Anda di halaman 1dari 27

Bioetik dalam Praktik Kedokteran

Siti Soekiswati

Bioetik : bios= hidup, ethos = adat istiadat, moral  etika hidup


Ilmu untuk mempertahankan hidup & terpusat pada penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk
memperbaiki kualitas hidup. Penerapan etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat & pemeliharaan
kesehatan

ilmuPe
Dasar : UU Pendidikan Kedokteran no.20 tahun 2013

Teori Bioetik (Beauchamp & Childress)


= kaidah dasar bioetik, terdiri atas :

A. Autonomy (menghormati kemandirian)


B. Beneficence (kemanfaatan)
C. Non-Maleficence (tidak merugikan)
D. Justice (keadilan, hak hukum pasien)
A. AUTONOMY kriteria :
1. Menghargai hak pasien utk menentukan nasib sendiri,
menghargai martabat & privasi pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pd
keadaan ‘elektif’)
3. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan
4. Membiarkan pasien dewasa & kompeten mengambil keputusan
sendiri
5. Sabar menunggu keputusan pasien (kasus non-emergensi)
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Berterus terang (kecuali kondisi tertentu)
8. Tidak berbohong pada pasien meski demi kebaikan pasien
9. Menjaga rahasia pasien
10. Melaksanakan informed consent dan adanya perjanjian
(kontrak)
B. Beneficence (kemanfaatan)

1. Semangat Altruisme 4. Berupaya agar


2. Menjamin nilai harkat & kebaikan/kemanfaatan utk 8. Maksimalisasi pemuasan
martabat manusia pasien lebih banyak kebahagiaan pasien
3. Tidak memandang 5. Sifat ‘paternalisme’ 9. Minimalisasi akibat
pasien/keluarganya sebagai bertanggung jawab & kasih buruk
bisnis (keuntungan) sayang 10. Kewajiban menolong
6. Pembatasan goal-based pasien gawat darurat

11. Menghargai hak-hak pasien


keseluruhan 14. Mengembangkan kemampuan profesi secara
12. Tidak menarik honor diluar berkelanjutan
kepantasan 15. Berikan obat berkhasiat dengan harga
13. Maksimalkan kepuasan tertinggi terjangkau
secara keseluruhan 16. Menerapkan golden blue principle
C. Non-Maleficence (tidak merugikan)
1. Menolong pasien emergensi
2. Kondisi darurat berisiko, tetap mengutamakan kemanfaatan pada pasien daripada kerugian
tenaga atau biaya pada dokter
3. Mengobati pasien luka
4. Tidak melakukan euthanasia atau tindakan menghilangkan nyawa
5. Tidak mencaci maki/ menghakimi pasien/ keluarga (---sifat hub. ‘paternalistik’)
6. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
7. Mengobati pasien dengan proporsional
8. Mencegah pasien dari bahaya
9. Menghindari mis-representasi dari pasien dengan komunikasi yang baik
10. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
11. Memberikan semangat hidup pada pasien
12. Tidak melakukan white collar crime dalam yankes.
D. JUSTICE
1. Memperlakukan segala sesuatu terkait pasien secara universal
2. Ambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah disepakati
3. Beri kesempatan yanga sama terhadap pribadi dalam posisi sama
4. Hargai hak sehat pasien
5. Hargai hak hukum pasien
6. Hargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan dirugikan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan (kewenangan)
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Berikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
12. Wajib mendistribusikan keuntungan dan kerugian (beban kerja, biaya & sanksi) secara adil
13. Kembalikan hak pada pemiliknya saat yang tepat & kompeten
14. Tidak memberikan beban berat secara tidak merata tanpa alasan yang tepat
15. Menghormati hak populasi yg sama” rentan thd penyakit/ gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan yankes atas SARA, status sosial, dll
Maqosid syari’ah (Umar Chapra)  Dasar Etika Praktik Kedokteran
Memelihara / menjaga Agama :
HIDFH AD DIEN
Agama, keyakinan yg mampu mendasari moral, memotivasi & memberi arah seseorang dlm bertindak,
01  tugas dokter menyembuhkan pasien agar dpt beribadah dg baik kpd Tuhannya.
Memelihara / menjaga Jiwa :

02 HIFDH AN NAFS Menjamin keberlangsungan kehidupan, kesejahteraan dan pengembangan jiwa dengan melaksanakan
tugas sebagai ‘khalifah’ di bumi
Memelihara / menjaga Akal :
Dengan memberikan pendidikan, mengoptimalkan kualitas intelektual, kecerdasan emosional &
03 HIFDH AQL
kecerdasan2 yg lain, termasuk mengembalikan fungsi luhur pasien .

Memelihara / menjaga Keturunan


04 HIFDH an
NASL Keberlangsungan peradaban manusia dengan menjaga ‘nasab’ (kualitas keturunan sehat)

05 HIFDH al MAAL Memelihara / menjaga Harta


Harta adalah alat untuk memenuhi kebutuhannya, harta juga punya fungsi sosial dimana ada hak sosial
pertimbangkan efisiensi & keekonomisan biaya untuk diagnosis & terapi
Empat Kaidah Dasar Bioetika  basis Maqosid Syari’ah

A. Autonomy  respect for personpasien sbg individu—manusiamempunyai


otonomi (hak menentukan nasib sendiri)
B. Beneficence patient welfare, dokter berupaya memberikan kemanfaatan yang
optimal dengan keilmuan dan skill yang dimiliki, kpd pasien yang dirawatnya
C. Non-maleficence firstdo no harm, tidak merugikan, pilih yg paling kecil
risikonya tapi paling besar kemanfaatannya
D. Justice tidak membedakan pasien, fokus pada kesembuhan & kesehatan pasien.
Fondamen Bioetika Islam pada Praktik Kedokteran
1. Niyat (niat)
2. Yaqiin (kepastian)
3. Dharar (kerugian)
4. Masyaqqat (kesulitan)
5. Al ‘Urf (kebiasaan)

1.Niyat : dokter hrs berkonsultasi dg hati nuraninya ttg keputusan medis yg diambilnya

2.Yaqiin : kepastian dlm ilmu kedokteran  probabilitas terbaik pd tiap keputusan medis
3.Dharar, prinsipnya:
03
02 tidak sehat pada pasien)
a. menghilangkan kerugian (keadaan sakit/
b. tidak menghilangkan sakit dgn kesakitan yg sebanding
c. antara kerugian(efek samping)01dgn efek terapi yg didapat
d. antara yg dilarang dg yg diperbolehkan dlm keadaan tertentu (darurat)
e. antara dua keburukan/ kerugian yg akan timbul pd situasi tersebut, dipilih yg paling
ringan kerugiannya, hak2/ kepentingan umum lbh utama drpd hak pribadi
Fondamen Bioetika Islam pada Praktik Kedokteran
1. Niyat (niat)
2. Yaqiin (kepastian)
3. Dharar (kerugian)
4. Masyaqqat (kesulitan)
5. Al ‘Urf (kebiasaan)

4. Masyaqqat, prinsipnya : 04
a. keputusan melegalkan hal yg dilarang pd kondisi yg darurat/memaksa
03
b. tindakan a diambil tanpa melewati batas, secukupnya
c. ketika keadaan darurat sdh teratasi, maka hal yg dilarang dlm keputusan medis tersebut
tetap sebagai hal larangan
02
5. Al ‘Urf : standar/ aturan yg digunakan dan diterima secara umum untuk kemaslahatan
bersama, dianggap sebagai hukum yg diperkuat oleh syari’ah
Jonsen Sigler Method for ethical reasoning

•• (The
(The principles
principles of
of •• (The
(The principles
principles of
of
beneficence
beneficence and
and respect
respect for
for
nonmaleficence
nonmaleficence )) autonomy)
autonomy)

Medical Patient
indications preferences

Contextual Quality of
features life

•• (The
(The principles
principles of
of loyality
loyality •• (The
(The principles
principles of
of
and fairness)
and fairness) beneficence
beneficence and
and
nonmaleficence
nonmaleficence
and
and respect
respect for
for
autonomy)
autonomy)
Medical indications
(The principles of beneficence and nonmaleficence )
No Kriteria
1. Apakah problem medis pasien? Anamnesis? Diagnosis? Prognosis?

2. Apakah problemnya akut? Kronik? Kritis? Darurat? Sementara?

3. Apakah tujuan terapi yang dilakukan?

4. Bagaimana probabilitas keberhasilannya?

5. Apa rencana tindakan yang akan dilakukan apabila terjadi kegagalan terapi?

6. Singkatnya apakah pasien akan mendapatkan manfaat terapi maupun perawatan


dan bagaimana cara mencegah agar tidak lebih parah keadaannya?

METODA JONSEN SIEGLER 12


Patient preferences
(The principles of respect for autonomy)
No Kriteria

1. Apakah pasien dari segi mental mampu dan dari segi hukum kompeten? Apakah terdapat bukti
ketidak-mampuan?

2. Seandainya kompeten, apa yang pasien nyatakan mengenati pilihan-pilihan terapi?


3. Apakah pasien telah diberi informasi manfaat serta resikonya, kemudian dia telah mengerti dan telah
memberikan konsen?

4. Seandainya tidak mampu, siapakah walinya? Apakah wali tersebut mampu memenuhi standar yang
memadai untuk mengambil keputusan?

5. Apakah pasien sempat menyatakan pilihan sebelum jatuh sakit berat, misalnya Advanced Directives?
6. Apakah pasien tidak berkeinginan atau tidak dapat kooperatif dalam terapi?
Bila ya, mengapa?

7. Apakah hak pasien untuk memilih telah mengakomodasi kemungkinan-kemungkinan sesuai etika dan
hukum?
METODA JONSEN SIEGLER 13
Quality of life
(The principles of beneficence and nonmaleficence
and respect for autonomy)
No Kriteria
1. Bagaimana prospek dapat kembali hidup normal, dengan terapi ataupun tanpa terapi?
2. Apakah akan terjadi kecacatan fisik, mental atau sosial yang akan dialami pasien apabila terapi
berhasil?
3. Apakah terjadi simpangan (bias) akibat salah perkiraan dalam mengevaluasi kualita hidup
pasien?
4. Apakah kondisi pasien saat ini ataupun perkiraan yang akan datang sedemikian rupa sehingga
mempengaruhi keputusannya untuk menjalani hidup yang tidak diinginkannya?
5. Adakah rencana rasional untuk melanjutkan terapi?
6. Apakah ada rencana melakukan perawatan palliative untuk mengurangi penderitaan pasien?

METODA JONSEN SIEGLER 14


Contextual features
(The principles of loyality and fairness)
No Kriteria
1. Apakah ada pengaruh keluarga yang dapat menggoyahkan keputusan terapi pasien?
2. Apakah ada pengaruh Dokter maupun Perawat yang dapat menggoyahkan keputusan terapi
pasien?
3. Apakah ada faktor keuangan maupuin ekonomi yang mempengaruhi?
4. Apakah ada faktor agama maupun budaya yang mempengaruhi?
5. Apakah ada pembatasan kerahasiaan pasien?
6. Apakah terdapat masalah mengalokasikan sumberdaya?
7. Bagaimana peraturan atau hukum yang ada berdampak pada keputusan terapi?
8. Apakah ada pelibatan pasien dengan penelitian klinis maupun praktik pendidikan?
9. Apakah terdapat konflik kepentingan pada dokter, perawat atau institusi?

METODA JONSEN SIEGLER 15


Kesadaran Etis yang Mendasari Perilaku Etis
Tiga kesadaran etis yang mempengaruhi perilaku etis:
1) Kesadaran Prakonvensional
2) Kesadaran Konvensional
3) Kesadaran Paskakonvensional

1) Kesadaran Prakonvensional
- tingkatan moral anak-anak, berorientasi pada diri-sendiri.
- org dewasa dgn kesadaran etis level  menjadi pelanggar aturan, ada kecenderungan mengejar
materi & mencari celah hukum untuk menghindari hukuman. Ketika hukuman tdk ditegakkan
maka dgn mudah melanggar (jadi kebiasaan negatif).
Ada 2 yi :
a) Prakonvensional Level 1 orientasi pd ada tidaknya sanksi hukuman, ketaatan pd peraturan
karena takut dihukum, cenderung mencari aman
b) Prakonvensional Level 2  orientasi pd untung rugi, mengejar kenikmatan, menghindari
kerugian; segala sesuatu digunakan utk sarana mendpt kenikmatan (materi)
2.Kesadaran Etis Konvensional:
- Tingkat dimiliki mayoritas anggota profesi yg taat hukum semata agar mereka bisa
diterima oleh kelompoknya, tapi memungkinkan pelanggaran bila terdpt kekecewaan pd
kelompoknya--jika ada anggota profesi melanggar dibiarkan, dia akan ikut melanggar.

Ada 2 level:
a) Kesadaran Etis Konvensional Level 1 segala tindakan harus menggunakan
pedoman hukum dan norma, fokus bukan lagi pd apa hukumannya tapi apa (substansi)
hukumnya, respek pd aturan kelompok, aturan kelompok lebih utama drpd kehendak diri
sendiri
b) Kesadaran Etis Konvensional Level 2 orientasi pd hukum & norma yg lebih tinggi,
legalistis, melampaui kelompok; tertib umum lebih utama drpd kelompok. Sdh mengenal
kewajiban .
3) Kesadaran Etis Paskakonvensional
- Tingkat kesadaran etis paling tinggi, ada 2 level:
a) Kesadaran Etis Paskakonvensional Level 1
 bercirikan kritis thd lingkungan, memperjuangkan kebaikan, taat asas hukum yg
berlaku, reformis & moderat.
b) Kesadaran Etis Paskakonvensional Level 2
kesadaran seseorang yg masih memiliki hati nurani, humanisme, universal (berpikir
kesemestaan), tidak takut menentang arus, berani dlm kesendirian saat harus bersikap,
pantang menipu (jujur dan amanah), consern pd martabat manusia

Tom Beauchamp dan James Childress salah satu prinsip etika dlm yankes adalah, pasien
harus ditangani benar-benar oleh para profesional kesehatan dengan adil, secara layak dan
merata, tidak pandang strata sosial
Etika Profesi Berbasis Transendental Islam

*Transendental
bahasa Latin, trancendere = memanjat di/ke atas
trancendental : bermakna abstrak, metafisis dan melampaui (pemahaman terhadap penjelasan
ilmiah). Transenden bermakna melampaui, keluhuran dan di luar atau tidak terpengaruh oleh ruang
dan waktu

KBBI: transendental berarti menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian, yang sukar difahami dan
ghaib/ abstrak
Kata transendental  kata sifat dari transendensi, menunjukkan bhw jika transendental setelah
disandingkan dgn kata benda lain, menjadi sesuatu yg bernilai teramat penting & metafisis, mengakui
adanya otoritas Ketuhanan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

*Perspektif transendental Islam selain didasarkan kebenaran dalil Alquran dan Hadits, ditambah
kebenaran kemampuan/ potensi manusia melalui perenungan, penalaran dan diskursus yg
berkembang di masyarakatnilai moral bersumber pd kebenaran nilai” ilahiah (wahyu) melalui
proses internalisasi kemudian diobjektifikasikan dalam perilaku/ kebijakan.
PROFESI

•D. Veronika Komalawati, profesi = panggilan hidup untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan,
didasarkan pada pendidikan yang harus dilaksanakan dengan kesungguhan niat dan penuh tanggung
jawab.

*Ciri profesi menurut D. Veronika Komalawati :


1. suatu pekerjaan yg berkedudukan tinggi dari para ahli yg trampil dalam menerapkan pengetahuan
secara sistematis
2. mempunyai kompetensi secara eksklusif thd pengetahuan & keterampilan tertentu
3. kompetensi dlm suatu profesi didasarkan pd pendidikan yg intensif dan disiplin tertentu
4. tanggung jawab utk mengembangkan pengetahuan & keterampilannya, serta mempertahankan
kehormatan
5. punya etik tersendiripedoman utk menilai pekerjaannya
6. cenderung mengabaikan pengendalian dari masyarakat atau individu
7. pelaksanaannya dipengaruhi oleh masyarakat, kelompok kepentingan ttt & organisasi profesional
lainnya (terutama dlm hal pengakuan thd kemandiriannya.
You can simply impress your audience and add a
unique zing and appeal to your Presentations. Get a
modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed.
Ciri-ciri khusus profesi menurut Parson:
.

1.Disinterestedness:
tidak terdapat 2. Rationalitas:
‘pamrih’ 3. Spesifisitas
berusaha
fungsional:
mencari (solusi)
profesional yg
terbaik dgn 4. Universalitas: dasar
punya otoritas
berpedoman pd
atau kewibawaan pengambilan keputusan
pertimbangan yg bukan pd ‘siapanya’,
dlm masyarakat
dapat ataukeuntungan pribadi yg
dgn struktur
dipertanggung didapat, tapi berdasar apa yg
sosiologikal yg
jawabkan secara jadi masalahnya
khas, bertumpu
ilmiah
pd kompetensi
STANDAR PROFESI
* Standar profesi mnrt D. Veronika * UU No.36/2014 ttg Tenaga
Komalawati  pedoman yg digunakan utk Kesehatan, Pasal 1 ayat (12)
menjalankan profesi secara baik Standar profesi: batasan
kemampuan minimal berupa
* Standar profesi mnrt Hermin Hadiati
pengetahuan, ketrampilan & perilaku
Koeswadji  sebuah standar kerja yg
berpijak pd niat atau iktikad baik, didasari profesional yg hrs dikuasai & dimiliki
etika profesi, bertolak dari tolok ukur seorg individu utk dpt melakukan
kemampuan (kompetensi) yg disepakati kegiatan profesionalnya pd masy scr
bersama para anggota & pengurus organisasi mandiri, yg dibuat oleh organisasi
profesi
profesi bid.kesehatan.
Tujuan ditetapkannya standar profesi sesuai
kompetensi masing-masing menurut D. Veronika
Komalawati :
1. Melindungi masyarakat dari praktik yg tidak sesuai dgn
standar profesi medis.
2. Melindungi profesi dan tuntutan masyarakat yg tidak
wajar.
3. Menjadi pedoman dlm pengawasan & meningkatkan
kualitas pelayanan kedokteran.
4. Mjd pedoman utk pelayanan kesehatan yg efektif &
efisien.
KOMPETENSI
•Pengertian kompetensi mnrt Indra Bastian
serangkaian tindakan cerdas & penuh tanggung jawab
yg dimiliki seseorang, mrpk syarat utk dianggap mampu
oleh masyarakat , dlm bidang pekerjaan tertentu.

•Kompetensi : sebuah kombinasi ketrampilan (skill),


atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yg
tercermin melalui perilaku kerja (job behavior) yg dapat
diamati, diukur dan dievaluasi

* UU No.35/2014 ttg Tenaga Kesehatan Pasal 1 ayat ( 5)


disebutkan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang
dimiliki seorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu
pengetahuan, ketrampilan & sikap profesional utk dpt
menjalankan praktik.
Standar Prosedur Operasional
-Standar Prosedur Operasional, SOP (= Standard Operating Procedure)
Pelayanan Kesehatan : suatu standar/ pedoman tertulis untuk mendorong dan
menggerakkan tenaga kesehatan guna mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
-Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, pada BAB
I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (14): Standar Prosedur Operasional adalah
suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan proses kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah yang
benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan
berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh Fasilitas Pelayanan
Kesehatan berdasarkan Standar Profesi.
Dua jenis Standar Prosedur Operasional dalam pelayanan kesehatan:

2. Standar prosedur operasional


1. Standar prosedur operasional
untuk aspek manajerial atau
untuk aspek keilmuan sesuai
administrasi, adalah standar
profesi masing-masing tenaga
mengenai proses kerja yang
kesehatan adalah pedoman
menunjang standar prosedur
mengenai proses kerja, yang
operasional keilmuan dan
meliputi diagnosis dan terapi,
pelayanan pasien secara non
pelayanan penunjang, asuhan
keilmuan, mencakup standar
keperawatan, pelayanan kebidanan,
perprogram/ kegiatan,
dll.
perlengkapan sarana prasarana,
kepegawaian dan pencatatan dan
pelaporan.
THANK YOU

ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai