Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tindakan

Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari

persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

a. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan

dilakukan.

b. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

c. Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan

dilakukan dengan baik (Notoatmodjo Soekidjo 2007).

B. Bidan

Defenisi Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan pendidikan bidan

dan sudah mempunyai izasah, dan telah mendapat pengakuan dari negara dan diberi

lisensi oleh pemerintah untuk mengaplikasikan ilmunya dengan buka praktek (Suryani

Soepardan, 2008).

C. Pencegahan Infeksi

Defenisi pencegahan infeksi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menurunkan

resiko terjangkitnya atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit

berbahaya, yang hingga kini belum ditemukan cara penyembuhannya. misalnya

penyakit Hepatitis dan HIV /AIDS, ( JNPK-KR 2004).

Universitas Sumatera Utara


1. Tujuan Pelaksanaan Tindakan Infeksi

a. Untuk meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.

b. Untuk menurunkan resiko penularan penyakit yang mematikan, seperti Hepatitis

dan

c. HIV (AIDS)

Pencegahan infeksi merupakan hal yang esensial dalam memberikan asuhan lengkap

yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada

saat menolong persalinan. Saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal,

proses pertolongan persalinan dan nifas. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, serta penolong persalinan

atau tenaga kesehatan. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi

mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya (Saifuddin, 2004).

2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi

a. Setiap orang, baik ibu, bayi baru lahir, dan penolong persalinan harus dianggap dapat

menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik atau tanpa

gejala.

b. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.

c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah

bersentuhan dengan kulit tak utuh seperti selaput mukosa atau darah, harus dianggap

terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses

pencegahan infeksi secara benar.

d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses

dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.

e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi hingga

Universitas Sumatera Utara


sekecil mungkin kejadiannya dengan melaksanakan prosedur tindakan

pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (Taylor Wendy 2005).

D. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi

Ada berbagai tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya infeksi

atau mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu yang lain yang

dapat menyebarkan infeksi, yaitu pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dengan

cara melakukan tindakan-tindakan esensial sebagai berikut :

A. Cuci tangan

B. Memakai sarung tangan

C. Pengelolaan cairan antiseptik

D. Pemprosesan alat bekas pakai

E. Mengelola sampah medik

A. Cuci Tangan

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan timbulnya

infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Prosedur cuci tangan :

1. Melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.

2. Membasahi tangan dengan air bersih dan air mengalir.

3. Menggosok dengan kuat kedua tangan dengan menggunakan sabun biasa atau

yang mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik dan telah di pastikan

sudah menggosok sela-sela jari. Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih

lama.

4. Membilas tangan dengan air bersih dan mengalir.

Universitas Sumatera Utara


5. Membiarkan tangan kering dengan diangin-anginkan atau dikeringkan dengan

kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

6. Bila menggunakan sabun padat misalnya sabun batangan, gunakan dalam

potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang berlubang-

lubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut.

7. Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air

meskipun air tersebut sudah ditambah larutan antiseptik, karena Mikroorganisme

dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut.

8. Bila tidak tersedia air mengalir :

a. Menggunakan ember tertutup dengan kran yang bisa ditutup pada saat

mencuci tangan dan dibuka kembali jika ingin membilas.

b. Menggunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.

c. Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.

d. Menggunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan dasar

alkohol atau campuran bahan alkohol 60-90% kira-kira 100 mL dengan 2 mL

gliserin. Kemudian menggosok kedua tangan hingga kering cara ini diulangi

sampai tiga kali.

9. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan

handuk yang juga digunakan orang lain. Handuk basah atau lembab adalah

tempat yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak.

10. Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan,

kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di kamar

mandi (Depkes RI, 2004).

Universitas Sumatera Utara


B. Pemakaian Sarung Tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah baik kulit tak utuh,

selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya maupun peralatan.

Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau

bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk menghindari kontaminasi silang

atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Sarung

tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya sangat terbatas, sarung tangan

bisa digunakan berulang kali tetapi lebih dahulu, yaitu dengan cara cuci dan bilas, atau

desinfeksi tingkat tinggi maupun sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan

berulang kali, jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin telah terjadi robekan

atau lubang yang tidak terlihat memungkinkan sarung tangan dapat robek pada saat

sedang digunakan.

Ada beberapa prosedur pelaksanaan tindakan yang memerlukan pakai sarung tangan

diantaranya :

1. Mengambil sampel darah

2. Menghisap lendir dari jalan napas bayi baru lahir

3. Memegang dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi

4. Memegang sampah yang terkontaminasi

5. Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh (Depkes 2004).

C. Pengelolaan Cairan Antiseptik

Cara pencegahan kontaminasi larutan antiseptik dan desinfektan :

1. Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika pengenceran

diperlukan).

Universitas Sumatera Utara


2. Jika tersedia kemasan antiseptik besar, untuk pemakaian sehari-hari tuangkan ke

dalam wadah lebih kecil untuk mencegah penguapan dan kontaminasi.

Buat jadwal rutin yang tetap, misalnya tiap minggu untuk menyiapkan larutan dan

membersihkan wadah pemakaian sehari-hari. Berhati-hati untuk tidak

mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang

lebih kecil karena pinggiran wadah larutan utama tidak boleh bersentuhan dengan

wadah yang lebih kecil.

3. Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta membiarkannya

kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali seminggu dan tempelkan

label bertuliskan tanggal pengisian ulang.

4. Menuangkan larutan antiseptik kegulungan kapas atau kasa dan jangan merendam

gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke dalam

larutan antiseptik.

5. Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap (Jhonson, et all, 2005)

D. Pemrosesan Alat Bekas Pakai

Pemrosesan peralatan yang telah bekas pakai, baik terbuat dari logam,

maupun plastik, ataupun benda-benda lainnya, dalam upaya pencegahan infeksi.

Pemrosesan alat bekas pakai diproses melalui tiga langkah pokok yaitu :

1. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah pertama yang penting dalam menangani peralatan

atau perlengkapan seperti sarung tangan, dan benda-benda lainnya yang

terkontaminasi. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal

dan sarung tangan rumah tangga dari lateks, jika menangani peralatan yang sudah

digunakan atau kotor. Setelah digunakan, segera masukkan benda-benda yang

Universitas Sumatera Utara


terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Daya kerja larutan

klorin akan cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit satu

kali 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh (Syafuddin, 2004).

% Larutan Konsentrat
Jumlah Bagian Air = -1
% Larutan Yang Diinginkan

Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5,25%

5,2%
Jumlah Bagian Air = - 1 = 10,5 1 = 9,5
0,5%

1. Tambahkan 9 bagian air ke dalam 1 bagian larutan klorin .

Catatan : Air tidak perlu dimasak

Sumber : (Syafuddin 2004).

Gambar 1 : Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% .

2. Pencucian dan Pembilasan

Pencucian adalah langkah pertama paling efektif untuk membunuh mikroorganisme

pada peralatan dan perlengkapan yang kotor yang sudah digunakan. Baik sterilisasi

maupun disinfeksi tingkat tinggi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya,

jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah

dikontaminasi. Bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan

menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci tangan dengan seksama secepat

mungkin.

Universitas Sumatera Utara


Perlengkapan atau bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci peralatan :

a. Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat

dari bahan lateks.

b. Sikat halus, berupa sikat gigi

c. Tabung suntik, minimal ukuran 10 ml, untuk membilas bagian dalam kateter,

termasuk kateter penghisap lendir.

d. Wadah plastik atau baja antikarat, seperti stainless steel.

e. Air bersih

f. Sabun atau deterjen

Tahap-tahap pencucian dan pembilasan :

a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.

b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi.

c) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci

segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.

d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan

kotoran.

2. Buka engsel gunting dan klem.

3. Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan pojok peralatan.

4. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan.

5. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan

sabun atau deterjen.

6. Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.

Universitas Sumatera Utara


e) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.

Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi tempatkan peralatan

dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT.

Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi secara dengan cara dikukus atau

direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak usah

dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.

Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan

kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih.

i) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.

Untuk mencuci kateter termasuk kateter penghisap lendir, lakukan tahap-tahap

berikut ini :

a) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks

pada kedua tangan.

b) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir).

c) Gunakan tabung suntik untuk mencuci tangan bagian dalam kateter sedikitnya

tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau deterjen.

d) Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.

e) Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum

dilakukan proses DTT.

3. Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi

Desinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua

mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.

Desinfeksi tingkat tinggi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua

mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau secara kimiawi.

Universitas Sumatera Utara


Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme

yaitu bakteri, jamur, parasit dan virus, termasuk endospora bakteri pada benda-benda

mati atau instrumen.

DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi.

DTT dengan cara merebus :

a) Gunakan panci dengan penutup yang rapat.

b) Gunakan setiap kali mendesinfeksi peralatan.

c) Rendam peralatan sehingga semuanya terendam di dalam air.

d) Mulai panaskan air.

e) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.

f) Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu

dimulai.

(1) Rebus selama 20 menit

(2) Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus.

(3) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau

disimpan, jika peralatan dalam keadaan lembab maka tingkat pencapaian

desinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga.

(4) Setelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah desinfeksi

tingkat tinggi secara tertutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu

asalkan penutupnya tidak dibuka .

DTT dengan uap panas :

a) Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap DTT

dengan uap tanpa diberi talck.

b) Gunakan panci perebus yang memiliki tiga susun nampan pengukus.

Universitas Sumatera Utara


c) Gunakan bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan

dapat dipakai tanpa membuat kontaminasi baru.

d) Letakkan sarung tangan pada baki atau nampan pengukus yang berlubang di

bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas panci pengukus, letakkan

sarung tangan dengan bagian jarinya ke arah tengah panci. Jangan menumpuk sarung

tangan lima sampai sepuluh pasang sarung tangan bisa diletakkan di panci pengukus

tergantung dari diameter panci.

e) Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun

tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci

perebus kosong di sebelah kompor.

f) Letakkan penutup di atas panci pengukus paling atas dan panaskan air hingga

mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan

suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme.

g) Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan capat dan bahan bakar

akan terbuang.

h) Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah

penghitungan waktu. Catat lamanya pengukusan sarung tangan dalam buku khusus.

i) Kukus sarung tangan selama 20 menit.

j) Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan

perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar.

k) Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah kompor.

l) Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan

tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di atasnya hingga

sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi.

