Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

BLOK MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN DISEASE

SKENARIO III

KELOMPOK VII

Misha Elshaddai G0017135

Muhammad Adil G0017139

Muhammad Daffa Ardiawan G0017141

Muhammad Ferdy Asyiraq G0017143

Fatin Nabila Rizqi G0017069

Fawzia Andiena G0017071

Felishia Serafine Hermanto G0017073

Fitriana Rafi’ Dzakiyyah G0017079

Frestiken Puspita Afianindha G0017081

Frieska Windi Nur Islami G0017083

Hafiszah Asfahani. G0017089

TUTOR : M. Eko Irawanto, dr., Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO 3

Mengapa punggung bawah saya nyeri?

 Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan nyeri
punggung bawah sejak beberapa bulan terakhir. Nyeri terutama dirasakan saat aktivitas. Tidak
terdapat riwayat jatuh. Pada pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg,
temperatur 36,7 celcius, denyut nadi 78 x/menit, frekuensi napas 16x/menit. Pada pemeriksaan
punggung kanan ditemukan hump, bahu kanan tidak sama tinggi dengan bahu kiri dan tidak
ditemukan gangguan neurologis.

    Dokter merencanakan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Dokter


memberikan obat dan rujukan.
BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario
1. Hump : punuk, peninggian di punggung, benjolan di punggung. Dapat berupa akibat
dari kelainan struktur tulang penyusun punggung ataupun timbunan lemak

B. Langkah II : Menentukan/mendefinisikan permasalahan


1. Bagaimana hump bisa terjadi?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya rasa nyeri?
3. Mengapa bahu kanan dan kiri tidak sejajar? Apakah hump mempengaruhi hal
tersebut?
4. Apakah hubungan antara hump dan gangguan neurologis?
5. Apakah hubungan riwayat jatuh dengan kasus tersebut?
6. Apakah penyebab dari nyeri punggung bawah tersebut?
7. Apakah ada hubungan antara menopause dan nyeti punggung?
8. Apakah diagnosis banding dari kasus tersebut?
9. Apakah pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan?
10. Bagaimana tatalaksana dari kasus tersebut?
11. Bagaimana cara pencegahan dan edukasi kepada pasien?
12. Mengapa nyeri dirasakan saat beraktivitas?
13. Apakah obat yang diberikan kepada pasien? Dirujuk ke mana?
14. Apa saja pemeriksaan fisik pada kasus?

C. Langkah III : Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan sementara mengenai


permasalahan tersebut (dalam langkah II)
1. Bagaimana hump bisa terjadi?
Jawaban:
- Dowager’s Hump : Sebagai akibat dari kelainan tulang belakang kifosis
- Buffalo Hump : Sebagai akibat adanya timbunan lemak
- Sebagai akibat adanya rotasi vertebrae

2. Bagaimana mekanisme terjadinya rasa nyeri?


Jawaban:
Mekanisme nyeri:

a. Transduksi : reseptor nyeri menerima stimulus


b. Transmisi : dibawa oleh neuron (lamina spinal cord’s dorsal horn/ sensorik)
menghasilkan glutamate, substansi P, dan kalsitonin
c. Modulasi : dibawa ke vertebrae dengan melibatkan neurotransmitter (encephalin,
dinorphin, dan β-endorphin) dan reseptor (μ,δ, dan κ)
d. Persepsi : dibawa ke otak untuk diekspresikan oleh cortex cerebri

3. Mengapa bahu kanan dan kiri tidak sejajar? Apakah hump mempengaruhi hal
tersebut?
Jawaban:
Bahu kanan dan kiri tidak sejajar
 Kompensasi nyeri
 Kelainan vertebrae
 Pada sebagian orang yang memiliki panjang kaki tidak sama
 Karena kebiasaan sehari-hari

Pada kasus disimpulkan bahwa :

 Tidak ada gangguan neurologis dari hump (tumpukan lemak)


 Ada hubungan hump dengan tinggi bahu kanan dan kiri – scapula menonjol
 Hump menyebabkan nyeri tetapi tidak menimbulkan gangguan eksremitas bawah
(hump ada kelainan struktur)
4. Apakah hubungan antara hump dan gangguan neurologis?
Jawaban:
Dari kasus tidak ditemukan adanya hubungan antara hump dan gangguan neurologis
pada pasien.

5. Apakah hubungan riwayat jatuh dengan kasus tersebut?


Jawaban:
Dari kasus tidak ditemukan riwayat jatuh pada pasien, namun pada pasien yang
memiliki riwayat jatuh terdapat kemungkinan terjadinya deformitas dari tulang
belakang pasca trauma, sehingga dapat menimbulkan gejala-gejala seperti yang
tersebut.

6. Apakah penyebab dari nyeri punggung bawah tersebut?


Jawaban:
- Kram pada otot dan spasme otot
- Ada kelainan organ dalam yang rangsang nyerinya menjalar
- Fraktur vertebra
- Kifosis dapat menyebabkan nyeri punggung bawah. Nyeri terjadi ketika tulang
belakang menjadi semakin bengkok dan otot-otot, tendon, dan ligamen
punggung menegang dan meregang.
- Terjepitnya saraf
7. Apakah ada hubungan antara menopause dan nyeri punggung?
Jawaban:
Dari kasus diketahui pasien merupakan pasien wanita lanjut usia dimana telah
mengalami menopause. Pada kondisi menopause dimana kadar estrogen di tubuh
menurun, sehingga resorpsi tulang semakin meningkat dan berujung pada
osteoporosis. Yang mana salah satu gejala osteoporosis adalah nyeri punggung.

8. Apakah diagnosis banding dari kasus tersebut?


Jawaban:
Diagnosis banding pada kasus adalah:
 Osteoporosis  Kondisi menopause, low-back pain
 Kifoskoliosis  Hump, bahu tidak sama rata, low-back pain

9. Apakah pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan?


Jawaban:
 Densitometer DEXA, T-score, dan Standar Deviasi
 Pemeriksaan lab dengan memeriksa CTX

10. Bagaimana tatalaksana dari kasus tersebut?


Jawaban:
a. Farmakologi
- Obat-obatan yang akan menghibisi osteoklas dan menstimulasi osteoblas
Contoh : bifosfonat, raloksifen, estrogen, kalsitonin, strontium ranelat,
monoklonal antibodi di RANK-L, Calcitriol, etridonat.
- Terapi hormon pengganti
- Pria dengan faktor risiko fraktur dapat diberikan aledronat, risedronat, zoledronat
(Demosumob lebih efektif dan difosfonat), teriparatide.
b. Non-Farmakologi
- Edukasi dan pencegahan
1. Menganjurkan untuk melakukan antifitas fisik secara teratur
2. Menghindari rokok dan konsumsi alkohol
3. Asupan kalsium 1000-4500 mg/hari
4. Rutin kontrol dokter, sehingga bisa diketahui lebih dini
5. Mengenal obat-obatan tertentu penyebab osteoporosis.
6. Di Indonesia, sinar matahari sebelum jam sembilan pagi dan menjelang
maghrib baik untuk kesehatan tulang. Dapat digunakan untuk terapi selama 5-
15 menit dalam seharinya minimal 3 kali seminggu. Sedangkan sinar matahari
berbahaya bagi tubuh pada sekitar jam 10 pagi hingga 2 siang

