Anda di halaman 1dari 73

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM

CHECKLIST BORANG OSCE KOMPREHENSIF


UKMPPD 2020 LULUS ONE SHOOT
“TOGETHER WE CAN”

Semester No. Pemeriksaan Kasus/Penyakit

1 (Satu) 1. Pemeriksaan GCS


2. Pemeriksaan Sensorik
3. Pemeriksaan Kekuatan Motorik
4. Pemeriksaan Reflek Fisiologi
5. Pemeriksaan Saraf Kranial
6. Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi
7. Pemeriksaan Mata
8. Pemeriksaan THT
9. Pemeriksaan Fisik Kepala dan Leher
10. Pemeriksaan Postur dan Gerak Tubuh
11. Pemeriksaan Tanda Vital
12. Pemeriksaan Komunikasi Efektif

2 (Dua) 1. Pemeriksaan Fisik Paru


2. Pemeriksaan Fisik Jantung
3. Pemeriksaan Vaskular
4. Pemeriksaan Spirometeri
5. Pemeriksaan EKG
6. Pemeriksaan Abdomen
7. Pemeriksaan Rectal Toucher
8. Pemeriksaan Obstetri
9. Pemeriksaan Mammae
10. Pemeriksaan Fisik Neonatus
11. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak
12. Pemeriksaan Fisik Anak

3 (Tiga) 1. Pemeriksaan Saraf Kranialis


2. Pemeriksaan Reflek Fisiologi dan Patologis
3. Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi
4. Pemeriksaan Meningeal Sign dan Tanda Iritasi
pada Radix
5. Pemeriksaan Mata
6. Pemeriksaan THT
7. Pemeriksaan Kepala dan Leher
8. Pemeriksaan Kulit
9. Pemeriksaan Motorik
10. Pembalutan, Pembidaian
11. Perawatan Luka dan Hecting
12. Injeksi

4 (Empat) 1. Pemeriksaan Abdomen Patologis


2. Pemeriksaan Anak Patologis
3. Pemeriksaan Ascites, Hernia, Apendisitis
4. Pemeriksaan EKG Patologis
5. Pemeriksaan Jantung Patologis
6. Pemeriksaan Infus
7. Pemeriksaan Neonatus Patologis
8. Pemeriksaan Paru Patologis
9. Pemeriksaan RJP
10. Pemeriksaan RT
11. Pemeriksaan Tumbuh dan Kembang Anak
12. Pemeriksaan Vaskular Patologis

5 (Lima) 1. Breaking Bad News


2. Informed Consent
3. Perawatan Luka
4. Pemeriksaan Episiotomi
5. Pemasangan ET
6. Pemasangan IUD dan Implant
7. Pemasangan Kateter
8. Pemasangan NGT
9. Anamnesis dan Tatalaksana Partus
10. Pemeriksaan Resusitasi Neonatus
11. Sirkumsisi

6 (Enam) 1. Modul Batuk


2. Modul Sesak Nafas
3. Modul THT
4. Modul Nyeri Sendi

7 (Tujuh) 1. Modul Psikiatri


2. Modul Mata Merah
3. Modul Mata Kabur (Peresepan Kacamata)
4. Modul Tata Laksana Benda Asing di Mata
5. Modul Kulit Berbintik
6. Modul Kulit Gatal
7. Modul Ginekologi
OBS-GYN

Pemeriksaan Obstetri

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
1. Baca catatan medik klien
2. Cuci tangan dan siapkan alat-alat
3. Beri salam, panggil klien dengan namanya
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
5 Beri kesempatan bertanya
6. Sebelum melakukan tindakan, anjurkan klien untuk buang air kecil
7. Pastikan privacy klien terjaga, kemudian anjurkan klien untuk melepaskan
pakaian luar dan dalam
8. Persilahkan klien untuk berbaring ditempat tidur dengan satu bantal dibagian
kepala, kemudian tutupi dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak
termasuk area yang akan diperiksa.
9. Melakukan pemeriksaan 4 T ( Tinggi badan, Timbang Berat badan, Suhu,
Tekanan darah )
Melakukan manuver leopold I :
10. Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien

11. Letakkan kedua belah telapak tangan di bagian fundus uteri klien

12. Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan apa
yang ada dibagian fundus uteri

13. Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri.


Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri :
14 Letakkan ujung alat ukur (meteran) di batas atas simphisis pubis.

15 Ukur spanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti kurve
fundus (atau tanpa mengikuti fundus bagian atas).

16 Tentukan tinggi fundus uteri


17 Hitung perkiraan usia kehamilan dengan menggunakan rumus McDonald’s.
Melakukan manuver leopold II :
18 Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien
19 Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi abdomen klien.
20 Pertahankan letak uterus dengan menggunakan tangan yang satu
21 Gunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi uterus disisi yang lain
22 Tentukan dimana letak punggung janin
Lakukan manuver leopold III :
23 Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien.
24 Dengan menggunakan ibu jari dan 4 jari lainnya pada satu tangan, bagian
terbawah abdomen maternal dicengkeram sedikit di atas symphisis osiss
pubis
25 Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya.
26 Tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam kesekitar bagian
presentasi, pada saat klien menghembuskan nafas.
27 Tentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk panggul atau belum
Lakukan manuver leopold IV :
28 Posisi pemeriksa menghadap ke kaki klien
29 Letakkan kedua belah telapak tangan di sisi kanan kiri abdomen
30 Gerakkan jari tangan secara perlahan kearah pelvis sambil palpasi menyusuri
bagian bawah janin

31 Tentukan seberapa jauh bagian bawah janin telah masuk ke dalam rongga
panggul dengan melihat sudut yang dibentuk oleh kedua tangan saat
menyususri bagian bawah janin ( konvergen, sejajar atau divergen ).

Deteksi Ruftur Selaput Ketuban ( cukup disebutkan saja )


32 Dari anamnesis

33 In spekulo ( dilihat ada tidaknya cairan yang terkumpul di forniks posterior,


ada tidaknya cairan yang keluar dari OUE, dengan tes kertas lakmus 
perubahan warna kertas lakmus menjadi biru
Pemeriksaan Auskultasi DJJ
34 Stetoskop Laenec diletakkan di punggung bayi sambil agak ditekan
35 Hitung DJJ pada 5 detik 1, 3 dan 5
Pemeriksaan Kapasitas Panggul
36 Menentukan Konjugata Diagonalis dan konjugata Vera dari promontorium
37 Menilai Linea terminalis/inominata
38 Menilai Kelengkungan sakrum
39 Menilai Penonjolan Spina Ischiadica
40 Menilai mobilitas/kelenturan os coxigis
41 Evaluasi pemeriksaan klien dan simpulkan hasil kegiatan
42 Cuci tangan dan catat hasil pemeriksaan leopold di dalam catatan medis
TOTAL SKOR

Pertolongan Persalinan Normal

No Aspek yang dinilai Skore


1 Berikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan namanya
2 Jelaskan prosedur dan tujuannya kepada klien/pasien
3 Ben kesempatan klien untuk bertanya
4 Tanyakan keluhan klien dan kaji adanya alergi
5 Jaga privasi klien
6 Bantu klien untuk mendapatkan posisi litotomi yang nyaman
7 Persiapan persalinan (Pasien; Instrumen dan Medikamentosa; Bayi; dan
Penolong)
Anamnesis Pasien (ANAMNESIS OBSTETRI)
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sudah kenceng-kenceng teratur atau blm?
Kenceng-kenceng tsb sudah sejak kapan (pukul berapa, hari apa)
Sudah keluar lendir darah atau belum?
Sudah keluar air ngepyok (air ketuban) atau belum? (kalau sudah, sudah
berapa lama?
Gerakan anak dirasakan ibu
Keluhan penyerta lain
HPHT
Riwayat Obstetri Sebelumnya
Riwayat Kontrasepsi Sebelumnya
Riwayat Nikah
Melakukan penanganan persalinan kala I

12 PENGAWASAN 10
Pendampingan oleh keluarga

13 Perhatikan asupan nutrisi untuk persiapan kala II

14 Dianjurkan jalan-jalan dan menjaga kebersihan diri (mandi) apabila ketuban


belum pecah
15 Ajarkan baring miring kiri

16 Kala I fase laten (pembukaan <4 cm) umumnya selama 8 jam; kala I fase aktif
(pembukaan 4-10 cm) umumnya terjadi pembukaan 1 cm/ jam (6 jam).
17 Pengenalan kala II
18 His datang 4-5 kali dalam 10 menit, lama his 40-50 detik
19 Ibu mengedan terus-menerus, anus membuka, perineum menonjol, vulva
membuka.
20 Pada periksa dalam didapatkan:
21 Pembukaan lengkap, porsio tidak teraba
22 Penurunan Hodge III+ atau ketinggian 3+
23 Penunjuk/ denominator UUK kiri atau kanan atas
24 Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah
25 Pimpinan Kala II
26 Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase acme atau puncak his dan
minta ibu untuk menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat
siku agar tekanan abdomen menjadi efektif
27 Istirahatkan ibu apabila his menghilang, letakkan kembali tungkai ibu di
atas ranjang persalinan dan dengar denyut jantung bayi pada waktu
tersebut
28 Pimpin berulang-ulang hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva
29 Ekspulsi kepala
30 Pada his berikut, minta pasien untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk
mengedan sekuat mungkin (pada fase akme/ puncak). Minta untuk
mengedan terus menerus apabila suboksiput sudah berada di bawah
simfisis (sebagai hipomochlion)
31 Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi
kepala), letakkan telapak tangan lain pada perineum dengan
membentangkan telunjuk dan ibu jari sehingga bagian di antara kedua
jari tersebut, dapat mendorong perineum untuk membantu lahirnya
berturut-turut UUB, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu (hilangkan tahanan
pada belakang kepala secara bertahap)
32 Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses
putaran paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi)
33 Ambil kain/ handuk bersih, seka mulut, mulut, hidung dan kepala bayi
dari darah, air ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha,
perineum dan daerah di sekitar bokong ibu.
34 Melahirkan bayi
35 Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu
jari pada pipi depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah dagu, jari
manis dan kelingking pada belakang leher dan bawah kepala).
36 Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi ke bawah sehingga
lahir bahu depan.
37 Gerakkan bayi ke atas sehingga lahir bahu belakang
38 Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada
dan lengan, perut, pinggul dan tungkai.
Perhatikan:
Pada pertolongan persalinan dengan meja/ ranjang persalinan yang dapat
dilepas atau meja ginekologi (bagian bokong dan kaki), setelah kedua bahu
lahir, topangkan badan bayi pada lengan bawah kanan, tangan kiri memegang
bagian belakang tubuh bayi).
Letakkan bayi di antara kedua paha ibu (untuk ranjang atau meja ginekologi,
letakkan bayi di atas perut ibu dan minta asisten untuk memegangnya agar
tidak terjatuh)
39 Menejemen aktif kala III
40 Klem tapi pusat pada jarak sekitar 5 cm dari umbilicus bayi, jepit tapi
pusat diantara jarin tengah dan telunjuk (tapi tepi klem yangs sesuai
dengan sisi ibu) kemudian geser jari-jari tersebut ke arah ibu (ekspresi darah
dalam tali pusat)
41 Pasang klem kedua pada tali pusat yang telah diekspresi, dengan jarak 3
cm dari klem pertama
42 Oleskan povidon iodine di sekeliling tali pusat di antara kedua klem

43 Pegang tali pusat di antara 2 klem dengan satu tangan kiri, kemudian dengan
tangan yang lain, gunting tali pusat di antara kedua klem tersebut
44 Serahkan bayi pada asisten penolong (bila pertolongan mandiri, letakkan pada
ranjang bayi) dan rawat sebagaimana mestinya.
45 Lakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa ini adalah kehamilan
tunggal
46 Setelah dipastikan bukan suatu kehamilan ganda, beri oksitosin 10 IU
intramuskuler
47 Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva (lakukan secara
benar agar tidak terjadi percikan darah)
48 Letakkan satu tangan di atas simfisis pubis untuk menahan uterus, tangan lain
memegang klem tapi pusat untuk menegangkan dan membuat tarikan
terkendali pada tali pusat
49 Setelah uterus berkontraksi kuat (dinding uterus keras), tegangkan tali pusat
dan dorong uterus ke dorso cranial
Bila uterus tidak segera berkontraksi, tambahkan misoprostol 600 mg per
rectal
50 Upayakan tali pusat tetap kencang dan lakukan dorongan ringan dan melepas
pegangan secara bergantian pada korpus uteri apabila juluran tali pusat
bertambah panjang.
51 Lakukan gerakan ini secara berulang kali hingga plasenta tampak pada vulva.
Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan
52 kembali klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan ulangi kedua langkah di
atas
Apabila dalam 15 menit plasenta belum lahir, maka dapat diulang pemberian
53 oksitosin 10 IU secara IM.
Bila plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir, lakukan upaya berikut:
54 Manual plasenta
Rujuk apabila tidak tersedia sumberdaya yang memadai
55 Histerektomi (plasenta akreta, inkreta, perkreta)
56
57
58 Sediakan wadah plasenta dan bantu dengan satu tangan agar plasenta tidak
tersentak ke luar dan masuk pada wadah yang telah disediakan.
Bila selaput ketuban robek, gunakan klem untuk menarik sisa selaput amnion)
59 Periksa kelengkapan plasenta (lakukan tindakan eksplorasi dan upaya
yang sesuai apabila ada indikasi plasenta tidak lahir lengkap)
60 Segera setelah plasenta lahir, lakukan pijatan ringan pada uterus
menggosok permukaan depan uterus secara sirkuler dengan telapak atau
jari-jari tangan sehingga kontraksi berlangsung baik (teraba keras).
Bila terjadi perdarahan, perbaiki kontraksi dan segera eksplorasi untuk
mengetahui penyebab perdarahan serta lakukan tindakan yang sesuai
(penjahitan laserasi, kompresi bimanual dan aorta, ligasi arteri uterine atau
histerektomi)
61 Masukkan plasenta ke dalam kantong plastic yang tersedia
62 Pemantauan kala IV
63 Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang pispot datar dan lebar
pada bagian bokong untuk memantau darah yang keluar
64 Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut
65 Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit
hingga 2 jam pasca kala III
66 Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum secukupnya
67 Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan kasa
penyerap dan celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa ke ruang perawatan
dan lakukan rawat gabung sesegera mungkin.
CHEKLIST KETRAMPILAN KLINIK
Pemasangan AKDR

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1 Memeriksa alat dan bahan yang diperlukan, termasuk menyalakan lampu.