Universitas Sumatera Utara


m) Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di dalam

panci selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera biarkan sarung tangan menjadi dingin

selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih

basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket

dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan).

n) Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering, gunakan cunam

penjepit atau pinset desinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan.

Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi lalu tutup

rapat sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengkus yang berpenutup rapat.

Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu.

DTT Kimiawi :

a) Letakkan peralatan yang kering, sudah didekontaminasi dan dicuci ke dalam wadah.

Kemudian isi wadah tersebut dengan larutan kimia. Perlu diingat jika peralatan

masih dalam kondisi basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka dapat

terjadi pengenceran tambahan terhadap larutan tersebut dan membuatnya menjadi

kurang efektif.

b) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.

c) Rendam peralatan selama 20 menit.

d) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus

e) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah

desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup rapat.

f) Setelah kering peralatan dapat digunakan dengan segera atau disimpan dalam wadah

desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup rapat.

DTT Kateter secara kimiawi :

Universitas Sumatera Utara


a) Siapkan larutan klorin 0,5%.

Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks

pada kedua tangan.

b) Letakkan kateter yang sudah dicuci dan kering di dalam larutan klorin. Gunakan

tabung suntik steril atau desinfeksi tingkat tinggi yang besar untuk membilas bagian

dalam kateter dengan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter

terendam dalam larutan.

c) Biarkan kateter terendam selama 20 menit.

d) Gunakan tabung suntik desinfeksi tingkat tinggi atau steril yang besar dan air yang

direbus sedikitnya 20 menit untuk membilas kateter.

e) Biarkan kateter kering dengan cara diangin-anginkan dan kemudian segera

digunakan atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang bersih.

Selain DTT, petugas dapat menggunakan metode sterilisasi pada instrumen logam

dan sarung tangan, yaitu :

a) Sterilisasi dengan otoklaf 106 pada temperatur 1210C selama 30 menit jika

instrumen terbungkus dan 20 menit jika tidak terbungkus.

b) Panas kering pada temperatur 1700C selama 60 menit.

c) Instrumen disimpan dalam wadah steril yang berpenutup rapat (Syafuddin,2004)

Universitas Sumatera Utara


Langkah-langkah pemrosesan alat bekas pakai tersebut dapat dilihat pada

gambar 2 sebagai berikut :

DEKONTAMINASI

Rendam dalam larutan klorin 0,5%

Selama 10 menit

CUC DAN BILAS

Gunakan deterjen dan sikat

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam

Metode yang dipilih Metode alternatif

STERILISASI DESINFEKSI TINGKAT

TINGGI

Otoklaf Panas Kering Rebus / Kukus

106 kPa
Kimiawi 1700C Panci Rendam
1210C 60 menit tertutup 20 menit
30 menit 20 menit
jika
terbungkus 20
menit jika tidak
terbungkus

DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN

(Peralatan yang sudah diproses biasa disimpan dalam wadah tertutup yang

didesinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka)

Sumber : Depkes RI, 2004

Gambar 2. Pemrosesan Peralatan Bekas Pakai.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Proses Dekontaminasi

Dekontaminasi Pencucian Pencucuian DTT Sterilisasi

(hanya air) (deterjen dan

pembilasan)

Efektivitas Membunuh virus Hingga Hingga 80% 95% 100%

menghilangka AIDS dan 50%

n atau menon- Hepatitis

aktifkan mikro

organisme

Waktu kerja Rendam selama Cuci hingga Cuci hingga Rebus Kukus :

yang 10 menit bersih terlihat bersih kukus 20-30

diperlukan atau menit 106

agar proses secara kPa,

berjalan aktif kimia 1210C

wi 20 Panas

menit kering : 60

menit pada

suhu

1700C

Sumber : Depkes RI, 2004

Universitas Sumatera Utara


E. Pengelolaan Sampah Medik

Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai maka penelitian difokuskan kepada sampah terkontaminasi

(darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan benda-benda yang tercemar oleh cairan tubuh)

yang berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani

sampah tersebut, termasuk anggota masyarakat

Pengelolaan sampah terkontaminasi meliputi :

1) Setelah selesai melakukan suatu tindakan dan sebelum melepaskan sarung tangan,

letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dan lain-lain) ke

dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum dibuang.

2) Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan permukaan luar

kantong.

3) Pembuangan benda-benda tajam yang terkontaminasi dengan menempatkannya

dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air mineral dari plastik atau botol infus),

kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat dari logam.

4) Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak

memungkinkan, kubur bersama wadahnya.

5) Bersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5% kemudian seka dengan kain

atau pel.

6) Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau lemari

tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.

7) Bersihkan tempat tidur, meja, dan troli dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan

deterjen.

Universitas Sumatera Utara


8) Seka celemek dengan klorin 0,5%.

9) Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai dengan campuran

klorin 0,5% dan deterjen.

10) Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.

11) Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah

terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5%

(Depkes RI, 2004 ).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai