Anda di halaman 1dari 10

Soal Ujian Tht

1. Cara Pemakaian Tetes Telinga


- Pasien Posisi Berbaring, Dengan Arah Telinga Yang Akan Diteteskan Obat Berada Biagian
Atas.
- Obat Diteteskan Ke Dalam Lubang Telinga, Dalam Sehari Dilakukan (Berapa Kali
Sesuaikan Jenis Obatnya Contoh 2x), Setelah (Sesuaikan Penggunaan Contoh Mandi Pagi-
Sore /+ Menjelang Tidur)
- Teteskan Obat Sebanyak ..... Tetes, Kemudian Di Depan Lubang Telinga Ditutup Dengan
Kapas Selama 10 Menit Dan Posisi Tetap Berbaring
- Selama 10 Menit, Kapas Diangkat Dan Boleh Beraktivitas Seperti Biasa.
2. H2o2 3%
2 X 4 Tetes
3. Akilen (Tarivid) Isinya Ofloxacin
2 X 6 Tetes
4. Asam Asetat 2% (Ch3cooh)
3 X 4 Tetes Max 5 Hari, Bila Masih Ada Keluhan Stop 2 Hari Gunakan Kembali
5. Forumen Carbogliserin 10% & Fb Oil
3 X 4 Tetes
6. Otopain Atau Otolin
3 X 4 Tetes
7. Nasihat Gendang Telinga Robek
- Telinga Tidak Boleh Kemasukan Air
Sebelum Mandi, Tutup Lubang Telinga Dengan Kapas
Tidak Boleh Berenang
- Bila Batuk/Pilek/Demam, Harus Segera Berobat Ke Sarana Kesehatan Terdekat
- Kurangi Konsumsi Makanan Yang Berminyak Dan Berlemak, Kurangi Minum Es Atau
Air Dingin, Jangan Bergadang, Dan Tidak Merokok
8. Cuci Hidung (Spooling)
9. Iliadin Merupakan
10. Avamys Spray Merupakan Kortikosteroid Untuk Rhinitis
1 X 2 Spray Setelah Mandi Pagi
11. Nasacort Nasal Spray (Steroid)
12. Knf Penyebab Ebstein Bar Virus Makanan Kaleng Yang Diawetkan
13. Fungsi Sinus Paranal
a. Sebagai Pengatur Kondisi Udara
b. Sebagai Penahan Suhu
c. Membantu Seimbangan Kepala
d. Membantu Resonansi Suara
e. Peredam Perubahan Tekanan Udara
f. Membantu Produksi Mukus Untuk Membersihkan Rongga Hidung
14. Ostium Adalah
15. Omsk
16. Oma
17. Rhinosinusitis
18. Tonsilitis
19. Rhinitis Alergi
20. Polip Nasi
21. Otomikosis
22. Fistel
23. Ca Nasofaring

Pantangan Tonsilitis Kronik


1. Es
2. Gorengan
3. Kerupuk
4. Mie Instan & Sejenisnya
5. Kacang
6. Coklat
7. Cabe
8. Makanan & Minuman Dalam Kemasan (Berpengawet)

Edukasi Pasien Setelah Operasi Amandel/Tonsil


1. Harus Beristirahat Selama 3 Hari.
2. Tidak Boleh Bekerja Berat / Berolahraga Berat / Bercakap-Cakap Terlalu Banyak / Merokok.
3. Makanan:
a. Untuk 2 Hari Pertama Setelah Operasi:
- Dianjurkan Makan Es Krim
- Bubur Tepung Yang Dingin
- Telur Setengah Matang
- Biskuit Campur Dengan Susu Dingin
- Buah-Buahan Dibuat Jus
b. Untuk Hari Ke-3 S/D Hari Ke-5:
- Boleh Makan Bubur Nasi Biasa Atau Roti Dicampur Susu, Atau Makanan Lunak
Lainnya, Namun Tidak Boleh Panas/Kering/Pedas/Keras.
4. Minuman:
a. Minuman Yang Dingin
b. Bila Tidak Ada Batuk Pilek Boleh Minum Es
c. Tidak Boleh Minum-Minuman Botol Yang Mengandung Soda/Alkohol, Tidak Boleh
Minum-Minuman Asam
5. Bila Timbul Perdarahan, Berobat Ke Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Dekat Dari Rumah.
6. Kontrol Kembali:
Hari / Tanggal:

Diet Lpr
Yang Di Pantang
1. Teh
2. Kopi
3. Makanan Yang Terlalu: Berlemak, Berbumbu, Berminyak
4. Bawang Merah Dan Putih
5. Jahe
6. Coklat
7. Kacang
8. Jeruk
9. Tomat
10. Alpukat
11. Menthol/Peppermint
12. Minuman Bersoda
13. Rokok
14. Alkohol
15. Gorengan
16. Durian
Yang Dianjurkan
1. Makan Malam Terakhir Minimal 3 Jam Sebelum Tidur
2. Saat Tidur Gunakan 2 Buah Bantal Dikepala Sehingga Posisi 30o

Petunjuk Menghindari Debu Rumah


Debu Rumah Dan Tungau Debu Rumah Hidup Hampir Disemua Bagian Dari Rumah Yang
Mampu Menangkap Debu, Seperti: Karpet, Tirai, Kain Sofa, Kapuk Dan Mainan Berbulu. Jumlah
Tungau Yang Menempati Sebuah Karpet Bisa Jutaan Ekor. Tungau Kecil Ini Hidup Dengan Cara
Memakan Serpihan Kulit Manusia Yang Lepas. Tungaunya Sendiri Tidak Menyebabkan Alergi,
Namun Kotoran Tungau Tersebut Sangat Berpotensi Menyebabkan Alergi.
Untuk Menghindari Debu Rumah Tidak Mudah, Tetapi Ada Beberapa Usaha Yany Dapat
Dilakukan Yaitu Sebagai Berikut:
1. Menghindari Ruangan Yang Sedang Dibersihkan, Jika Anda Harus Membersihkan Sendiri,
Pakailah Masker Untuk Menutup Hidung Dan Mulut
2. Menghindari Kasur Dan Bantal Dari Kapuk, Pakailah Bahan Sintetis/Busa Atau Bila
Memungkinkan Memakai Penutup Kasur Dan Bantal Yang Tidak Bisa Ditembus Oleh
Tungau Debu Rumah
3. Usahakan Kamar Berventilasi Baik Dan Sinar Matahari Dapat Masuk
4. Hindari Boneka Berbulu Dan Simpan Dalam Plastik
5. Kurangi Kelembaban Udara Denga Menggunakan Ac Dan Jangan Lupa Untuk Selalu
Membersihkan Penyaring Udara 1x Seminggu
6. Lantai Sebaiknya Tidak Memakai Karpet
7. Prei, Sarung Bantal Dan Guling, Tirai, Selimut Dari Bahan Katun Yang Mudah Di Cuci, Dan
Cucilah Dengan Menggunakan Air Hangat 60oc Minimal Seminggu Sekali
8. Di Kamar Tidur Jangan Ada Poster/Lukisan/Figura, Dan Jangan Ada Rak Sepatu, Tumpukan
Buku/Majalah/Koran Yang Dapat Menyimpan Debu
9. Jangan Lupa Membersihkan Kolong Tempat Tidur, Kursi Dan Diatas Lemari Menggunakan
Lap Basah
10. Supaya Debu Tidak Bertebrangan Saat Pembersihan, Gunakan Lap Basah Atau Alat
Penghisap Debu Dengan Alat Penyaring Yang Baik
11. Perabotan Di Ruang Keluarga Dan Kamar Tidur Seperlunya Saja Dengan Desain Sederhana,
Tidak Berukir Dan Terbuat Dari Kayu, Plastik Atau Logam Yang Mudah Dibersihkan. Bila
Memakai Jok, Sebaiknya Memakai Bahan Dari Katun, Nylon, Atau Plastik
12. Jangan Memelihara Binatang Peliharaan
13. Hindari Ruangan Yang Lembab Dan Berdebu Misalnya Gudang, Loteng Rumah
14. Jangan Merokok Dan Hindari Asap Rokok
Tugas 23/8/2017

Fisiologi Pendengaran (Hal. 14)


Proses pendengaran diawali dengan:
energi bunyi (ditangkap) oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang koklea (akan muncul getaran, getaran tersebut akan menggetarkan membran timpani) diteruskan
telinga tengah (melalui tulang pendengaran (maleus, inkus dan stapes) kemudian akan
mengamplifikasi getaran (melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong) akan terbentuk energi getar (yg sudah dimplifikasi) diteruskan ke
stapes (yg menggerakkan tingkap lonjong) sehingga perilimfa pada skala vestibular bergerak
kemudian getaran diteruskan melalui membran reissner (yang mendorong endolimfe) akan timbul gerak
relatif antara membran basilaris & membran tektoria (proses ini merupakan rangsang mekanik) yg
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel terjadilah proses depolarisasi sel rambut melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis timbul potensial aksi pada saraf auditorius sampaike korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Gangguan Fisiologi Pendengaran