Olahraga Merangsang Untuk remodelling


yang baik biomicroelectricalchemical tulang

Memperbaiki Inhibisi kehilangan


postur tubuh mineral tulang

- Pada penderita osteoporosis stadium awal (bertujuan untuk meningkatkan


densitas tulang dan mencegah terjadinya fraktur)
1. Jalan kaki teratur dengan kecepatan rata-rata 4,5 KM/jam selama 50 menit.
Dilakukan 5 kali seminggu
2. Latihan angkat beban menggunakan dumbel kecil
3. Latihan kesimbanagan dan kelincahan teratur
4. Latihan ekstensi punggung dengan posisi duduk kemudian punggung
dilengkungkan ke belakang secara perlahan
5. Anjuran untuk sunbathing di pagi dan sore hari (menjelang waktu maghrib.
6. Dilarang melakukan aktifitas fisik terlalu keras, latihan fisik dengan
benturan seperti lombat-lompat
7. Jangan membungkukkan badan ke depan secara tiba-tiba
8. Jangan menggerakan tungkai kesamping secara menyilang
c. Terapi Nyeri
- Pemberian obat analgetik
- Kompres air hangat (hot treatment)
- Mandi menggunakan air hangat (hot teratment)
- Kompres air dingin (cold treatment)

11. Bagaimana cara pencegahan dan edukasi kepada pasien?


Jawaban:
o Menganjurkan untuk melakukan aktivitas fisik teratur seperti olahraga
o Menghindari rokok dan alcohol
o Mengonsumsi asupan kalsium 1000-1500 mg/ hari
o Memeriksa kesehatan tulang
o Menghindari obat-obatan yang mengganggu kesehatan tulang
o Menghindari mengangkat beban yang terlalu berat

12. Mengapa nyeri dirasakan saat beraktivitas?


Jawaban:
Karena aktivitas terutama aktivitas fisik berhubungan dengan kualitas nyeri pada
usia lanjut. Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi
otot yang mengakibatkan pemakaian energi dalam tubuh. Aktivitas fisik yang rutin
dilakukan akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu meningkatkan fungsi kardio
respiratori dan pernapasan, mengurangi risiko penyakit jantung, menurunkan angka
kematian dan kesakitan, serta mengurangi depresi dan rasa gelisah. Karena dari faktor
usia dan dengan adanya pengeroposan tulang akibat kadar hormon estrogen rendah
serta mengalami penurunan fungsi otot dimungkinkan nyeri akan terasa saat aktivitas.

13. Apakah obat yang diberikan kepada pasien? Dirujuk ke mana?


Jawaban:
- Obat-obatan yang akan menghibisi osteoklas dan menstimulasi osteoblas
Contoh : bifosfonat, raloksifen, estrogen, kalsitonin, strontium ranelat,
monoklonal antibodi di RANK-L, Calcitriol, etridonat.
- Terapi hormon pengganti
Pria dengan faktor risiko fraktur dapat diberikan aledronat, risedronat
- Terapi dengan pemberian obat analgesic
14. Apa saja pemeriksaan fisik pada kasus?
Jawaban:
- Anamnesis : riwayat terapi obat, riwayat menstruasi, ada tidaknya penurunan TB,
dll.
- Inspeksi : walking gait, postur tubuh
- Pemeriksaan antropometri

D. Langkah IV : Menginventarisasi secara sistematis berbagai penjelasan yang didapatkan


pada langkah III

HUMP, BAHU DEFINISI


ASIMETRIS, NYERI
PUNGGUNG
BAWAH ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI

PATOFISIOLOGI
OSTEOPOROSIS

TANDA & GEJALA

EPIDEMIOLOGI

KOMPLIKASI

PERAN TERAPI
REHABILITASI

GAMBARAN
RADIOLOGI

E. Langkah V: Merumuskan sasaran pembelajaran


1. Mengetahui definisi dari Osteoporosis

2. Mengetahui etiologi dari Osteoporosis

3. Mengetahui patofisiologi Osteoporis

4. Mengetahui tanda dan gejala Osteoporosis

5. Mengetahui epidemiologi Osteoporosis

6. Mengetahui komplikasi dari Osteoporosis

7. Mengetahui peran terapi rehabilitasi

8. Mengetahui gambaran radiologi pada penderita Osteoporosis

F. Langkah VI: Mengumpulkan informasi tambahan di luar waktu diskusi kelompok


Dalam langkah ini, setiap anggota kelompok tutorial masing-masing mencari dan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
harus dicapai (yang telah ditentukan pada langkah V)