2 Memberi salam dan melakukan anamnesis seperlunya.


3 Meminta pasien mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu
4 Menyiapkan AKDR
5 Membetulkan posisi ginekologi klien (model).
6 Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan, termasuk melepas cincin,
jam dsb.
7 Memasang sarung tangan secara aseptic.
8 Melakukan simulasi toilet vulva dengan sekitarnya secara legeartis.
9 Menutup daerah genital dengan kain lubang steril.
10 Memilih spekulum dengan mengatur sekrupnya.
11 Memasang spekulum dengan tangan kanan.
12 Menampilkan serviks dengan membuka spekulum.
13 Mengunci kedudukan spekulum.
14 Simulasi membersihkan rongga vagina dengan disinfektan.
15 Melakukan simulasi pemasangan tenakulum
16 Melakukan sondase cavum uteri.
17 Melihat angka pada sonde
18 Memasukkan AKDR ke dalam rongga rahim secara “no touch technic”

19 Melakukan simulasi pengguntingan benang.


20 Melakukan simulasi pelepasan tenaculum.
21 Simulasi mengusap porsio dengan desinfektan.
22 Melepaskan spekulum dan meletakkan pada tempatnya.
23 Melakukan VT untuk memasukkan benng ke dalam forniks posterior
24 Simulasi membuka sarung tangan dan mencuci tangan
Jumlah

CEK LIST KETRAMPILAN KLINIK


KONSELING PEMASANGAN IMPLANT

NO LANGKAH/KEGIATAN SKOR
0 1 2
Tindakan pra pemasangan
1 Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
2 Pakai sarung tangan steril
3 Pasang duk steril dibawah lengan ibu
4 Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
5 Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan klien
Pemasangan kapsul implant
6 Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit (subkutan) sampai kulit sedikit
menggelembung
7 Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan suntikkan masing-masing
1 cc diantara pola pemasangan nomor 1 dan 2
8 Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit
9 Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel (alternatif lain tusukkan
trokar langsung ke lapisan dibawah kulit)
10 Sambil mengungkit kulit, masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai
batas tanda 1 (pada pangkal trokar) tepat pada luka insisi.

11 Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul kedalam trokar (dengan tangan


atau pinset)
12 Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokar
sampai terasa adanya tahanan.
13 Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, dan tarik trokar keluar
sampai mencapai pegangan pendorong.
14 Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-sama sampai batas tanda 2
terlihat pada luka insisi (jangan mengeluarkan trokar dari tempat insisi)

15 Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar serta pendorongnya sampai tanda 1.
16 Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul sudah
terpasang.
17 Raba kapsul utnuk memastikan keenam kapsul implant telah terpasang
dalam pola kipas.
18 Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari insisi.

Tindakan pasca pemasangan


19 Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid.
20 Beri pembalut tekan untuk mencegah pendarahan dan mengurangi memar.

21 Bereskan alat dan edukasi ibu ttg luka dan kapan kontrol
TOTAL
ANAK

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Neonatus

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3
1. Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menanyakan
identitas pada pasien / orang tua pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
3. Mempersilahkan pasien berbaring pada meja pemeriksaan
4. Mencuci tangan (sesuai WHO, 2005)
5. Melakukan pemeriksaan umum pasien
1. KU : kesadaran ; tangis kuat /lemah, kulit :
anemis/sianosis/ikterik/kemerahan, Keadaan Gizi : pernapasan spontan
teratur/cepat dan dalam, tanda prematuritas : kulit tipis transparan, pembuluh
darah terlihat, kulit keriput, lanugo banyak, payudara belum tampak
2. Tanda vital
6. Melakukan pemeriksaan kepala :anencephal, mesochepal,ubun – ubun
cembung/cekung/datar
Melakukan Pemeriksaan muka : hipertelorisme,mongoloid,facies cholerica

7. Melakukan pemeriksaan mata: conjungtiva anemis/tidak,sklera


ikterik/tidak,mata cekung atau tidak,air mata
ada/tidak,discharge,edem,palpebra normal/tidak
8. Melakukan pemeriksaan hidung : nafas cuping hidung,discharge
9. Melakukan pemeriksaan mulut : sianosis,basah/kering,mukosa bucal
10. Melakukan pemeriksaan telinga : low set ear, discharge, tulang rawan
sempurna
11. Melakukan pemeriksaan leher : Melakukan pemeriksaan kelenjar getah
bening leher;
12. Melakukan pemeriksaan thorak (inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi)
Pemeriksaan paru : (dilakukan)
inspeksi : ada retraksi intercostal/tidak
perkusi : sonor diseluruh lapang paru
palpasi : vocal fremitus kanan = kiri
auskultasi : suara dasar,tidak ada suara tambahan ronkhi/wheezing
(auskultasi dilakukan dari depan dan belakang)
pemeriksaan jantung
SJ I – II N, tidak ada suara bising/galop
Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening axila
13. Melakukan pemeriksaan abdomen:
inspeksi : datar,cembung,ada venektasi atau tidak
Auskultasi : Bising Usus meningkat/tidak
Perkusi : tympani diseluruh lapang abdomen
Palpasi :nyeri tekan ada/tidak

14. Melakukan pemeriksaan ekstremitas: akral dingin/hangat,capilary reffil,


sianosis
15. Melakukan pemeriksaan genitalia : jenis kelamin wanita atau pria, testis +/+
16. Melakukan pemeriksaan anus : anus ada/tidak, dalam batas normal

17. Pemeriksaanrefleks primitif: R moro, R menghisap, R palmar, R plantar

18. Cuci tangan dan dokumentasikan hasil pemeriksaan

TOTAL
Tumbuh Kembang

Tabel Lingkar Kepala

Gambar 9 a. Lingkar kepala Nellhause perempuan

Gambar 9 b. Lingkar kepala Nellhouse laki-laki. (Nellhause G. Pediatrics 1968;41:106)


Interpretasi :
 Jika lingkar kepala lebih besar dari 2 SD di atas angka rata-rata untuk umur dan jenis
kelamin/ras (> + 2 SD) disebut makrosefali.
 Jika lingkar kepala lebih kecil dari 2 SD di bawah angka rata-rata untuk umur dan jenis
kelamin/ras (< - 2 SD) disebut mikrosefali.

Tabel 1. Indikator Pertumbuhan

Interpretasi Indikator-indikator pertumbuhan


Cara menginterpretasikan kurva pertumbuhan WHO, berdasarkan ketentuan berikut :
1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median atau rata-rata
2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini diberi
angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari garis median
menggambarkan masalah pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada diantara garis z-score -2 dan -3 diartikan “di bawah -2” (< -2 )
4. Titik temu yang berada diantara garis z-score 2 dan 3 diartikan “di atas 2” ( > +2 )

Interpretasi indikator-indikator pertumbuhan pada kurva pertumbuhan WHO dilakukan dengan


melakukan (a).Interpretasi arti plotted point dan (b).Interpretasi kecenderungan (Interpret trends)

Menginterpretasi arti titik temu (Interpret plotted points) pada kurva pertumbuhan WHO dapat
menggunakan tabel 1 berikut ini.
Keterampilan Pengukuran Antropometri Anak

NO. ASPEK PENILAIAN NILAI


1 Menyampaikan salam 1 2 3
2 Memperkenalkan diri
3 Mencatat nama, kelamin dan umur (tanggal lahir) anak
4 Menjelaskan cara dan tujuan pengukuran :
berat badan,
panjang (tinggi badan)
lingkar kepala

PENGUKURAN BERAT BADAN


5. Memilih dengan benar alat yag akan dipakai
6. Memastikan jarum penunjuk skala pengukuran pada
angka 0
7 Memastikan anak memakai pakaian minimal dan tanpa
alas kaki
8 Memposisikan anak secara benar di atas timbangan
9 Membaca dengan benar skala yang ditunjukkan oleh
jarum pada timbangan
10 Mencatat hasil pengukuran

PENGUKURAN PANJANG / TINGGI BADAN


11 Memilih dengan benar alat yang akan dipakai
12 Memastikan anak tidak memakai topi dan alas kaki
13 Memposisikan anak secara benar
Anak berdiri tegak, kepala dalam posisi horisontal, kedua
kaki dirapatkan, lutut lurus, dan tumit, bokong, serta bahu
menempel pada dinding atau permukaan vertikal
stadiometer atau anthropometer.
Papan di bagian kepala yang dapat bergerak (movable
headboard) diturunkan perlahan hingga menyentuh ujung
kepala.
14 Membaca skala dengan benar, tinggi badan dicatat saat
anak inspirasi maksimal dan posisi mata pemeriksa paralel
dengan papan kepala.
15 Mencatat hasil pengukuran hingga milimeter terdekat

MENGHITUNG BMI/ IMT DENGAN KALKULATOR


16 Tentukan BMI dengan menggunakan kalkulator
BB (kg)
BMI (IMT) = -------------
[TB ]2 (cm2)
17 Memasukkan nilai BMI ke dalam kurva yang sesuai
menurut kelamin.
PENGUKURAN LINGKARAN KEPALA BAYI /
NO ANAK 1 2 3
18 Memilih dengan benar alat yang akan dipakai
19 Meletakkan bayi / anak pada posisi yang benar
20 Meletakkan pita pengukur dengan erat melingkar di
kepala pasienmelalui bagian yang paling menonjol
(protuberantia occipitalis) dan
dahi (glabella).
21 Mencatat hasil pengukuran hingga milimeter terdekat

INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN


22 Memasukkan semua hasil pengukuran ke dalam kurva
yang sesuai menurut kelamin dan umur untuk : berat
badan, panjang / tinggi badan, lingkar kepala .
23 Menilai hasil pengukuran berat badan, panjang / tinggi
badan, lingkar kepala berdasarkan standar dan
menyebutkan hasilnya : “normal” atau “tidak normal”.
24 Dapat menjelaskan hasil yang tidak normal ( berdasarkan
klasifikasi hasil pemeriksaan )
25 Menyampaikan salam
TOTAL SKOR

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Anak

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3
1. Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menanyakan
identitas pada pasien / orang tua pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
3. Mempersilahkan pasien berbaring pada meja pemeriksaan
4. Mencuci tangan (sesuai WHO, 2005)
5. Melakukan pemeriksaan umum pasien
1. KU : kesadaran, kulit : anemis/ sianosis/ ikterik/ kemerahan, keadaan gizi,
pernapasan spontan teratur / cepat dan dalam
2. Tanda vital

7. Melakukan pemeriksaan kepala : mesochepal,ubun – ubun


cembung/cekung/normal
Melakukan Pemeriksaan muka : hipertelorisme,mongoloid,facies cholerica
Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening kepala
8. Melakukan pemeriksaan mata: conjungtiva anemis/tidak,sklera
ikterik/tidak,mata cekung atau tidak,air mata
ada/tidak,discharge,edem,palpebra normal/tidak
9. Melakukan pemeriksaan hidung : nafas cuping hidung,discharge
10. Melakukan pemeriksaan mulut : sianosis,basah/kering,mukosa bucal
11. Melakukan pemeriksaan telinga : low set ear, discharge
12. Melakukan pemeriksaan leher : simetris/ tidak, Melakukan pemeriksaan
kelenjar getah bening leher; JVP meningkat/tidak
13. Melakukan pemeriksaan thorak (inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi)
Pemeriksaan paru : (dilakukan)
inspeksi : ada retraksi intercostal/tidak
perkusi : sonor diseluruh lapang paru
palpasi : vocal fremitus kanan = kiri
auskultasi : suara dasar,tidak ada suara tambahan ronkhi/wheezing
(auskultasi dilakukan dari depan dan belakang)
pemeriksaan jantung
inspeksi : posisi ictus cordis,ictus cordis tampak atau tidak
palpasi : ictus cordis teraba di SIC 4/5, kuat angkat/tidak
perkusi : dari axilaris anterior ke arah medial
auskultasi : S I-II normal, suara tambahan (-)
Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening axila
14. Melakukan pemeriksaan abdomen:
Auskultasi : Bising Usus meningkat/tidak
inspeksi : datar,cembung,ada venektasi atau tidak
Perkusi : tympani diseluruh lapang abdomen
Palpasi :nyeri tekan ada/tidak, perabaan hepar dan lien

Pemeriksaan hepar :
metode Blank Hart: 1.dari umbilikus ke processus xiphoidues dan dari
umbilikus ke angulus costae
Pemeriksaan limfa : schuffner: Tarik garis sias dekstra ke 1/3 medial costae
terakhir sinistra melewati umbilicus, dibagi 8 bagian.Normal tidak teraba
Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening inguinal
15. Melakukan pemeriksaan ekstremitas: akral dingin/hangat,capilary reffil,
sianosis
16. Melakukan pemeriksaan genitalia : jenis kelamin wanita atau pria, testis
17. Melakukan pemeriksaan anus : anus ada/tidak, dalam batas normal

18. Pemeriksaan tenggorok : faring hiperemis/tidak,tonsil membesar/tidak


(menggunakan spatel tongue dan pen light)
19. Cuci tangan dan dokumentasikan hasil pemeriksaan

TOTAL

Daftar tilik pemeriksaan fisik tumbuh kembang anak patologis

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Mencatat nama, umur (tanggal lahir) dan jenis kelamin anak
4. Menjelaskan cara dan tujuan pemeriksaan pemeriksaan perkembangan
anak
PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ANAK DENGAN FORMULIR KPSP
5. Mempersiapkan instrument pemeriksaan dan formulir
6. Menentukan formulir yang sesuai dengan umur anak
7. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan formulir KPSP secara
berurutan
8. Menentukan hasil pemeriksaan (skoring)
9. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan sbb :
Sesuai :S
Meragukan :M
Penyimpangan : P
10 Memberikan advis/konsultasi kepada orangtua
11 Mengucapkan terimakasih kepada orangtua
TOTAL SKOR

CATATAN :
Skor 0 = jika tidak dilakukan sama sekali
Skor 1 = jika dilakukan tetapi belum lengkap atau belum sesuai standar
Skor 2 = Jika dilakukan dengan lengkap dan sesuai standar
BEDAH

Bedah Orto
Pemeriksaan Muskuloskeletal

No Aspek yang Dinilai


0 1 2
Membina hubungan dokter-pasien
Menperkenalkan diri
Mengklatifikasi identitas pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan (inform)
Memberi kesempatan bertanya
Meminta persetujuan pasien (consent)
Persiapan
Mencuci tangan menurut WHO
GAIT
Inspeksi gait
SPINE
Meminta pasien melepaskan pakaian luar bagian atas (baju)
Inspeksi punggung dari belakang dan samping (postur tulang belakang
dan pelvis)
Palpasi prosesus spinosus di sepanjang tulang belakang
Palpasi otot paraspinal
Perkusi prosesus spinosus
Palpasi sendi sakroiliaka
Inspeksi anterofleksi tulang belakang
Inspeksi ektensi tulang belakang
Inspeksi laterofleksi tulang belakang ke kanan
Inspeksi laterofleksi tulang belakang ke kiri
Inspeksi rotasi ke kanan
Inspeksi Rotasi ke kiri
Inspeksi fleksi lateral leher ke kanan
Inspeksi fleksi lateral leher ke kiri
Inspeksi rotasi leher ke kanan
Inspeksi rotasi leher ke kiri
Inspeksi fleksi anterior leher
Inspeksi ekstensi leher

