JUDUL LAPORAN
LATAR BELAKANG
Jumlah penderita dermatitis kontak iritan (DKI) lebihbanyak dibandingkan dengan dermatitis kontak alergi
(DKA). Hal ini disebabkan karena dermatitis kontak alergi (DKA) hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya
sangat peka (hipersensitif), selain itu, perkiraan yang lebih besar tersebut juga diakibatkan oleh semakin
meningkatnya perkembangan industri serta jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh
masyarakat.
Penyebab dermatitis kontak alergik (DKA) adalah bahan iritan , paling sering berupa bahan kimia disebut
hapten yang bersifat dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya.
Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, derajat pajanan, lama
pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, pH, dan luasnya penetrasi di kulit. Selain itu,
faktor individu yang juga berpengaruh, antara lain keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum,
ketebalan epidermis), dan status imunologik (sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari).
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak
kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul. Prognosis dermatitis kontak alergi
umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila
bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis),
Pada laporan ini akan dibahas kasus dermatitis kontak iritan dengan pendekatan utama edukasi personal
sehingga mencegah terulangnya kembali kelainan kulit yang timbul pada pasien terutama di wilayah
Puskesmas gerokgak 1 yang memiliki frekuensi cukup tinggi akan terjadinya dermatitis kontak iritan secara
berulang.
PERMASALAHAN
Ny. S/ 27 th datang ke poli umum puskesmas gerokgak 1 mengeluh gatal-gatal di jari tangan sejak 1 minggu
yang lalu. Gatal awalnya timbul bercak berisi air, di garuk mudah pecah , sering kontak dengan sabun cuci
baju. Pasien juga mengaku baru mengganti merek sabun cuci baju. Pasien 6 bulan yang lalu pernah seperti ini.
Selain di tangan sebelumnya juga timbul di sela sela jari kaki namun sekarang sudah sembuh.
berbatas tidak jelas diatasnya tampak vesikel bergerombol mudah pecah, skuama (+) , ekskoriasi (+). Dari
Anamnesa dan pemeriksaan fisik maka dapat ditegakkan diagnosis pasien menderita dematitis kontak iritan
PELAKSANAAN
Setelah diteggakkan diagnosis DKI kemudian dilakukan tatalaksana pemberian salep hidrocortison 0,1 % dan
loratadin 2x 10 mg untuk mengurangi rasa gatal. KIE dilakukan dengan pasien untuk mencegah keparahan dan
kekambuhan yaitu mencegah kontak dengan bahan iritan yaitu deterjen dengan cara menggunakan sarung
JUDUL LAPORAN
LATAR BELAKANG
Asma adalah penyakit saluran pernafasan kronik yang ditandai dengan obstruksi saluran nafas. Sekitar 15 juta
orang menderita asma dan 250.000 diantaranya meninggal karena asma. Penyakit ini bisa timbul di semua usia
Saat ini di seluruh dunia terjadi peningkatan angka kejadian dan derajat asma pada anak-anak, di negara maju
ataupun berkembang. Terutama di wilayah Cakupan Puskesmas gerokgak 1, hal ini masih cukup sering terjadi.
Selain karena profil geografis yang tersusun atas dataran tinggi dan pesisir, pola hidup masyarakat dan tingkat
pengetahuan yang kurang menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi kasus ini. Satu dari sebelas anak
mempunyai riwayat asma dan dua dari tiga anak yang mempunyai riwayat asma pernah mengalami serangan
asma lebih dari satu kali. Hal ini dikarenakan oleh dua faktor utama yaitu modernisasi dan urbanisasi, misalnya
Ganggguan yang ditimbulkan asma sering menyebabkan kehilangan produktivitas, seperti membolos dari
sekolah. Di samping itu penyakit ini menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari sehingga menurunkan
kualitas hidup penderita. Namun, menegakkan diagnosis dan tatalaksana asma juga sering kesulitan sehingga
sering mengalami under/overdiagnosis atau under/overtreatment. Sehingga sangat penting sebagai seorang
dokter untuk dapat menganali asma sejak dini dan memberikan tatalaksana yang sesuai sehingga
Laporan ini disusun berdasarkan data dari pasien yang datang ke UGD Puskesmas gerokgak 1 dengan sering
merasakan sesak napas. sesak napas yang dirasakan berulang dan muncul saat udara dingin maupun
kelelahan beraktivitas. pasien sedikit mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hari-hari
PERMASALAHAN
An. KR/ 14 th / BB 47 kg datang Ke UGD Puskesmas gerokgak 1 datang dengan keluhan sesak nafas sejak tadi
sore. Sesak nafas diawali oleh batuk yang tidak disertai dahak. Keluhan batuk mulai muncul sejak 2 hari yang
lalu. Keluhan batuk bertambah parah pada malam hari disertai sesak nafas dan nafas berbunyi ngik-ngik.
Pasien sudah sering seperti ini. Pasien juga sering sesak bila udara di rumah dingin. Riwayat Penyakit dahulu :
Dilakukan Anamnesi didapatkan gejala yang menunjukkan gejala asma dan dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkkan: Nadi 120 x/m RR: 35 x/m sh: 37,0 C , pada pemerksaan thorak didapatkan suara paru vesikuler (+)
dan wheezing (+) di kedua lapangan paru. Akral pada ekstremitas pasien dingin dan basah.
PELAKSANAAN
Berdasarkan hasil intervensi maka ditenggakkan diagnosa Asma Bronkial, kemudian dilakukan tatalaksana
berupa :
- Tab GG 3x ½ tab
- Dexametason 2x 0,5 mg
Berikan KIE pada pasien untuk menghindari pemicu serangan asma seperti udara dingin dan aktifitas yang
melelahkan. Sarankan pasien untuk berolahraga ringan untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat
LATAR BELAKANG
Penyakit gout adalah suatu penyakit yang di tandai suatu serangan mendadak dan berulang dari arthritis dan
terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai
akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).Hal ini terjadi karena penumpukan asam
urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang
menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh
akan asam urat karena kadarnya yang tinggi. Gout ditandai dengan serangan berulang dari arthritis
(peradangan sendi) yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan
tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronis, dan cedera pada ginjal. Di wilayah cakupan Puskesmas
gerokgak 1 masih banyak masyarakat yang belum paham mengenai penyakit ini dan penanganannya apabila
telah mengalami penyakit ini. Dengan dilakukannya pengobatan dasar di Puskesmas gerokgak 1 diharapkan
keadaan masyarakat dapat lebih terkontrol agar dapat menjaga keadaan masyarakat supaya tetap terkontrol.
PERMASALAHAN
Pasien Ny. S/ 46 th datang ke poli umum puskesmas gerokgak 1 buleleng dengan keluhan nyeri pada sela sela
jari tangan sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan setiap pagi hari bangun tidur. Nyeri perlahan menghilang bila
sudah banyak beraktifitas siang hari. Mula-mula nyeri pada ibu jari kaki kiri yang semakin lama semakin berat.
Sudah sering seperti ini, pernah bengkak tapi hilang sendiri. Pasien suka makan kacang- kacangan dan kulit
ayam
Dilakukan anamesa pada nyonya S di poli dan ditemukan gejala yang mengarah pada gout atritis, kemudian
dilakukan fisik ditemukan adanya bengkak keberahan pada sendi-sendi jari tangan kanan dan kiri, pergerakan
sendi terbatas akibat nyeri. Kemudian dilakukan pemeriksaan asam urat pada darah yang didapatkan hasil 7,9
mg/dL
PELAKSANAAN
Berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan penunjang maka ditegakkan diagnosa ny. S adalah Gout atritis.
Dilakukan upaya pengobatan dasar berupa memberikan penjelasan tentang penyakitnya, KIE mengenai makan
yang tidak diperbolehkan, olahraga ringan dan pemberian Na. Diclovenal 3x 25 tab sebagai antinyeri.
dasar 1 minggu bila nyeri dan bengkak sudah hilang dapat diberikan allopurinol sebanyak 2x 100 mg
JUDUL LAPORAN
LATAR BELAKANG
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit
menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus belum terselesaikan,
bahkan beberapa penyakit menular yang semula dapat dikendalikan muncul kembali dengan penyebaran tidak
mengenal batas-batas daerah maupun batas antar negara. Dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit
tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif.
Proporsi penyebab kematian karena penyakit kardiovaskuler tahun 1986, 1992, 1995 dan 2001 cenderung
meningkat. Faktor risiko penyakit Kardiovaskuler antara lain merokok, obesitas, diet rendah serat tinggi lemak
dengan akibat gangguan kadar lemak dalam darah, dan kurangnya olah raga. Diperoleh data bahwa di
Indonesia terdapat 28 % perokok pada usia 10 tahun ke atas, kurang aktivitas fisik merupakan proporsi
terbanyak yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun ke atas di pulau Jawa dan Bali terutama untuk kelompok
perempuan. Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada perempuan dan cenderung meningkat
Sedangkan angka penderita Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh The
Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi. Angka ini terus
meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia
Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini, hipertensi
berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovaskuler. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara
dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui
kalau dirinya mengidap hipertensi. Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat Hipertensi.
Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari
berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi,
modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan
hipertensi.
PERMASALAHAN
Tn. Kd/ 59 tahun datang ke poli Umum Puskesmas gerokgak 1 dengan keluhan kepala terasa berat dan leher
seperti kaku. Sebelumnya pasien sering seperti. Belum pernah diperksakan ke dokter. Pasien suka makan asin.
Dilakukan Anamnesa secara lengkap dan pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi 160/90
mmHg, pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Kemudian selang 10 menit dilakukan kembali
PELAKSANAAN
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang didapat setelah dilakukan 2 kali pengukuran tekanan darah maka
dapat di tegakkan diagnosis Hipertensi grade II, maka dilakukan tatalaksana awal yaitu pemberian Captopril 3 x
Pasien diberikan KIE tentang penyakitnya, menyarankan untuk mengurangi makan makanan asin dan rajin
olahraga.
JUDUL LAPORAN
Pengobatan dasar diabetes melitus
LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yangdikenal oleh masyarakat Indonesia
dengan nama penyakit kencing manis. World Health Oragnization atau WHO (2016) menyebutkan bahwa
Penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia, polidipsia
dan poliuria serta sebagian mengalami kehilangan berat badan. DM merupakan penyakit kronis yang sangat
perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti
Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun.Penderita DM
di Indonesia berdasarkan data dari IDF pada tahun 2014 berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk.
Sedangkan di wilayah keja puskesmas gerokgak 1 kabupaten buleleng masih banyak penduduknya dengan
penyakit diabetes tidak terkentrol atau belum mengetahui bahwa sudah menderita penyakit tersebut.
PERMASALAHAN
Pasien Ny. S 56 th datng ke poli umum puskesmas gerokgak 1 buleleng dengan keluhan berat badan semakin
menurun padahal sudah makan dalam jumlah lebih banyak dari biasanya. Pasien juga mengeluh lebih sering
kencing terutama malam hari. pasien sudah mengalami ini sejak 2 bulan yang lalu namun baru sekarang
Dilakukan anamesa pada nyonya S di poli dan ditemukan gejala yang mennjukkan gejala DM, kemudian
dilakukan pemeriksaan gula darah acak yang didapatkan hasil GDA: 456 mg/dL
PELAKSANAAN
Berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan penunjang maka ditegakkan diagnosa ny. S adalah Diabetes
Melitus. Dilakukan upaya pengobatan dasar berupa memberikan penjelasan tentang penyakitnya, pemberian
Metformin 3x500 mg, dan KIE pada pasien agar tidak memperberat penyakitnya.
Dilakukan monitoring dan evaluasi pada ny. S dengan pengecekan GDA dan GDP setelah
dilakukan pengobatan dasar selama 1 bulan