G. Langkah VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang
diperoleh.
Dari hasil diskusi sebelumnya, kami mengembangkan materi / studi kasus kedalam
beberapa pertanyaan untuk selanjutnya secara lebih detail kami bahas dalam langkah VII
ini. Berikut adalah hasil bahasan kami :
1. Mengetahui definisi dari Osteoporosis
Jawaban:
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang
(kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuh untuk mengatur
kandungan mineral dalam tulang dan disertai dengan rusaknya arsitektur tulang yang
mengakibatkan penurunan kekuatan tulang (pengeroposan tulang) sehingga berisiko
mudah patah tulang. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit yang digolongkan
sebagai silent disease karena tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Gejala dapat
berupa nyeri pada tulang dan otot, terutama punggung.
2. Mengetahui etiologi dari Osteoporosis
Jawaban:
 Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama
pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang
pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75
tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua
wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal,
wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada
wanita kulit hitam.
 Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium
yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan
hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa
keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia
diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali
menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
 Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit
osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal
(terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,
barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol
yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.
 Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

3. Mengetahui patofisiologi Osteoporis


Jawaban:

Ciri khas osteoporosis adalah pengurangan massa tulang yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Perubahan baik
peningkatan resorpsi tulang atau penurunan pembentukan tulang dapat menyebabkan
osteoporosis.
Penuaan dan hilangnya fungsi gonad adalah dua faktor terpenting yang
berkontribusi terhadap perkembangan osteoporosis. Penelitian menunjukkan bahwa
berkurangnya massa tulang pada wanita meningkat dengan cepat pada tahun-tahun
pertama setelah menopause. Kurangnya hormon gonad dianggap meregulasi sel-sel
progenitor osteoklas. Kekurangan esterogen menyebabkan peningkatan ekspresi
RANKL oleh osteoblas dan penurunan pelepasan OPG; peningkatan RANKL
menghasilkan perekrutan jumlah preosteoklas yang lebih tinggi serta peningkatan
aktivitas, kekuatan, dan masa hidup osteoklas dewasa.
Mekanisme patogenetik yang behubungan dengan peningkatan osteoporosis :
- Kekurangan esterogen
- Penuaan
- Kekurangan kalsium
- Kekurangan vitamin D
- Fraktur osteoporosis

4. Mengetahui tanda dan gejala Osteoporosis


Jawaban:
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit yang digolongkan sebagai silent disease
karena tidak menunjukkan gejala-gejala yang spesifik. Gejala dapat berupa:
1. Mudah terjadi fraktur
Penurunan densitas tulang menyebabkan tulang menjadi keropos dan apuh
sehingga mudah terjadi fraktur ketika mendapat benturan ringan atau bahkan oleh
trauma yang biasanya tidak berbahaya.
2. Nyeri punggung (low back pain)
3. Tulang punggung yang semakin membungkuk
4. Menurunnya tinggi badan
5. Terdapat hump (punuk) pada punggung
6. Tinggi bahu kanan dan kiri asimetris
7. Terdapat gambaran radiologi yang khas pada pemeriksaan x-ray
Gambaran radiologi yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekula yang lebih lusen. Hal ini tampak pada tulang-tulang vertebra
yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.

5. Mengetahui epidemiologi Osteoporosis


Jawaban:
Osteoporosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di
Amerika Serikat, Osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita
post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Mengutip
data dari WHO (World Health Organization) yang menunjukkan bahwa di seluruh
dunia ada sekitar 200 juta orang yang menderita osteoporosis. Pada tahun 2050,
diperkirakan angka patah tulang pinggul akan meninngkat 2 kali lipat pada wanita
dan 3 kali lipat pada pria. Laporan WHO juga menunjukkan bahwa 50% patah tulang
adalah pata tulang paha atas yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur hidup dan
kematian. Dibandingkan dengan masyarakat di negara-negara Afrika, densitas tulang
masyarakat Eropa dan Asia lebih rendah, sehingga mudah sekali mengalami
osteoporosis. Hasil penelitian white paper yang dilaksanakan bersama Perhimpunan
Osteoporosis Indonesia tahun 2007, melaporkan bahwa proporsi
menderitaosteoporosis pada penduduk yang berusia diatas 50 tahun adalah 32,3%
pada wanita dan 28,8% pada pria.

