Anda di halaman 1dari 7

F6

JUDUL LAPORAN

Upaya Pengobatan Dasar Dermatitis Kontak Iritan Di Puskesmas gerokgak 1

 LATAR BELAKANG

Jumlah penderita dermatitis kontak iritan (DKI) lebihbanyak dibandingkan dengan dermatitis kontak alergi

(DKA). Hal ini disebabkan karena dermatitis kontak alergi (DKA) hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya

sangat peka (hipersensitif), selain itu, perkiraan yang lebih besar tersebut juga diakibatkan oleh semakin

meningkatnya perkembangan industri serta jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh

masyarakat.

Penyebab dermatitis kontak alergik (DKA) adalah bahan iritan , paling sering berupa bahan kimia disebut

hapten yang bersifat dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya.

Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, derajat pajanan, lama

pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, pH, dan luasnya penetrasi di kulit. Selain itu,

faktor individu yang juga berpengaruh, antara lain keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum,

ketebalan epidermis), dan status imunologik (sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari).

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak

kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul. Prognosis dermatitis kontak alergi

umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila

bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis),

atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.

Pada laporan ini akan dibahas kasus dermatitis kontak iritan dengan pendekatan utama edukasi personal

sehingga mencegah terulangnya kembali kelainan kulit yang timbul pada pasien terutama di wilayah

Puskesmas gerokgak 1 yang memiliki frekuensi cukup tinggi akan terjadinya dermatitis kontak iritan secara

berulang.

 PERMASALAHAN

Ny. S/ 27 th datang ke poli umum puskesmas gerokgak 1 mengeluh gatal-gatal di jari tangan sejak 1 minggu

yang lalu. Gatal awalnya timbul bercak berisi air, di garuk mudah pecah , sering kontak dengan sabun cuci

baju. Pasien juga mengaku baru mengganti merek sabun cuci baju. Pasien 6 bulan yang lalu pernah seperti ini.

Selain di tangan sebelumnya juga timbul di sela sela jari kaki namun sekarang sudah sembuh.

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan Anamnesa dan pemeriksaan fisik yaitu ditemukan pada jari jari tangan kanan tampak makula eritema

berbatas tidak jelas diatasnya tampak vesikel bergerombol mudah pecah, skuama (+) , ekskoriasi (+). Dari

Anamnesa dan pemeriksaan fisik maka dapat ditegakkan diagnosis pasien menderita dematitis kontak iritan

(DKI) yaitu sabun cuci baju.

 PELAKSANAAN

Setelah diteggakkan diagnosis DKI kemudian dilakukan tatalaksana pemberian salep hidrocortison 0,1 % dan

loratadin 2x 10 mg untuk mengurangi rasa gatal. KIE dilakukan dengan pasien untuk mencegah keparahan dan

kekambuhan yaitu mencegah kontak dengan bahan iritan yaitu deterjen dengan cara menggunakan sarung

tangan karet dan sandal saat mencuci pakaian.

 MONITORING & EVALUASI


Hal-hal yang perlu diawasi dan dievaluasi antara lain adalah bagaimana efek pengaruh obat
terhadap lesi di kulit pasien. Selain itu bagaimana pasien menjaga higienitas tubuhnya sendiri
serta bagaimana pasien menghindari paparan terhadap zat-zat alergen. Pada kunjungan kedua
pasien mengatakan keluhan gatal dan perihnya telah berkurang, meskipun bekas lesi di
kulitnya masih sedikit tampak.

JUDUL LAPORAN

Pengobatan Dasar Asma Bronkial di Puskesmas gerokgak 1

 LATAR BELAKANG

Asma adalah penyakit saluran pernafasan kronik yang ditandai dengan obstruksi saluran nafas. Sekitar 15 juta

orang menderita asma dan 250.000 diantaranya meninggal karena asma. Penyakit ini bisa timbul di semua usia

namun paling banyak pada anak-anak.

Saat ini di seluruh dunia terjadi peningkatan angka kejadian dan derajat asma pada anak-anak, di negara maju

ataupun berkembang. Terutama di wilayah Cakupan Puskesmas gerokgak 1, hal ini masih cukup sering terjadi.

Selain karena profil geografis yang tersusun atas dataran tinggi dan pesisir, pola hidup masyarakat dan tingkat

pengetahuan yang kurang menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi kasus ini. Satu dari sebelas anak

mempunyai riwayat asma dan dua dari tiga anak yang mempunyai riwayat asma pernah mengalami serangan

asma lebih dari satu kali. Hal ini dikarenakan oleh dua faktor utama yaitu modernisasi dan urbanisasi, misalnya

menurunnya pemberian ASI ekslusif dan pemukiman yang makin padat.

Ganggguan yang ditimbulkan asma sering menyebabkan kehilangan produktivitas, seperti membolos dari

sekolah. Di samping itu penyakit ini menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari sehingga menurunkan

kualitas hidup penderita. Namun, menegakkan diagnosis dan tatalaksana asma juga sering kesulitan sehingga
sering mengalami under/overdiagnosis atau under/overtreatment. Sehingga sangat penting sebagai seorang

dokter untuk dapat menganali asma sejak dini dan memberikan tatalaksana yang sesuai sehingga

meningkatkan kualitas hidup penderita.

Laporan ini disusun berdasarkan data dari pasien yang datang ke UGD Puskesmas gerokgak 1 dengan sering

merasakan sesak napas. sesak napas yang dirasakan berulang dan muncul saat udara dingin maupun

kelelahan beraktivitas. pasien sedikit mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hari-hari

 PERMASALAHAN

An. KR/ 14 th / BB 47 kg datang Ke UGD Puskesmas gerokgak 1 datang dengan keluhan sesak nafas sejak tadi

sore. Sesak nafas diawali oleh batuk yang tidak disertai dahak. Keluhan batuk mulai muncul sejak 2 hari yang

lalu. Keluhan batuk bertambah parah pada malam hari disertai sesak nafas dan nafas berbunyi ngik-ngik.

Pasien sudah sering seperti ini. Pasien juga sering sesak bila udara di rumah dingin. Riwayat Penyakit dahulu :

Asma (+), Kakak kermar pasien juga menderita asma.

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Dilakukan Anamnesi didapatkan gejala yang menunjukkan gejala asma dan dilakukan pemeriksaan fisik

didapatkkan: Nadi 120 x/m RR: 35 x/m sh: 37,0 C , pada pemerksaan thorak didapatkan suara paru vesikuler (+)

dan wheezing (+) di kedua lapangan paru. Akral pada ekstremitas pasien dingin dan basah.

 PELAKSANAAN

Berdasarkan hasil intervensi maka ditenggakkan diagnosa Asma Bronkial, kemudian dilakukan tatalaksana

berupa :

- Nebul combiven 1 ampul di campur 10 ml Nacl selama 15 menit

- Tab Salbutamol 3x 4 mg di minum bila sesak di rumah

- Tab GG 3x ½ tab

- Dexametason 2x 0,5 mg

Berikan KIE pada pasien untuk menghindari pemicu serangan asma seperti udara dingin dan aktifitas yang

melelahkan. Sarankan pasien untuk berolahraga ringan untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat

mencegah kekambuhan asma.

 MONITORING & EVALUASI


Evaluasi dilakukan dengan meminta pasien untuk mengontrol penyakitnya ke puskesmas,
bila kekambuhan asmanya semakin sering maka dapat dilakukan rujukan.
JUDUL LAPORAN

Upaya Pengobatan Dasar Penyakit Gout Atritis

 LATAR BELAKANG

Penyakit gout adalah suatu penyakit yang di tandai suatu serangan mendadak dan berulang dari arthritis dan

terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai

akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).Hal ini terjadi karena penumpukan asam

urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang

menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh

akan asam urat karena kadarnya yang tinggi. Gout ditandai dengan serangan berulang dari arthritis

(peradangan sendi) yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan

tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronis, dan cedera pada ginjal. Di wilayah cakupan Puskesmas

gerokgak 1 masih banyak masyarakat yang belum paham mengenai penyakit ini dan penanganannya apabila

telah mengalami penyakit ini. Dengan dilakukannya pengobatan dasar di Puskesmas gerokgak 1 diharapkan

keadaan masyarakat dapat lebih terkontrol agar dapat menjaga keadaan masyarakat supaya tetap terkontrol.

 PERMASALAHAN

Pasien Ny. S/ 46 th datang ke poli umum puskesmas gerokgak 1 buleleng dengan keluhan nyeri pada sela sela

jari tangan sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan setiap pagi hari bangun tidur. Nyeri perlahan menghilang bila

sudah banyak beraktifitas siang hari. Mula-mula nyeri pada ibu jari kaki kiri yang semakin lama semakin berat.

Sudah sering seperti ini, pernah bengkak tapi hilang sendiri. Pasien suka makan kacang- kacangan dan kulit

ayam

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Dilakukan anamesa pada nyonya S di poli dan ditemukan gejala yang mengarah pada gout atritis, kemudian

dilakukan fisik ditemukan adanya bengkak keberahan pada sendi-sendi jari tangan kanan dan kiri, pergerakan

sendi terbatas akibat nyeri. Kemudian dilakukan pemeriksaan asam urat pada darah yang didapatkan hasil 7,9

mg/dL

 PELAKSANAAN

Berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan penunjang maka ditegakkan diagnosa ny. S adalah Gout atritis.

Dilakukan upaya pengobatan dasar berupa memberikan penjelasan tentang penyakitnya, KIE mengenai makan

yang tidak diperbolehkan, olahraga ringan dan pemberian Na. Diclovenal 3x 25 tab sebagai antinyeri.

 MONITORING & EVALUASI


Dilakukan monitoring dan evaluasi pada ny. S dengan pengecekan asam urat setelah dilakukan pengobatan

dasar 1 minggu bila nyeri dan bengkak sudah hilang dapat diberikan allopurinol sebanyak 2x 100 mg

JUDUL LAPORAN

Upaya Pengobatan Dasar Hipertensi stage II di Puskesmas gerokgak 1

 LATAR BELAKANG

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit

menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus belum terselesaikan,

bahkan beberapa penyakit menular yang semula dapat dikendalikan muncul kembali dengan penyebaran tidak

mengenal batas-batas daerah maupun batas antar negara. Dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit

tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif.

Proporsi penyebab kematian karena penyakit kardiovaskuler tahun 1986, 1992, 1995 dan 2001 cenderung

meningkat. Faktor risiko penyakit Kardiovaskuler antara lain merokok, obesitas, diet rendah serat tinggi lemak

dengan akibat gangguan kadar lemak dalam darah, dan kurangnya olah raga. Diperoleh data bahwa di

Indonesia terdapat 28 % perokok pada usia 10 tahun ke atas, kurang aktivitas fisik merupakan proporsi

terbanyak yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun ke atas di pulau Jawa dan Bali terutama untuk kelompok

perempuan. Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada perempuan dan cenderung meningkat

dengan bertambahnya umur.

Sedangkan angka penderita Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh The

Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi. Angka ini terus

meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia

yang menderita hipertensi.

Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini, hipertensi

berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovaskuler. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara

dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui

kalau dirinya mengidap hipertensi. Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat Hipertensi.

Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari

berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi,

modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan

hipertensi.
 PERMASALAHAN

Tn. Kd/ 59 tahun datang ke poli Umum Puskesmas gerokgak 1 dengan keluhan kepala terasa berat dan leher

seperti kaku. Sebelumnya pasien sering seperti. Belum pernah diperksakan ke dokter. Pasien suka makan asin.

Keluah lain tidak ada

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Dilakukan Anamnesa secara lengkap dan pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi 160/90

mmHg, pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Kemudian selang 10 menit dilakukan kembali

pengukuran tensi, didapatkan hasil 160/80 mmhg.

 PELAKSANAAN

Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang didapat setelah dilakukan 2 kali pengukuran tekanan darah maka

dapat di tegakkan diagnosis Hipertensi grade II, maka dilakukan tatalaksana awal yaitu pemberian Captopril 3 x

25 mg dan Vitamin b comples 1x1 tab

Pasien diberikan KIE tentang penyakitnya, menyarankan untuk mengurangi makan makanan asin dan rajin

olahraga.

 MONITORING & EVALUASI


Pasien diminta untuk kontrol kembali 2 minggu setelah mengkonsumsi obat yang diberikan
sebagai evaluasi penyakit pasien

JUDUL LAPORAN
 Pengobatan dasar diabetes melitus

 LATAR BELAKANG

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yangdikenal oleh masyarakat Indonesia

dengan nama penyakit kencing manis. World Health Oragnization atau WHO (2016) menyebutkan bahwa

Penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia, polidipsia

dan poliuria serta sebagian mengalami kehilangan berat badan. DM merupakan penyakit kronis yang sangat

perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti

kerusakan mata, ginjal pembuluh darah, saraf dan jantung.

Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun.Penderita DM

di Indonesia berdasarkan data dari IDF pada tahun 2014 berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk.

Sedangkan di wilayah keja puskesmas gerokgak 1 kabupaten buleleng masih banyak penduduknya dengan

penyakit diabetes tidak terkentrol atau belum mengetahui bahwa sudah menderita penyakit tersebut.
 PERMASALAHAN

Pasien Ny. S 56 th datng ke poli umum puskesmas gerokgak 1 buleleng dengan keluhan berat badan semakin

menurun padahal sudah makan dalam jumlah lebih banyak dari biasanya. Pasien juga mengeluh lebih sering

kencing terutama malam hari. pasien sudah mengalami ini sejak 2 bulan yang lalu namun baru sekarang

memeriksakan diri ke puskesmas .

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Dilakukan anamesa pada nyonya S di poli dan ditemukan gejala yang mennjukkan gejala DM, kemudian

dilakukan pemeriksaan gula darah acak yang didapatkan hasil GDA: 456 mg/dL

 PELAKSANAAN

Berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan penunjang maka ditegakkan diagnosa ny. S adalah Diabetes

Melitus. Dilakukan upaya pengobatan dasar berupa memberikan penjelasan tentang penyakitnya, pemberian

Metformin 3x500 mg, dan KIE pada pasien agar tidak memperberat penyakitnya.

 MONITORING & EVALUASI

Dilakukan monitoring dan evaluasi pada ny. S dengan pengecekan GDA dan GDP setelah
dilakukan pengobatan dasar selama 1 bulan

Anda mungkin juga menyukai