Pemeriksaan Obstetri
11. Letakkan kedua belah telapak tangan di bagian fundus uteri klien
12. Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan apa
yang ada dibagian fundus uteri
15 Ukur spanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti kurve
fundus (atau tanpa mengikuti fundus bagian atas).
31 Tentukan seberapa jauh bagian bawah janin telah masuk ke dalam rongga
panggul dengan melihat sudut yang dibentuk oleh kedua tangan saat
menyususri bagian bawah janin ( konvergen, sejajar atau divergen ).
12 PENGAWASAN 10
Pendampingan oleh keluarga
16 Kala I fase laten (pembukaan <4 cm) umumnya selama 8 jam; kala I fase aktif
(pembukaan 4-10 cm) umumnya terjadi pembukaan 1 cm/ jam (6 jam).
17 Pengenalan kala II
18 His datang 4-5 kali dalam 10 menit, lama his 40-50 detik
19 Ibu mengedan terus-menerus, anus membuka, perineum menonjol, vulva
membuka.
20 Pada periksa dalam didapatkan:
21 Pembukaan lengkap, porsio tidak teraba
22 Penurunan Hodge III+ atau ketinggian 3+
23 Penunjuk/ denominator UUK kiri atau kanan atas
24 Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah
25 Pimpinan Kala II
26 Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase acme atau puncak his dan
minta ibu untuk menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat
siku agar tekanan abdomen menjadi efektif
27 Istirahatkan ibu apabila his menghilang, letakkan kembali tungkai ibu di
atas ranjang persalinan dan dengar denyut jantung bayi pada waktu
tersebut
28 Pimpin berulang-ulang hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva
29 Ekspulsi kepala
30 Pada his berikut, minta pasien untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk
mengedan sekuat mungkin (pada fase akme/ puncak). Minta untuk
mengedan terus menerus apabila suboksiput sudah berada di bawah
simfisis (sebagai hipomochlion)
31 Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi
kepala), letakkan telapak tangan lain pada perineum dengan
membentangkan telunjuk dan ibu jari sehingga bagian di antara kedua
jari tersebut, dapat mendorong perineum untuk membantu lahirnya
berturut-turut UUB, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu (hilangkan tahanan
pada belakang kepala secara bertahap)
32 Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses
putaran paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi)
33 Ambil kain/ handuk bersih, seka mulut, mulut, hidung dan kepala bayi
dari darah, air ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha,
perineum dan daerah di sekitar bokong ibu.
34 Melahirkan bayi
35 Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu
jari pada pipi depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah dagu, jari
manis dan kelingking pada belakang leher dan bawah kepala).
36 Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi ke bawah sehingga
lahir bahu depan.
37 Gerakkan bayi ke atas sehingga lahir bahu belakang
38 Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada
dan lengan, perut, pinggul dan tungkai.
Perhatikan:
Pada pertolongan persalinan dengan meja/ ranjang persalinan yang dapat
dilepas atau meja ginekologi (bagian bokong dan kaki), setelah kedua bahu
lahir, topangkan badan bayi pada lengan bawah kanan, tangan kiri memegang
bagian belakang tubuh bayi).
Letakkan bayi di antara kedua paha ibu (untuk ranjang atau meja ginekologi,
letakkan bayi di atas perut ibu dan minta asisten untuk memegangnya agar
tidak terjatuh)
39 Menejemen aktif kala III
40 Klem tapi pusat pada jarak sekitar 5 cm dari umbilicus bayi, jepit tapi
pusat diantara jarin tengah dan telunjuk (tapi tepi klem yangs sesuai
dengan sisi ibu) kemudian geser jari-jari tersebut ke arah ibu (ekspresi darah
dalam tali pusat)
41 Pasang klem kedua pada tali pusat yang telah diekspresi, dengan jarak 3
cm dari klem pertama
42 Oleskan povidon iodine di sekeliling tali pusat di antara kedua klem
43 Pegang tali pusat di antara 2 klem dengan satu tangan kiri, kemudian dengan
tangan yang lain, gunting tali pusat di antara kedua klem tersebut
44 Serahkan bayi pada asisten penolong (bila pertolongan mandiri, letakkan pada
ranjang bayi) dan rawat sebagaimana mestinya.
45 Lakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa ini adalah kehamilan
tunggal
46 Setelah dipastikan bukan suatu kehamilan ganda, beri oksitosin 10 IU
intramuskuler
47 Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva (lakukan secara
benar agar tidak terjadi percikan darah)
48 Letakkan satu tangan di atas simfisis pubis untuk menahan uterus, tangan lain
memegang klem tapi pusat untuk menegangkan dan membuat tarikan
terkendali pada tali pusat
49 Setelah uterus berkontraksi kuat (dinding uterus keras), tegangkan tali pusat
dan dorong uterus ke dorso cranial
Bila uterus tidak segera berkontraksi, tambahkan misoprostol 600 mg per
rectal
50 Upayakan tali pusat tetap kencang dan lakukan dorongan ringan dan melepas
pegangan secara bergantian pada korpus uteri apabila juluran tali pusat
bertambah panjang.
51 Lakukan gerakan ini secara berulang kali hingga plasenta tampak pada vulva.
Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan
52 kembali klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan ulangi kedua langkah di
atas
Apabila dalam 15 menit plasenta belum lahir, maka dapat diulang pemberian
53 oksitosin 10 IU secara IM.
Bila plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir, lakukan upaya berikut:
54 Manual plasenta
Rujuk apabila tidak tersedia sumberdaya yang memadai
55 Histerektomi (plasenta akreta, inkreta, perkreta)
56
57
58 Sediakan wadah plasenta dan bantu dengan satu tangan agar plasenta tidak
tersentak ke luar dan masuk pada wadah yang telah disediakan.
Bila selaput ketuban robek, gunakan klem untuk menarik sisa selaput amnion)
59 Periksa kelengkapan plasenta (lakukan tindakan eksplorasi dan upaya
yang sesuai apabila ada indikasi plasenta tidak lahir lengkap)
60 Segera setelah plasenta lahir, lakukan pijatan ringan pada uterus
menggosok permukaan depan uterus secara sirkuler dengan telapak atau
jari-jari tangan sehingga kontraksi berlangsung baik (teraba keras).
Bila terjadi perdarahan, perbaiki kontraksi dan segera eksplorasi untuk
mengetahui penyebab perdarahan serta lakukan tindakan yang sesuai
(penjahitan laserasi, kompresi bimanual dan aorta, ligasi arteri uterine atau
histerektomi)
61 Masukkan plasenta ke dalam kantong plastic yang tersedia
62 Pemantauan kala IV
63 Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang pispot datar dan lebar
pada bagian bokong untuk memantau darah yang keluar
64 Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut
65 Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit
hingga 2 jam pasca kala III
66 Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum secukupnya
67 Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan kasa
penyerap dan celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa ke ruang perawatan
dan lakukan rawat gabung sesegera mungkin.
CHEKLIST KETRAMPILAN KLINIK
Pemasangan AKDR
NO LANGKAH/KEGIATAN SKOR
0 1 2
Tindakan pra pemasangan
1 Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
2 Pakai sarung tangan steril
3 Pasang duk steril dibawah lengan ibu
4 Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
5 Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan klien
Pemasangan kapsul implant
6 Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit (subkutan) sampai kulit sedikit
menggelembung
7 Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan suntikkan masing-masing
1 cc diantara pola pemasangan nomor 1 dan 2
8 Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit
9 Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel (alternatif lain tusukkan
trokar langsung ke lapisan dibawah kulit)
10 Sambil mengungkit kulit, masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai
batas tanda 1 (pada pangkal trokar) tepat pada luka insisi.
15 Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar serta pendorongnya sampai tanda 1.
16 Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul sudah
terpasang.
17 Raba kapsul utnuk memastikan keenam kapsul implant telah terpasang
dalam pola kipas.
18 Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari insisi.
21 Bereskan alat dan edukasi ibu ttg luka dan kapan kontrol
TOTAL
ANAK
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3
1. Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menanyakan
identitas pada pasien / orang tua pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
3. Mempersilahkan pasien berbaring pada meja pemeriksaan
4. Mencuci tangan (sesuai WHO, 2005)
5. Melakukan pemeriksaan umum pasien
1. KU : kesadaran ; tangis kuat /lemah, kulit :
anemis/sianosis/ikterik/kemerahan, Keadaan Gizi : pernapasan spontan
teratur/cepat dan dalam, tanda prematuritas : kulit tipis transparan, pembuluh
darah terlihat, kulit keriput, lanugo banyak, payudara belum tampak
2. Tanda vital
6. Melakukan pemeriksaan kepala :anencephal, mesochepal,ubun – ubun
cembung/cekung/datar
Melakukan Pemeriksaan muka : hipertelorisme,mongoloid,facies cholerica
TOTAL
Tumbuh Kembang
Menginterpretasi arti titik temu (Interpret plotted points) pada kurva pertumbuhan WHO dapat
menggunakan tabel 1 berikut ini.