6. Mengetahui komplikasi dari Osteoporosis


Jawaban:
Tingkat lanjut dari osteoporosis dapat berupa fraktur osteoporotik, yang paling
sering adalah: fraktur panggul, fraktur vertebra dan fraktur pergelangan tangan.
Sedangkan fraktur osteoporosis yang paling serius ialah fraktur panggul. Fraktur pada
pasien osteoporosis pada usia lanjut tidak hanya berpengaruh pada kualitas hidup,
namun juga mengancam jiwa (life threatening)
1. Fraktur Osteoporosis Panggul
a. Prognosis semakin jelek jika operasi ditunda hingga lebih dari 3 hari
b. Prognosis pasien fraktur panggul pasca terapi terkini:
 Sepertiga akan tetap di tempat tidur/kursi roda
 Sepertiga secara fungsional terbatas dan memerlukan bantuan
 Hanya sepertiganya kembali fungsional secara penuh
2. Fraktur Osteoporosis Vertebra
Kebanyakan asimtomatik atau menimbulkan gejala yang minimal untuk itu perlu
dilakukan anamnesis (investigasi). Antara umur 60-90 tahun, insidennya pada wanita
meningkat 20 kali lipat, dan pada laki-laki meningkat 10 kali lipat. Lokalisasi
biasanya mid thoracic atau thoracolumbar junction (daerah paling lemah). Kualitas
hidup Pasien lebih rendah daripada pasien dengan fraktur pinggul. Sebanyak 4%
memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari. Beban ekonomis pada umumnya
karena perawatan jalan, asuhan keperawatan sementara, dan kehilangan waktu kerja.
Adapun konsekuensi jangka panjang dari fraktur kompresi vertebra (FKV) adalah:
a. Gangguan fungsi
 Deformitas tulang belakang dengan nyeri yang mengganggu
 Menurunnya mobilitas dengan akibat
 bertambahnya kehilangan massa
 tulang.
 Penekanan pada abdomen sehingga menurunkan selera makan
 Gangguan tidur
b. Penurunan kualitas hidup
 Aktivitas menurun
 Depresi meningkat
 Kepercayaan diri menurun
 Kecemasan meningkat
 Peran sosial menurun
 Meningkatnya ketergantungan terhadap orang lain
c. Gangguan pulmoner (paru):
 Menurunkan fungsi pulmoner
 Fungsi paru (FVC, FEV 1) menurun secara signifikan
 Satu FKV thorakal menyebabkan kehilangan 9% forced vital capacity
Mortalitas pasien FKV meningkat 23 – 34% dibanding dengan pasien tanpa FKV.
Penyebab kematian tersering adalah penyakit paru (PPK dan pneumonia).

3. Fraktur Osteoporosis Pergelangan Tangan


a. Pasien dengan fraktur pergelangan tangan, memiliki risiko fraktur panggul
dua kali lebih besar dikemudian hari
b. Sebanyak 90% pasien fraktur osteoporosis pergelangan tangan dioperasi
b. Pada wanita, umumnya terjadi dalam 4 tahun pasca menopause
c. Puncak kejadian pada umur 60-70 tahun
d. Angka kesakitan lebih tinggi dibandingkan fraktur panggul.

4. Dampak Osteoporosis Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut


Beberapa penelitian di bidang kedokteran gigi membuktikan bahwa terjadinya
osteoporosis pada tulang paha, tulang belakang, akan diikuti dengan osteoporosis
pada tulang rahang. Penelitian Kusdhany (2003) pada 226 perempuan pasca
menoppause di Bekasi menjumpai bahwa perempuan pasca menopause dengan
tulang rahang normal, yang memiliki jumlah gigi yang kurang dari 19 buah
sebesar 26,61% sedang perempuan pasca menopause dengan osteoporosis, tulang
rahang yang mempunyai jumlah gigi kurang dari 19 adalah sebesar 51,28 %.
Tulang yang mengalami osteoporosis kurang dapat menahan beban yang
disebabkan oleh kontaknya gigi tiruan dengan gigi lawannya, sehingga memicu
penyusutan tulang rahang secara cepat. Keadaan ini mengakibatkan Pasien
osteoporosis tulang rahang yang sudah menggunakan gigi tiruan akan merasakan
gigi tiruannya menjadi cepat longgar dan goyang apabila dipakai mengunyah
makanan. Suatu penelitian di USA menyimpulkan bahwa Pasien osteoporosis
yang telah memakai gigi tiruan memerlukan perbaikan gigi tiruannya sebanyak 3
kali lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita
osteoporosis. Dampak lain osteporosis tulang rahang adalah adalah peradangan
gusi, mudah berdarah dan tampak kemerahan, lama kelamaan dapat menimbulkan
kegoyangan gigi.
7. Mengetahui peran terapi rehabilitasi pada Osteoporosis
Jawaban:
Pada penderita osteoporosis yang belum parah, latihan dilakukan untuk meningkatkan
densitas tulang sehingga tidak mudah fraktur :
a. Jalan kaki teratur dengan kecepatan 4,5 km/jam selama 50 menit sebanyak 5x
seminggu
b. Latihan angkat beban (dumbbell kecil)
c. Latihan keseimbangan dan kelincahan
d. Latihan perenggangan punggung sambal duduk
e. Sunbathing di pagi hari sebelum jam 9 atau sore hari setelah jam 3, selama 5-15
menit sehari sebanyak 3x seminggu
Latihan fisik yang tidak boleh dilakukan:
a. Latihan fisik berat yang memberikan benturan
b. Jangan membungkukan badan ke depan
c. Menggerakan tungkai ke samping
Olahraga baik dilakukan untuk remodelling tulang, mencegah kehilangan mineral
tulang, memperbaiki postur tubuh, dan kebugaran

8. Mengetahui gambaran radiologi pada penderita kelainan tulang belakang


Jawaban:

Pemeriksaan kelainan tulang belakang untuk mengetahui beratnya lengkungan


tulang belakang dan deformitas yang tejadi pada bentuk tulang belakang agar dapat
dilakukan terapiuntuk merubah bentuk tulang belakang yang normal kembali.
Skoliosis

Pada gambar a merupakan posisi AP berdiri tegak pada radiografi yang terlihat
dextroscolios. Pada upper thoracic level (segmen spinal antara garis putus-putus ;
sudut Cobb 58,8 derajat) dan levoskoliosis pada level thorakolumbal (segmen spinal
antara garis yangtidak putus-putus; sudut Cobb, 32,6).

Pada gambar b merupakan posisi membungkuk ke kanan yang memperlihatkan sudut


Cobb adalah 32 (>25) dengan kelengkungan ke arah kanan pada upper thoracic level 
,mengidikasikan merupakan kelengkungan yang struktural.

Pada gambar c merupakan posisi membungkuk ke kiri memperlihatkan sudut


Cobb 15 (<25) dengan kelengkungan ke arah kiri pada level thorakolumbal
mengindikasikan merupakan kelengkungan yang nonstruktural.
 Kifosis
Penilaian radiografi untuk kifosis meliputi radiografi berdiri PA dan lateral seluruh
spinal. memperlihatkan (1) penyempitan sela diskus, (2) kehilangan tinggianterior
normal vertebra yang terkena, menimbulkan penjepitan 5 derajat atau lebih pada
tigavertebra atau lebih; (3) bentuk corpus seperti baji, (4) Penebalan ligamentum.

Lordosis
Tampak gambaran melengkung ke anterior
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kegiatan diskusi tutorial scenario 3 Blok Musculoskeletal dan Integumen


Disease, mahasiswa mampu menjelaskan tentang osteoporosis. Mahasiswa juga
mampu menyebutkan gejala-gejala yang terdapat pada kasus. Selanjutnya, mahasiswa
dapat menjelaskan pemeriksaan penunjang dari penyakit tersebut serta menjelaskan
penatalaksanaan dan pencegahan dari kasus tersebut. Sehingga dari diskusi tutorial ini
didapat diagnosis bandingnya adalah osteoporosis dan scoliosis. Mahasiswa mampu
menjelaskan definisi, manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, dan pencegahan nya.

B. Saran

Kegiatan tutorial skenario 3 Blok Musculoskeletal dan Integumen Disease ini


telah berjalan dengan baik. Pada saat pertemuan pertama dalam membahas jump 1
sampai dengan jump 5 kami telah aktif mencurahkan pendapat yang telah kami miliki
sebelumnya (Brain Storming). Serta, kami telah membuat pertanyaan-pertanyaan
terkait scenario yang diberikan. Namun, masih ada beberapa pertanyaan yang belum
terjawab di pertemuan pertama. Pertemuan kedua pada skenario 3 juga berjalan
dengan baik. Masing-masing anggota kelompok telah mencari dan mengumpulkan
informasi secara mandiri untuk pertemuan kedua ini, sehingga semua pertanyaan
yang belum terjawab di pertemuan pertama serta learning object dapat terjawab.

Kegiatan tutorial kedepannya sebaiknya masing-masing anggota kelompok telah


mempersiapkan materi yang berhubungan dengan topik pada skenario, sehingga
semua anggota kelompok dapat berperan aktif dalam kegiatan tutorial ini dan tidak
ada anggota yang hanya diam memperhatikan. Dari kegiatan tutorial diharapkan
mahasiswa dapat berpikir kritis dalam menghadapi suatu masalah, berpendapat dalam
suatu forum diskusi, dan menemukan pemecahan permasalahan melalui sumber-
sumber yang telah teruji kebenarannya (Evidence by Medicine).
Daftar Pustaka

o Kementerian Kesehatan RI.(2015). Data dan Kondisi Penyakit Osteoporosis di


Indonesia.Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
o Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. (2014).Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III edisi VI. Jakarta: Jakarta Interna Publishing
o National Osteoporosis Foundation. Osteoporosis and Your Spine. National Osteoporosis
Foundation. [online] <https://www.nof.org/patients/fracturesfall-prevention/exercisesafe-
movement/osteoporosis-and-your-spine/> [dilihat 5 November 2018]
o Rosen, C. J. 2000, ‘The Epidemiology and Pathogenesis of Osteoporosis’, Endocrinology of
Aging, dilihat 9 November 2018, <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279134/>
o Ramadani, M. 2010, ‘Faktor-faktor Resiko Osteoporosis dan Upaya Pencegahannya’,
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 4, No. 2, dilihat pada 9 November 2018,
<http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/78>
o Sager, B. 2017, What is Dowager’s Hump and How to Prevent It, Griswold Home Care,
diakses pada 9 November 2018, <https://www.griswoldhomecare.com/blog/what-is-
dowagers-hump-and-how-to-prevent-it/>
o Katzman, W. B., Wanek, L., Shepherd, J. A., & Sellmeyer, D. E. (2010). Age-related
hyperkyphosis: its causes, consequences, and management. The Journal of orthopaedic and
sports physical therapy, 40(6), 352-60, dilihat pada 9 November 2018,
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2907357/>
o Apley, A. G., dan Solomon, L. (2005). Ortopedi Fraktur Sistem Apley. Edisi 7. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai