam Berdarah Dengue, dengan jumlah pasien 18
perempuan dan 9 laki-laki. Selain itu didapatkan pula hasil sebanyak
70,3% pasien berusia diatas 5 tahun, sisanya kurang dari sama dengan
5 tahun.
2. Tidak didapatkannya hubungan antara kelompok usia dengan derajat
infeksi dengue pada pasien di Puskesmas Ketapang 1 bulan Januari-Juli
2019.
6.2 Saran
1. Untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas Ketapang 1 Kabupaten
Kotawaringin Timur:
a. Perlu dikembangkan upaya-upaya yang lebih lanjut untuk
menurunkan angka kejadian infeksi dengue baik di Kabupaten
maupun di lingkup lebih kecil yaitu cakupan wilayah kerja puskesmas
Ketapang 1 dengan membentuk gerakan masyarakat untuk
melakukan pencegahan 4M dan meningkatkan profesionalisme
petugas kesehatan.
b. Perlu menjalin kemitraan antara pemerintah dengan berbagai
kalangan dengan Lintas Program dan Lintas Sektor terkait serta
organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan dalam rangka
penggerakan peran serta aktif masyarakat dalam mencegah infeksi
dengue.
2. Untuk masyarakat
Agar dapat ikut serta secara aktif dalam program pencegahan infeksi
dengue melalui perubahan sikap dan peningkatan pengetahuan tentang
infeksi dengue.
3. Untuk bidang keilmuan
Agar dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk menganalisis faktor-faktor
lainnya yang berhubungan dengan infeksi dengue.
DAFTAR PUSTAKA