Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Disusun oleh:
Andrew Lienata
07120110066

Pembimbing:
dr. Ashwin Kandouw, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


SANATORIUM DARMAWANGSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA
HARAPAN
PERIODE 8 FEBRUARI 12 MARET 2016
LAPORAN KASUS PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


No. Rekam Medis
Tanggal Masuk Rumah Sakit
Dokter yang Merawat
Riwayat Perawatan

: 1121***
: 4 Mei 2011
: dr. R, Sp. KJ
: Ke -20 di Sanatorium Dharmawangsa

1.

Perawatan I di Sanatorium Dharmawangsa : 15 Agustus 1986 4 September 1986

2.

Perawatan XVIII di Sanatorium Dharmawangsa : 29 Maret 2009 29 Maret 2010

3.

Perawatan XIX di Sanatorium Dharmawangsa : 1 September 2010 24 November


2010

4.

Perawatan XX di Sanatorium Dharmawangsa : 4 Mei 2011 - sekarang

I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial)
Jenis kelamin
Umur
Tempat/Tanggal Lahir
Bangsa /Suku
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Status Pernikahan
Alamat

: Nn. E
: Wanita
: 57 tahun
: Jakarta, 07 November 1958
: Indonesia
: Katholik
: S1 (Sastra Perancis), Universitas Indonesia
: Tidak bekerja
: Bercerai
: Jl. Buncit, Jakarta Selatan

II. Riwayat Psikiatrik


Anamnesis diperoleh dari:

Autoanamnesis

Dharmawangsa)
Alloanamnesis diperoleh dari :

(pada

tanggal

25, 26, 29 Februari 2016 di

a) Nama

: Bu L

b) Pekerjaan

: Perawat di Sanatorium Dharmawangsa

c) Tanggal

: 26 Februari 2016

Sanatorium

A. Keluhan Utama / Alasan dirawat


Pasien dirawat karena permintaan Tn.W karena halusinasi melihat hantu dan jin yang
menyiksa pasien didalam rumah, dan berteriak teriak kepada semua anggota keluarganya.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Pasien dijemput secara paksa oleh petugas atas permintaan dari Tn.W (sepupu pasien)
setelah mendapatkan laporan dari pembantu Tn.W bahwa pasien tidak tidur, tidak makan,
dan sering berteriak-teriak. Pasien mengaku bahwa ia melihat banyak jin dan hantu di
rumahnya sehingga ia marah-marah dan teriak-teriak.
Menurut pasien ia dirawat di Sanatorium Dharmawangsa karena ingin beristirahat,
disebabkan karena saat di rumah, pasien diikat jempol kakinya dengan tali tambang dan
ditarik dari jauh oleh jin yang berasal dari benda yang dibelinya saat jalan ke luar negeri,
benda tersebut memiliki tulisan nama Presiden Filipina (Gloria Macapagal Arrugo / GMA).
Hal itu membuat pasien sangat kesakitan dan harus digendong oleh pembantunya untuk
melakukan aktivitas. Pasien mengatakan bahwa di saat ia diikat jempolnya, ada yang
membisikkan ditelinganya jangan menoleh ke samping, dikatakan suaranya adalah
seorang laki-laki dengan suara berat. Pasien juga mengatakan bahwa karena nyeri yang
dialami pasien yang menyebabkan pada waktu pertama kali perawatan terakhir pasien
datang ke Sanatorium Dharmawangsa pasien duduk di kursi roda, karena pasien tidak dapat
berjalan kaki. Pasien juga mengatakan dirumah pasien banyak sekali terdapat setan yang
menyebabkan pasien takut untuk tinggal kembali dirumah tersebut.
Pasien juga bercerita bahwa ia dikejar-kejar oleh Zeus yang digambarkannya sebagai
dewa yang mencintainya, sangat jahat, besar, dan penuh kekuatan. Pasien menolak cintanya
maka ia mengatakan bahwa ia sering akan di bunuh oleh Zeus dengan cara memasukan ular
kedalam tubuh pasien. Ular tersebut sangat panjang mulai dari leher hingga ke bagian bawah
punggung pasien. Selain melihat Zeus, pasien juga bercerita bahwa ia juga melihat malaikat
Jibril yang membantunya untuk mengeluarkan ular tersebut dari dalam tubuhnya. Namun
pasien mengaku terakhir melihat Zeus pada bulan Januari kemaren.
Pasien pun mengatakan bahwa ia pernah mengalami sakit pada organ hati yang cukup
parah, lalu Tuhan Yesus datang menolongnya pada malam hari (di SDW) dan melukan
cangkok untuk menggangti organ hatinya dengan yang baru dan sehat. Pasien juga
mengatakan bahwa Tuhan Yesus kini telah kembali hidup didunia ini dengan mengambil
bentuk yang lain dari yang selama ini kita kenal. Pasien menggambarkan Tuhan Yesus yang
hidup sekarang sebagai seorang model iklan laki-laki yang ada dikoran dengan tubuh tinggi
tegap, berambut hitam dengan potongan yang rapi, dan dengan paras yang rupawan.

