Disusun oleh:
Andrew Lienata
07120110066
Pembimbing:
dr. Ashwin Kandouw, SpKJ
: 1121***
: 4 Mei 2011
: dr. R, Sp. KJ
: Ke -20 di Sanatorium Dharmawangsa
1.
2.
3.
4.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial)
Jenis kelamin
Umur
Tempat/Tanggal Lahir
Bangsa /Suku
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Status Pernikahan
Alamat
: Nn. E
: Wanita
: 57 tahun
: Jakarta, 07 November 1958
: Indonesia
: Katholik
: S1 (Sastra Perancis), Universitas Indonesia
: Tidak bekerja
: Bercerai
: Jl. Buncit, Jakarta Selatan
Autoanamnesis
Dharmawangsa)
Alloanamnesis diperoleh dari :
(pada
tanggal
a) Nama
: Bu L
b) Pekerjaan
c) Tanggal
: 26 Februari 2016
Sanatorium
Pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Pasien dijemput secara paksa oleh petugas atas permintaan dari Tn.W (sepupu pasien)
setelah mendapatkan laporan dari pembantu Tn.W bahwa pasien tidak tidur, tidak makan,
dan sering berteriak-teriak. Pasien mengaku bahwa ia melihat banyak jin dan hantu di
rumahnya sehingga ia marah-marah dan teriak-teriak.
Menurut pasien ia dirawat di Sanatorium Dharmawangsa karena ingin beristirahat,
disebabkan karena saat di rumah, pasien diikat jempol kakinya dengan tali tambang dan
ditarik dari jauh oleh jin yang berasal dari benda yang dibelinya saat jalan ke luar negeri,
benda tersebut memiliki tulisan nama Presiden Filipina (Gloria Macapagal Arrugo / GMA).
Hal itu membuat pasien sangat kesakitan dan harus digendong oleh pembantunya untuk
melakukan aktivitas. Pasien mengatakan bahwa di saat ia diikat jempolnya, ada yang
membisikkan ditelinganya jangan menoleh ke samping, dikatakan suaranya adalah
seorang laki-laki dengan suara berat. Pasien juga mengatakan bahwa karena nyeri yang
dialami pasien yang menyebabkan pada waktu pertama kali perawatan terakhir pasien
datang ke Sanatorium Dharmawangsa pasien duduk di kursi roda, karena pasien tidak dapat
berjalan kaki. Pasien juga mengatakan dirumah pasien banyak sekali terdapat setan yang
menyebabkan pasien takut untuk tinggal kembali dirumah tersebut.
Pasien juga bercerita bahwa ia dikejar-kejar oleh Zeus yang digambarkannya sebagai
dewa yang mencintainya, sangat jahat, besar, dan penuh kekuatan. Pasien menolak cintanya
maka ia mengatakan bahwa ia sering akan di bunuh oleh Zeus dengan cara memasukan ular
kedalam tubuh pasien. Ular tersebut sangat panjang mulai dari leher hingga ke bagian bawah
punggung pasien. Selain melihat Zeus, pasien juga bercerita bahwa ia juga melihat malaikat
Jibril yang membantunya untuk mengeluarkan ular tersebut dari dalam tubuhnya. Namun
pasien mengaku terakhir melihat Zeus pada bulan Januari kemaren.
Pasien pun mengatakan bahwa ia pernah mengalami sakit pada organ hati yang cukup
parah, lalu Tuhan Yesus datang menolongnya pada malam hari (di SDW) dan melukan
cangkok untuk menggangti organ hatinya dengan yang baru dan sehat. Pasien juga
mengatakan bahwa Tuhan Yesus kini telah kembali hidup didunia ini dengan mengambil
bentuk yang lain dari yang selama ini kita kenal. Pasien menggambarkan Tuhan Yesus yang
hidup sekarang sebagai seorang model iklan laki-laki yang ada dikoran dengan tubuh tinggi
tegap, berambut hitam dengan potongan yang rapi, dan dengan paras yang rupawan.
Selain itu pasien juga mengatakan bahwa ia begitu mencintai Tuhan Yesus hingga
terkadang disaat malam menjelang tidurnya ia bisa merasakan rasa sakit yang amat pada
bagian lambungnya yang ia yakini sama dengan rasa sakit luka tikam oleh tombak pada
lambung Tuhan Yesus saat Ia disalib.
Pasien juga menceritakan mengenai suaminya yang sudah menikah di catatan sipil
yang bernama Tn. Brandon berkebangsaan Belanda. Menurut pasien, Tn. Brandon ini
merupakan teman dari kakak perempuannya yang bernama Anne. Tn. Brandon digambarkan
sebagai seorang yang tampan dan berprofesi sebagai wartawan. Pasien juga bercerita bahwa
Tn.B akan langsung membawa pernikahannya ke Gereja setelah ia keluar dari Sanatorim
Dharmawangsa.
Hasil dari hubungannya dengan Tn.Brandon ia memiliki seorang anak laki-laki
berusia 4 tahun. Ia berkata sangat ingin bertemu dengan anaknya karena sudah merasa rindu.
Anaknya digambarkan sebagai anak yang baik dan penurut juga sangat lucu dan tampan.
Namun pasien menolak membicarakan lebih lanjut tentang anaknya karena membuat ia
merasa sedih.
Pada anamnesis pasien bercerita bahwa pasien pernah akan dijemput pada bulan Juni
2015 untuk bertemu dengan Tn.Brandon dan keluarga Tn.Brandon yang kebetulan selama
setahun ini sedang berada di Indonesia dan menanti untuk bertemu dengan dirinya. Ia berkata
bahwa dia akan diajak pergi ke Bali sesudah hari raya lebaran.
Selain Tn.Brandon pasien mengatakan ada seorang teman lamanya bernama Tn.Toye
yang juga berjanji akan menjemput dia dari SDW untuk cuti dan berjalan-jalan. Sosok
Tn.Toye digambarkan sebagai temannya saat masa kuliah, berparas tampan dan menyukai
dirinya.
Saat bercerita mengenai anak-anak koas yang selama ini ia temui di SDW, ia berkata
ia memiliki ikatan batin dengan salah seorang anak koas laki-laki dari Universitas
Tarumanegara bernama Putu. Putu digambarkan seorang dokter muda bersuku Bali, berkulit
putih, berwajah tampan, dan sangat baik terhadap dirinya. Putu pernah menjalani koas di
SDW kurang lebih 3 tahun yang lalu. Hingga saat ini ia mengetahui kabar tentang keberadaan
Putu dari anak-anak Universitas Tarumanegara gelombang selanjutnya dan dari surat kabar.
Pasien juga mengatakan bahwa dahulu ia adalah seorang wanita yang sangat cantik,
berkulit putih seperti orang Cina, bertubuh tinggi dan langsing. Tetapi belakangan ia merasa
bahwa dirinya semakin memendek, bertambah gemuk, tidak lagi putih, dan tidak cantik
seperti dahulu. Pasien sangat sedih dengan keadaannya yang sekarang ini. Ia merasa sangat
jelek dan tidak menarik lagi seperti dahulu, ia sangat mendambakan wajahnya yang dulu bisa
kembali lagi. Menurut dugaan pasien, keadaan yang menimpanya ini adalah akibat dari
jampe-jampe atau guna-guna dari Ibu dari saudara sepupunya yang memang sangat jahat
dan selalu ingin merusak hubungannya dengan Tn.Brandon.
Pasien berkata bahwa pasien tidak pernah menkonsumsi narkotika, zat psikotoprika
maupun alkohol.Pasien berkata pernah mencoba untuk merokok tapi tidak menyukai
rasanya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir cukup bulan. Pasien lahir atas perolongan dokter secara normal. Selama
masa kehamilan dan kelahiran, tidak terdapat komplikasi dan ibupun dalam keadaan
sehat baik fisik maupun mental.
Namun menurut data rekam medis, pasien hanya bekerja di salah satu perusahaan
penerjemah buku bahasa Perancis, sedangkan menurut alloanamnesis dari ayah pasien
pada tahun 1986 (data rekam medis) pasien pernah memiliki masalah dengan rekan
kerjanya yang berusia lebih tua darinya yang menyebabkan pasien merasa malas dan
menarik diri, sering merasa ngantuk di kantor, serta kapasitas kerjanya menurun.
c. Riwayat kehidupan beragama
Pasien mengaku beragama katholik sejak dulu dan merupakan orang yang taat
beragama. Ia rajin beribadah ke Gereja dan Gerejanya di Santo Fransiskus Asisi yang
berlokasi disekitar Tebet. Namun, menurut data rekam medis, pasien dan seluruh
keluarganya beragama Islam.
d. Riwayat Kehidupan Sosial/ activity
Pasien mengaku bahwa ia sering berkomunikasi dengan pasien-pasien bangsal
lainnya. Ia mengaku jarang mengurung diri di kamar dan mau beraktivitas dengan
mengikuti karoke bersama pasien lainnya.
e. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien mengaku tidak pernah memiliki permasalahan dengan hukum.