ARM
Inspeksi sendi bahu dari depan, samping dan belakang
Inspeksi dan palpasi posisi scapula
Inspeksi dan palpasi sendi bahu
Meminta pasien secara aktif melakukan feksi, ekstensi, abduksi, adduksi,
internal rotasi dan eksternal rotasi
Melakukan impingement test
Melakukan apprehension test
Melakukan scarf test.
Inspeksi dan palpasi trofi otot ekstremitas
Inspeksi dan palpasi tonus otot ekstremitas
Inspeksi dan palpasi tendon dan sendi ekstremitas
Penilaian fungsi sendi pergelangan tangan, metacarpal dan jari-jari
tangan
Penilaian ligamen krusiatus dan kolateral lutut
Inspeksi postur dan bentuk kaki
Penilaian fleksi dorsal/plantar dan inversi-eversi kaki

Penilaian ROM

PENUTUP
Mencuci tangan
Menjelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan

CHECKLIST PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Berikan salam, menyapa dengan sopan
Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut/cedera : inspeksi, palpasi, gerakan

Menjelaskan tujuan dan prosedur


Mempersiapkan posisi dan menenangkan pasien
Rawat luka/hentikan perdarahan dengan deb
Memilih jenis pembalutan yang tepat
Cara pembalutan dilakukan dengan benar (posisi dan arah balutan)

Evaluasi hasil yang dicapai (hasil pembalutan : mudah lepas/tidak, mengganggu


peredaran darah/tdk , mengganggu gerakan lain)
Memilih dan mempersiapkan bidai yang sudah dibalut dengan pembalut

Melakukan pembidaian melewati dua sendi


Hasil pembidaian : ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan
bawah tempat yang patah, tidak kendor dan tidak keras
Evaluasi hasil yang dicapai (subjektif maupun objektif)
Edukasi pasien
Jumlah
Pelaksanaan latihan

Cara membalut dengan mitella (lihat gambar)


Bidai
Bedah Urologi
Daftar Tilik Pemeriksaan Rectal Touche
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3
1 Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan
menanyakan identitas pasien.
2 Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
3 Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.
4 Menjaga privasi pasien (menutup jendela/pintu).
5 Membantu dan mempersilahkan pasien untuk berbaring dengan
posisi yang benar.
6 Meminta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana),
hingga regio analis terlihat jelas.
7 Mencuci tangan sesuai prosedur dan menggunakan sarung tangan
steril.
8 Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
9 Inspeksi regio analis, perineum dan perianal : menilai adanya
kelainan (abses, luka, hemoroid, sikatrik, fistula, fisura, massa, dll)
10 Meminta pasien tenang, meletakkan ujung jari telunjuk kanan pada
anal orificium dan menekan dengan lembut sampai sfingter
relaksasi. Kemudian memfleksikan ujung jari dan memasukkan
jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada di dalam
canalis analis.
11 Palpasi daerah canalis analis, menilai adanya kelainan
Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
12 Menilai tonus sfingter ani (kekuatannya).
13 Menilai struktur dalam rektum:
Mukosa rektum (licin atau tidak)
14 Jika teraba massa, deskripsikan: lokasi (arah jam), massa di intra
atau ekstra lumen, diameter, konsistensi, permukaan (kasar atau
halus), nyeri tekan.
15 Menilai ampula rekti kolaps atau tidak.
16 Pemeriksaan khusus
Prostat : Menilai ketiga lobus prostate, sulcus mediana, permukaan
prostate (halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut,
fluktuan), bentuk (bulat, datar), nyeri tekan/tidak, polus superior
teraba/tidak, ukuran (normal, hyperplasia, atropi).
Uterus dan adneksa : Memeriksa dan nilai kavum Douglas pada
forniks posterior vagina
17 Mengeluarkan jari telunjuk dari rectum, memperhatikan apakah
pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
18 Membersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio
analis.
19 Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air
mengalir
20 Melepas sarung tangan dan meletakkan pada wadah yang
disediakan
21 Mencuci tangan sesuai prosedur.
22 Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
mempersilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah
disediakan.
TOTAL

Penilaian Keterampilan Pemasangan Kateter

Skore
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2 Menyiapkan alat dan bahan
3 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien,tujuan, indikasi,
komplikasiserta meminta persetujuan pasien
4 Mengatur posisi pasien
Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan
Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut fleksi
Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi
5 Memasang perlak di bokong pasien
6 Menyiapkan urin bag
7 Cuci tangan dengan cara fuerbringer’s method
8 Memakai sarung tangan dengan benar(prinsip steril)
9 Lakukan sterilisasi
Wanita: di vulva sampai dengan perineum
Pria: dari OUE sampai pangkal penis
Arah putaran dari dalam ke luar.
10 Buka set kateter secara aseptik
11 Ambil spuit yang sudah diisi jelly (3cc) oleh asisten, dengan bantuan asisten
oleskan secukupnya pada sekitar ujung kateter, untuk membantu melumasi
urethra.
12 Pegang kateter dengan posisi menggulung, tenangkan pasien agar rileks,lalu
masukkan kateter perlahan-lahan sampai pangkal percabangan kateter
Pada laki-laki tegakkan penis 45o, masukkan kateter 6-9 inchi, sambil pasien
dianjurkan tarik nafas.
Pada perempuan, pastikan lubang uretra, masukan 2-3 inchi
Jika urin tidak langsung mengalir, aspirasi dengan menggunakan spuit
13 Jika sudah dipastikan kateter masuk VU (urin keluar), kembangkan balon dengan
spuit 15 cc, kemudian tarik kateter ± 2,5 cm hingga ada tahanan
14 Menghubungkan kateter dengan urin bag
15 Fiksasi kateter ke bawah abdomen pasien pria atau pada paha depan untuk wanita,
bantu pasien kembali ke posisi nyaman
16 Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang bukan
sekali pakai
17 Cuci tangan dan dokumentasi

TOTAL SKORE = 34
Penilaian Ketrampilan Sirkumsisi
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan
3 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, indikasi, komplikasi dan meminta
persetujuan
4 Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka,
perdarahan dan penyembuhan luka, kelainan epispadia dan hipospadia)
5 Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan pasien dengan sopan
6 Melakukan cuci tangan fuerbringer’s method
7 Memakai sarung tangan
Periksa penis, pastikan tidak terdapat kontraindikasi (epispadi, hipospadi, corda
penis, dll)
8 Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara sentrifugal
9 Memasang duk steril dengan benar
10 Melakukan anestesi blok n.pudendus
11 Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke arah proximal
12 Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
13 Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma
menggunakan kasa betadin sampai corona glandis terlihat.
14 Kembalikan preputium pada posisi semula
15 Klem preputium pada jam 11 dan jam 1
16 Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
17 Lakukan jahit kendali mukosa – kulit pada jam 12
18 Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan
preputium dan frenulum pada jam 6
19 Lakukan jahitan terputus mengelilingi corona glandis (jam 3 dan jam 9)
20 Jahit pada frenulum untuk meligasi pembuluh darah di frenulum
21 Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
22 Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan
23 Balut luka dengan kasa steril
24 Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
25 Pemberian obat dan edukasi pasien
TOTAL 50
Bedah Digestif

Pemasangan Naso Gastric Tube

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2 3
1 Cek catatan medik pasien
2 Berikan salam, menyapa pasien/keluarga dan memperkenalkan diri
3 Menanyakan keluhan utama/memeriksa tanda kegawatan
4 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga untuk bertanya
sebelum kegiatan dilakukan dan meminta persetujuan pasien/keluarga
6 Memposisikan pasien high fowler
7 Melakukan cuci tangan 6 step WHO dan memakai handscoen (prinsip
steril)
8 Menyiapkan alat
9 Mengukur dan memberi tanda pada NGT yang akan dipasang sekitar
40-45 cm (diukur dari hidung ke telinga, lalu dari telinga ke
processus xiphoideus)
10 Memberi jelli sepanjang tube ±15-20cm
11 Mengingatkan klien bahwa tube segera akan dimasukan dengan
posisi kepala ekstensi, masukan tube melalui lubang hidung yang
telah ditentukan.
12 Menekuk kepala pasien ke dada (fleksi) setelah tube melewati
nasopharynx. Mempersilahkan klien untuk relaks sebentar dan
berikan tissue
13 Menekankan perlunya bemapas dengan mulut dan menelan selama
prosedur bertangsung
14 Menganjurkan klien untuk menelan sembari kita mendorong tube
15 Cek posisi NGT (apakah masuk di lambung atau di paru-paru)
dengan 3 cara :
Aspirasi cairan lambung dengan spuit 10 cc jika cairan bercampur isi
lambung berarti sudah masuk kelambung,
Memasukan ujung NGT (yang dihidung) kedalam air dalam kom bila
ada gelembung berarti NGT dalam paru-paru
Petugas memasukan gelembung udara melalui spuit bersamaan
dilakukan pengecekan perut dengan stetoskop untuk mendengarkan
gelembung udara di lambung
16 Menutup NGT dengan spuit 10 cc atau mengalirkannya ke botol
penampung.
17 Fiksasi NGT ke hidung dengan plester
18 Merapikan alat-alat
19 Melepas sarung tangan
20 Cuci tangan 6 step WHO
21 Mendokumentasikan

Bedah Onkologi
Pemeriksaan Mammae

No Prosedur Score
0 1 2
Persiapan
1 a.Meminta persetujuan penderita dan menjelaskan pemeriksaan yang
akan dilakukan.
2 b.Meminta penderita membuka pakaian sebatas pinggang.
3 c.Asepsis (cuci tangan dengan sabun/larutan detol/antiseptis) dan
keringkan dengan handuk kering.
Pemeriksaan fisik payudara
a. Inspeksi :
4 - Kedua lengan di samping badan, inspeksi payudara dan papila mamae.
5 - Kedua lengan di atas kepala, inspeksi payudara dan papila mamae.
6 - Kedua tangan di pinggang, inspeksi payudara dan papila mamae.
7 - Posisi duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan,
bersandar pada punggung kursi atau lengan pemeriksa, jika payudara
penderita besar atau pendular, inspeksi payudara dan papila mamae.
b. Palpasi
8 - Penderita berbaring, jika perlu gunakan bantal tipis di bawah
punggung.
9 - Palpasi pada setiap kuadran, payudara bagian perifer, kauda aksilaris
dan areola mamae, bandingkan payudara kanan dan kiri. Adakah nodul.
10 - Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola mamae sekitar dengan
ibu jari dan telunjuk, perhatikan adakah pengeluaran discharge.
11 - Jika dijumpai discharge, atau riwayat mengeluarkan discharge, coba
cari asalnya dengan menekan areola mamae dengan ibu jari dan telunjuk
dan pada sebelah radial sekitar papila mamae.
Pemeriksaan fisik aksila
a. Inspeksi
12 - Penderita duduk, kedua lengan rikleks di samping badan.
13 - Inspeksi kulit aksila, perhatikan adakah rash, infeksi, ulkus, benjolan.
b. Palpasi
14 - Letakkan jari-jari tangan kanan di bawah aksila kiri, rapatkan untuk
mencapai sejauh mungkin apek fossa aksilaris. Suruh lengan kiri
penderita rileks, dan topang lengannya dengan tangan/lengan kiri
pemeriksa.
15 - Tekan jari-jari pemeriksa ke dinding dada, cari nnll grup aksila
sentralis, nnll grup aksila lateral, nnll grup pectoral, nnll grup
subskapular, adakah pembesaran nnll, perubahan konsistensi, bentuk
dan adakah nyeri tekan..
16 - Lakukan pula untuk aksila kanan dengan menggunakan tangan kiri
pemeriksa.
17 - Palpasi nnll grup supraklavikular dan infraklavikular, adakah
pembesaran nnll, perubahan konsistensi, bentuk dan adakah nyeri tekan,
bandingkan kanan dan kiri.
18 Pemeriksaan selesai, penderita dipersilakan mengenakan pakaian
kembali dan duduk di kursi yang telah disediakan.
19 Asepsis (cuci tangan dengan sabun/larutan detol/antiseptis) dan
keringkan dengan handuk kering.
INTERNA

Daftar Tilik Pemeriksaan Fisik Abdomen

SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas
1 pasien. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan. Meminta
persetujuan pasien.
2 Menjaga privasi pasien dan mencucuci tangan sesuai posedur.
3 Berdiri disebelah kanan pasien. *critical point
4 Meminta penderita untuk membuka bajunya seperlunya agar daerah
pemeriksaan terbuka (dari bawah payudara sampai pelvis).
5 Meminta penderita untuk memberikan respons terhadap pemeriksaan
(rasa sakit).
INSPEKSI
6 Inspeksi abdomen pada saat pasien berdiri, nilai apakah ada
kelainan atau tidak.
7 Meminta pasien berbaring, inspeksi: perubahan yang terjadi dari
berdiri ke berbaring (pada ascites seperti perut katak). Dinilai
apakah ada massa, ikterus, alopesia pectoralis/aksilaris, spider navy,
venektasi, caput medusa, striae, sikatrik, umbilicus (infeksi/hernia),
pulsasi aorta (di epigastrium), darm steifung, darm contour.
(Inspeksi dengan berdiri).
8 Melakukan inspeksi terhadap peristaltic dengan membungkuk atau
duduk.
AUSKULTASI
9 Melakukan auskultasi sebelum perkusi dan palpasi.
10 Auskultasi periumbilikal (menilai bising usus didengarkan 15-20
detik).
11 Auskultasi Arteri (aorta, renal kanan-kiri, iliaka kanan-kiri).
PERKUSI
12 Perkusi 9 regio abdomen (sebutkan regionya).
13 Perkusi hepar: menilai batas paru-hepar, pekak relatif dan pekak
absolut, mengukur Liver span.
14 Perkusi lien: menilai Traube’s space.
PALPASI
15 Menghangatkan tangan dengan menggosok kedua telapak tangan.
16 Meminta pasien melipat kedua lutut kaki
17 Melakukan palpasi superficial secara menyeluruh 9 regio abdomen
18 Melakukan palpasi hepar: menilai batas, tepi, permukaan,
konsistensi, nyeri tekan/tidak.
19 Melakukan palpasi lien. Bila lien teraba laporkan: garis schuffner (1
– 8), permukaan, konsistensi, pinggir, nyeri tekan dan diingat
adanya incisura lienalis.
20 Melakukan palpasi aorta abdominalis.
Paru
Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Paru