Selain itu pasien juga mengatakan bahwa ia begitu mencintai Tuhan Yesus hingga
terkadang disaat malam menjelang tidurnya ia bisa merasakan rasa sakit yang amat pada
bagian lambungnya yang ia yakini sama dengan rasa sakit luka tikam oleh tombak pada
lambung Tuhan Yesus saat Ia disalib.
Pasien juga menceritakan mengenai suaminya yang sudah menikah di catatan sipil
yang bernama Tn. Brandon berkebangsaan Belanda. Menurut pasien, Tn. Brandon ini
merupakan teman dari kakak perempuannya yang bernama Anne. Tn. Brandon digambarkan
sebagai seorang yang tampan dan berprofesi sebagai wartawan. Pasien juga bercerita bahwa
Tn.B akan langsung membawa pernikahannya ke Gereja setelah ia keluar dari Sanatorim
Dharmawangsa.
Hasil dari hubungannya dengan Tn.Brandon ia memiliki seorang anak laki-laki
berusia 4 tahun. Ia berkata sangat ingin bertemu dengan anaknya karena sudah merasa rindu.
Anaknya digambarkan sebagai anak yang baik dan penurut juga sangat lucu dan tampan.
Namun pasien menolak membicarakan lebih lanjut tentang anaknya karena membuat ia
merasa sedih.
Pada anamnesis pasien bercerita bahwa pasien pernah akan dijemput pada bulan Juni
2015 untuk bertemu dengan Tn.Brandon dan keluarga Tn.Brandon yang kebetulan selama
setahun ini sedang berada di Indonesia dan menanti untuk bertemu dengan dirinya. Ia berkata
bahwa dia akan diajak pergi ke Bali sesudah hari raya lebaran.
Selain Tn.Brandon pasien mengatakan ada seorang teman lamanya bernama Tn.Toye
yang juga berjanji akan menjemput dia dari SDW untuk cuti dan berjalan-jalan. Sosok
Tn.Toye digambarkan sebagai temannya saat masa kuliah, berparas tampan dan menyukai
dirinya.
Saat bercerita mengenai anak-anak koas yang selama ini ia temui di SDW, ia berkata
ia memiliki ikatan batin dengan salah seorang anak koas laki-laki dari Universitas
Tarumanegara bernama Putu. Putu digambarkan seorang dokter muda bersuku Bali, berkulit
putih, berwajah tampan, dan sangat baik terhadap dirinya. Putu pernah menjalani koas di
SDW kurang lebih 3 tahun yang lalu. Hingga saat ini ia mengetahui kabar tentang keberadaan
Putu dari anak-anak Universitas Tarumanegara gelombang selanjutnya dan dari surat kabar.
Pasien juga mengatakan bahwa dahulu ia adalah seorang wanita yang sangat cantik,
berkulit putih seperti orang Cina, bertubuh tinggi dan langsing. Tetapi belakangan ia merasa

bahwa dirinya semakin memendek, bertambah gemuk, tidak lagi putih, dan tidak cantik
seperti dahulu. Pasien sangat sedih dengan keadaannya yang sekarang ini. Ia merasa sangat
jelek dan tidak menarik lagi seperti dahulu, ia sangat mendambakan wajahnya yang dulu bisa
kembali lagi. Menurut dugaan pasien, keadaan yang menimpanya ini adalah akibat dari
jampe-jampe atau guna-guna dari Ibu dari saudara sepupunya yang memang sangat jahat
dan selalu ingin merusak hubungannya dengan Tn.Brandon.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Berdasarkan autoanamnesis pasien mengatakan bahwa ia lupa kapan pertama kali
dirawat di Sanatorium Dharmawangsa. Saat itu pasien dirawat karena diikat jempol
kakinya oleh jin dan melihat banyak hantu dirumahnya, dan di bawa ke Sanatorium
Darmawangsa agar dapat beristirahat.
Dari catatan rekam medis, pasien masuk dharmawangsa sejak tahun 1986 dengan
keluhan sering mengamuk, marah-marah, suka membanting-banting barang, tidak mau
mandi, malas dan menarik diri disertai perasaan selalu curiga. Menurut keterangan yang
didapat dari alloanamnesis terhadap Tn. S yang merupakan ayah angkatnya, pasien
pertama kali memperlihatkan perubahan perilaku sejak akhir tahun 1985 saat skripsi
pasien ditolak dan di saat pasien merasa tersaingi dari tempat kerjanya..Nampaknya karena
stressor-stressor tersebut, pasien mulai menampakan gejala-gejala, yang membuat pihak
keluarga yaitu ayahnya memasukkan pasien ke SDW.Sejak saat itu pasien keluar-masuk
dari Sanatorium Dharmawangsa dengan keluhan serupa disertai waham dan halusinasi.
Sekarang ini merupakan perawatan yang ke-20nya.

2. Riwayat Gangguan Medis


Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus tipe 2 sejak 2005 tapi sekarang sudah
terkontrol.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)

Pasien berkata bahwa pasien tidak pernah menkonsumsi narkotika, zat psikotoprika
maupun alkohol.Pasien berkata pernah mencoba untuk merokok tapi tidak menyukai
rasanya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir cukup bulan. Pasien lahir atas perolongan dokter secara normal. Selama
masa kehamilan dan kelahiran, tidak terdapat komplikasi dan ibupun dalam keadaan
sehat baik fisik maupun mental.

2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)


Pasien mengatakan bahwa ia tumbuh seperti anak lainnya dan suka bermain dengan
saudaranya di rumah.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien mengatakan bahwa ia punya banyak teman dan sering bermain bersama teman
dan saudara-saudaranya.
4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja
Pasien tidak mengalami masalah selama sekolah. Hubungan dengan teman-teman,
guru, dan keluarga pasien baik. Pasien juga menyukai olahraga basket dan senang
membaca buku. Berdasarkan rekam medis, pada usia 12 tahun, pasien mendapatkan
adik angkat dan kakak angkat, keduanya merupakan laki-laki.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien sekolah TK dan SD di sekolah Budi Asih. SMP di Trisula dan SMA di
Sumbangsih. Untuk pendidikan S1, pasien masuk di Universitas Indonesia dan
mengambil jurusan Sastra Prancis. Setelah selesai dari S1, pasien mengambil gelar
MBA yang didapatnya di Universitas Prasetya Mulya.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengaku saat ini pasien sudah tidak bekerja, pasien bercerita bahwa sebelum
masuk Darmawangsa ia bekerja di berbagai tempat yang berbeda-beda diantaranya
adalah pasien mengaku pernah mengajar di Jakarta Internationa School sebagai guru
bahasa Perancis selama 5 tahun dan pernah menjadi penerjemah buku-buku berbahasa
Perancis. Pasien menyangkal adanya stress, riwayat dipecat ataupun masalah dengan
pekerjaan, rekan kerja atau atasannya.