6. Riwayat Seksual ( Psikoseksual / Pernikahan )
Menurut rekam medis pasien sudah pernah menikah tahun 2002 tapi selama 2 tahun
terakhir keberadaan suaminya tidak diketahui dimana. Hal ini dikarenakan suaminya
merasa dipermalukan atas kondisi pasien saat itu. Pasien tidak memiliki keturunan
dari hasil pernikahannya tersebut.
E. Riwayat Keluarga
Berdasarkan data rekam medik pasien dibesarkan bersama adik angkat dan kakak
angkat yang keduanya adalah laki-laki.
Keterangan :
= Pasien
= Ayah
= Ibu
: Euthym
Afek
: Sesuai (appropriate)
Keserasian
: Serasi
D. Gangguan Persepsi
1. Ilusi
: tidak ada.
ii.
Auditorik :
iii.
Olfaktori : -
iv.
Taktil : pasien merasa ada tali tambang yang mengikat jempol kakinya
dengan erat, rasa sakit pada lambung yang sering ia rasakan sebelum tidur,
dan rasa tidak nyaman pada tubuhnya karena ada ular didalamnya.
Arus pikir
a. Produktivitas
: produktif
b. Kontinuitas
c. Hendaya berbahasa
: tidak diterganggu
Isi pikir
: terdapat waham
Waham aneh
Waham kejar
Waham kebesaran :
-
: compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik
: terganggu
10
11
Baik, pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan dan mandi tanpa
bantuan orang lain, tetapi saat ini pasien jarang mandi (1x sehari).
G.Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Nadi
: 80x / menit
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Frekuensi Napas
: 20x / menit
Berat Badan
: 66 kg
Tinggi Badan
: 156 cm
12
Keadaan Gizi
: Lebih
Sistem Respiratorius
Sistem Gastrointestinal
Sistem Muskuloskeletal
Sistem Urogenital
Sistem Dermatologi
B. Status Neurologis
Saraf Kranialis
Rangsangan Meningeal
tidak ditemukan
Peningkatan TIK
tidak ditemukan
Pupil
isokor 3mm/3mm
Motorik
5
5
5
5
Sensibilitas
baik
baik
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
tidak ditemukan
13
Hasil
88 mg/dl
108 mg/dl
Nilai normal
70-110
<140
Aksis I
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini menurut PPDGJ-III digolongkan ke
dalam gangguan jiwa F20.0 Skizofrenia paranoid. Pada pasien ditemukan gejala yang
menonjol berupa halusinasi visual selama bertahun-tahun, disertai halusinasi auditorik, dan
taktil), adanya waham (aneh, referensi, kejar, kebesaran) yang terjadi lebih dari satu bulan
dan adanya penarikan diri secara sosial.
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Diabetes Mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya polifagi dan poliuri serta
peningkatan kadar glukosa sejak 2005, tetapi sekarang sudah terkontrol.
Aksis IV : Masalah pendidikan, pekerjaan dan keluarga.
14
Aksis V : Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF), kasus ini pada saat
dievaluasi mempunyai skala GAF 51-60.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: F20.0(Skizophrenia Paranoid)
Aksis II
Aksis III
: DM tipe 2
Aksis IV
Aksis V
IX.
Daftar Masalah
1. Organobiologik
Diabetes Melitus tipe 2
2. Psikologik
-
Halusinasi visual.
Halusinasi taktik
Halusinasi auditorik
Waham kebesaran
Waham bizarre
Waham kejar
Waham reference
Erotomania
X. PROGNOSIS
A. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
1. Pasien tidak mengalami gangguan mental organik
15
2. Pasien kooperatif dengan dokter pemeriksa dan minum obat secara teratur
3. Pasien mulai mau ikut kegiatan yang diadakan
4. Pasien mulai dapat merawat diri
5. Gejala pasien lebih ke gejala positif dan onsetnya berlangsung lambat
6. Halusinasi mulai berkurang meskipun masih dialami
B. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk :
1 Pasien pernah bercerai
2 Pasien sering mengalami kekambuhan sehingga dirawat kembali
3 Waham pasien sangat kuat
4 Tilikan pasien derajat III
5 Pasien merasa sangat jenuh dengan keadaannya sekarang
Kesimpulan prognosisnya adalah dubia ad malam.
XI. TERAPI
A. Psikofarmaka
1. Haloperidol (Lodomer)
Dosis : 5 mg 3x1 tab
2. Triheksilfenidil (Hexymer)
Dosis : 5mg 3x1 tab
3. Glimepriride (Glucoril)
Dosis : 2mg 1 tab (pagi hari)
B. Psikoterapi
Edukasi:
1 Mengingatkan pasien untuk meminum obat teratur dan jangan sampai terlewatkan
2 Pasien diharapkan mengerti bahwa pengobatan ini memakan waktu yang cukup
lama hingga tahunan
3 Memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas selain dudui menonton TV atau
membaca koran yaitu berinteraksi dengan pasien lainnya.
16
4 Mengingatkan dan mendorong pasien untuk rajin mandi dan menjaga kebersihan
mulut.
beremapti dan dapat lebih diarahkan untuk menolong pasien kea rah yang lebih baik.
Terapi Okupasi : bertujuan agar pasien dapat mengembangkan dan melatih
ketrampilan baik baru maupun yang sudah pasien miliki. Terapi ini juga memberikan
kesibukan kepada pasien sehingga pasien tidak terlalu sering diam dikamar dan lebih
banyak kegiatan.
C. Sosioterapi
Edukasi keluarga : mambantu keluarga agar menerima keadaan pasien dan memahami
penyakit yang diderita pasien dengan menjelaskan kondisi dan perkembangannya
pasien. Perlu diberitahukan juga kepada keluarga pasien proses pemulihan dan lama
waktu yang akan diperlukan. Selain itu juga memberikan nasihat agar keluarga turut
memberikan support/dukungan terhadap pasien.
D. Terapi problem Organobiologik
Glucoril 2mg 1 tab pagi hari
XII. DISKUSI
1. Diagnosis : berdasarkan PPDGJ III, pasien memenuhi kriteria skizofrenia paranoid
karena memenuhi kriteria dimana terdapat gejala jelas berupa waham aneh, waham
siar pikir dan halusinasi panca indera lainnya yang terjadi lebih dari 1 bulan dan tidak
ada gangguan berbicara yang menonjol.
Kriteria diagnosis Skizofrenia paranoid (F20.0) menurut PPDGJ III:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia:
Harus ada sedikitnya satu dari gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua atau lebih gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) thought echo= isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama , namun kualitas berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal= isi pikiran yang asing
dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya yang diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya
(withdrawal); dan
17
18
2. Farmakotrapi : Pada pasien ini gejala yang dominan ditemukan adalah gejala positif,
sehingga dapat diberikan obat antipsikotik typical. Haloperidol diberikan karena dapat
digunakan untuk mengatasi gejala yang pasien alami yang dimana merupakan gejala
positif seperti halusinasi dan waham . Selain itu pemilihan obat ini berdasarkan pada
harganya yang relative murah jika dibandingkan dengan atypical antipsychotic,
masalah harga cukup penting karena pada pasien ini keadaannya cenderung menetap
dan penggunaan obat pasti dalam jangka waktu yang panjang. Tetapi obat haloperidol
ini dapat menimbulkan efek extrapiramidal pada pasien yang rentan terhadap efek
tersebut sehingga diberikan triheksilfenidil sebagai suatu antikolonergik dan
mengurangi gejala extrapiramidalnya tersebut.
19
Objective
Assessment
: Skizofrenia Paranoid
Planning
Pemeriksaan laboratorium darah rutin tiap bulan untuk memantau kadar gula darah
20
Daftar Pustaka
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry 11th ed. United States: Lippincot Williams & Wilkins; 2015. Chapter 13: Schizophrenia
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th
Edition. 5th ed. Washington. American Psychiatric Association; 2000.
3. Departemen Kesehatan RI: Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2003.
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham; p.103-136
21