No Aspek Yang Dinilai Nilai


0 1 2
1 Memperkenalkan diri dan menyapa pasien
2 Memberi penjelasan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan pasien
3 Meminta pasien untuk membuka pakaian seperlunya dan berbaring
terlentang
4 Menjaga Privasi pasien
5 Melakukan cuci tangan 6 step WHO
6 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
7 Memperhatikan dan menghitung frekuensi serta irama pernafasan
8 Melakukan inspeksi dari kepala - ekstremitas, untuk melihat apakah ada
sianosis, pernafasan cuping hidung, clubbing finger,
9 Melakukan inspeksi dari anteriro dan posterior thorax pasien untuk
menentukan bentuk thorax dan adanya retraksi pernafasan
10 Meletakkan kedua telapak tangan pada bagian dada dan punggung
penderita kiri dan kanan untuk merasakan perbandingan gerak nafas.
(atas, tengah, bawah)
11 Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
mengucapkan “sembilan puluh sembilan”(atas, tengah, bawah)
12 Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
belakang, membandingkan kiri dan kanan
13 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
14 Melakukan perkusi untuk menentukan peranjakan paru
15 Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
belakang, membandingkan kanan dan kiri
16 Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat yang diperiksa
menggunakan diafragma
Membereskan alat dan mencuci tangan
17
18 Mencatat hasil pemeriksaan dan memberikan informasi kepada pasien
Jantung
Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Jantung

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1. Sebelum memeriksa pasien, cuci tangan dahulu dengan alkohol sesuai
prosedur.
2. Membina sambung rasa yang optimal dengan mengucapkan salam pembuka
(selamat pagi/siang/sore), memperkenalkan diri dan menanyakan Identitas.
3. Meminta ijin memeriksa, mempersilahkan pasien untuk ke tempat
pemeriksaan dan menjelaskan apa yang akan dilakukan pada pasien.
4. Meminta pasien untuk membuka baju, berusaha membuat pasien siap
diperiksa (santai) dengan mengajak berkomunikasi. (Ucapkan: Maaf, sebut
Nama, terima kasih)
5. *Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
6. INSPEKSI DADA:
Meminta pasien untuk berbaring terlentang dan membuka baju daerah dada
sd pusar untuk pasien pria.(Pasien Wanita dengan perlakuan khusus/
payudara tetap tertutup bra) Melakukan inspeksi dada pasien dari sisi kanan
pasien. (bentuk dada, mencari ictus cordis)
7. PALPASI DADA:
Letakkan ke 2 telapak tangan pada sisi kanan dan kiri dinding dada pasien
untuk membandingkan pergerakan dinding dada. Meminta pasien untuk
menarik nafas panjang. Laporkan: Simetris?
8. Meraba ictus cordis dengan ke-4 jari tangan kanan pada SIC 4 dan 5, linea
midclavicula sinistra. Setelah teraba, letakkan jari telunjuk di ictus cordis.
Laporkan teraba tidaknya, lokasi, kuat angkat, diameter, “Thrill”
penjalaran, amplitudo.
9. PERKUSI JANTUNG:.
Melakukan perkusi untuk mencari batas-batas jantung (atas-kanan-kiri).
Menentukan batas kiri jantung dengan melakukan perkusi dari sisi lateral
sinistra ke medial

10. Menentukan batas kanan jantung dengan melakukan perkusi dari sisi dextra
ke medial

11. Menentukan batas atas jantung dengan melakukan perkusi dari atas (fossa
supraclavicula) ke bawah
12. Selama perkusi dapat menghasilkan perubahan suara dari sonor ke redup
jantung
13. Dapat menyebutkan batas-batas jantung sesuai dengan pemeriksaan diatas.
14. AUSKULTASI JANTUNG:
Meminta pasien untuk bernafas biasa dalam suasana rileks
15. Melakukan auskultasi jantung pada SIC II parasternal dextra
16. Melakukan auskultasi jantung pada SIC II parasternal sinistra
17. Melakukan auskultasi jantung pada SIC III-IV sepanjang garis parasternal
dextra
18. Melakukan auskultasi apex jantung pada SIC IV-V liniea midclavicula
sinistra
19. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatian pada
suara tambahan jantung
20. Perhatikan irama dan frekuensi jantung
21. Tentukan ada/tidaknya suara tambahan jantung
22. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai; dokumentasikan,
memberikan informasi resume hasil pemeriksaan dan mengucapkan terima
kasih.

Penilaian Monitoring EKG


NO KETERANGAN SCORE
0 1 2
1 Persiapan alat
2 Cek kaliberasi
3 Persiapan penderita
4 Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektrda
5 Pasang elektrode pada kulit extremitas
6 Pasang elektrode precordial*
7 Lakukan perekaman di semua lead
8 Menulis identitas penderita, waktu perekaman pada elektrokardiogram
9 Memberikan tanda pemisah pada tiap lead
10 Lepaskan eletroda, rapikan peralatan.
11 Baca dan analisis hasil perekaman EKG
TOTAL

Penilaian Tes (Brodie) Trendelenburg

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur
2 Melakukan persiapan alat dengan benar dan mencuci tangan
3 Mempersiapkan pasien dengan benar
4 Mengangkat tungkai yang diperiksa 45-90°
5 Memasang ikatan Torniquet dengan benar
6 Meminta pasien berdiri tegak
7 Mengamati pengisian vena perifer tungkai
8 Setelah pasien berdiri selama 20 detik, lepaskan ikatan tourniquet
9 Mengamati kembali pengisian vena perifer tungkai
10 Menginterpretasikan menginterpretasikan hasil tes Brodie
Skor Total

Penilaian Tes Ankle–Brachial Index

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur
2 Melakukan persiapan alat dan pasien dengan benar dan mencuci tangan
3 Memasang ikatan sfigmomanometer di lengan atas dengan benar
4 Memberikan gel di sekitar arteri brakialis
5 Memompa sfigmomanometer hingga 20 mmHg diatas tekanan
sistolik / setelah suara hilang dengan benar
6 Menurunkan tekanan sfigmomanometer secara perlahan
7 Menentukan tekanan darah sistolik arteri brakialis
8 Melakukan pengukuran ini dua kali dan menentukan reratanya
9 Melepaskan ikatan sfigmomanometer
10 Melakukan pemeriksaan ini pada sisi kontra lateral
11 Memasang ikatan sfigmomanometer di pergelangan kaki dengan benar
12 Memberikan berikan gel di sekitar arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior
13 Memompa sfigmomanometer hingga 20 mmHg diatas tekanan
sistolik / setelah suara hilang dengan benar
14 Menurunkan tekanan sfigmomanometer secara perlahan
15 Menentukan tekanan darah sistolik arteri dorsalis pedis
16 Melakukan pengukuran ini dua kali dan menentukan reratanya
17 Melakukan pengukuran ini pada arteri dorsalis pedis sebanyak 2 kali dan
tentukan reratanya
18 Melepaskan ikatan sfigmomanometer
19 Melakukan pemeriksaan ini pada sisi kontra lateral
20 Membereskan peralatan dan mencuci tangan
21 Menginterpretasikan hasil tes ABI
Skor Total
NEUROLOGI

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan GCS

No. Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
I Pemeriksaan GCS :
A. Pemeriksaan Eye/mata :
1. Pemeriksa mendekati pasien dan pasien spontan membuka mata dan
memandang pemeriksa : skor 4
2. Pemeriksa memanggil nama pasien/memerintahkan pasien untuk membuka
mata : skor 3
3. Pemeriksa memberi rangsang nyeri berupa cubitan,pasien akan membuka
mata : skor 2
4. Pemeriksa memberi rangsang apapun (suara keras/cubitan) pasien tidak
membuka mata : skor 1
B. Pemeriksaan Verbal :
5. Pemeriksa menanyakan orientasi pasien (tempat,orang,waktu),pasien
menjawab dengan jelas,benar,dan cepat : skor 5
6. Pemeriksa menanyakan orientasi pada pasien,pasien dapat menjawab tapi
bingung,tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya : skor 4
7. Pemeriksa memberi pertanyaan tapi pasien tidak dapat menjawab seluruh
pertanyaan dan tidak dapat menyelesaikan seluruh kalimat : skor 3
8. Pemeriksa memberi pertanyaan dan pasien hanya bisa bergumam : skor 2
9. Pemeriksa memberikan rangsang tapi pasien tidak mengeluarkan suara
/tidak ada respon : skor 1
C. Pemeriksaan motorik
10. Pemeriksa memberi perintah dan pasien dapat melaksanakannya : skor 6
11. Pemeriksa memberi perintah,tapi pasien mangabaikannya,diberi rangsang
nyeri pasien dapat melokalisir nyeri : skor 5
12. Pemeriksa memberi rangsang nyeri dan pasien berusaha menolaknya : skor
4.
13. Pemeriksa memberi rangsang nyeri,kedua tangan pasien menggenggam dan
di kedua sisi tubuh di bagian atas sternum (posisi dekortikasi) : skor 3.
14. Pemeriksa memberi rangsang nyeri ,pasien meletakkan kedua tangannya
secara lurus dan kaku di kedua sisi tubuh (posisi deserebrasi) : skor 2.
15. Pemeriksa memberi rangsang apapun pasien tidak bergerak/tidak berespon :
skor 1.
Total Nilai

Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Penilaian Ketrampilan Pemeriksaan Sensorik

A. Pemeriksaan Sensasi Taktil


No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Melakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4 Memilih dengan benar alat yang akan dipergunakan
5 Meminta penderita untuk relaks dan memejamkan mata
6 Mencoba alat pada dirinya sendiri
7 Meminta penderita mengatakan “ya” atau “tidak” apabila
merasakan adanya rangsang
8 Meminta penderita menyebutkan tempat yang dirangsang
9 Memberikan rangsang pada penderita pada daerah yang
dicurigai abnormal menuju ke daerah normal
10 Membandingkan daerah yang diperiksa pada tempat
setangkup kontralateral.
11 Melaporkan hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Sensasi Nyeri Superfisial


Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Melakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4 Memilih dengan benar alat yang akan dipergunakan
5 Meminta penderita untuk relaks dan memejamkan mata
6 Mencoba alat pada dirinya sendiri
7 Meminta penderita untuk menyebutkan apakan rangsangnya
tajam atau tumpul.
8 Menanyakan apakah ada perbedaan intensitas ketajaman
rangsangan.
9 Memberikan rangsang seminimal mungkin tanpa
menimbulkan luka/perdarahan pada penderita pada daerah
yang dicurigai abnormal menuju ke daerah normal.
10 Melakukan rangsangan dengan ujung tajam dan tumpul secara
bergantian
11 Membandingkan daerah yang diperiksa pada tempat
setangkup kontralateral.
12 Melaporkan hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Posisi
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 MElakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta penderita untuk duduk atau berdiri
5 Meminta penderita memejamkan mata
6 Meminta penderita untuk mengistirahatkan jari-jari
tangannya dan memisahkan stu sama lain.
7 Menggerakkan jari penderita secara pasif dengan
sentuhan seringan mungkin.
8 Meminta penderita menyatakan adakah perubahan posisi
atau adakah gerakan pada jarinya.
9 Melaporkan hasil pemeriksaan

Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Penilaian Ketrampilan Pemeriksaan Sistem Motorik

N KETERANGAN SCORE
O 0 1 2
1 Memberi salam dan menyapa dengan sopan
2 Inform konsen pemeriksaan
3 Meminta pasien duduk di meja pemeriksaan
4 Inspeksi adakah kelainan posisi, kelainan perkembangan
otot, trofi kedua ekstremitas
5 Palpasi tonus otot ke empat ekstermitas
6 Periksalah fleksi ke dua sendi bahu
7 Periksalah fleksi ke dua lengan bawah
8 Periksalah ekstensi ke dua lengan bawah
9 Periksalah ekstensi ke dua tangan
10 Periksalah fleksi jari-jari ke dua tangan
11 Periksalah abduksi jari-jari tangan
12 Periksalah oposisi ibu jari ke dua tangan
13 Meminta pasien berbaring di meja pemeriksaan
14 Periksalah fleksi ke dua panggul
15 Periksalah adduksi ke dua panggul
16 Periksalah abduksi ke dua panggul
17 Periksalah ekstensi ke dua panggul
18 Periksalah ekstensi ke dua tungkai bawah
18 Periksalah fleksi ke dua tungkai bawah
20 Periksalah dorsofleksi ke dua kaki
21 Periksalah plantarfleksi ke dua kaki
22 Periksalah ekstensi ibu jari ke dua kaki
total
KET: 0 : bila tidak dikerjakan
1 : bila dikerjakan, tetapi tidak sempurna
2 : bila dikerjakan dengan sempurna
0 (zero) Tidak ada kontraksi otot sama sekali baik pada inspeksi maupun palpasi

1( trace) Otot tidak mampu bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh dalam bidang horizontal,
hanya terlihat gerakan otot minimal / teraba kontraksi oleh pemeriksa

2 (poor) Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh tetapi tidak dapat melawan
gravitasi, atau hanya dapat bergerak dalam bidang horizontal

3 (fair) Kemampuan otot bergerak bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan gravitasi
namun tidak dapat melawan tahanan yang ringan sekalipun

4 (good) Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan gravitasi serta
dapat melawan tahanan yang ringan sampai sedang

5 Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan gravitasi serta
(normal) dapat melawan tahanan maksimal

PEMERIKSAAN MOTORIK

KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS


EKSTREMITAS ATAS OTOT PERSARAFAN PEMERIKSAAN GAMBAR
Deltoid anterior Axilaris, C5,C6 - Bahu fleksi 90
Pektoralis mayor C5-T1 - Pemeriksa
memberikan tahanan
pada lengan kearah
Biceps brachii Musculocutaneus ekstensi, dengan lokasi
Fleksi Bahu , C5,C6 tahanan pada distal
humerus
Coracobrachialis Musculocutaneus
C5-7

Deltoid posterior Axilaris, C5,C6 - Bahu ekstensi 45


dengan siku ekstensi
-Pemeriksa
Latissimus dorsi Thoracodorsalis memberikan tahanan
C6-8 pada lengan kearah
fleksi, dengan lokasi
Ekstensi Bahu tahanan pada distal
Teres Mayor Subscapularis humerus
bawah, C5,C6

-Bahu diposisikan 90


dari posisi abduksi
Deltoid Axilaris, C5,C6 -Pemeriksa
memberikan tahanan
kearah adduksi,
Abduksi Bahu dengan lokasi tahanan
pada distal humerus
Supraspinatus Suprascapularis,
C5,C6

-Pasien pada posisi


Pektoralis Mayor Pectoralis supine, dengan bahu
medial/lateral, diposisikan 120 dari
C5, T1
Adduksi Bahu posisi abduksi dan siku
Latissimus dorsi Thoracodorsalis, fleksi
C6-8 -Pemeriksa
memberikan tahanan
Teres Mayor Subscapularis pada lengan kearah
bawah, C5,C6 abduksi

Subscapularis -Pasien pada posisi


Subscapularis atas/bawah,C5,C6 prone , dengan bahu
abduksi 90 dengan
rotasi internal penuh
Pectoralis dan siku fleksi 90
Pectoralis Mayor medial/lateral -Pemeriksa
Rotasi Internal C5-T1 memberikan tahanan
pada lengan kearah
rotasi eksternal,
Latissimus dorsi Thoracodorsalis, dengan lokasi tahanan
C6-8 pada distal lengan
bawah

Deltoid Anterior Axillaris, C5,C6

Teres Mayor Subscapularis


bawah, C5,C6
-Pasien pada posisi
prone dan bahu
Infraspinatus Suprascapularis abduksi 90 dengan
rotasi eksternal penuh
dan siku fleksi 90
Rotasi Eksternal -Pemeriksa
memberikan tahanan
pada lengan kearah
Teres minor, Axillaris ,C5,C6
rotasi internal, dengan
deltoid posterior
lokasi tahanan pada
distal lengan bawah
-Siku diposisikan 90
fleksi
Biceps brachii -Pasien melakukan
fleksi siku dan
pemeriksa memberi
Musculocutaneus tahanan kearah
, C5,C6 ekstensi pada daerah
distal
Brachialis -Otot biceps adalah
Fleksi siku otot primer fleksi siku
dengan posisi lengan
supinasi penuh
-Otot brachialis adalah
otot primer fleksi siku
dengan posisi lengan
Brachioradialis Radialis, C5,C6 pronasi
-Otot brachioradialis
adalah otot primer
fleksi siku dengan
posisi lengan ibu jari ke
atas
-Siku pada posisi fleksi
untuk mencegah
stabilisasi dan
menemukan
kelemahan dari otot
Ekstensi siku Triceps Radialis, C6,C7 -Pemeriksa memberi
tahanan pada arah
fleksi lengan pasien
ketika pasien
melakukan ekstensi
siku
-Lengan pada posisi
pronasi
Pronator quadratus Anterior -Pemeriksa
Interoseus cabang memberikan tahanan
medianus supinasi pada distal
lengan
Pronasi siku -Pronator teres dapat
diperiksa ketika posisi
Pronator teres Medianus , C6,C7 siku 90

-Siku ekstensi dengan


posisi lengan supinasi
Supinasi siku Supinator Radialis , C5,C6 penuh posisi ini
menghambat asistensi
dari biceps
- Pemeriksa
memberikan tahanan
dengan melakukan
Biceps brachii Musculocutaneus pronasi pada lengan
, C5,C6 daerah distal

-Pergelangan tangan
diposisikan fleksi
penuh dan jari-jari
ekstensi
-Pemeriksa memberi
tahanan dengan
melakukan ekstensi
pergelangan tangan
Fleksor carpi Medianus ,C6,C8 pada daerah
radialis midpalmar
-Fleksor carpi radialis
dapat diperiksa dengan
posisi pergelangan
tangan deviasi radial
Fleksi pergelangan dan fleksi penuh.
tangan Pemeriksa memberi
tahanan dengan
melakukan ekstensi
pergelangan tangan
Fleksor carpi ulnaris Ulnaris, C6,C8
dan melakukan deviasi
ulnar
- Fleksor carpi ulnaris
dapat diperiksa dengan
posisi pergelangan
tangan deviasi ulnar
dan fleksi penuh.
Pemeriksa memberi
tahanan dengan
melakukan ekstensi
pergelanagn tangan
dan deviasi radial

-Pergelangan tangan
ekstensi penuh pada
posisi netral
Ekstensor carpi radialis Radialis , C6,C7 -Pemeriksa memberikan
longus tahanan dengan
melakukan fleksi
pergelangan tangan
Ekstensi pergelangan pasien pada daerah
tangan dorsum tangan
-Untuk memeriksa
Ekstensor carpi radialis Radialis , C6,C7 ekstensor carpi radialis
brevis longus pergelangan
tangan pasien
diposisikan deviasi radial
dan ekstensi penuh
-Pemeriksa melakukan
fleksi dan deviasi ulnar
pergelangan tangan
Ekstensor carpi ulnaris Radialis ,C7,C8 -Untuk memeriksa
ekstensor carpi ulnaris
pergelangan tangan
pada posisi deviasi ulnar
dan ekstensi penuh.
Pemeriksa melakukan
fleksi dan deviasi radial
pergelangan tangan
pasien sebagai tahanan
Periksalah tangan
Fleksor digitorum pasien, cari atrofi otot
profundus intrinsik, thenar,
hipothenar.
Fleksor digitorum Medianus, C8 Periksalah genggaman
superfisial pasien dengan meminta
Fleksi jari-jari penderita menggenggam
Fleksor pollicis longus jari pemeriksa sekuatnya
dan tidak melepas
genggaman saat
Medianus, pemeriksa mencoba
Instrinsik Ulnaris menarik jarinya. Normal
(hipotenar.interossei,t C8,T1 pemeriksa tidak dapat
enar,lumbricalis) menarik jari dari
genggaman pasien.
Bandingkan dengan sisi
kontra lateral
- Periksalah kekuatan
Opponen policis Medianus, oposisi ibujari dengan
C8,T1 meminta pasien
menyentuhkan ujung
Fleksor policis brevis Medianus, ibujari dengan jari
Oposisi Ibu jari Ulnaris, C8,T1 jelunjuknya sendiri dan
melawan tahanan
pemeriksa.bandingkan
Abduktor policis brevis Medianus, dengan sisi kontra
C8,T1 lateral.

Periksalah otot intrinsik


tangan sekali lagi,
dengan meminta pasien
abduksi pada semua jari
Abduksi jari Abduktor digiti minimi Ulnaris, dan melawan tahanan
T1 pemeriksa. Normal
pasien dapat menahan
tekanan pemeriksa.

PEMERIKSAAN MOTORIK

KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS BAWAH

EKSTREMITAS OTOT PERSARAFAN PEMERIKSAAN GAMBAR


BAWAH
Iliacus Femoral, L2-4 -Posisi pasien dapat
Psoas Pleksus lumbal, L1-4 duduk /supine
Tensor fascia lata Superior gluteal, L4-5 -Supine : pasien
S1 memfleksikan panggul,
Pectineus Femoral/Obturator pemeriksa berusaha
L2-3-4 melakukan ekstensi
Fleksi panggul Abduktor magnus dan panggul, tahanan
brevis, bagian anterior diberikan pada anterior
abductor magnus paha
-Duduk : panggul pada
posisi fleksi saat
pemeriksa berusaha
melakukan ekstensi
panggul

-Pasien pada posisi prone,


dilakukan ekstensi
panggul dengan lutut
dalam keadaan fleksi 90
Ekstensi Panggul Gluteus maksimus L5,S1-2 -Pemeriksa berusaha
melakukan ekstensi
panggul, tahanan
diberikan pada posterior
paha
-Abduksi panggul dapat
diperiksa dalam posisi
berbaring miring/duduk
-Pasien posisi berbaring
miring dengan abduksi
panggul, Pemeriksa
berusaha melakukan
Abduksi panggul Gluteus medius L4-5,S1 adduksi panggul, tahanan
pada distal lateral paha
-Posisi duduk :panggul
keadaan abduksi,
pemeriksa melakukan
adduksi panggul,tahanan
pada distal lateral paha

-Pasien berbaring miring,


kaki pasien dalam posisi
Adduktor brevis Obturator, L2-4 abduksi, pasien diminta
melakukan adduksi kaki
sisi bawah
-Pemeriksa berusaha
melakukan abduksi kaki
sisi bawah dengan
Adduktor longus, memberikan tahanan
Adduksi panggul adductor magnus bagian Obturator, L3-4 pada medial paha bagian
anterior distal
-Pemeriksaan dapat juga
dilakukan dengan posisi
pasien duduk, dengan
panggul adduksi,
pemeriksa berusaha
Pectineus Femoral /obturator, melakukan abduksi
L2-3 panggul, tahanan
diberikan pada medial
paha bagian distal.

Gluteus superior, L4- -Pasien duduk dengan


Tensor fascialata 5,S1 lutut fleksi 90,dan
panggul rotasi internal
Femoralis -Pemeriksa menggunakan
Rotasi internal Pectineus obturatorius, L2-3 satu tangan untuk
panggul membuat kaki dalam
posisi rotasi internal
Gluteus minimus, bagian Gluteus superior, L- dengan memberikan
anterior 5,S1 tahanan lateral dari atas
lutut, sambil stabilisasi
lutut dengan tangan
lainnya.
-Pasien duduk dengan
Piriformis S1-2 lutut fleksi 90, dan
panggul rotasi eksternal
-Pemeriksa menggunakan
Gluteus maximum Gluteus inferior, satu tangan untuk
L5,S1-2 melakukan rotasi internal
Rotasi eksternal kaki dengan memberikan
panggul tahanan medial dari
Gemellus bawah lutut, sambil
superior/obturator L5,S1-2 stabilisasi lutut dengan
internus tangan lainnya.
Gemellus inferior L4-5, S1
/quadratusfemoris
-Lutut pasien fleksi 90
Semitendinosus dengan posisi tengkurap
L5,S1 -Pemeriksa melakukan
Fleksi lutut Semimembranosus ekstensi kaki pada
permukaan posterior
tibial
Biceps femoris L5,S1-2
-Lutut fleksi 30 dengan
posisi pasien duduk /
berbaring. Usahakan
menghindari ekstensi
lutut penuh karena pasien
Ekstensi lutut Quadriceps femoris Femoralis, L2-4 dapat melakukan
stabilisasi lutut, sehingga
kelemahan ringan
diketahui.
-Pemeriksa berusaha
melakukan fleksi kaki,
dengan memberikan
tekanan pada permukaan
anterior tibia.
-Pergelangan kaki
ditempatkan dalam posisi
dorso fleksi
-Pemeriksa berusaha
melakukan plantar fleksi
Tibialis anterior pergelangan kaki,dengan
Ekstensor digitorum memberikan tahanan dari
Dorsofleksi longus Peroneus profundus dorsum kaki
pergelangan kaki Ekstensor halluces L4-5, S1 -Untuk memeriksa tibialis
longus anterior, posisi
pergelangan kaki inversi
dan dorsofleksi penuh.
Pemeriksa berusaha
melakukan plantar fleksi
dan eversi kaki
-Untuk memeriksa
ekstensor digitorum
longus, pergelangan kaki
pada posisi eversi dan
dorsofleksi penuh.
Pemeriksa berusaha
melakukan plantarfleksi
dan inversi pergelangan
kaki
-Posisikan pergelangan
kaki pada plantar fleksi
-Pemeriksa melakukan
dorsifleksi kaki, dengan
memberikan tekanan
pada permukaan plantar
kaki
Plantarfleksi Gastrocnemius Tibialis, S1-2 - Untuk menguji
pergelangan kaki Soleus gastrocnemius, lutut
dalam posisi ekstensi
-Untuk menguji soleus,
lutut dalam posisi fleksi
-Tes fungsional lain
seperti berjalan jinjit
dapat memperlihatkan
kelemahan yang tidak
tampak saat pemeriksaan

Mintalah pasien ekstensi


ibu jari kaki melawan
tahanan pemeriksa.
Ekstensi ibu jari Ekstensor hallucis L5
kaki longus

Penilaian Ketrampilan Pemeriksaan Reflek Fisiologis

No. Aspek Yang Dinilai Nilai


1. Beri salam pada pasien * 0 1 2
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan pada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan
tujuannya.*
4. Pemeriksaan bisep:
Pasien duduk santai
Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit
pronasi, lengan diletakkan diatas lengan pemeriksa
Ibu jari pemeriksa diletakkan di atas tendo bisep, lalu pukullah
ibu jari tadi dengan palu reflek.*
Respon : fleksi ringan disiku*
5. Pemeriksaan Reflek Trisep :
Pasien duduk rileks
Lengan pasien diletakkan diatas lengan pemeriksa
Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani *
Respon : ekstensi lengan bawah di siku *
6. Pemeriksaan Reflek brachioradialis:
Posisi pasien sama dengan pemeriksaan reflek bisep
Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu
reflek *
Respon : muncul gerakan menyentak pada tangan *
7. Pemeriksaan Reflek ulnaris :
Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sikap tangan antara
supinasi dan pronasi
Ketukan pada periosteum os. Ulnaris *
Respon : pronasi tangan *
8. Pemeriksaan Reflek radialis :
Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan
sedikit di pronasikan
Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis *
Respon : fleksi lengan bawah dan supinasi lengan *
9. Pemeriksaan Reflek patella:
Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai
Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang
tepat
Tangan pemeriksa memegang paha pasien.
Ketuk tendo patela dengan palu reflek menggunakan tangan yang
lain *
Respon : pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep,
ekstensi tungkai bawah.*
10. Pemeriksaan Reflek Achilles :
Penderita berbaring terlentang
Kaki yang akan diperiksa ditumpangkan pada os. Tibia kaki
lainnya
1 tangan pemeriksa memegang jari-jari kaki yang akan diperiksa,
sedangkan tangan yang lain mengetuk tendo achilles
Respon : plantarfleksi kaki *
11. Pemeriksaan Reflek dinding perut:
Kulit dinding perut digores dengan bagian tumpul palu reflek
dengan arah dari samping ke garis tengah
Respon : kontraksi dinding perut *
12 Pemeriksaan Reflek Plantar :
Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu reflek
Respon : plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki. *
Total Nilai

Penilaian Pemeriksaan Reflek Patologis

No Aspek yang dinilai Skor


0 1 2
1 Siapkan alat
2 Jelaskan tujuan
3 Melakukan pemeriksaan Reflek hoffmann tromner
4 Melakukan pemeriksaan Grasping reflek
5 Melakukan pemeriksaan Reflek palmomental
6 Melakukan pemeriksaan Reflek snouting / menyusu
7 Melakukan pemeriksaan Reflek glabella

8 Melakukan pemeriksaan Reflek Babinski


9 Melakukan pemeriksaan Reflek Oppenheim
10 Melakukan pemeriksaan Reflek gordon
11 Melakukan pemeriksaanReflek schaefer
12 Melakukan pemeriksaan Reflek chaddock
13 Melakukan pemeriksaan Reflek Rossolimo
14 Melakukan pemeriksaan Reflek Mendel-Bacctrerew
15 Rapikan alat
16 Cuci tangan
17 Dokumentasikan
TOTAL NILAI
Ketrampilan Pemeriksaan Saraf Kranial

No Aspek Yang Dinilai Nilai


1 2 3
1. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
2. Menyiapkan penderita dan meminta kerjasama penderita dalam
pelaksanaan Pemeriksaan
3. Melakukan pemeriksaan N. I
4. Melakukan pemeriksaan penglihatan sentral
5. Melakukan pemeriksaan penglihatan perifer
6. Melakukan pemeriksaan penglihatan warna
7. Melakukan pemeriksaan fundus oculi
8. Melakukan pemeriksaan retraksi
9. Melakukan pemeriksaan ptosis
10. Melakukan pemeriksaan pupil
11. Melakukan pemeriksaan gerakan bola mata
12. Melakukan pemeriksaan sikap bola mata
13. Melakukan pemeriksaan N. V sensibilitas
14. Melakukan pemeriksaan N.V motorik
15. Melakukan pemeriksaan N.V reflek
16. Melakukan pemeriksaan N. VII atas perintah pemeriksa
17. Melakukan pemeriksaan N. VII sensorik khusus
18. Melakukan pemeriksaan N. VIII detik arloji dan gesekan jari
19. Melakukan pemeriksaan N. VIII tes Weber
20. Melakukan pemeriksaan N. VIII tes Rhine
21. Melakukan pemeriksaan N. IX-X gerakan palatum
22. Melakukan pemeriksaan N. IX-X reflek muntah dan sensorik
23. Melakukan pemeriksaan N. XI m. Sternocleidomastoid
24. Melakukan pemeriksaan N. XI M. Trapezius

25. Melakukan pemeriksaan N. XII


Keterangan:
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Penilaian Keterampilan Keseimbangan dan Koordinasi

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Melakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
Tes Romberg
4 Meminta penderita untuk berdiri dengan kedua tumit saling
merapat
5 Meminta penderita melakukan hal tersebut pada mata terbuka
kemudian mata tertutup.
6 Melaporkan hasil pemeriksaan.
Tes Tandem Walking
7 Meminta penderita berjalan pada satu garis lurus di lantai,
dengan menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari
kaki yang berlawanan.
8 Meminta penderita melakukan hal tersebut pada mata terbuka
dan mata tertutup.
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
Finger-to-nose test
10 Meminta penderita menyentuh ujung hidungnya dengan ujung
jari telunjuknya dengan gerakan abduksi dan ekstensi lengan
secara komplit.
11 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan
kemudian cepat.
12 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka
dan mata tertutup.
13 Melaporkan hasil pemeriksaan
Nose-finger-nose test
14 Meminta penderita menyentuh ujung hidungnya dengan ujung
jari telunjuknya dengan gerakan abduksi dan ekstensi lengan
secara komplit kemudian menyentuh ujung jari pemeriksa dan
kembali menyentuh ujung hidungnya
15 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan
kemudian cepat.
16 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka
dan mata tertutup.
17 Mengubah-ubah jari pemeriksa baik dalam jarak maupun bidang
gerakan
18 Melaporkan hasil pemeriksaan
Finger-to-finger test
19 Meminta penderita mengabduksikan lengan pada bidang
horizontal dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari
telunjuknya saling bertemu tepat ditengah-tengah bidang
horizontal tersebut.
20 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan
kemudian cepat.
21 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka
dan mata tertutup.
22 Melaporkan hasil pemeriksaan
Diadokokinesis
23 Penderita diminta untuk menggerakan kedua tangannya
bergantian pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam.
24 Meminta penderita melakukan gerakan tersebut secepat
mungkin.
25 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka
dan mata tertutup.
26 Melaporkan hasil pemeriksaan
Heel-to-knee-to-toe test
27 Meminta penderita untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut
kontralateral, kemudian diteruskan dengan mendorong tumit
tersebut lurus ke jari-jari kakinya.
28 Melaporkan hasil pemeriksaan
Rebound test
29 Penderita diminta adduksi pada bahu, fleksi pada siku dan
supinasi lengan bawah, siku difiksasi/diletakkan pada meja
periksa/alas lain.
30 Menarik lengan bawah penderita dan penderita diminta
menahannya
31 Dengan mendadak melepaskan tarikan tersebut
32 Sebelumnya lengan lain harus menjaga muka dan badan
pemeriksa supaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri
33 Melaporkan hasil pemeriksaan

PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN & PEMERIKSAAN TANDA IRITASI RADIX PADA DAERAH VERTEBRALIS

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Melakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta penderita untuk posisi tiduran
Kaku kuduk
5 Pastikan tidak ada cedera servikal
6 Letakkan tangan kiri dibawah kepala pasien
7 Menggoyangkan kepala pasien ke kanan dan ke kiri
8 Memfleksikan maksimal kepala ke anterior, sampai dagu menyentuh dada
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
Brudzinski’s Sign
Neck Sign
10 Memfleksikan kepala secara pasif hingga dagu menyentuh sternum
11 Melaporkan hasil pemeriksaan
Leg Sign
12 Mengangkat salah satu tungkai dalam sikap lurus pada sendi lutut dan
kemudian ditekukkan pada sendi panggul
13 Melaporkan hasil pemeriksaan
Cheek Sign
14 Menekan pipi kedua sisi tepat di bawah os.zigomatikum
15 Melaporkan hasil pemeriksaan
Symphisis Sign
16 Pastikan kandung kemih kosong dan tidak ada fraktur pada os.coxae
17 Menekan pada simfisis pubis
18 Melaporkan hasil pemeriksaan
Kernig’s Sign
19 Memfleksikan sendi panggul 90°
20 Mengekstensikan sendi lutut
21 Melaporkan hasil pemeriksaan
TOTAL NILAI

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Melakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta penderita untuk posisi tiduran
Tes Patrick
5 Meletakkan maleolus eksterna tungkai yang sakit pada lutut tungkai
lainnya
6 Melakukan penekanan pada lutut yang difleksikan
7 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Kontrapatrick
8 Mengendorotasikan & mengaduksikan tungkai yang sakit
9 Menekan sejenak sendi lutut tungkai yang sakit
10 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Laseque
11 Mengangkat tungkai pasien dalam keadaan lurus dengan cara tangan
kanan pemeriksa memegang tumit pasien
12 Memfiksasi lutut pasien dengan tangan kiri
13 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Naffziger
14 Menekan kedua vena jugularis dan penderita disuruh mengejan
15 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Valsava
16 Meminta penderita posisi duduk
17 Meminta pasien untuk mengejan sewaktu pasien menahan napas
18 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Kompresi Lhermitte
19 Melakukan kompresi pada kepala penderita dalam berbagai posisi miring
kanan, miring kiri, tengadah, menunduk
20 Melaporkan hasil pemeriksaan
TOTAL NILAI
THT

Pemeriksaan Fisik Kepala Dan Leher


:
KETERAMPILAN 0 1 2
A. PERSIAPAN
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Menginformasikan tujuan dan prosedur ringkas pemeriksaan fisik
Memberi kesempatan bertanya dan mempersiapkan diri
Menjaga privasi dan memastikan kenyamanan pasien
Mencuci tangan
B. PELAKSANAAN
Inspeksi :Bentuk kepala, kulit, mata dan organ aksesorinya, hidung, mulut,
telinga
Palpasi: kulit kepala, rambut
MATA
Periksa refleks cahaya langsung dan konsensual (1 mata saja)
Periksa gerakan otot ekstrinsik bola mata
Periksa ada/tidaknya eksoftalmus. Bola mata diukur dari kantus lateralis
dengan menggunakan penggaris N < 16 mm
TELINGA
11. Inspeksi dan palpasi aurikula, tragus & antitragus
12. Inspeksi canalis auditivus melalui otoskop (disebutkan saja)
HIDUNG DAN SINUS PARANASALES
13. Inspeksi rongga hidung dengan spekulum hidung (disebutkan saja)
14. Palpasi sinus maksilaris & frontalis terhadap nyeri tekan
MULUT DAN FARING
15. Inspeksi seluruh penyusun rongga mulut dan orofaring (menggunakan
spatula lidah &senter)
16. Uji kesimetrisan palatum mole dengan mengucapkan ”AAAAAAAAA”
LEHER
17. Inspeksi leher: kulit, asimetri, posisi trakea, kelenjar tiroid
18. Palpasi kelenjar limfe: preaurikuler,occipital,posterior
auricular,tonsillar,submandibular,submental,superficial cervical,posterior
cervical & supraclavicular.Nilai adanya
benjolan,bentuk,ukuran,jumlah,mobile/imobile,konsistensi,nyeri,tanda2
peradangan.
19. Palpasi posisi trakea dengan menggunakan satu jari & bandingkan dengan
sisi satunya, normal jarak kanan & kiri sama. Perhatikan apakah trakhea
mengalami deviasi/tidak.
20. Palpasi kelenjar tiroid dari belakang saat istirahat dan saat menelan air,
diraba sampai kelateral dinilai simetris /asimetris,tepi & konsistensi.
EKSTREMITAS
21. Inspeksi (eritema palmar, hiperhidrosis)
22. Pemeriksaan tremor halus, jika tidak yakin adanya tremor halus dapat
menggunakan kertas.
C DOKUMENTASI
23. DOKUMENTASI HASIL PEMERIKSAAN DAN
MENGINFORMASIKAN HASIL PEMERIKSAAN KEPADA PASIEN

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan THT


Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Menyapa pasien dengan ramah
2. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan
3. Memasang lampu kepala dengan benar
4. Melakukan pemeriksaan telinga dengan benar (inspeksi, palpasi dan otoskopi)
5. Melakukan pemeriksaan tes Rinne dengan benar
6. Melakukan pemeriksaan tes Weber dengan benar
7. Melakukan pemeriksaan tes Schwabach dengan benar
8. Melakukan pemeriksaan hidung (rinoskopi anterior) dengan benar
9. Melakukan pemeriksaan rongga mulut, tonsil dan faring dengan benar
Jumlah

MATA

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Mata

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Menyapa pasien dengan ramah
2. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan
3. Inspeksi orbita dan daerah sekitarnya
4. Melakukan pemeriksaan visus menggunakan optotype snellen
5. Melakukan pemeriksaan lapangan pandang menggunakan tes
konfrontasi
6. Melakukan pemeriksaan papan placido
7. Melakukan pemeriksaan tonometri digital
8. Melakukan pemeriksaan oftalmoskopi
9. Melakukan pemeriksan otot penggerak bola mata
10. Melakukan pemeriksaan tes buta warna
TOTAL
KULIT

I. MATERI
A. ANAMNESIS (HISTORY TAKING)
Anamnesis merupakan upaya penggalian informasi terkait dengan keluhan yang dialami
oleh pasien yang dapat dilakukan secara langsung pada pasien (autoanamnesis) atau
dengan orang lain yang mengerti riwayat kesehatan pasien (alloanamnesis). Pada sistem
integument, sebelum melakukan anamnesis, kita juga perlu melihat sekilas lokasi dan
konfigurasi lesi, untuk membantu mempersempit diagnosis banding yang akan kita gali
informasinya.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


Merupakan keluhan utama yang dijabarkan dalam sacred seven yang meliputi onset
penyakit, lokasi lesi, kronologi perjalanan penyakit, kualitas, kuantitas penyakit, faktor-
faktor yang memperberat/memperingan penyakit dan gejala penyerta keluhan utama.

Dalam anamnesis RPS sebaiknya juga ditanyakan hal-hal yang terkait diagnosis banding,
untuk membantu mempermudah menyingkirkan diagnosis-diagnosis banding yang kurang
sesuai.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


Merupakan jabaran episode penyakit, apakah penyakit ini merupakan yang pertama kali
atau ulangan/kambuhan. Bila merupakan episode ulang frekeuensi kekambuhan juga perlu
ditanyakan, demikian pula pengobatan yang selama ini didapatkan oleh pasien.

Selain jabaran episode penyakit, pada RPD juga perlu kita gali informasi penyakit-penyakit
sistemik lainnya yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya kelainan kulit yang
dialami. Penyakit-penyakit sistemik seperti kelainan endokrin, vascular, ginjal, hepar, alergi-
imunologi, kelainan jaringan ikat sering kali bermanifestasi ke kulit. Perlu dicatat pula obat-
obatan yang dikonsumsi karena sering kali obat-obatan dalam sistem integument memiliki
pengaruh metabolism obat-obatan yang lain bila digunakan secara bersama-sama.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)


Merupakan jabaran kaitan penyakit yang diderita oleh pasien dengan anggota keluarga
yang lain. Banyak kelainan kulit yang bersifat genetik dan menular, sehingga harus selalu
ditanyakan ada tidaknya keterkaitan kelainan kulit dengan anggota keluarga. Fungsinya
terkait dengan edukasi yang akan kita berikan kepada pasien dan keluarganya, tentang
jenis penyakit baik menurun/menular dan bagaimana cara penanganan dan pencegahan
penularannya.

Riwayat Sosial Ekonomi (RSE)


Merupakan jabaran kondisi sosial dan ekonomi individu terkait dengan penyakit yang
diderita. Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi/menjadi faktor predisposisi
terjadinya suatu penyakit, juga terkait dalam pemerian obat dan edukasi.
Adapun yang termasuk dalam RSE terutama dalam sistem integument meliputi :
pendidikan, pekerjaan, hygiene dan sanitasi pribadi maupun lingkungan, kebiasaan, gaya
hidup dll.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada sistem integument umumnya meliputi inspeksi dan palpasi,
sedangkan organ yang diperiksan meliputi kulit, rambut dan kuku.

a. Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit dijabarkan dalam status dermotologis yang meliputi : lokasi,
morfologi kelainan kulit (UKK/efloresensi), konfigurasi dan distribusi.

INSPEKSI

Lokasi lesi (predileksi)


Lokasi lesi berfungsi membantu pemeriksa dalam mempersempit diagnosis banding, di
mana penyakit kulit biasanya mempunyai lokasi-lokasi yang khas.

Morfologi (Ujud Kelainan Kulit / Efloresensi)


Merupakan gambaran lesi kulit akibat berubahan warna maupun struktur kulit.

UKK dibagi menjadi 2, yaitu UKK primer dan sekunder.

UKK Primer
Merupakan gambaran kelainan yang muncul pada kulit yang sebeumnya normal
Macam-macam UKK primer :
1. Makula : bercak pada kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata,
tanpa penonjolan atau cekungan.

Macam-macam macula :
 Eritema : warna kemerahan akibat vasodilatasi pembuluh darah
 Purpura : warna kemerahan akibat ekstravasasi sel-sel darah ke
jaringan
 Hiperpigmentasi : warna kecoklatan/ kehitaman akibat timbunan
melanin
 Hipopigmentasi : warna kulit menjadi putih / lebih terang dibandingkan
dengan kulit sekitar akibat rusaknya melanin / melanosit yang mati.
 Vivid : warna kebiruan akibat timbunan hemosiderin

Cara membedakan eritema dan purpura dengan cara


melakukan Tes Diaskopi, dengaen meletakkan object
glass di atas lesi kemudian ditekan. Bila kemerahan
menghilang maka merupakan eritema, bila menetap merupakan
purpura.

2. Papul : penonjolan padat di atas permukaan kulit, sikumskrip, diameter kecil


dari 1cm, disebabkan adanya deposit metabolik dermis atau hiperplasia
lokalisata epidermis maupun dermis.

3. Plak : papul datar, peninggian kulit yang porsi luas permukaan lebih besar
daripada tingginya, ukurannya lebih dari 1 cm.

4. Urtika : penonjolan yang disebabkan edema setempat yang timbul mendadak


dan hilang perlahan-lahan.

5. Nodus : tonjolan berupa massa padat yang sirkumskrip, terletak di kutan atau
subkutan, dapat menonjol.
Nodulus : nodus yang kecil dari 1 cm.
6. Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel.

7. Vesikel : gelembung berisi cairan serum, memiliki atap dan dasar, diameter
kurang dari 1 cm.
8. Bula : vesikel yang berukuran lebih dari 1cm

9. Pustul : vesikel/bula yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah
vesikel disebut hipopion.

10. Kanalikuli : terowongan dalam epidermis. Biasa terjadi pada creeping eruption
dan scabies.
UKK Sekunder
1. Skuama : sisik berupa lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.

2. Krusta : kerak, keropeng, yang menunjukan cairan tubuh yang mongering

3. Erosi : lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
stratum basal/sebeaetas stratum spinosum, ditandai dengan keluarnya serum.
Biasanya disebabkan oleh vesikel/bula yang pecah.

4. Ekskoriasi : lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan melewati stratum


basal (sampai ke stratum papilare), ditandai dengan keluarnya darah selain
serum.

5. Ulkus : tukak, borok disebabkan hilangnya jaringan lebih dalam dari ekskoriasi,
memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi.
6. Fisura : retakan kulit yang sempit dan dalam.

7. Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.


8.

9. Skar : formasi jaringan ikat fibrosa sebagai hasil proses penyembuhan luka.

Konfigurasi Lesi
Konfigurasi lesi merupakan susunan bentuk lesi, terdiri dari :

1. Anular : lesi tersusun membentuk


seperti cincin/rantai
2. Numular (discoid) : lesi bundar
seperti koin

3. Lesi target : lesi tersusun seperti


sasaran tembak “dart board”

4. Verukosus : berdungkul-dungkul
seperti bunga kol

5. Herpetiformis : bergerombol

6. Linear : lesi tersusun seperti garis


lurus
7. Korimbiformis : susunan lesi induk
dikelilingi oleh lesi satelit “hand and
chicken pattern

8. Gutata : lesi tersusun kecil-kecil


seperti tetesan lilin

9. Milier : lesi kecil-kecil berukuran 1-


2mm sebesar kepala jarum pentul

10. Lentikuler : lesi berukuran sebesar


biji jagung
Distribusi Lesi
Merupakan deskripsi sebaran lesi, terdiri dari :

1. Universal : meliputi area seluruh


tubuh

Contoh : Alopesia universalis

2. Generalisata : tersebar hampir


seluruh tubuh (lesi >80% BSA)

Contoh : Nekrolisis epidermal toksik dengan luas


epidermolisis > 80% BSA

3. Soliter : lesi tunggal

Contoh : Karsinoma Sel Basal

4. Dermatomal : lesi tersebar


mengikuti pola persarafan kulit
(dermatom) tertentu

Contoh: Herpes Zoster


5. Diskret : lesi satu dengan yang lain
saling berjauhan (tersebar)

Contoh : Moluskum kontagiosum

6. Unilateral : lesi tersebar pada satu


sisi tubuh

Contoh : nevus unius lateris

7. Bilateral : lesi tersebar pada sisi


kanan dan kiri, simetris

Contoh : Dermatitis atopik

8. Folikuler : lesi tersebar di seputar


folikel rambut

Ontoh : folikulitis
PALPASI

Dalam melakukan pemeriksaan kulit, palpasi harus selalu dilakukan bersama-sama. Adapun tujuan
palpasi :
• Untuk merasakan tekstur dan konsistensi lesi (halus/kasar, batas tegas/tdk, fluktuasi,
kedalaman lesi, mobilitas)
• Untuk merasakan adanya perubahan suhu, nyeri tekan
• Untuk meyakinkan pasien jika kita tidak takut dengan penyakit kulitnya.
b. Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut juga meliputi inspeksi dan palpasi.

Inspeksi Rambut
Pada inspeksi rambut dilihat :
1. Warna rambut
2. Distribusi rambut : rambut tebal merata/rambut menipis/alopesia
3. Tekstur rambut : kering/kasar/kusam, diameter rambut tebal/tipis
4. Lain-lain : kutu, dll

Palpasi Pemeriksaan Rambut


1. Pull test : melakukan tarikan ringan pada sekelompok kecil rambut, terutama di sekitar lesi
alopesia. Rambut rontok bila dengan tarikan ringan tercabut hingga akar. Rambut patah
bila rambut tertarik tidak sampai akar.
2. Palpasi area alopesi untuk menentukan ada tidaknya sinus pada alopesia
3. Pemeriksaan kelenjar limfe regional.

c. Pemeriksaan Kuku
Pemeriksaan kuku meliputi :

INSPEKSI
1. Bentuk kuku : normal / anonikia /
2. Warna kuku
3. Kelengkungan kuku
4. Keterlibatan daerah seputar kuku
PALPASI

1. Permukaan kuku : rata / pitting nail / koilonikia


2. Adhesi kuku : normal tidak mudah dicabut / onikodistrofi /onikolisis
3. Ketebalan kuku

PEMERIKSAAN FISIK TAMBAHAN

Pada beberapa penyakit, dibutuhkan pemeriksaan fisik tambahan untuk memperkuat diagnosis,
seperti psoriasis, scabies, kusta dan penyakit kulit berlepuh autoimun.

1. PSORIASIS
Selain dengan gambaran UKK-nya yang berupa papul plak eritematosa berbatas tegas dengan
skuama tebal berlapis, psoriasis juga mempunyai gambaran klinis khas lainnya, yaitu :
a. Fenomena Koebner. Fenomena ini merupakan gambaran lesi serupa dengan lesi di tempat
lain pada daerah bekas trauma.
Fenomena Koebner merupakan pemeriksaan fisik, namun dalam kenyataannya kita tidak
dapat melakukan provokasi trauma, sehingga fenomena ini biasanya didapatkan melalui
anamnesis atau pada saat mendeskripsikan UKK, bila ada gambaran lesi psoriasis yang
linear, biasanya merupakan fenomena Koebner.

Fenomena Koebner bukan merupakan tanda patognomonik psoriasis karena dapat terjadi
pada moluskum kontagiosum, veruka vulgaris dan liken planus.

b. Tanda Auspitz. Tanda ini kita dapatkan dengan cara mengelupas skuama selapis demi
selapis pada lesi yang cukup tebal, sehingga akan tampak bitnik-bintik perdarahan yang
semakin banyak. Hal ini menunjukkan terjadinya papilomatosis pada dermis penderita
psoriasis. Tanda Auspitz merupakan tanda patognomonik psoriasis.

c. Fenomena Tetesan Lilin (Candle Sign)


Pada lesi dengan skuama yang tebal, kita melakukan goresan dengan menggunakan benda
dengan ujung tajam, akan kita dapatkan skuama keperakan dan kadang ada skuama yang
berminyak (candle grease sign)

2. SKABIES
Salah satu tanda cardinal scabies adalah adanya kanalikuli, hanya saja kanalikuli pada scabies
sulit ditemukan karena kanalikuli yang terbentuk kebanyakan mengarah ke dalam (sumur),
jarang serpiginosa seperti pada creeping eruption. Untuk itu diperlukan pemeriksaan fisik
tambahan untuk mencari kanalikuli yaitu dengan Burrow Ink Test dengan cara mengoleskan lesi
yang kita curigai terdapat kanalikuli dengan menggunakan tinta cina/metilen blue dan
didiamkan selama 20 – 30 menit, kemudian dibersihkan dengan kapas alkohol. Hasil positif bila
terdapat retensi tinta yang tidak dapat dihapus.
3. MORBUS HANSEN (LEPRA)
Pada MH, selain kita mendsekripsikan UKK-nya, kita juga harus mencari tandan cardinal yang
lain seperti anastesi, anhidrosis, alopesia dan pembesaran saraf tepi.
Pemeriksaan fisik tambahan yang harus dilakukan pada pasien MH yaitu :
a. Tes Sensibilitas
Tes sensibilitas yang dilakukan pada pasien MH ada 3, yaitu sensibilitas raba, nyeri dan
suhu. Pemeriksaan sensibilitas harus dilakukan dengan kedua mata pasien tertutup,
pemeriksaan dilakukan 3 kali pada setiap lokasi. Penderita dinyatakan memiliki sensasi jika
dapat merasakan ketiga stimuli.

Lokasi pemeriksaan meliputi daerah wajah, lengan dan kaki


 Daerah wajah meliputi daerah inervasi N. trigeminus
 Lengan meliputi daerah inervasi N. medianus dan N. ulnaris
 Kaki meliputi daerah inervasi N. tibialis posterior

Tes sensibilitas yang dilakukan :

 Raba Halus : dengan menggunakan ujung kapas yang dipilin, kita mengoleskan kapas
pada lesi akromia dan dibandingkan degan kulit sekitarnya.
 Nyeri : dengan menggunakan tusuk gigi kayu yang mempunyai ujung tajam dan tumpul
(terstandar), kita tusukkan pada lesi akromia dan dibandingkan dengan kulit sekitarnya.
 Suhu : dengan menggunakan tabung reaksi berisi air panas (40oC) dan air dingin (20oC)
disentuhkan pada lesi akromia dan dibandingan dengan kulit sekitarnya.
 Pemeriksaan tidak terbatas pada lesi kulit, tapi juga harus dilakukan pada kedua
telapak tangan dan kaki.

b. Tes Tinta Gunawan


Tes tinta ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya anhidrosis pada lesi yang kita curigai MH.
Goreskan pensil tinta melalui lesi akromia dan kulit yang normal, kemudian disinari dengan
lampu pijar + 15 – 30 menit. Pada kulit yang normal bila terbentuk keringat maka tinta akan
luntur, sedangkan pada lesi yang anhidrosis tinta akan menetap.

c. Pemeriksaan Pembesaran Saraf Tepi


Pembesaran saraf yang selalu diperiksa pada pasien kusta di antaranya :
 N. Auricularis magnus
Nervus ini paling mudah dilihat bila mengalami pembesaran karena posisinya melintas
m. strenocleidomastoideus. Lakukan pemeriksaan juga pada sisi kontralateralnya.
1. Pasien di minta menoleh maksimal ke kiri sehingga M.
Sternocleidomastoideus berkontraksi dan N. Auricularis Magnus dekstra akan
terdorong ke superfisial. Bila terjadi pembesaran, n. auricularis magnus akan
tampak menonjol.
2. Dilakukan perabaan dengan 3 jari pada 1/3 atas M. Sternocleidomastoideus,
dicari bentukan seperti kabel yang menyilang M. Sternocleidomastoideus,
3. Terdapat struktur lain yaitu : V. Jugularis yang teraba lebih lunak dan ada
pulsasi,sedangkan saraf teraba seperti kabel
4. Lakukan pemeriksaan yang sama pada N. Auricularis magnus sinistra.
Kesimpulan :
o Terdapat penebalan /pembesaran n.auricularis magnus D/S
o Apakah nyeri atau tidak pada sara
 N. Ulnaris
Pasien diminta menggulung lengan baju hingga di atas siku.
1. Lengan pasien dalam posisi fleksi diletakkan di atas tangan pemeriksa, agar otot
rileks sehingga saraf dapat dibedakan dengan tendon / seperti berjabat tangan.
2. Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambal meraba
saraf ulnaris dalam sulkus n. ulnaris (lekukan di antara tonjolan olecranon dan
epicondilus medialis.
3. Membedakan saraf dengan tendon dengan cara meraba kea rah proksimal. Tendon
jika kita raba proksimalnya otot, sedangkan saraf akan teraba seperti kabel.
4. Dengan tekanan ringan diraba n. ulnaris dan telusuri ke atas sambal melihat
ekspresi penderita apakh tampak kesakitan/tidak.
5. Prosedur yang sama dilakukan pada sisi kontralateral.

Kesimpulan :

 Apakah ada pembesaran n. ulnaris D/S


 Apakah ada nyeri / tidak pada saraf
 Neuritis/tidak

 N. Peroneus / Poplitea lateralis


1. Pasien diminta duduk di meja pemeriksaan dengan posisi kaki menggantung
(sebaiknya celana digulung ke atas hingga diatas lutut)
2. Pemeriksa duduk di depan penderita dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri
penderita dan tangan kiri memeriksan kaki kanan penderita secara bersama-sama.
3. Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada fossa poplitea. Tentukan
caput fibulae (tonjolan lateral fossa poplitea), setelah menemukan tulang tersebut
jari pemeriksa meraba saraf peroneus 1 cm ke arah medial.
4. Dengan tekanan ringan saraf tersebut diraba, dan lihat ekspresi penderita.
Kesimpulan :

o Apakah ada penebalan/pembesaran n. peroneus D/S


o Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf

CARA PEMERIKSAAN KULIT YANG BAIK

1. Informed consent
2. Menjaga privacy pasien dengan menutup pintu, jendela dan tirai
3. Menenangkan pasien dan memposisikan area yang akan diperiksa. Namun idealnya
pemeriksaan kulit dilakukan dengan pasien membuka seluruh pakaiannya.
4. Menyalakan lampu pemeriksaan
5. Mencuci tangan
6. Mengenakan sarung tangan non-steril.
7. Melakukan pemeriksaan fisik inspeksi dan palpasi dengan menggunakan kaca pembesar.
8. Mendeskripsikan status dermatologi dengan lengkap dan benar meliputi :
i. Lokasi/predileksi lesi
ii. Morfologi kelainan kulit / UKK – UKK Primer dan sekunder, konfigurasi
iii. Distribusi lesi.
9. Pemeriksaan fisik tambahan untuk penyakit-penyakit tertentu harus dilakukan.
10. Setelah selesai, melepas sarung tangan, mencuci tangan dan mematikan lampu pemeriksaan
dan mempersilahkan pasien mengenakan pakaian dan kembali ke meja anamnesis.
CHECKLIST HECTING

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
Memeriksa luka (lokasi, luas, jenis: robek/ sayat/ lecet, fraktur, tanda
2 infeksi)
3 Persetujuan tindakan medik
4 Persiapan pasien ( menenangkan pasien, posisi)
5 Mempersiapkan anestesi
6 Mencuci tangan ( pemakain sikat hanya “nice to know” )
7 Memakai sarung tangan steril
8 Melakukan aseptik antiseptic ( gerakan sentrifugal )
9 Melakukan anestesi lokal ( infiltrasi)
10 Melakukan debridemen (irigasi Nacl, perhidrol, irigasi NaCl, Povidon)
11 Memasang doek steril
12 Jahit kulit terputus ( jahitan kuat, jarak cukup )
13 Bersihkan luka dengan kasa povidon
14 Menutup luka dengan kasa povidon & kasa steril
15 Dekontaminasi
16 Cuci tangan pasca tindakan
TOTAL SCORE
PSIKIATRI

1. AUTOANAMNESIS  KEPASIEN
2. ALLOANAMNESIS  KEYANG NGANTER (tanyakn juga identitas yang ngenter ya)
1) Riwayat Psikiatri :
 Identitas  Nama,alamat, umut, Status perkawinan, pekerjaan,
 KU
 RPS  kronologis, situasi pasien ketika kambuh, kepribadian dalam
keadaan normal,
 RPD (Psikiatri, Medis : trauma kepala, kejang, gang keadaran , HIV, sifilis ,
Alkohol/zat lain)
 RPK Kepribadian anggota keluarga dan peran anggota keluarga kepada
pasien
 Riwayat Pribadi (awitan, faktor pencetus)
a) Prenatal dan Perinatal  lama kehamilan, proses kelahiran,trauma/cacat
lahir, kehamilan yang dingginkan orang tua atau bukan
b) Perkembangan masa kanak kanak – remaja  makanan, sekolah,
pubertas
c) Masa Dewasa
 Pekerjaan  jenis, konflik, sikaprekankeja
 Perkawinan  konflik
 Pendidikan, agama
 Hubungan social dengan masyarakat
 Riwayat tindakan kekerasan/kejahatan
 Riwayat sexual  awal puber, riw pelecehan seks, orientasi sexual
 MImpi dan fantasi  mimpi buruk, khayalan,

A. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL  Gambaran penampilan pasien, cara


bicara,tindakan dan pikiran
WAJIB HAPAL

1) Kesan Umum (Penampilan , Tatapan Mata)  lihat dari postur, sikap,


cara berpakaian dan dandan
Contoh : tampak sakit jiwa, tampak tenang, tampak tua/muda, tidak rapi
2) SIkap  dilihat Stupor katatonik, rigiditas katatonik,
Nonkooperatif,gaush, gelisaj
3) Tingkah Laku  hipoaktif/hiperaktif
4) Kesadaran  composmentis/somnolen/apatis/delirium/letargi/ kesadaran
berkabut
5) Orientasi ( Waktu, Tempat, Orang, SItuasi) -- baik/buruk
6) Proses Pikir
a. Bentuk Pikir realistis atau tidak, autisme
b. Isi Pikir  waham (kejar, bersalah, kebesaran,curuga) , thoughof
insertion,withdrawal,broadcasting ,
c. Progresif Pikir  Flight of ideas, inkoherensi, neologisme, asosiasi
longgar blocking, riming, logirgea
7) Roman Muka  hipomimik/hipermimik
8) Afek  tumpul apropiate atau nonappropiate (Semua skizo pasti ga
appropriate)
9) Gangguan Persepsi halusinasi visual auditorik olfaktori
10) Hubungan Jiwa  baik/buruk
11) Perhatian mudah ditarik sulit dicantum
12) Gangguan Memori  baik/buruk Tanya makanan kemaren malam ,
suruh berhitung , lahirtahun berapa
13) Gangguan Intelegensia  baik/buruk koasa kata dan pengetahuan (siapa
presiden Indonesia?)
14) Insight/Tilikan  baik/buruk (menyadari pasien itu sakit atau ga )

TAMBAHAN PENJELASN
A. SIKAP
Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif),
psikomotor (jika ada)
Bentuk kelainan psikomotor yang dapat diamati:
1) Ekopraksia  menirukan gegerakan seseorang
2) Streotipi  fisik/berbiacra yang tetap dan berulang
3) Katalepsi  posisi tidak bergerak yang dipertahankan secara konstan
4) Eksitasi katatonik  gerak ga jelas tidak dipengaruhi stimulus ekternal
5) Stupor Katatonik  AKtivitas motorik melambat , tampak tidak sadar akan
lingkunagn sekitar
6) Postur katatonik  Mempertahankan suatu postur aneh pada tempatnya (KAKU)
dalam waktu lama
7) Fleksibilitas Serea  Keadaan seseorang yang dapat dibentuk menjadi posisi yang
dapat dipertahankan
8) Akinesia  tidak ada pergerakan fisik
9) Mutisme: tak bersuara
10) Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik, disertai afek marah/benci.

B. KESADARAN
1. Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan
menggunakannya secara efektif dalam mempengaruhi hubungan dirinya dengan
lingkungan sekitarnya.
2. Somnolen: terkantuk-kantuk
3. Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli.
4. Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap
stimuli.
5. Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.
6. Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan
sikap
7. Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi.
Penderita menjadi tidak dapat diam.
8. Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya
terjadi pada epilepsi

C. ORIENTASI
 WAKTU TEMPAT ORANG SITUASI
o Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w) Datang sama
siapa?(O-o) Kenapa dibawa ke sini?(insight) Waktu dibawa ke sini, mbak baru apa,
dimana?(o-t,s)
o Mbak tadi malam bisa tidur? Bangun jam berapa?(O-w) Yang nunggu mbak tadi
malam siapa?(O-o) Tadi mbak sudah jalan-jalan ke mana saja?(O-t)  Contoh:
Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)

D. PROSES PIKIR
1) BENTUK PIKIR
a. Nonrealistik/derealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin,
misal: “saya adalah seorang presiden” atau seorang dokter berkata, “saya dapat
menyembuhkan semua orang yang sakit”
b. Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih didasarkan pada khayalan, misal:
“saya adalah seorang malaikat” atau “saya dapat menyembuhkan segala macam
penyakit”
c. Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pad aide yang idesentris.
Orang autistic selalu hidup dalam alam/dunianya sendiri, dan secara emosional
terlepas dari orang lain.
d. Tidak logis (illogical thought), sering juga disebut magical thought: berorientasi
pada hal-hal yang bersifat magis.
e. Pikiran konkrit (formal thought disorder): pikiran terbatas pada satu dimensi arti

2) ISI PIKIR  Miskin isi pikir, Waham , obsesi Fobia


No Isi Pikir Keterangan
1 Waham Bizzare Keyakinan yang keliru, mustahil, dan aneh
Contoh : ada makhluk angkasa
2 Waham NIhilistik Merasa dirinya dan dunia tidak ada
3 Waham Paranoid a. Waham Kejar  selalu diikuti /ingin dibunuh
b. Waham kebesaran  keyakinan psikotik merasa
dirinya yang paling berkuasa
c. Waham rujukan (delusion of reference) 
menyakini bahwa orang lain akan menjahatinya
atau emfitnah
d. Waham dikendalikan
1) Thought withdrawal merasa pikirannya
ditarik keluar oleh orang lain
2) Thought insertion  merasa dirasuki
3) Thought broadcasting  pikirannya diketahui
oleh orang lain
4) Thought of control  merasa dikendalikan oleh
orang lain
4 Waham Cemburu Keyakinan keliru tentang pasangannya
5 Obsesi ide yang menetap dan tidak rasional , tidak dapat
dihilangkan dengan usaha yang logis
6. Kompulsi Tindakan patolis yang jika ditahan akan menimbulkan
kecemasan, eprilaku berulang akibat obsesi
7. Fobia Ketakutan patologis yang persisten berlebihan dan irasional
8. Anosognosis pasien menolak kenyataan bahwa ia mengalami gangguan
fisik, hal ini terjadi pada pasien yang meng

3) PROGRESI PIKIR
a. Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita,
sering terdapat pada pasien skizofrenia. Neologisme dapat pula akibat halusinasi
akustik sehingga sering merupakan kata yang diulang.
b. Tangential thinking: pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok
pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan
tidak pernah tercapai. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manic.
c. Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan,
namun masih dapat dimengerti.
d. Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi
tatabahasa/susunan kalimat dengan arti istilah yang aneh. Secara khas terdapat pada
skizofrenia.
e. Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topic ke topic lain
tanpa terputus, dimana masih terdapat benang merah (masih terkait, walau sangat
kecil kaitannya).
f. Stereotypi kata/kalimat: pengulangan kata/kalimat karena adanya pengulangan
buah pikiran. Bila terjadi pengulangan kata = verbigerasi, pengulangan kalimat =
perseverasi. Terdapat pada skizofrenia dan GMO.
g. Logore: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti.
h. Echolalia: menirukan kata-kata/kalimat orang lain, cenderung berulang-ulang dan
persisten.
i. Remming: pasien berbicara dengan sangat lambat dan biasanya dengan nada yang
rendah, karena pikirannya timbul perlahan sehingga progresi piker menjadi lambat.
Biasanya terdapat pada pasien dengan depresi.
j. Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau
terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada skizofrenia.
k. Mutisme: pasien tidak member respon terhadap lingkungan, tidak mau berbicara
sama sekali. Sering ditemukan pada skizofrenia kataton, depresi berat, histerical
aphonia, dan GMO.
l. Aphasia: gangguan berbicara/berbahasa karena kerusakan otak

E. MOOD DAN AFEK

Mood : emosi yang menetap dan meresep Afek : ekspresi emosi yang yang teramati
Eutimia : perasaan normal Luas : afek normal
Distrofia : suasana perasaan tidak Sempit : ekspresi terbatas
menyenangkan (jenuh, jengkel,bosan)
Hipertimia : semangat dan kegairahan yang Tumpul : penurunan intensitas perasaan
berlebihan yang diungkapkan
Euforia : perasaan gembira yang berlebihan Datar : kehilangan kemampuan berekspresi
(wajah datar, pandangan nata kososng,
sikap kaku, gerakan minimal )
Estasia : perasaan yang diwarnaidengan Appropiate : emosi selaras dengan pikiran
kegairan yang meluap luap dan gaya bicara
Anhedonia : kehilangan minat rsinggung Nonappropiate : emosi tidak selaras
dengan pikiran dan gaya bicara
Irritable : mudah senitif Labil : perubahan perasaan yang cepat dan
mendadak , tidak disebabkan stimulus
eksternal
Mania : elasi (perasaan gembiara,euphoria,
optimism, kesenengan)
Hipomani : mania namun tidak intens

F. PERSEPSI
Isi: agnosia, halusinasi, ilusi
1) Agnosia: ketidakmampuan mengenal dan menafsirkan rangsangan sensorik -- agnosia
visual, taktil, sensorik.
2) Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)
a) Halusinasi dengar (akustik, auditori)
b) Halusinasi visual à harus dalam keadaan mata penderita terbuka. Biasanya
merupakan petunjuk adanya gangguan mental organic.
c) Halusinasi bau/olfaktori
d) Halusinasi pengecapan/gustatory
e) Halusinasi seksual
f) Heautoscopie: halusinasi visual khusus, pasien melihat orang yang mirip dirinya
berada di depannya atau mendekatinya. Bila dapat dikoreksi, maka disebut pseudo
halusinasi.
g) Halusinasi kinaestesi (phantom phenomenon): persepsi palsu pada pasien setelah
mengalami operasi besar. Contoh: pasien post amputasi kaki berkata bahwa kakinya
masih utuh.
3) Ilusi: mispersepsi/misinterpretasi terhadap stimulus sensorik yang real. (ada objek nyata)
G. HUBUNGAN JIWA
a. Mudah: pasien mudah bercerita (member informasi) dan mengungkapkan perasaannya
kepada pemeriksa. (mudah diajak berkomunikasi)
b. Dapat: pasien dapat memberikan sedikit informasi kepada pemeriksa.
c. Sukar: pasien sukar diajak berbicara, tidak mau memberikan informasi/berkomunikasi
dengan pemeriksa.

H. PERHATIAN
a. Mudah ditarik: pasien mudah untuk ditarik perhatiannya dan menjawab pertanyaan
pemeriksa.
b. Mudah dicantum: pasien dapat memusatkan perhatian pada topic tertentu dan menjawab
pertanyaan sesuai dengan topic pembicaraan pemeriksa.

3. DIAGNOSIS MULTIAXIAL (LENGAKAPNYA ADA DI PDGJ YA )

 AXIS I  GANGGUAN KLINIS /SINDROM KLINIS (Skizo….., bipolar


manic/depresi, demensia, GAD, ..)
macamnya :

 Dementia (penurunan mental progresif berupa memory dan penilaian), Amnesia


(hilang ingatan), dan Delirium (mengigau)
 Gangguan yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat kimia atau obat
 Gangguan psikotik
 Eating disorder (Anoreksia nervosa)
 Sleeping disorder (Insomnia)
 Gangguan penyesuaian diri

 AXIS II  KEPRIBADIAN ( Paranoid, Skizoid, Dssoial, emossional takStabil,


Histirionik, Anankastik,Cemas, Dependen Narsistik)
 AXIS III  KONDISI MEDIK/FISIK (Sesuai penyakit Jika ada)
 AXIS IV  PSIKOSISIAL (masalah keluarga, pekerjaam , pendidikan , ekonomi,
kakses layanan kesehatan, hukum , lingkungan)
 AXIS V  TARAF FUNGSI (GAF)
 100-91 : gejala tidak ada, fungsi maksimal dan tidak ada masalah yang terganggu.
 90-81 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, cuma masalah harian yang biasa.
 80-71 : gejala sementara, dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah dan lainnya.
 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan secara fungsi tapi
secara umum baik.
 60-51 : gejala sedang, disabilitas sedang.
 50-41 : gejala berat, disabilitas berat.
 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
hampir di semua bidang.
 20-11 : bahaya mencidera diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi
dan mengurus diri.
 10-1 : seperti di atas dan lebih serius.

BORANG PENILAIAN OSCE PSIKIATRI

No Aspek yang dinilai

1 Menunjukkan kontak mata, sikap menerima, memberi salam,


mempersilahkan duduk dan mempersiapkan medical record
2 Memperkenalkan diri, meminta persetujuan untuk pemeriksaan, menjaga
kerahasiaan
3 Berbicara dengan lafal yang jelas/bahasa mudah dimengerti, memahami
dan menggunakan bahasa non verbal
4 Menanyakanidentitaspenderita yang meliputi : Nama,
Umur,Alamat,Pekerjaan , Pendidikan
5 Menanyakan Keluhan Utama (Onset , Kronologi)
6 Melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien (dinarasikan)
YANG 14 POINT YA
Alloanamnesis (dilakukan setelah pemeriksaan pasien, sebagai
konfirmasi)
7 Menanyakan identitas sumber informasi (keluarga, saudara, teman dekat,
dll)
8 Menanyakan RPS
a. Keluhan dan gejala yang bisa diamati oleh keluarganya
b. Faktor pencetus
c. pernah/tidak mengalami sembuh sempurna
d. pernah/tidak berusaha melukai diri sendiri/orang lain
9 Menayakan RPD
a. psikiatrik
1) keluhan yang pernahdialamiolehpenderita
2) Pernah/tidaksembuhsempurna
3) riwayatpengobatan
b. Medis
c. Riwayat alcohol danzat lain
10 Menanyakan Riwayat Pribadi :
a. Prenatal dan perinatal
b. Masa anak-anak
c. Masa remaja
d. Masa dewasa
1) Riwayat pendidikan
2) Riwayat pekerjaan
3) Keagamaan
4) Aktivitas sosial
5) Kebiasaan
6) Lainnya
e. Riwayat psiko seksual
f. Riwayat keluarga
g. Silsilah Keluarga
h. Mimpi, khalayan, nilai hidup
11 Meringkas hasil dan mengemukakan sindrom yang didapatkan dari hasil
anamnesis TENTUIN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
12 Memberi kesempatan untuk bertanya dan menutup pembicaraan
13 Mengucapkan salam

Anda mungkin juga menyukai