Namun menurut data rekam medis, pasien hanya bekerja di salah satu perusahaan
penerjemah buku bahasa Perancis, sedangkan menurut alloanamnesis dari ayah pasien
pada tahun 1986 (data rekam medis) pasien pernah memiliki masalah dengan rekan
kerjanya yang berusia lebih tua darinya yang menyebabkan pasien merasa malas dan
menarik diri, sering merasa ngantuk di kantor, serta kapasitas kerjanya menurun.
c. Riwayat kehidupan beragama
Pasien mengaku beragama katholik sejak dulu dan merupakan orang yang taat
beragama. Ia rajin beribadah ke Gereja dan Gerejanya di Santo Fransiskus Asisi yang
berlokasi disekitar Tebet. Namun, menurut data rekam medis, pasien dan seluruh
keluarganya beragama Islam.
d. Riwayat Kehidupan Sosial/ activity
Pasien mengaku bahwa ia sering berkomunikasi dengan pasien-pasien bangsal
lainnya. Ia mengaku jarang mengurung diri di kamar dan mau beraktivitas dengan
mengikuti karoke bersama pasien lainnya.
e. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien mengaku tidak pernah memiliki permasalahan dengan hukum.
6. Riwayat Seksual ( Psikoseksual / Pernikahan )
Menurut rekam medis pasien sudah pernah menikah tahun 2002 tapi selama 2 tahun
terakhir keberadaan suaminya tidak diketahui dimana. Hal ini dikarenakan suaminya
merasa dipermalukan atas kondisi pasien saat itu. Pasien tidak memiliki keturunan
dari hasil pernikahannya tersebut.
E. Riwayat Keluarga
Berdasarkan data rekam medik pasien dibesarkan bersama adik angkat dan kakak
angkat yang keduanya adalah laki-laki.

Keterangan :
= Pasien
= Ayah
= Ibu

F. Kehidupan Sosial Ekonomi Sekarang


Pasien tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan. Namun, ia mengaku bahwa
biaya perawatan di rumah sakit Dharmawangsa bergantung pada warisan ayahnya. Ini
dibenarkan oleh perawat ibu L yang menyatakan bahwa biaya peraawatan pasien hanya
bergantung pada warisan ayahnya berupa sertifikat tanah di daerah Cinere yang di titipkan
pada pihak Sanatorium Dharmawangsa. Namun, saat ini pasien sudah memiliki hutang
sebesar 500 juta rupiah yang belum dilunasi oleh pihak keluarganya.

III. STATUS MENTAL ( 26 Februari 2016)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang wanita berusia 57 tahun, berpenampilan sesuai usianya. Tingkat kebersihan
dan perawatan diri pasien kurang, rambut tergerai, tidak tersisir rapid dan
berminyak, wajah berminyak, berbau badan, gigi pasien tampak rusak dan ompong.
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Selama wawancara pasien terlihat tenang, tidak terlihat perilaku dan aktivitas
piskonotor yang menonjol.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien sangat koperatif . Pasien dapat menjawab semua pertanyaan meskipun
terkadang menolak dengan alasan malu atau sedih.
B. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dan menjawab dengan spontan, jelas, lancar dan
menjawab sesuai pertanyaan.
C. Alam Perasaan (Emosi)
Mood

: Euthym

Afek

: Sesuai (appropriate)

Keserasian

: Serasi

D. Gangguan Persepsi
1. Ilusi

: tidak ada.

2. Halusinasi : ada (visual, auditorik, olfaktori, dan taktil)


i.

Visual : pasien mengatakan melihat jin, hantu, Zeus, Tuhan Yesus di


rumahnya dan di Sanatorium Dharmawangsa.

ii.

