Anda di halaman 1dari 93

MINI PROJECT

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN


PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI DESA
LINGGA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LINGGA
KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Disusun Oleh:

dr. Rani Astari

Pendamping:

dr. Zulkarnain Alhinduan

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS LINGGA
KABUPATEN KUBU RAYA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui minipro dengan judul:

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan pada Penderita Tuberkulosis Paru di


Desa Lingga Wilayah Kerja Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya Provinsi
Kalimantan Barat
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Internsip Stase
Puskesmas

Telah disetujui,

Kubu Raya, September 2021

Pembimbing
dr. Zulkarnaen

NIP.

Penguji 1 Penguji 2
dr. Dasmiati Olfah dr. Mega Heksana Devi

NIP.19701103 200904 2 001 NIP. 19880525 201101 2 006


DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................

Lembar Pengesahan...................................................................................... 1

Daftar Isi................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang......................................................................................... 5

1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8

2.1. Tuberkulosis............................................................................................... 8

2.1.1Definisi.................................................................................................. 8

2.1.2 Epidemologi........................................................................ ................9

2.1.3 Etiologi................................................................................................. 10

2.1.4 Patofisiologi......................................................................................... 11

2.1.5. Manifestasi Klinis.............................................................................. 12

2.1.6. Diagnosis.......................................................................................13

2.1.7. Tatalaksana......................................................................................... 13

2.2. Pengetahuan................................................................................................ 13
2.3. Sikap............................................................................................................ 17

2.4.Tindakan....................................................................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 21

3.1. Desain Penelitian........................................................................................ 21

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 22

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 23

3.4 Definisi Operasional........................................................................... 23

3.5 Data dan Sumber Data................................................................................ 26

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.............................26

3.7 Analisis Data................................................................................................ 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 30


4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitia...............................................30

4.2. Hasil Penelitian................................................................................ 31

4.3 Pembahasan....................................................................................... 33

BAB V PENUTUP............................................................................................... 35

5.1 Kesimpulan........................................................................................ 35

5.2 Saran............................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 36

LAMPIRAN.......................................................................................................... 38
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Puskesmas Lingga


1.2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Secara geografis, Puskesmas Lingga terletak diwilayah Kecamatan Sungai Ambawang
Kabupaten Kubu Raya terletak antara 0 02.22”LU-0 01.22”LS dan 109 24’21”BT-109
31’06”BT. Secara administratif, batas Puskesmas Lingga adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya
Sebelah timur : Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau
Sebelah selatan :Puskesmas Parit Timur Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten
Kubu Raya
Sebelah barat : Desa Jawa Tengah Puskesmas Sungai Ambawang Kecamatan Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya

Gambar 2.4 Peta Wilayah Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya


Luas wilayah Puskesmas Lingga adalah 367,62 km2, terdiri dari satu (1) kecamatan, 4
Desa, 21 Dusun, 23 RW dan 104 RT. Luas wilayah Puskesmas Lingga tidak merata, Desa
terluas adalah Desa Teluk Bakung yaitu 216,88 Km 2 dan yang terkecil adalah Desa Lingga
28,43 Km2., desa lainnya yaitu desa Korek 50,00 Km2.dan Desa Pancaroba dengan luas 72,71
M2. Untuk luas wilayah Puskesmas Lingga menurut Desa dapat dilihat pada gambar 2.5
Korek; 50

Lingga; 28.43

Teluk Bakung;
216.88 Pancaroba;
72.71

Gambar 2.5 Luas Wilayah Puskesmas Lingga menurut Desa


Puskesmas Lingga sebagian besar wilayahnya memiliki topografi yang relatif datar.
Sebagian kecil berbukit dan lereng. Desa korek, desa lingga dan desa Pancaroba relatif Datar,
sedangkan Desa Teluk Bakung relatif berbukit dan lereng.
1.2.2 Kondisi Demografi
Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Lingga sampai Desember tahun 2018
sebanyak 21,580 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 11,255 jiwa dan perempuan 10,325
jiwa. Penduduk terbanyak terpadat di Desa Lingga yaitu sebesar 6,343jiwa, sedangkan
penduduk terjarang di Desa Pancaroba dengan jumlah penduduk 4,349 jiwa.
Jumlah Penduduk
No Nama Desa
Laki-laki Perempuan Total
1 Korek 2,974 2,828 5,802
2 Lingga 3,305 3,038 6,343
3 Pancaroba 2,281 2,068 4,349
4 Teluk Bakung 2,695 2,391 5,086
Jumlah 11,255 10,325 21,580

1.2.3 Perekonomian Daerah


Data mengenai perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Wilayah
Puskesmas Lingga masih mengikuti data dari Kecamatan Sungai Ambawang, dimana kondisi
dan potensi ekonomi yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Lingga meliputi sektor
pertanian dan perkebunan, perindustrian, perdagangan, peternakan, koperasi serta
pertambangan. Sektor pertanian sebagian masyarakat masih bersawah menanam padi, sector
perkebunan terdapat lebih dari dua perusahan sawit dan tanaman industry diantaranya PT.
Palem Deldan PT.KSP, serta perkebunan karet rakyat. Sektor Koperasi: Masyarakat
diwilayah kerja puskesmas lingga sangat terbantu dengan adanya koperasi yaitu CU Pancur
Kasih yang terdapat di desa Lingga dan CU Lantang Tipo didesa Pancaroba. Sektor Industri
terdapat 2 industri perabot rumah tangga yang ada di desa lingga dan pancaroba. Sektor
Peternakan diantaranya peternakan ayam putih, babi, kambing dan sapi.
1.2.4 Sosial Budaya
A. Agama dan Budaya
Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten yang terdiri dari berbagai multi etnis.
Keragaman budaya dan agama. Di wilayah Puskesmas Lingga hal ini memperkaya kasanah
budaya dan menjadi suatu keunikan tersendiri sebagaimana daerah-daerah lainnya. Etnis
yang tersebut antara lain adalah Dayak, Madura, Melayau, Jawa, Bugis dan etnis Cina dengan
latar budaya yang beraneka ragam.
Berbagai adat istiadat sebagai keragaman budaya suku menjadi suatu potensi tersendiri
di Wilayah Kerja Puskesmas Lingga. Etnis Dayak dengan budaya Naik Dango-nya dan etnis
Jawa dengan budaya sedekah bumi-nya, Etnis Melayu dengan budaya Robo’ - Robo’-nya,
etnis China dengan budaya kesenian Naga-nya,etnis madura dengan Rongengnya. Kebiasaan
masing-masing suku dengan adat istiadatnya juga mewarnai kehidupan sehari-hari penduduk
di Wilayah kerja Puskesmas Lingga. Di wilayah Kerja Puskesmas Lingga juga terdapat multi
agama yaitu agama Katolik, Protestan, Islam, Budha, Hindu dan kepercayaan KhongHucu.
Sektor Agama sangat mendukung dalam kehidupan bermasyarakat, karena dalam agama
mengajarkan bagaimana cara hidup bermasyarakat yang baik hal ini tercermin dengan
dibangunnya sarana dan prasaranan tempat ibadah. Adapun data mengenai jumlah dan tempat
ibadah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No Desa Gereja Kapel Masjid Surau Kelenteng
1 Korek 5 - 8 15 -
2 Lingga 6 2 3 4 -
3 Pancaroba 2 2 1 4 -
4 Teluk Bakung 12 1 1 - -
Jumla 25 5 13 23 0
h
Sumber : Profil KecamatanSungai Ambawang, tahun 2016
B. Pendidikan
Berdasarkan jenjang pendidikan penduduk per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingga terlihat bahwa sebagian besar penduduknya mempunyai latar belakang pendidikan
setingkat SD/sederajat, diikuti oleh lulusan SMP dan SMA/SMK. Jumlah sarana pendidikan
di Wilayah kerja Puskesmas Lingga secara keseluruhan berjumlah 20 unit terdiri SD/MI 15
unit, SMP3 unit dan SMU/SMK 2unit. Persebaran sarana pendidikan hampir merata di tiap
desa . Data jumlah sarana Pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No Desa TK/ SD/ SLTP/ SLTA/
Diniyah MI MTs MA
Neg Swa Neg Swa Neg Swa Neg Swa
1 Korek - - 4 - - - - 1
2 Lingga - - 3 1 1 - - -
3 Pancaroba - - 2 1 1 - 1 -
4 Tlk Bkung - - 4 - 1 - - -
Jumlah 0 0 13 2 3 0 1 1
Sumber : Profil Kecamatan Sungai Ambawang,2016
C. Mata Pencarian
Sebagian besar penduduk diwilayah kerja Puskesmas Lingga mengandalkan sektor
pertanian dan perkebunan sebagai mata pencariannya. Wilayah Kerja Puskesmas Lingga
dengan luas sekitar 368Km2, mempunyai berbagai potensi sumber daya alam yang berupa
lahan untuk pengembangan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan
serta dalam bentuk potensi bahan tambang dan sumberdaya energi. Selain sektor pertanian
dan perkebunan yang menjadi pimadona, sektor peternakan memiliki potensi yang dapat
diandalkan yang didominasi oleh peternakan ayam, kambing, sapi dan babi.
D. Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2018 di Wilayah kerja Puskesmas Lingga menurut
data Dinas Kesehatan Kubu Raya tahun 2018 mencapai 9.921 Jiwa, di mana jumlah
persentasenya mencapai 52.9% dari jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Lingga.

Data jumlah penduduk miskin yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lingga per desa dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
No. Desa Jumlah % jlh Pddk Jlh Pddk
1. Korek 2.585 51 % 5,386
2. Lingga 2.916 52.6 % 5,887
3. Pancaroba 2.129 56 % 4,037
4. Teluk Bakung 2.291 52 % 4,722
JUMLAH 9.921 52.9 % 20,032

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan sampai saat ini. Penyakit ini termasuk dalam salah
satu penyakit yang mudah menular yang disebabkan oleh bakteri berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama mycrobacterium tuberculosis. Penyakit
ini menyerang sistem pernafasan yang berdampak pada gangguan oksigen
didalam tubuh sehingga mempengaruhi metabolisme oksigen didalam sel
sehingga penderita tuberkulosis rentang untuk mengalami kelemahan dan sesak
1
nafas.

Menurut Global Tuberculosis Report 2019 yang dirilis oleh WHO pada 17
Oktober 2019, dunia tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan
“Strategi END TBC tahun 2020” yaitu mengurangi TB sebesar 20 persen dari
jumlah kasus tahun 2015-2018. Akan tetapi, antara 2015 dan 2018, penurunan
kumulatif kasus TB hanya sebesar 6,3%. Pada tahun 2019 jumlah kasus
tuberkulosis yang ditemukan sebanyak 543.874 kasus, menurun bila dibandingkan
semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2018 yang sebesar 566.623
2
kasus.

Tuberkulosis (TB) saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat


baik di Indonesia maupun internasional sehingga menjadi salah satu tujuan
pembangunan kesehatan berkelanjutan (SDGs). Indonesia merupakan negara ke-2
tertinggi penderita tuberkulosis. Hal tersebut mendorong pengendalian
tuberkulosis nasional terus dilakukan dengan intensifikasi, akselerasi,
2
ekstensifikasi dan inovasi program.

Pengendalian yang dilakukan diantaranya adalah pencegahan penularan


tuberkulosis melalui aspek lingkungan dan aspek perilaku. Penelitian dari aspek
perilaku menurut hasil penelitian yang di lakukan Marissa pada tahun 2014,
menunjukan mulut tidak ditutup saat batuk atau bersin sebanyak 84,2% dan dahak
3
tidak dibuang di tempat terbuka sebanyak 73,7%. Fenomena tersebut
menunjukan penderita tuberculosis seringkali tidak menutup hidung dan mulut

5
saat batuk atau bersin dapat mengakibatkan penularan. Penularan tuberkulosis
paru dipengaruhi tiga aspek seperti pengetahuan, sikap dan tindakan dalam
4
pengetahuan terhadap penyakit tuberkulosis paru.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan etika


batuk pada penderita tuberkulosis paru sehingga bermanfaat bagi penderita dan
lingkungannya, dan membantu meningkatkan angka penularan pada penyakit TB.
Selain itu, menghindari kasus kekambuhan dan resistensi terhadap obat TB serta
bagi petugas kesehatan membantu dalam meningkatkan program penyakit
menular khususnya TB.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pada Penderita
Tuberkulosis Paru di Kedamin Hulu , Wilayah Kerja Puskesmas Putussibau
Selatan.”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran


pengetahuan, sikap dan tindakan pada penderita tuberkulosis paru di Kedamin
Hulu , Wilayah Kerja Puskesmas Putussibau Selatan?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan pada


penderita tuberkulosis paru di Kedamin Hulu, wilayah kerja Puskesmas
Putussibau Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui gambaran pengetahuan pada penderita tuberkulosis paru
meliputi sikap pencegahan dan penanggulangan TB, dan tindakan
dalam melakukan pencegahan penularan TB di Kedamin Hulu,
wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan.

b. Mengetahui gambaran sikap penderita tuberkulosis paru terhadap


pencegahan dan penanggulangan TB berdasarkan pengetahuan tentang
TB di Kedamin Hulu, wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan.

c. Mengetahui gambarkan tindakan penderita tuberkulosis paru dalam


melakukan pencegahan penularan TB berdasarkan pengetahuan
tentang TB dan sikap terhadap pencegahan dan penanggulangan TB di
Kedamin Hulu, wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Secara Teori

Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan


ilmu pengetahuan dan nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah di
bidangnya.

b. Manfaat Aplikatif

1. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan


sikap dan tindakan pada penderita tuberkulosis paru dalam upaya
pencegahan dan penularan penyakit TB.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tenaga medis dan mempraktikannya di Puskesmas Putussibau Selatan

mengenai edukasi tentang pengetahuan, sikap dan tindakan pada

penderita tuberkulosis paru.


c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk


penelitian selanjutnya untuk mencari hubungan dan faktor yang
mempengatuhi tentang pengetahuan, sikap dan tindakan pada penderita
tuberkulosis paru.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular yang


disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru
dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bekteri ini dapat masuk melalui
saluran pernafasan, dan saluran pencernaan, luka terbuka pada kulit,
tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang
5
yang terinfeksi bakteri tersebut.

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius terutama menyerang


parenkim paru. Sebagian besar bakteri mycobacterium tuberculosis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
6
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer.

Tuberculosis paru adalah salah satu penyakit menular yang


disebabkan infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis yang sebagian
besar menyerang paru-paru. Kuman ini ini termasuk basil gram positif,
berbentuk batang, dinding sel mengandung komplek lipida glikolipida
7
serta lilin (wax) yang sulit tembus zat kimia.

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman mycobacterium tuberculosis atau dikenal sebagai Bakteri Tahan
Asam (BTA).Untuk pemeriksaan bakteriologis yang bisa
mengidentifikasi kuman mycobacterium tuberculosis menjadi sarana
8
yang diagnosis yang ideal untuk tuberculosis.

2.1.2 Epidemiologi

Tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit menular yang


menjadi perhatian di dunia. Dengan upaya pengedalian yang telah
dilakukan, insidens dan kematian akibat tuberkulosis sudah menurun.
Pada tahun 2014 tuberkulosis diperkirakan menyerang 9,6 juta orang
yang menyebabkan kematian 1,2 juta jiwa. India Indonesia dan China
9
merupakan Negara dengan penderita tuberkulosis terbesar didunia.

8
Tuberkulosis paru adalah salah satu dari sepuluh penyakit yang
menyebabkan angka kematian terbesar didunia. Pada tahun 2015 jumlah
penderita TB baru diseluruh dunia sekitar 10,4 juta yaitu laki-laki 5,9
juta, perempuan 3,5 juta dan anak-anak 1,0 juta. Diperkirakan 1,8 juta
meninggal antara lain 1,4 juta akibat TB dan 0,4 juta akibat TB dengan
10
HIV.

Tuberculosis adalah masala kesehatan dunia, WHO melaporkan


sejak dahulu dan faktanya menurut etimasi WHO prevalensi TB setiap
tahun selalu meningkat. Epideomologi tuberculosis di Indonesia
walaupun prevalensinya menunjukkan penurunan yang signifikan survey
epidemiologi tahun 1980-2004 secaa nasional telah mencapai target yang
sudah ditetpkan tahun 2015 yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO
memprediksikan kurang lebih 690.000 tau 289/1000 terdapat penderita
tuberculosis di Indonesia. Tuberculosis merupakan penyebab kematian
kedua setelah stroke pada usia 15 tahun ke atas dan penyebab kematian
11
pada bayi dan balita.

Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang


mengekskresikan dari saluran pernafasan sejumlah besar bakteri
mycobacterium tuberculosis. Riwayat kontak (contoh dalam keluarga)
dan sering terpapar (petugas medis) menyebabkan kemungkinan tertular
12
melalui droplet.

Kerentunan terhadap bakteri mycobacterium tuberculosis


merupakan faktor yang ditentukan oleh resiko untuk mendapatkan
infeksi dan resiko munculnya penyakit klinis setelah infeksi terjadi.
Orang beresiko tinggi terkena tuberculosis yaitu bayi, usia lanjut kurang
gizi, daya tahan tubuh yang rendah, dan orang yang mempunyai penyakit
12
penyerta.

2.1.3 Etiologi

Agen infeksius utama mycobacterium tuberkulosis adalah batang


aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap
panas dan sinar matahari. Mycobacterium bovis dan mycobacterium avium
adaalah kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi

9
13
tuberculosis.

Mycobacterium tuberkulosis termasuk family mycobacteriaceace


yang mempunyai berbagai genus, salah satunya adalah Mycobaterium dan
salah satu speciesnya adalah mycobacterium tuberkulosis. Bakteri ini
berbahaya bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan
asam. Bakteri ini memerlukan waktu untuk mitosi 12-24 jam
mycobacterium tuberkulosis sangat rentang terhadap sinar matahari dan
sinar ultraviolet sehingga dalam beberapa menit mati. Bakteri ini juga
rentang terhadap panas-basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada
dalam lingkungan basah sudah mati bila terkena air bersuhu 100 c. Bakteri
ini juga akan mati dalam beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau
14
Lysol 5%.

Mycobacterium tuberkulosis berbentuk batang berwarna merah


dengan ukuran panjang 1-10 mikron, dan lebar 0,2-0,6 mikron. Kuman
mempunyai sifat tahan asam terhadap pewarnaan metode ziehl Neelsen.
Memerlukan media khusus untuk biakan contoh media lowenstin Jensen
dan media ogawa. Tahan terhadap suhu rendah dan dapat mempertahankan
hidup dalam jangka waktu yang lama bersifat dorment (Tidur dan tidak
berkembang) pada suhu 40 ᵒC samapai-70C akan mati dalam waktu kurang
15
lebih 1 minggu.

2.1.4 Patofisologi

Mycobacterium tuberkulosis permukaan alveoli biasanya diinhalasi


sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit. Setalah berada di ruang alveolus di bagian awah
lobus atau bagian atas lobus bakteri mycobacterium tuberkulosis ini
membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tadi dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme
13
tersebut. Sesudah hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala- gejala pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan kerusakan jaringan paru atau biasa dikatakan proses dapat

10
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam
sel. Bakteri juga menyebar melalui kalenjar limfe regional. Makrofag yang
mengalami inifiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
mementuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
biasanya berlangsung 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi nekrosis ini
diseut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari epilteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang
13
mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru disebut focus ghon dan gabungan terserang


kalenjer limfe regional dan lesi primer dinamakan komplek ghon. Komplek
ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
mengalami pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan di mana bahan cair lepas kedalam
bronkus dan menimbulkan kavitas. Bakteri tuberculosis yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan treakeobronkial. Proses
ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau bakteri
mycobacterium tuberculosis dapat terbawah ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meningalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradanagan mereda lumen
bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengenal
sehingga tidak mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan
13
lsei berkapsul yang tidak terlepas.

Keadaan ini tidak dapat menimbulkan gejala dalam waktu yang


lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradanagan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kalenjar
limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah lebih kecil yang kadang-
kadang dapat menimbulkan lesi pada organ lain (ekstrapulmoner).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
11
menyebabkan tuberculosis milier. Hal ini terjadi focus netrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem
13
vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ-organ tubuh.
2.1.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis yang muncul pada penderita


tuberkulosis

adalah:5

a. Demam

b. Batuk disertai dengan batuk darah

c. Sesak nafas dan nyeri dada

d. Malaise, keringat malam

e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

f. Napsu makan menurun

g. Penurunan berat badan

h. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

i. Badan lemas

2.1.6 Diagnosis

15
Diagnosis pada TBC dapat dilakukan diantaranya :

1. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis


menggunakan pemeriksaan mikroskopis langsung.

2. Apabila pemeriksaan bakteriologis negatif, maka diagnosis


ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan foto toraks.

3. Pada sarana yang terbatas, pasien didiagnosis secara klinis


setelah pemberian

terapi antibiotika spectrum luas yang tidak memberikan


perbaikan klinis.
4. Tidak dibenarkan penegakan diagnosis hanya dengan
pemeriksaan serologis, uji tuberkulin, ataupun foto toraks saja.

5. Pemeriksaan dahak secara miksoskopis langung dengan uji SPS


(Sewaktu – Pagi – Sewaktu), dan pasien ditetapkan sebagai

Pasien tuberkulosis jika salah satu uji dahak SPS hasilnya BTA
Positif.

2.1.7 Penatalaksanaan

12
Farmakologi

Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase:

- Fase Intensif (2-3 bulan)

Pada fase intensif (awal) penderita mendapatkan obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap
semua OAT, terutama Rifampisin. Bila pengobatan fase intensif
tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita yang menularkan
penyakit menjadi tidak menularkkan penyakit dalam kurung waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita Tuberkulosis BTA positif menjadi
BTA negative (Konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan
ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.

- Fase Intermiten (4-7 bulan)

Pada fase intermiten penderita mendapatkan jenis obat lebih sedikit


namun dalam jangka waktu yang lama pengobatannya setiap 2 kali
seminggu, selama 13-18 bulan. Fase intermiten ini penting untuk
membunuh kuman persistem (dormant) sehingga dapat mencegah
terjadinya kekambuhan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat
utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
rekomendasi dari Word Health Organiation (WHO) adalah
Rifampisin, INH, pirasinamid, Sterptomisin dan Etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanimisin, Kuinolon,
Makrolodee, Amoksilin, asam Klavulanat, derivate Rifamisin/INH.

2.1.8 Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Pencegahan


16
penyakit tuberkulosis adalah: Penderita tidak
menularkan kepada orang lain

a. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan
atau tisu.
b. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama
pengobatan.

c. Tidah meludah disembarang tempat, tapi dalam wadah yang diberi


lisol, kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun dalam

13
tanah.

d. Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapatkan


udara bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga kuman
tuberkulosis dapat mati

Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberkulosis

1. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain makan makanan


yang bergizi

2. Tidur dan istirahat yang cukup.

3. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari 3 minggu.

4. Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.

2.1.9 Komplikasi Penyakit Tuberkulosis

Komplikasi tersebut sering terjadi pada penderita stadium


lanjut seperti: perdarahan di saluran napas bawah yang dapat
menyebabkan kematian karena syok hipovolemik atau sumbatan
jalan napas. Kolaps dari lobus akibat akibat retraksi bronchial.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagiannya. Pneumotorik (adanya udara dalam rongga
pleura) spontan karena kerusakan jaingan paru.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang


melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk
18
tindakan seseorang. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat
pengetahuan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah


ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan -

14
pertanyaan

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,


tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpresentasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang


dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau


memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum


atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat. Indikator yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran
terhadap kesehatan. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang
meliputi:

15
1) Penyebab penyakit

2) Gejala atau tanda-tanda penyakit

3) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan

4) Bagaimana cara penularannya

5) Bagaimana cara pencegahannya

Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di


tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Nursalam 2008, kriteria untuk menilai dari tingkatan
pengetahuan menggunakan nilai:

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%

3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai =


18
56% 2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
a. Cara tradisional:

1) Cara coba dan salah (trial and error)

2) Cara kekuasaan atau otoritas

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

4) Melalui jalan
pikiran b. Cara modern:

1) Metode berfikir induktif

2) Metode berfikir deduktif.

a. Faktor Internal :

1) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan
bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada
kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain,
bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.

2) Minat

16
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan
yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang
tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah
mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa
yang diharapkan.

3) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang


bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek
psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut
untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam
situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan
lebih mendalam dan lama membekas.

4) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat


berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif
dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadap. b.
Faktor Eksternal antara lain:

a) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder,


keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi
dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini
akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan
sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal. b)
Informasi

17
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi

tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya

digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap

suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya

digunakan melalui media masa.

c) Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai


pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian

Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap


obyek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif,
afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi di atas menunjukkan
bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif
(ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan
dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai
dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-respon yang
.18
konsisten) Sikap dapat diklasifikasikan menjadi sikap positif
dan sifat negatif berdasarkan sifat sikap (Heri Purwanto dalam
Wawan, 2010: 34).

a) Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan untuk


mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.

b) Sikap negatif merupakan kecenderungan tindakan untuk

menjauhi, menghindari, membenci, maupun tidak menyukai


objek atau stimulus tertentu.

18
Sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan ide dan konsep terhadap objek.


misalnya, bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut
terhadap penyakit Tuberkulosis Paru.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek ; misalnya


bagaimana orang menilai terhadap penyakit TB Paru, apakah
penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). misalnya, tentang

contoh sikap terhadap penyakit TB Paru di atas, adalah yang


dilakukan seseorang bila menderita penyakit TB Paru.

2.3.2 Tingkat Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan


memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon
(responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban


apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut
menerima ide itu.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau


mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah


dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang
paling tinggi. (Notoatmodjo, 2010)

Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan


pengetahuan kesehatan, sikap terhadap sakit dan penyakit

19
1) Bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala
atau tanda penyakit,

2) Penyebab penyakit

3) Cara penularan penyakit

4) Cara pencegahan penyakit

19
2.3.3 Komponen Sikap

a. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu


pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu
atau yang kontroversial. b. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.


Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c. Komponen
Konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu


sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

2.3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Sikap


Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap,yaitu:
a. Pengalaman peribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan
sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang
kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.

20
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap

yang konfromis atau searah dengan sikap seseorang yang

dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa

disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita

terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media


komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumen. e.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan.

Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme


pertahanan ego.

2.4 Tindakan

Tindakan merupakan bentuk nyata dari sikap. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (praktik).
Namun sikap belum tentu terwujud dalam tindakan. Sebab terbentuknya
tindakan memerlukan keberadaan faktor-faktor lainnya seperti ada tidaknya
fasilitas ataupun sarana dan prasarana. Tindakan dapat dibedakan

21
menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu praktik terpimpin (guided response),
praktik secara mekanisme (mechanism), dan adopsi (adoption).19

Tindakan yang dilakukan dan bertujuan untuk mempertahankan maupun


meningkatkan kesehatan seseorang disebut juga sebagai perilaku sehat (healthy
behavior) Pada dasarnya penularan penyakit TB dapat disebabkan oleh
kurangnya perilaku sehat dari seseorang, seperti kebiasaan membuka jendela,
kebiasaan membuang dahak, merokok, dan lain sebagainya.19
22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi deskriptif yaitu penelitian yang


dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian
deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
20
umum atau generalisasi.

Peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan


penderita tuberkulosis paru di Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau
Selatan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan saat Kegiatan Pelayanan Dasar Penyakit Menular


di Kedamin Hulu Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat. Waktu penelitian ini pada 05 Mei 2021.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Penentuan Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau


subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
tuberkulosis yang tercatat dalam register kohort penderita tuberkulosis di
Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan terhitung
bulan Januari 2021 hingga April 2021 yaitu sebanyak 6 orang.

23
Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara


tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasi (Sastroasmoro,
2014: 90). Menurut Sugiyono (2015: 81), sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Besar sampel pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu


dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampe. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1) Penderita tuberkulosis paru dalam pengobatan di Kedamin


Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan

2) Penderita tuberkulosis paru yang tercatat di register kohort di


Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan
terhitung Januari 2021-April 2021

3) Dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi subjek


penelitian

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak


dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1) Penderita tuberkulosis di Kedamin Hulu wilayah kerja


Puskesmas Putussibau Selatan , namun pada saat penelitian
tidak sedang tinggal di di Kedamin Hulu wilayah kerja
Puskesmas Putussibau .
2) Penderita tuberkulosis di Kedamin Hulu wilayah kerja
Puskesmas Putussibau Selatan dinyatakan, putus obat atau
meninggal dunia.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel bertujuan menentukan sampel

24
yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling
jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional berisikan penjelasan dari masing-masing variabel


yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti terdiri dari
perilaku kesehatan yang meliputi pengetahuan tentang TB, sikap pencegahan
dan penanggulangan TB, dan tindakan pencegahan penularan TB (kebiasaan
cuci tangan secara benar, etika saat batuk/bersin, tindakan saat membuang
dahak, kebiasaan menggunakan masker dalam keseharian, kebiasaan membuka
jendela kamar tidur setiap hari (pagi sampai sore), kebiasaan menjemur kasur,
bantal, dan guling secara teratur 1 minggu sekali ddan kebiasaan merokok.
25
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran


Pengumpu- Data
lan Data

Perilaku Kesehatan

a) Pengetahuan Kemampuan Wawancara Ordinal Wawancara


tentang TB responden untuk dilakukan dengan
menjawab dengan memberikan 15
benar pertanyaan pertanyaan seputar
seputar penyakit TB paru. Dengan
paru, mulai dari skor jawabab:
pengetian, 1. Benar = 1
klasifikasi, gejala, 2. Salah =0
cara penularannya, Nilai maks = 15
diagnosis, hingga Nilai min = 0
proses dan tahap (Hamidi, 2011:
pengobatannya. 38)
Kategori menurut
Arikunto (2010):
1. Pengetahuan baik
jika ≥76%
jawaban benar
2. Pengetahuan
cukup jika 55%-
75% jawaban
benar.
3. Pengetahuan
kurang jika
≤54% jawaban
benar.

(Notoatmodjo,

2014: 27-28)

26
Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran

Variabel Pengumpu- Data


lan Data

b) Sikap terhadap Respon responden Wawancara Ordinal Wawancara


pencegahan terhadap pernyataan- dilakukan dengan
dan pernyataan mengenai memberikan 10
penanggulang TB, yang melibatkan pernyataan yang
an TB faktor pendapat dan meliputi 5
emosi yang penyataan yang
bersangkutan. bersifat
favorable, dan 5
penyataan
lainnya bersifat
unfavorable
(Hiswani, 2004).

Untuk pertanyaan
favourable:
1. Sangat setuju =
3
2. Setuju = 2
3. Tidak setuju =
1
4. Sangat tidak
setuju = 0

Untuk pernyataan
unfavourable
berlaku
sebaliknya

Kategori:
1. Sikap negatif,
jika skor antara
1-15.
2. Sikap positif,
jika skor antara
16-30.
(Hamidi, 2011:
38)

27
Variabel Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran
Pengumpu- Data
lan Data

c) Tindakan Respon yang Wawancara Ordinal Wawancara


Pencegahan ditunjukkan secara dilakukan dengan
dan nyata dalam memberikan 7
Penanggulang keseharian oleh pertanyaan
an TB responden seputar tindakan
mengenai tindakan pencegahan dan
pencegahan dan penanggulangan
penanggulangan TB.
terhadap TB dalam
keseharian Nilai maks = 21
Nilai min = 0
Kategori:
1. Tindakan
Baik, jika
skor 100%
2. Tindakan
buruk jika
skor <100%
(Budiaji, 2013:
130-131)
28
3.5 Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber utama dari individu

atau perseorangan, biasanya melalui angket, wawancara, jajak pendapat dan


lain-lain. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
menggunakan kuesioner. Data primer di dalam penelitian ini meliputi data
mengenai perilaku kesehatan penderita tuberkulosis penderita paru di
Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan. b. Data
Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua


biasanya diperoleh melalui badan atau instansi yang bergerak dalam proses
pengumpulan data, baik oleh institusi pemerintah maupun swasta. untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita tuberkulosis yang tercatat dalam register kohort
penderita tuberkulosis di Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau
Selatan terhitung bulan Januari 2021 hingga April 2021 yaitu sebanyak 6
orang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara


memanfaatkan data sekunder yang telah ada. Dokumentasi
merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan
berdasarkan dokumen- dokumen yang ada, baik berupa laporan
catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang
merupakan dokumen resmi yang relevan untuk penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan proses untuk


memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian yang dilakukan

29
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden yang diwawancarai dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guid) wawancara.

Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah kuesioner berbentuk formulir
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi untuk mengetahui
karekteristik individu. Kuesioner ditanyakan secara lisan melalui wawancara
dan lembar kuisioner diisi oleh pewawancara.

Teknik Penyajian dan Analisis Data

Penyajian Data

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Editing merupakan kegiatan yang dilakukan setelah peneliti selesai

melakukan pengumpulan data di lapangan. Editing dilakukan sebelum


melakukan pengolahan data, yaitu dengan melakukan pengecekan isian
formulir atau daftar pertanyaan, melakukan pengecekan yang berhubungan
dengan kelengkapan kuesioner yang akan diisi, kejelasan makna dan jawaban,
serta kesesuaian antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan lain.

b. Pengkodean data (Coding)

Coding adalah kegiatan mengubah dan berbentuk kalimat atau huruf


menjadi data angka atau bilangan. Coding digunakan untuk mempermudah
peneliti pada saat pengumpulan, pengelompokan, dan analisis data.
c. Entry

Setelah seluruh kuisioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang
sudah dientry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara
melakukan entry data dari daftar pertanyaan ke program komputer.

d. Scoring

30
Angka-angka yang telah tersusun pada tahap pengkodean kemudian
dijumlahkan menurut kategori yang telah ditentukan peneliti. Skor jawaban
dinilai dari jawaban tertinggi sampai jawaban terendah menurut skala yang
telah ditentukan. Hasil perhitungan skor dari masing-masing jawaban tersebut
kemudian diketegorikan untuk masing-masing variabel penelitian.

e. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi adalah memasukkan data ke dalam tabel-tabel tertentu dan


mengatur angka-angka serta menghitungnya. Tabulasi dilakukan dengan
memasukkan data yang telah dikelompokkan dan ditabulasikan dalam tabel-
tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.

3.7 Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariabel. Analisis


univariat digunakan untuk menggambarkan secara deskriptif distribusi
frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel
bebas maupun terikat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Penelitian ini
mendeskripsikan karakteristik responden, serta distribusi variabel yang diteliti
dengan deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk
mengetahui proporsi dari masing-masing variabel.

3.8 Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian dapat dibedakan menjadi


tiga bagian :

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas Dari Penderitaan


Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya bila mengunakan tindakan b. Bebas Dari
Eksploitasi

Pertisipasi subjek dalam penelitian,harus di hindarkan dari


keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,

31
tidak akan dipergunakan dalam hal hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apa pun.

c. Resiko (Benefits Rasio)

Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan


keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip Manghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak jadi responden (right to self determination)


Subjek harus diperlakukan secara manusiawi, subjek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek


ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berkibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(raight to full disclosure).

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang


tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip Keadilan (Right To Justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (raight in fair


treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan


sesudah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (raight to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang


diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan rahasia (confidentiality).

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Wilayah kerja UPT Puskesmas Putussibau Selatan terletak di


Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu, dengan luas wilayah
memanjang dari Barat ke Timur dengan jarak tempuh 87,92 Km dan dari arah
2
Utara ke Selatan 61,25 Km dengan luas wilayah 5.413,95 Km .Jumlah
penduduk di wilayah Puskesmas Putussibau Selatan Tahun 2019 sebesar
2
21.603 jiwa dengan angka kepadatan penduduk rata-rata 3,6 km /Jiwa. Dimana
jumlah penduduk wanita sebanyak 10.564 (51.37 %) jiwa dan penduduk laki-
laki sebanyak 11.039 jiwa (48.63%).

0
Kecamatan Putussibau Selatan secara astronomi terletak antara 0,5
0 0
Lintang Utara sampai 1,4 Lintang Selatan dan antara 111,40 Bujur Barat
0
sampai 114,10 , Bujur Timur dengan Ibu Kota Kedamin. Adapun batas
wilayah kecamatan Putussibau selatan adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Putussibau Utara


b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Kalis
c. Sebelah Timur :Berbatasan dengan Bagian Malaysia, Sarawak dan
Propinsi Kalimantan Timur
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bika

Dengan kondisi wilayah yang sangat luas, dan transportasi jalan darat
yang masih terbatas sehingga masyarakat masih menggunakan jalur sungai
sebagai alat transportasi untuk menghubungkan satu desa ke desa lainnya.
Wilayah ini masih terdapat 4 desa daerah terpencil dan sulit dijangkau dengan
menggunakan kendaraan darat. Kondisi ini diperparah dengan faktor
pengetahuan kesehatan masyarakat yang relatif rendah.
33
4.2 Hasil Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021. Data yang
diambil adalah data primer yang diambil melalui kuisioner dan pengamatan
langsung. Terdapat enam partisipan yang berpatisipasi dalam penelitian
”Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pada Penderita Tuberkulosis Paru
di Kedamin Hulu , Wilayah Kerja Puskesmas Putussibau Selatan” .

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Variabel N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 50%
Perempuan 3 50%
Usia
Produktif 5 83%
Tidak Produktif 1 17%
Status
Pekerjaan
Bekerja 4 67%
Tidak Bekerja 2 33%

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa berdasarkan karakteristik


responden penelitian ini berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 responden (50%)
dan laki;laki sebanyak 3 responden (50%). Ditinjau dari karakteristik usia,
diketahui bahwa sebanyak 5 responden (83%) dengan usia produktif, sedangkan 1
responden (17%) dengan usia tidak produktif, serta untuk karakteristik status
pekerjaan diketahui bahwa sebanyak 4 responden (67%) dengan status memiliki
pekerjaan, sedangkan sebanyak 2 responden (33%) dengan status tidak memiliki
pekerjaan.
34
Variabel tingkat pengetahuan, responden lebih banyak mempunyai tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 50% responden jika dibandingkan dengan
responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 33%
responden dan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 17%
responden.
Berdasarkan variabel sikap, maka responden lebih banyak mempunyai
sikap positif , yaitu sebanyak 67% responden, jika dibandingkan dengan
responden yang mempunyai sikap negatif yaitu sebanyak 33%.

35
Berdasarkan variabel tindakan, maka responden lebih banyak memiliki
tindakan yang buruk dalam upaya pencegahan dan penularan tuberkulosis yaitu
sebanyak 67% responden jika dibandingkan dengan responden yang mempunyai
tindakan upaya pencegahan tuberkulosis yang baik yaitu sebanyak 33%.

4.3 Pembahasan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk


tindakan seseorang (overt behavior ), karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang TBC diharapkan mempunyai
tindakan pencegahan yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik.

Menurut Notoadmojo (2011), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa


19
faktor, seperti pendidikan, persepsi, motivasi, dan pengalaman. Hal ini
disebabkan banyaknya informasi yang didapatkan oleh responden ataupun
keluraga yang menemani melalui internet , brosur dan juga peran penting
kader puskesmas terdekat yang memberikan penyuluhan tentang penyakit
tuberkulosis, cara mendiagnostik, pengobatan hingga tahap pencegahan.
Tenaga kesehatan harus bekerjasama dengan masyarakat dalam rangka

36
meningkatkan upaya edukatif pada masyarakat yang masih memiliki
pemahaman bahwa tuberkulosis paru dapat disembuhkan.