Gangguan telinga luar dan tengah tuli konduktif
Gangguan telinga dalam tuli sensorineural, terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea
Sumbatan pada tuba eustachius gangguan telinga tengah
Gangguan pada vena jugulare berupa aneurisma telinga berbunyi seperti denyut jantung
Antara inkus & maleus berjalan cabang n. Fasialisis (yang disebut korda timpani) bila terjadi radang di
telinga tengah mungkin korda akan terjepit gangguan pengecap
Di dalam telinga dalam terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Obat-obat merusak stria
vaskularis saraf pendengaran rusak & terjadi tuli sensorineural
Setelah pemakaian obat ototoksik (cth streptomisin) akan terdapat gejala gangguan pendengaran berupa tuli
sensorinueral & gangguan keseimbangan
Tuli:
Tuli konduktif : terdapat gangguan hantaran suara disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga
luar atau di telinga tengah
Tuli sensorinueral (sensorineural deafness) (perseptif) : kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam),
N.VIII atau di pusat pendengaran
Tuli campur (mixed deafness) : disebabkan oleh kobinasi keduanya.
Tuli campur dapat merupakan 1 penyakit, cth radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam
atau merupakan 2 penyakit yang berlainan cth tumor N.VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli
konduktif)
Penyakit????
Peny. Telinga luar: atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumsipta, osteoma liang
telinga.
Peny. Telinga tengah: tuba katar/sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis,
hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.
Koklea: aplasia (kongenital), labirintitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin,
garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol, tuli mendadak (sudden deafness), trauma kapitis, trauma
akustik, dan pajanan bising.
Retrokoklea: neuro akustik, tumor sudut pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak
dan kelainan otak
Kerusakan telinga oleh obat, pengaruh suara keras, usia lanjut menyebabkan kerusakan pada
penerimaan nada tinggi di bagian basal koklea
Presbikusis : kemampuan mendengar pada usia lanjut

Suara yang di dengar dibagi menjadi:


Bunyi frekuensi 20 Hz - 18.000 Hz merupakan frekuensi nada murni yang dapat didengar oleh telinga
normal
Nada murni (pure tone) hanya 1 frekuensi, cth garpu tala, piano
Bising (noise) dibedakan antara NB (narrow band) terdiri beberapa frekuensi spektrum terbatas & WN
(white noise) terdiri dari banyak frekuensi

Derajat Ketulian (Hal. 20)


dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher yaitu:

AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + 4000 Hz


Ambang Dengar (AD) =
3
Hantaran Udara (AC) ??
Hantaran Tulang (BC) ??
Menentukan derajat ketulian yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udara (AC) nya saja

Interpretasi harus ditulis:


Telinga yang mana
Jenis ketulian
Derajat ketulian
Derajat ketulian ISO:
0 25 dB : normal
>25 40 dB : tuli ringan
>40 55 dB : tuli sedang
>55 70 dB : tuli sedang berat
>70 90 dB : tuli berat
>90 dB : tuli sangat berat

Tahapan Perkembangan Bicara (Hal. 31)


USIA KEMAMPUAN
Neonatus Menangis (reflex vocalization)
Mengeluarkan suara mendengkur seperti suara burung (cooing)
Suara seperti berkumur (gurgles)
2 3 bulan Tertawa dan mengoceh tanpa arti (babbling)
4 6 bulan Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf hidup (vowel) dan huruf mati
(konsonan)
Suara berupa ocehan yang bermakna (true babbling atau lalling) seperti pa...pa,
da...da
7 11 bulan Dapat menggabungkan kata/suku kata yang tidak mengandung arti, terdengar seperti
bahasa asing (jargon)
Usia 10 bulan mampu meniru suara sendiri (echolallia)
Memahami arti tidak, mengucapkan salam
Mulai memberi perhatian terhadap nyanyian atau musik
12 18 bulan Mampu menggabungkan kata atau kalimat pendek
Mulai mengucapkan kata pertama yang mempunyai arti (true speech)
Usia 12 14 bulan mengerti instruksi sederhana, menunjukkan bagian tubuh dan nama
mainannya
Usia 18 bulan mampu mengucapkan 6 10 kata

Perkiraan Adanya Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan Anak


USIA KEMAMPUAN BICARA
12 bulan Belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi
18 bulan Tidak dapat menyebutkan 1 kata yang mempunyai arti
24 bulan Perbendaharaan kata kurang dari 10 kata
30 bulan Belum dapat merangkai 2 kata
Deteksi Dini Ganngguan Pendengaran Pada Bayi (Hal. 34 35)
Untuk melakukan deteksi dini relatif sulit, lama dan mahal.
Skrining diprioritaskan pada bayi dan anak yg berisiko tinggi terhadap gangguan pendengaran.

Joint Commitee on Inflant Hearing (2000)


Untuk bayi 0 1. Riwayat keluarga dengan tuli sensorineural sejak lahir
28 hari 2. Infeksi masa hamil: toxoplasma, rubela, cytomegalovirus, herpes, sifilis (TORCHS)
3. Kelainan kraniofasial termasuk kelainan pada pinna & liang telinga
4. Berat badan lahir <1500 gr = 3,3 lbs
5. Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi tukar (exchange tranfusion)
6. Obat ototoksik
7. Meningitis bakterialis
8. Nilai APGAR 0-4 pada menit pertama; 0-6 pada menit kelima
9. Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih di NICU
10. Sindroma yang berhubungan dengan tuli sensorineural/konduktif
Untuk bayi 29 1. Kecurigaan orang tua atau pengasuh tentang gangguan pendengaran, keterlambatan
hari 2 tahun bicara, berbahasa dan atau keterlambatan perkembangan
2. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran yang menetap sejak masa anak-
anak
3. Keadaan atau stigmata yang berhubungan dengan sindroma tertentu yang diketahui
mempunyai hubungan dengan tuli sensorineural, konduktif atau gangguan fungsi tuba
eustachius
4. Infeksi post-natal yang menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural termasuk
meningitis bakterialis
5. Infeksi intrauterin (TORCHS)
6. Adanya faktor risiko tertentu pada masa neonatus, teruma hiperbilirubinemia yang
memerlukan tranfusi tukar, hipertensi pulmonal yang membutuhkan ventilator serta
kondisi lainnya yang memerlukan Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
7. Sindroma tertentu yang berhubungan dengan gangguan pendengaran yang progresif
seperti Usher syndrome, neurofibromastosis, osteoporosis
8. Adanya kelainan neurodegeneratif seperti Hunter syndrome, dan kelainan neuropati
sensomotorik misalnya Friederichs ataxia, Charrot-Marie Tooth syndrome
9. Trauma kapitis
10. Otitis media yang berulang atau menetap disertai efusi telinga tengah minimal 3
bulan

Indikator ini hanya dapat mendeteksi 50%, karna ada yg tanpa memiliki faktor diatas
Deteksi dini pada bayi ditetapkan melalui program Newborn Hearing Screening (NHS)
1. Universal Newborn Hearing Screening (UNHS)
2. Targeted Newborn Hearing Screening
Baku emas skrining pendengaran pada bayi:
- Otoacoustic Eemission (OAE)
- Automated ABR (AABR)
Bayi yang mempunyai salah 1 faktor risiko kemungkinan mengalami ketulian 10,2 kali lebih besar
dibandingkan bayi yang tidak
3 faktor risiko kemungkinan 63 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak
Bayi baru lahir dirawat di ICU risiko 10 kali dari bayi normal

Tuli Sensorineural Pada Geriatri (PRESBIKUSIS) (Hal. 37)


Adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, mulai Usia 65 th, simetris kanan kiri, frekuensi mulai 1000 Hz
/ lebih, progresifitas dipengaruhi oleh usia & jenis kelamin, Laki2 lebih cepat dari perempuan
Etiologi
Akibat proses degenerasi
Diduga ada hubungan dengan herediter, pola makanan, metabolisme, arterisklerosis, infeksi, bising, gaya
hidup atau bersifat multi faktor.
fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor2 tersebut
Patologi
Proses degenerasi
Klasifikasi
Gejala klinik
Diagnosis
Tatalaksana

Obat-Obat Ototoksik (Hal. 46 48)


1. Aminoglikosida
2. Eritomisin
3. Loop diuretics
4. Obat anti inflamasi
5. Obat anti malaria
6. Obat anti tumor
7. Obat tetes telinga
Fistula Preaurikula (Hal. 50)
Benda Asing Di Liang Telinga (Hal. 53)
Otitis Eksterna (Hal. 53)
Otomikosis (Hal. 54)
Herpes Zoster (Hal. 55)
Stadium Oma (Hal. 59)
Omsk (Hal. 62 - 66)
Vertigo (Hal. 82)
Fisiologi Alat Keseimbangan(Hal. 80 81)
Patofisiologi Alat Keseimbangan (Hal. 80 81)
Tinitus (Hal. 89 91)

Anda mungkin juga menyukai