Auditorik :

Pasien mengaku pernah bercakap-cakap dengan Yesus dan pernah


mendengar suara untuk bilang jangan menoleh ke sebelah

iii.

Olfaktori : -

iv.

Taktil : pasien merasa ada tali tambang yang mengikat jempol kakinya
dengan erat, rasa sakit pada lambung yang sering ia rasakan sebelum tidur,
dan rasa tidak nyaman pada tubuhnya karena ada ular didalamnya.

3. Depersonalisasi: tidak ada


4. Derealisasi : tidak ada
E. Proses Pikir
1

Arus pikir
a. Produktivitas

: produktif

b. Kontinuitas

: asosiasi longgar (-)

c. Hendaya berbahasa

: tidak diterganggu

Isi pikir

: terdapat waham

a. Preokupasi : Tidak ada.


b. Waham :

Waham aneh

: Ia merasa ia pernah mengalami transplan hati yang

dilakukan oleh Yesus sediri didalam kamarnya, sehingga ia sekarang


memiliki organ hati yang baru dan sehat.

Waham referensi: pasien merasa bahwa berita-berita yang berada di


koran seringkali membicarakan tentang pasien dan memberitakan
tentang perkembangan teman-temannya.

Waham kejar

: Pasien merasa di ganggu terus-menerus oleh Zeus

yang membuatnya ketakutan.

Waham kebesaran :
-

Pasien merasa bahwa dirinya dulu adalah wanita yang sangat


cantik, rupawan, dan terkenal.

Pasien mengatakn bahwa dia pernah menerjemahkan buku-buku

berbahasa Prancis yang kemudian menjadi mendunia.


Erotomania: Pasien merasa dirinya dicintai dan ingin dinikahi oleh
beberapa pria termasuk Zeus.

F. Sensorium dan Kognisi


Fungsi kognitif (Fungsi luhur yang paling tinggi).
1. Sensorium/Taraf Kesadaran dan Kesigapan
a. Kesadaran neurologis

: compos mentis

b. Kesadaran psikiatrik

: terganggu

2. Intelegensi dan kemampuan mengolah informasi:


Kemampuan intelegensia pasien sesuai pendidikannya, dimana pasien dapat
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan benar, contohnya: pemeriksa menanyakan
terjemahan kata dari bahasa Indonesia ke Perancis dijawab dengan baik dan benar.
3. Orientasi
o Orientasi waktu: Tidak terganggu
Pasien mampu menyebutkan tanggal, bulan, tahun dan hari saat
wawancara.
o Orientasi tempat: Tidak terganggu
Pasien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di Sanatorium
Dharmawangsa di Jakarta dan sedang berada di meja makan saat
wawancara berlangsung.
o Orientasi orang: Tidak terganggu
Pasien menyebutkan dan mengenali dokter yang merawatnya dan nama
pasien lain. Pasien juga dapat mengingat nama co-ass dengan baik.
4. Daya ingat (memory)
o Jangka panjang: Tidak terganggu
Pasien dapat mengingat kejadian-kejadian tentang masa lalunya dan
keluarganya dengan baik.
o Jangka menengah: Tidak terganggu

10

Pasien mampu menceritakan kegiatan yang dilakukan selama 1 minggu


sebelum wawancara status mental berlangsung.
o Jangka pendek: Tidak terganggu
Pasien dapat menceritakan apa yang dia lakukan kemarin, dimana dia
kemarin dan apa makanan siang kemarin. Pasien juga mampu
menceritakan kegiatan apa saja yang dilakukan sejak bangun pagi sampai
sore hari pada hari pemeriksaan yaitubangun tidur, sarapan, nonton tv,
menunggu koran diberikan, bercerita dengan pasien lainnya dan
pemeriksaan.
o Daya ingat segera: Tidak terganggu
Pasien dapat mengulangi 6 angka (252173) secara benar.
5. Konsentrasi dan Perhatian
Tidak terganggu. Pasien mampu mempertahankan konsentrasinya selama pembicaraan
dan dapat mengulangi kata-kata yang disebutkan pemeriksa dengan benar.
6. Kemampuan Membaca dan Menulis
Tidak terganggu. Pasien masih dapat membaca dan menulis dengan baik.
7. Kemampuan Visuospasial
Baik.
a. Pasien dapat menggambarkan jam dengan angka-angkanya dengan lengkap,
walaupun jarum panjang dan jarum pendek bukan di posisi yang benar.
b. Pasien mampu menggambar dua pentagon yang saling tumpang tindih.
c. Pasien dapat memberitahu jalan dari kamarnya ke kamar perawatan eka.
8. Pikiran Abstrak
Tidak terganggu. Pasien dapat menjelaskan arti dari beberapa pribahasa:
Air susu dibalas dengan air tuba= kebaikan dibals dengan kejahatan
Ada udang dibalik batu= ada maksud yang tersembunyi
9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri

11

Baik, pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan dan mandi tanpa
bantuan orang lain, tetapi saat ini pasien jarang mandi (1x sehari).
G.Pengendalian Impuls
Tidak terganggu

H. Pertimbangan (Judgement) dan Tilikan


1. Pertimbangan (Judgement)

a. Daya nilai sosial pasien tidak terganggu.


b. Uji daya nilai tidak terganggu, pasien ditanyakan apa yang akan dilakukan jika
melihat ada uang dijalanan, ia menjawab akan menyerahkannya kepada satpam
atau polisi yang berada dekat dengan tempat kejadian
c. Penilaian realita terganggu yang ditandai dengan waham dan halusinasi.
2. Tilikan
Terganggu, tilikan pasien derajat III karena pasien merasa penyebab sakitnya pasien
disebabkan oleh hantu dan jin.

J. Taraf dapat dipercaya


Secara keseluruhan, pernyataan pasien dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Interna
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Nadi

: 80x / menit

Tekanan Darah

: 130/80 mmHg

Frekuensi Napas

: 20x / menit

Berat Badan

: 66 kg

Tinggi Badan

: 156 cm

12

Keadaan Gizi

: Lebih

Sistem Respiratorius

: dalam batas normal

Sistem Gastrointestinal

: dalam batas normal

Sistem Muskuloskeletal

: dalam batas normal

Sistem Urogenital

: dalam batas normal

Sistem Dermatologi

: dalam batas normal

B. Status Neurologis
Saraf Kranialis

dalam batas normal

Rangsangan Meningeal

tidak ditemukan

Peningkatan TIK

tidak ditemukan

Pupil

isokor 3mm/3mm

Motorik

5
5

5
5

Sensibilitas

baik

Fungsi cerebellum dan koordinasi

baik

Refleks Fisiologis

dalam batas normal

Refleks Patologis

tidak ditemukan

Kesan: Kondisi medis secara umum dalam batas normal.

13

V. Pemeriksaan Penunjang Terakhir


Jenis Pemeriksaan
Glukosa puasa
Glukosa 2pp

Hasil
88 mg/dl
108 mg/dl

Nilai normal
70-110
<140

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


a. Halusinasi visual : hantu, jin, Zeus, Tuhan Yesus, Bunda Maria, Malaikat
Jibril. Saat ini, pasien mengaku sudah tidak melihat mereka sejak bulan
Januari 2015.
b. Halusinasi auditorik : mendengar suara laki-laki saat dirumahnya dan suara
Zeus ingin membunuhnya.
c. Taktil : pasien merasa ada tali tambang yang mengikat jempol kakinya dengan
erat, rasa sakit pada lambung yang sering ia rasakan sebelum tidur, dan rasa
tidak nyaman pada tubuhnya karena ada ular didalamnya.
d. Gangguan isi pikir ( Waham : kebesaran, reference, bizarre; kejar, erotomania)
e. Defisit perawatan diri

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini menurut PPDGJ-III digolongkan ke
dalam gangguan jiwa F20.0 Skizofrenia paranoid. Pada pasien ditemukan gejala yang
menonjol berupa halusinasi visual selama bertahun-tahun, disertai halusinasi auditorik, dan
taktil), adanya waham (aneh, referensi, kejar, kebesaran) yang terjadi lebih dari satu bulan
dan adanya penarikan diri secara sosial.
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Diabetes Mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya polifagi dan poliuri serta
peningkatan kadar glukosa sejak 2005, tetapi sekarang sudah terkontrol.
Aksis IV : Masalah pendidikan, pekerjaan dan keluarga.

14

Aksis V : Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF), kasus ini pada saat
dievaluasi mempunyai skala GAF 51-60.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I

: F20.0(Skizophrenia Paranoid)

Aksis II

: Tidak ada diagnosis

Aksis III

: DM tipe 2

Aksis IV

:Masalah pendidikan, pekerjaan, dan keluarga.

Aksis V

: GAF 51-60 gejala sedang, disabilitas sedang.

IX.

Daftar Masalah
1. Organobiologik
Diabetes Melitus tipe 2
2. Psikologik
-

Halusinasi visual.
Halusinasi taktik
Halusinasi auditorik
Waham kebesaran
Waham bizarre
Waham kejar
Waham reference
Erotomania

3. Sosial/ Keluarga /Budaya


Pasien merasa jenuh dan kesepian karena tidak ada anggota keluarga yang
memperhatikannya, disamping itu pasien juga memiliki masalah dalam
penanggungan biaya perawatan dan pengobatan.

X. PROGNOSIS
A. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
1. Pasien tidak mengalami gangguan mental organik

15

2. Pasien kooperatif dengan dokter pemeriksa dan minum obat secara teratur
3. Pasien mulai mau ikut kegiatan yang diadakan
4. Pasien mulai dapat merawat diri
5. Gejala pasien lebih ke gejala positif dan onsetnya berlangsung lambat
6. Halusinasi mulai berkurang meskipun masih dialami
B. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk :
1 Pasien pernah bercerai
2 Pasien sering mengalami kekambuhan sehingga dirawat kembali
3 Waham pasien sangat kuat
4 Tilikan pasien derajat III
5 Pasien merasa sangat jenuh dengan keadaannya sekarang
Kesimpulan prognosisnya adalah dubia ad malam.

XI. TERAPI
A. Psikofarmaka
1. Haloperidol (Lodomer)
Dosis : 5 mg 3x1 tab
2. Triheksilfenidil (Hexymer)
Dosis : 5mg 3x1 tab
3. Glimepriride (Glucoril)
Dosis : 2mg 1 tab (pagi hari)
B. Psikoterapi

Edukasi:

1 Mengingatkan pasien untuk meminum obat teratur dan jangan sampai terlewatkan
2 Pasien diharapkan mengerti bahwa pengobatan ini memakan waktu yang cukup
lama hingga tahunan
3 Memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas selain dudui menonton TV atau
membaca koran yaitu berinteraksi dengan pasien lainnya.

16

4 Mengingatkan dan mendorong pasien untuk rajin mandi dan menjaga kebersihan
mulut.

Terapi Suportif : pasien skizofrenia umumnya sulit untuk melakukan hubungan


dengan sekitarnya dan seringkali bersikap curiga. Sehingga dengan adanya hubungan
dokter pasien diharapkan pasien dapat menjadi lebih nyaman, terbuka, lebih percaya,

beremapti dan dapat lebih diarahkan untuk menolong pasien kea rah yang lebih baik.
Terapi Okupasi : bertujuan agar pasien dapat mengembangkan dan melatih
ketrampilan baik baru maupun yang sudah pasien miliki. Terapi ini juga memberikan
kesibukan kepada pasien sehingga pasien tidak terlalu sering diam dikamar dan lebih
banyak kegiatan.

C. Sosioterapi
Edukasi keluarga : mambantu keluarga agar menerima keadaan pasien dan memahami
penyakit yang diderita pasien dengan menjelaskan kondisi dan perkembangannya
pasien. Perlu diberitahukan juga kepada keluarga pasien proses pemulihan dan lama
waktu yang akan diperlukan. Selain itu juga memberikan nasihat agar keluarga turut
memberikan support/dukungan terhadap pasien.
D. Terapi problem Organobiologik
Glucoril 2mg 1 tab pagi hari

XII. DISKUSI
1. Diagnosis : berdasarkan PPDGJ III, pasien memenuhi kriteria skizofrenia paranoid
karena memenuhi kriteria dimana terdapat gejala jelas berupa waham aneh, waham
siar pikir dan halusinasi panca indera lainnya yang terjadi lebih dari 1 bulan dan tidak
ada gangguan berbicara yang menonjol.
Kriteria diagnosis Skizofrenia paranoid (F20.0) menurut PPDGJ III:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia:
Harus ada sedikitnya satu dari gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua atau lebih gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) thought echo= isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama , namun kualitas berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal= isi pikiran yang asing
dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya yang diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya
(withdrawal); dan

17

thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar


sehingga ornag lain atau umum mengetahuinya;
b) - delusion of control= waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of influence = waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar;
- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
- delusional perception = pengalaman inderawi yang tak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya
bersifat mistik atau mujizat
c) Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus
terhadap perilaku pasien; atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara); atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajahr dan yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan
kemampuan atas manusia biasa (kemampuan untuk
mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dair dunia lain)
Atau paling sedikit dua dari gejala di bawaha ini yang harus sellau ada
secara jelas:
a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai
oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus-menerus
b) Arus pikiran yang terputus atau ynag mengalami sisipan, yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme
c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gadug gelisah, posisi tubuh
tertentu, atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, atau
stupor
d) Gejala-gejala negatif, seperti sikap yang sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak
wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa

18

semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi


neuroleptika
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
wkatu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dair beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.
Sebagai tambahan:
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a) Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
pluit, mendengung, atau bunyi tawa
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual. Atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tapi jarang menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, atau passivity, dan keyakinan dikejar-kejar
yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

2. Farmakotrapi : Pada pasien ini gejala yang dominan ditemukan adalah gejala positif,
sehingga dapat diberikan obat antipsikotik typical. Haloperidol diberikan karena dapat
digunakan untuk mengatasi gejala yang pasien alami yang dimana merupakan gejala
positif seperti halusinasi dan waham . Selain itu pemilihan obat ini berdasarkan pada
harganya yang relative murah jika dibandingkan dengan atypical antipsychotic,
masalah harga cukup penting karena pada pasien ini keadaannya cenderung menetap
dan penggunaan obat pasti dalam jangka waktu yang panjang. Tetapi obat haloperidol
ini dapat menimbulkan efek extrapiramidal pada pasien yang rentan terhadap efek
tersebut sehingga diberikan triheksilfenidil sebagai suatu antikolonergik dan
mengurangi gejala extrapiramidalnya tersebut.

XIII. TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)


Subjective:

Gejala halusinasi berkurang

Mulai bisa membedakan antara nyata dan tidak nyata

19

Objective

: Ditemukan adanya halusinasi visual dan auditorik serta gejala


negatif

Assessment

: Skizofrenia Paranoid

Planning

Obat anti psikotik + obat untuk kelainan organik

Pemeriksaan laboratorium darah rutin tiap bulan untuk memantau kadar gula darah

Meninjau kembali perkembangan halusinasi dan waham pasien

Memantau efek samping obat antipsikotik dan memberikan triheksifenidil

20

Daftar Pustaka

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry 11th ed. United States: Lippincot Williams & Wilkins; 2015. Chapter 13: Schizophrenia
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th
Edition. 5th ed. Washington. American Psychiatric Association; 2000.
3. Departemen Kesehatan RI: Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2003.
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham; p.103-136

21

Anda mungkin juga menyukai