Sikap positif yang ditemukan pada responden dikarenakan adanya


pemahaman yang baik tentang penyakit tuberkulosis, baik dari penyebab,
penularan ataupun gejala ataupun pemeriksaan secara berkala harus
dilaksanakan sebagai langkah pencegahan. Pengetahuan dan pemahaman
seseorang tentang penyakit tuberkulosis dan pencegahan penularannya

memegang peranan penting dalam keberhasilan upaya pencegahan penularan


penyakit tuberkulosis .

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam


membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang baik apabila
tidak ditunjang dengan sikap yang positif yang diperlihatkan akan memengaruhi
seseorang untuk berperilaku, seperti yang diungkapkan Notoatmodjo yang
menyatakan bahwa domain dari perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan.
Hal ini disebabkan walaupun sikap masyarakat tentang upaya pencegahan
tuberkulosis bersifat positif, tetapi sikap seseorang menunjukkan sikap atau
perilaku tertentu karena dengan dengan bersikap itu dia memperoleh sesuatu yang
menyenangkan. Namun, sikap juga dapat terbentuk hanya karena meniru orang
lain, misalnya

saja seseorang hanya bersikap positif dalam hal mencegah tuberkulosis karena
meniru orang tuanya. Masyarakat yang memiliki sikap kurang, tetapi memiliki
upaya pencegahan tuberkulosis baik disebabkan adanya keinginan atau rasa takut
tertular penyakit tuberkulosis namun memiliki pengetahuan yang kurang sehingga
mereka tidak mengetahui bahwa yang dilakukan dapat menyebabkan penularan
tuberkulosi.

Tindakan yang baik dilakukan oleh responden tersebut merupakan salah


satu upaya pencegahan yang dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
penyakit tuberkulosis. Upaya pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi
yang baik, pola hidup yang bersih, sanitasi yang adekuat, perumahan yang tidak
terlalu padat dan udara yang segar merupakan tindakan yang efektif dalam
pencegahan tuberkulosis. Pada responden tidak mendapatkan nilai sempurna
(100%), hal ini disebabkan walaupun pengetahuan masyarakat tentang upaya

37
pencegahan tuberkulosis sudah baik, tetapi konsistensi dengan upaya pencegahan
tuberkulosis masih ada yang kurang. Misalnya, masih ada masyarakat yang tidak
menutup mulut saat bersin atau batuk, walaupun mereka sebenarnya mengetahui
bahwa menutup mulut saat bersin atau batuk merupakan salah satu upaya
pencegahan tuberkulosis.
38
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan


gambaran pengetahuan penderita tuberkulosis paru di Kedamin Hulu, wilayah
kerja Puskesmas Putussibau Selatan adalah baik, berbanding lurus dengan
sikap yang positif namun tidak sesuai dengan tindakan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ” Gambaran Pengetahuan, Sikap dan


Tindakan Pada Penderita Tuberkulosis Paru di Kedamin Hulu, Wilayah Kerja
Puskesmas Putussibau Selatan.”, maka saran yang dapat disampaikan peneliti
sebagai berikut :

Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga dukungan keluarga karena dapat mempengaruhi proses


pengobatan dan pencegahan penularan TB.

Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat mengambil peran penting dalam mencegah penularan


penyakit menular seperti TB dengan selalu menjaga protokol kesehatan

Bagi Peneliti Selanjutnya


Perlu penelitian yang lebih mendalam tentang hubungan pengetahuan,
sikap dan tindakan pada penderita TB dengan karakteristik masing –masing
penderita.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global Report Tuberculosis 2018. Geneva: World Health


Organization 2018.

2. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta:

Kemenkes RI. Diakses pada

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

3. Marissa N, Nur A. Gambaran Infeksi Mycobacterium Tuberculosis Pada


Anggota Rumah Tangga Pasien Tb Paru (Studi Kasus di Wilayah Kerja
Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar). Media Litbangkes.
2014;24(2):89-94

4. Asiah, I., Suyanto, S., & Munir, S. M. (2013). Gambaran Perilaku Pasien
Tb Paru terhadap Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit Tb Paru pada
Pasien yang Berobat di Poli Paru RSUD ArifinAchmad Provinsi
Riau(Doctoral dissertation, Riau University).

5. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta:
MediAction.

6. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal


Bedah Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.

7. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk


Penyakit. Tuberkulosis. Jakarta; Departemen Kesehatan RI. 2005. 25.
Kementerian Kesehatan.

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014).Data dan Informasi


Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Pusdatin Kemenkes RI.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan
Republik Indonesia.Jakarta: Kementerian Kesehatan.

10. WHO. (2016). Global Tuberculosis Report 2016. Cdc 2016, (Global TB
Report 2016), 214. https://doi.org/ISBN 978 92 4 156539 4

40
11. Nizar, Muhammad. (2017). Pemberantasan dan Penanggulangan
Tuberkulosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing

12. Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., Morse, S. A., & Mietzner, T. A.
(2010). Mikrobilogi Kedokteran ( Jawetz, Melnick, Adelbergs’s Medical

Microbiology ) Alih Bahasa Ayandhito. (A. Adityaputri, Ed.) (25th ed.).


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

13. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.


Bengkulu: Nuha Medika.

14. Danusantoso, H. (2012). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. (Y. J. Suyono,
Ed.) (2nd ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

15. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian


Tuberkulosis 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

16. Ruswanto, B. 2010. Analis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru


Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten
Pekalongan. Universitas Diponegoro Semarang.

17. Ikawati Z. 2002.Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana


Terapinya.Yogyakarta : Bursa Ilmu

18. Notoadmodjo, 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka


Cipta

19. Nursalam, 2008. Konsep & Penerapan metodelogi penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

20. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

21. Suhardi. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru dengan
Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru di Wilayah Puskesmas Pringsurat
Kabupaten Temenggung Tahun 2008. Artikel Publikasi, 2008.
41
LAMPIRAN

Nilai mengenai pengetahuan tentang TB

Nama Responden Jumlah Benar (Maks. 15) Keterangan

Ny. N (53 th) 9 Cukup

Ny. N (65 th) 8 Kurang

Nn. I (27th) 12 Baik

Tn. D (47th) 12 Baik

Tn. I (24 th) 12 Baik

Tn. A (55 th) 10 Cukup

Nilai mengenain sikap pencegahan dan penularan TB

Nama Responden Jumlah Benar (Maks. 30) Keterangan

Ny. N (53 th) 15 Negatif

Ny. N (65 th) 15 Negatif

Nn. I (27th) 23 Positif

Tn. D (47th) 23 Positif

Tn. I (24 th) 25 Positif

Tn. A (55 th) 20 Positif

Nilai mengenain tindakan pencegahan dan penularan TB


Nama Responden Jumlah Benar (Maks. 21) Keterangan

Ny. N (53 th) 15 Buruk

Ny. N (65 th) 15 Buruk

Nn. I (27th) 21 Baik

Tn. D (47th) 15 Buruk

Tn. I (24 th) 21 Baik

Tn. A (55 th) 20 Buruk

42
Lembar Kuisioner

LEMBAR KUISIONER TB

Hari, Tanggal : ………………….

Jam : ………………….

A. Aspek Karakteristik Responden

Nama:

.…………………………………………………………….

Usia:

……………………………………………………………..
Jenis Kelamin :L/P
Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu / Budha
Alamat :
……………………………………………………………..
RT: ………………….. RW:
……………………………...
Kecamatan :
……………………………………………………………..
Pendidikan : ………
B. Pengetahuan Tentang TB

No. Pertanyaan Opsi Jawaban Skor

B1. Tuberkulosis (TB) merupakan a. Benar


penyakit yang disebabkan oleh b. Salah
bakteri Mycobacterium
tuberculosis.

43
B2. Apakah penyakit a. Ya
tuberculosis/TB/TBC merupakan b. Tidak
penyakit menular?

B3. Apakah tuberculosis/TB/TBC a. Ya


dapat menular melalui percikan b. Tidak
dahak?

B4. Tahukah Anda pemeriksaan apa a. Tahu


yang dilakukan untuk dapat b. Tidak Tahu
menegakkan seseorang menderita
TB Paru?

B5. Penyakit TB Paru dapat dicegah a. Imunisasi DPT


dengan … b. Imunisasi BCG
c. Tidak Tahu

B6. Apakah orang yang tinggal a. Ya


serumah dengan penderita TB b. Tidak
Paru tidak akan tertular?

B7. Gejala umum yang sering a. Batuk berdahak


ditunjukkan penderita TB b. Batuk berdahak
adalah…. selama 1 minggu
c. Batuk berdahak
selama ≥ 2 minggu,
Batuk disertai darah

B8. Apakah penyakit a. Ya


tuberculosis/TB/TBC bisa b. Tidak
disembuhkan?

B9. Berapa lama pengobatan penyakit a. 3 bulan


tuberculosis/TB/TBC? b. 6 bulan
c. 1 tahun
d. lebih dari 1 tahun

44
B10. Pengobatan yang Anda jalani e. Ya
sekarang adalah pengobatan f. Tidak
jangka panjang.

B11. Ada berapa tahap pengobatan TB g. 1 tahap


Paru yang Anda ketahui? h. 2 tahap
i. 3 tahap

B12. Tahap pengobatan apa saja yang a. Tahap awal


Anda ketahui? dan lanjutan
b. Tidak tahu

B13. Penderita TB Paru boleh berhenti a. Benar


sendiri pengobatan sebelum b. Salah
mencapai 6 bulan apabila sudah
tidak ada keluhan yang dirasakan.

B14. Efek samping menkonsumsi OAT a. Benar


adalah urine yang keluar b. Salah
berwarna merah.

B15. Apakah tidak mengkonsumsi a. Ya


obat sekali saja dapat b. Tidak
menggagalkan pengobatan?

Sumber: Adaptasi dengan Modifikasi Kuesioner Hamidi (2011)

C. Sikap Terhadap TB

No. Pernyataan SS S TS STS


C16. Untuk mencegah penularan TB di
kelompok remaja, maka dalam
berkomunikasi penderita TB wajib
menggunakan masker.

45
C17. Untuk menghindari penularan TB
paru, alat makan dan minum yang
digunakan penderita yang sudah
dicuci sebaiknya dijadikan satu
dengan alat makan orang lain.

C18. Jika salah satu anggota keluarga


menderita TB paru, maka anggota
keluarga yang lain mempunyai
risiko tertular.

C19. Imunisasi BCG penting dilakukan


sebagai upaya dalam mencegah
penularan penyakit TB.

C20. Untuk mencegah penularan


penyakit TB paru diperlukan
kondisi lingkungan yang bersih.

C21. Penyuluhan TB sebaiknya


dilakukan pada orang yang positif
menderita TB.

C22. Penanggulangan penyakit TB paru


hanya menjadi tanggung jawab
Kementrian Kesehatan.

C23. Penyuluhan tentang TB Paru di


puskesmas maupun fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya
sangat diperlukan bagi penderita
TB Paru maupun keluarganya.
C24. Kebiasaan membuang dahak tidak
berpengaruh pada proses penularan
penyakit tuberculosis/TB/TBC.

46
C25. Saya akan berhenti minum obat TB

paru ketika air kencing saya sudah

berwarna merah.

Sumber: Adaptasi dengan Modifikasi Kuesioner Hiswani (2004)

D. Tindakan Terhadap TB

No. Pertanyaan Opsi Jawaban

D26. Apakah saudara mencuci tangan a. Selalu


sebelum dan setelah melakukan b. Sering
kegiatan dengan menggunakan air c. Kadang-kadang
sabun dan air mengalir? d. Jarang
e. Tidak Pernah

D27. Apakah Anda menutup mulut a. Selalu


ketika batuk? b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah (Lanjut
Pertanyaan D29)

D28. Apabila menutup mulut pada saat a. Punggung lengan bagian


batuk, Anda menggunakan .... dalam
b. Tisu/sapu tangan
c. Telapak tangan

D29. Di mana Anda biasa membuang a. Di kamar mandi


dahak? b. Di tempat ludah/tempat
khusus
c. Di sembarang tempat

D30. Apakah Anda menggunakan a. Selalu


masker pada saat berkomunikasi b. Sering
dengan orang lain? c. Kadang-kadang
d. Jarang

47
e. Tidak Pernah

D31. Apakah jendela di kamar tidur a. Selalu


Anda terbuka pada pagi hingga b. Sering
sore hari? c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah

D32. Apakah Anda menjemur kasur a. Selalu


pada terik matahari secara teratur? b. Sering
(sekali dalam seminggu) c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah

D33. Apakah Anda merokok? a. Tidak Merokok (Lanjut


Pertanyaan E35)
b. Pernah Merokok
c. Merokok

D34. Berapa batang rokok yang Anda a. < 10 batang


konsumsi per harinya? b. 10-20 batang
c. > 20 batang

Sumber: Adaptasi dengan Modifikasi


Kuesioner Astuti (2013), Razali

92
(2016), Humaira (2013), Bustan
(2007) dan Romlah (2016)

48

93

Anda mungkin juga menyukai