Keterampilan Pengukuran Antropometri Anak
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3
1. Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menanyakan
identitas pada pasien / orang tua pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
3. Mempersilahkan pasien berbaring pada meja pemeriksaan
4. Mencuci tangan (sesuai WHO, 2005)
5. Melakukan pemeriksaan umum pasien
1. KU : kesadaran, kulit : anemis/ sianosis/ ikterik/ kemerahan, keadaan gizi,
pernapasan spontan teratur / cepat dan dalam
2. Tanda vital
Pemeriksaan hepar :
metode Blank Hart: 1.dari umbilikus ke processus xiphoidues dan dari
umbilikus ke angulus costae
Pemeriksaan limfa : schuffner: Tarik garis sias dekstra ke 1/3 medial costae
terakhir sinistra melewati umbilicus, dibagi 8 bagian.Normal tidak teraba
Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening inguinal
15. Melakukan pemeriksaan ekstremitas: akral dingin/hangat,capilary reffil,
sianosis
16. Melakukan pemeriksaan genitalia : jenis kelamin wanita atau pria, testis
17. Melakukan pemeriksaan anus : anus ada/tidak, dalam batas normal
TOTAL
CATATAN :
Skor 0 = jika tidak dilakukan sama sekali
Skor 1 = jika dilakukan tetapi belum lengkap atau belum sesuai standar
Skor 2 = Jika dilakukan dengan lengkap dan sesuai standar
BEDAH
Bedah Orto
Pemeriksaan Muskuloskeletal
ARM
Inspeksi sendi bahu dari depan, samping dan belakang
Inspeksi dan palpasi posisi scapula
Inspeksi dan palpasi sendi bahu
Meminta pasien secara aktif melakukan feksi, ekstensi, abduksi, adduksi,
internal rotasi dan eksternal rotasi
Melakukan impingement test
Melakukan apprehension test
Melakukan scarf test.
Inspeksi dan palpasi trofi otot ekstremitas
Inspeksi dan palpasi tonus otot ekstremitas
Inspeksi dan palpasi tendon dan sendi ekstremitas
Penilaian fungsi sendi pergelangan tangan, metacarpal dan jari-jari
tangan
Penilaian ligamen krusiatus dan kolateral lutut
Inspeksi postur dan bentuk kaki
Penilaian fleksi dorsal/plantar dan inversi-eversi kaki
Penilaian ROM
PENUTUP
Mencuci tangan
Menjelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan
Skore
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2 Menyiapkan alat dan bahan
3 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien,tujuan, indikasi,
komplikasiserta meminta persetujuan pasien
4 Mengatur posisi pasien
Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan
Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut fleksi
Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi
5 Memasang perlak di bokong pasien
6 Menyiapkan urin bag
7 Cuci tangan dengan cara fuerbringer’s method
8 Memakai sarung tangan dengan benar(prinsip steril)
9 Lakukan sterilisasi
Wanita: di vulva sampai dengan perineum
Pria: dari OUE sampai pangkal penis
Arah putaran dari dalam ke luar.
10 Buka set kateter secara aseptik
11 Ambil spuit yang sudah diisi jelly (3cc) oleh asisten, dengan bantuan asisten
oleskan secukupnya pada sekitar ujung kateter, untuk membantu melumasi
urethra.
12 Pegang kateter dengan posisi menggulung, tenangkan pasien agar rileks,lalu
masukkan kateter perlahan-lahan sampai pangkal percabangan kateter
Pada laki-laki tegakkan penis 45o, masukkan kateter 6-9 inchi, sambil pasien
dianjurkan tarik nafas.
Pada perempuan, pastikan lubang uretra, masukan 2-3 inchi
Jika urin tidak langsung mengalir, aspirasi dengan menggunakan spuit
13 Jika sudah dipastikan kateter masuk VU (urin keluar), kembangkan balon dengan
spuit 15 cc, kemudian tarik kateter ± 2,5 cm hingga ada tahanan
14 Menghubungkan kateter dengan urin bag
15 Fiksasi kateter ke bawah abdomen pasien pria atau pada paha depan untuk wanita,
bantu pasien kembali ke posisi nyaman
16 Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang bukan
sekali pakai
17 Cuci tangan dan dokumentasi
TOTAL SKORE = 34
Penilaian Ketrampilan Sirkumsisi
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan
3 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, indikasi, komplikasi dan meminta
persetujuan
4 Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka,
perdarahan dan penyembuhan luka, kelainan epispadia dan hipospadia)
5 Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan pasien dengan sopan
6 Melakukan cuci tangan fuerbringer’s method
7 Memakai sarung tangan
Periksa penis, pastikan tidak terdapat kontraindikasi (epispadi, hipospadi, corda
penis, dll)
8 Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara sentrifugal
9 Memasang duk steril dengan benar
10 Melakukan anestesi blok n.pudendus
11 Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke arah proximal
12 Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
13 Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma
menggunakan kasa betadin sampai corona glandis terlihat.
14 Kembalikan preputium pada posisi semula
15 Klem preputium pada jam 11 dan jam 1
16 Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
17 Lakukan jahit kendali mukosa – kulit pada jam 12
18 Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan
preputium dan frenulum pada jam 6
19 Lakukan jahitan terputus mengelilingi corona glandis (jam 3 dan jam 9)
20 Jahit pada frenulum untuk meligasi pembuluh darah di frenulum
21 Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
22 Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan
23 Balut luka dengan kasa steril
24 Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
25 Pemberian obat dan edukasi pasien
TOTAL 50
Bedah Digestif
Bedah Onkologi
Pemeriksaan Mammae
No Prosedur Score
0 1 2
Persiapan
1 a.Meminta persetujuan penderita dan menjelaskan pemeriksaan yang
akan dilakukan.
2 b.Meminta penderita membuka pakaian sebatas pinggang.
3 c.Asepsis (cuci tangan dengan sabun/larutan detol/antiseptis) dan
keringkan dengan handuk kering.
Pemeriksaan fisik payudara
a. Inspeksi :
4 - Kedua lengan di samping badan, inspeksi payudara dan papila mamae.
5 - Kedua lengan di atas kepala, inspeksi payudara dan papila mamae.
6 - Kedua tangan di pinggang, inspeksi payudara dan papila mamae.
7 - Posisi duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan,
bersandar pada punggung kursi atau lengan pemeriksa, jika payudara
penderita besar atau pendular, inspeksi payudara dan papila mamae.
b. Palpasi
8 - Penderita berbaring, jika perlu gunakan bantal tipis di bawah
punggung.
9 - Palpasi pada setiap kuadran, payudara bagian perifer, kauda aksilaris
dan areola mamae, bandingkan payudara kanan dan kiri. Adakah nodul.
10 - Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola mamae sekitar dengan
ibu jari dan telunjuk, perhatikan adakah pengeluaran discharge.
11 - Jika dijumpai discharge, atau riwayat mengeluarkan discharge, coba
cari asalnya dengan menekan areola mamae dengan ibu jari dan telunjuk
dan pada sebelah radial sekitar papila mamae.
Pemeriksaan fisik aksila
a. Inspeksi
12 - Penderita duduk, kedua lengan rikleks di samping badan.
13 - Inspeksi kulit aksila, perhatikan adakah rash, infeksi, ulkus, benjolan.
b. Palpasi
14 - Letakkan jari-jari tangan kanan di bawah aksila kiri, rapatkan untuk
mencapai sejauh mungkin apek fossa aksilaris. Suruh lengan kiri
penderita rileks, dan topang lengannya dengan tangan/lengan kiri
pemeriksa.
15 - Tekan jari-jari pemeriksa ke dinding dada, cari nnll grup aksila
sentralis, nnll grup aksila lateral, nnll grup pectoral, nnll grup
subskapular, adakah pembesaran nnll, perubahan konsistensi, bentuk
dan adakah nyeri tekan..
16 - Lakukan pula untuk aksila kanan dengan menggunakan tangan kiri
pemeriksa.
17 - Palpasi nnll grup supraklavikular dan infraklavikular, adakah
pembesaran nnll, perubahan konsistensi, bentuk dan adakah nyeri tekan,
bandingkan kanan dan kiri.
18 Pemeriksaan selesai, penderita dipersilakan mengenakan pakaian
kembali dan duduk di kursi yang telah disediakan.
19 Asepsis (cuci tangan dengan sabun/larutan detol/antiseptis) dan
keringkan dengan handuk kering.
INTERNA
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas
1 pasien. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan. Meminta
persetujuan pasien.
2 Menjaga privasi pasien dan mencucuci tangan sesuai posedur.
3 Berdiri disebelah kanan pasien. *critical point
4 Meminta penderita untuk membuka bajunya seperlunya agar daerah
pemeriksaan terbuka (dari bawah payudara sampai pelvis).
5 Meminta penderita untuk memberikan respons terhadap pemeriksaan
(rasa sakit).
INSPEKSI
6 Inspeksi abdomen pada saat pasien berdiri, nilai apakah ada
kelainan atau tidak.
7 Meminta pasien berbaring, inspeksi: perubahan yang terjadi dari
berdiri ke berbaring (pada ascites seperti perut katak). Dinilai
apakah ada massa, ikterus, alopesia pectoralis/aksilaris, spider navy,
venektasi, caput medusa, striae, sikatrik, umbilicus (infeksi/hernia),
pulsasi aorta (di epigastrium), darm steifung, darm contour.
(Inspeksi dengan berdiri).
8 Melakukan inspeksi terhadap peristaltic dengan membungkuk atau
duduk.
AUSKULTASI
9 Melakukan auskultasi sebelum perkusi dan palpasi.
10 Auskultasi periumbilikal (menilai bising usus didengarkan 15-20
detik).
11 Auskultasi Arteri (aorta, renal kanan-kiri, iliaka kanan-kiri).
PERKUSI
12 Perkusi 9 regio abdomen (sebutkan regionya).
13 Perkusi hepar: menilai batas paru-hepar, pekak relatif dan pekak
absolut, mengukur Liver span.
14 Perkusi lien: menilai Traube’s space.
PALPASI
15 Menghangatkan tangan dengan menggosok kedua telapak tangan.
16 Meminta pasien melipat kedua lutut kaki
17 Melakukan palpasi superficial secara menyeluruh 9 regio abdomen
18 Melakukan palpasi hepar: menilai batas, tepi, permukaan,
konsistensi, nyeri tekan/tidak.
19 Melakukan palpasi lien. Bila lien teraba laporkan: garis schuffner (1
– 8), permukaan, konsistensi, pinggir, nyeri tekan dan diingat
adanya incisura lienalis.
20 Melakukan palpasi aorta abdominalis.
Paru
Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Paru
10. Menentukan batas kanan jantung dengan melakukan perkusi dari sisi dextra
ke medial
11. Menentukan batas atas jantung dengan melakukan perkusi dari atas (fossa
supraclavicula) ke bawah
12. Selama perkusi dapat menghasilkan perubahan suara dari sonor ke redup
jantung
13. Dapat menyebutkan batas-batas jantung sesuai dengan pemeriksaan diatas.
14. AUSKULTASI JANTUNG:
Meminta pasien untuk bernafas biasa dalam suasana rileks
15. Melakukan auskultasi jantung pada SIC II parasternal dextra
16. Melakukan auskultasi jantung pada SIC II parasternal sinistra
17. Melakukan auskultasi jantung pada SIC III-IV sepanjang garis parasternal
dextra
18. Melakukan auskultasi apex jantung pada SIC IV-V liniea midclavicula
sinistra
19. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatian pada
suara tambahan jantung
20. Perhatikan irama dan frekuensi jantung
21. Tentukan ada/tidaknya suara tambahan jantung
22. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai; dokumentasikan,
memberikan informasi resume hasil pemeriksaan dan mengucapkan terima
kasih.
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur
2 Melakukan persiapan alat dengan benar dan mencuci tangan
3 Mempersiapkan pasien dengan benar
4 Mengangkat tungkai yang diperiksa 45-90°
5 Memasang ikatan Torniquet dengan benar
6 Meminta pasien berdiri tegak
7 Mengamati pengisian vena perifer tungkai
8 Setelah pasien berdiri selama 20 detik, lepaskan ikatan tourniquet
9 Mengamati kembali pengisian vena perifer tungkai
10 Menginterpretasikan menginterpretasikan hasil tes Brodie
Skor Total
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur
2 Melakukan persiapan alat dan pasien dengan benar dan mencuci tangan
3 Memasang ikatan sfigmomanometer di lengan atas dengan benar
4 Memberikan gel di sekitar arteri brakialis
5 Memompa sfigmomanometer hingga 20 mmHg diatas tekanan
sistolik / setelah suara hilang dengan benar
6 Menurunkan tekanan sfigmomanometer secara perlahan
7 Menentukan tekanan darah sistolik arteri brakialis
8 Melakukan pengukuran ini dua kali dan menentukan reratanya
9 Melepaskan ikatan sfigmomanometer
10 Melakukan pemeriksaan ini pada sisi kontra lateral
11 Memasang ikatan sfigmomanometer di pergelangan kaki dengan benar
12 Memberikan berikan gel di sekitar arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior
13 Memompa sfigmomanometer hingga 20 mmHg diatas tekanan
sistolik / setelah suara hilang dengan benar
14 Menurunkan tekanan sfigmomanometer secara perlahan
15 Menentukan tekanan darah sistolik arteri dorsalis pedis
16 Melakukan pengukuran ini dua kali dan menentukan reratanya
17 Melakukan pengukuran ini pada arteri dorsalis pedis sebanyak 2 kali dan
tentukan reratanya
18 Melepaskan ikatan sfigmomanometer
19 Melakukan pemeriksaan ini pada sisi kontra lateral
20 Membereskan peralatan dan mencuci tangan
21 Menginterpretasikan hasil tes ABI
Skor Total
NEUROLOGI
Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Penilaian Ketrampilan Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan Posisi
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 MElakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta penderita untuk duduk atau berdiri
5 Meminta penderita memejamkan mata
6 Meminta penderita untuk mengistirahatkan jari-jari
tangannya dan memisahkan stu sama lain.
7 Menggerakkan jari penderita secara pasif dengan
sentuhan seringan mungkin.
8 Meminta penderita menyatakan adakah perubahan posisi
atau adakah gerakan pada jarinya.
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
N KETERANGAN SCORE
O 0 1 2
1 Memberi salam dan menyapa dengan sopan
2 Inform konsen pemeriksaan
3 Meminta pasien duduk di meja pemeriksaan
4 Inspeksi adakah kelainan posisi, kelainan perkembangan
otot, trofi kedua ekstremitas
5 Palpasi tonus otot ke empat ekstermitas
6 Periksalah fleksi ke dua sendi bahu
7 Periksalah fleksi ke dua lengan bawah
8 Periksalah ekstensi ke dua lengan bawah
9 Periksalah ekstensi ke dua tangan
10 Periksalah fleksi jari-jari ke dua tangan
11 Periksalah abduksi jari-jari tangan
12 Periksalah oposisi ibu jari ke dua tangan
13 Meminta pasien berbaring di meja pemeriksaan
14 Periksalah fleksi ke dua panggul
15 Periksalah adduksi ke dua panggul
16 Periksalah abduksi ke dua panggul
17 Periksalah ekstensi ke dua panggul
18 Periksalah ekstensi ke dua tungkai bawah
18 Periksalah fleksi ke dua tungkai bawah
20 Periksalah dorsofleksi ke dua kaki
21 Periksalah plantarfleksi ke dua kaki
22 Periksalah ekstensi ibu jari ke dua kaki
total
KET: 0 : bila tidak dikerjakan
1 : bila dikerjakan, tetapi tidak sempurna
2 : bila dikerjakan dengan sempurna
0 (zero) Tidak ada kontraksi otot sama sekali baik pada inspeksi maupun palpasi
1( trace) Otot tidak mampu bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh dalam bidang horizontal,
hanya terlihat gerakan otot minimal / teraba kontraksi oleh pemeriksa
2 (poor) Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh tetapi tidak dapat melawan
gravitasi, atau hanya dapat bergerak dalam bidang horizontal
3 (fair) Kemampuan otot bergerak bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan gravitasi
namun tidak dapat melawan tahanan yang ringan sekalipun
4 (good) Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan gravitasi serta
dapat melawan tahanan yang ringan sampai sedang
5 Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan gravitasi serta
(normal) dapat melawan tahanan maksimal
PEMERIKSAAN MOTORIK
-Pergelangan tangan
diposisikan fleksi
penuh dan jari-jari
ekstensi
-Pemeriksa memberi
tahanan dengan
melakukan ekstensi
pergelangan tangan
Fleksor carpi Medianus ,C6,C8 pada daerah
radialis midpalmar
-Fleksor carpi radialis
dapat diperiksa dengan
posisi pergelangan
tangan deviasi radial
Fleksi pergelangan dan fleksi penuh.
tangan Pemeriksa memberi
tahanan dengan
melakukan ekstensi
pergelangan tangan
Fleksor carpi ulnaris Ulnaris, C6,C8
dan melakukan deviasi
ulnar
- Fleksor carpi ulnaris
dapat diperiksa dengan
posisi pergelangan
tangan deviasi ulnar
dan fleksi penuh.
Pemeriksa memberi
tahanan dengan
melakukan ekstensi
pergelanagn tangan
dan deviasi radial
-Pergelangan tangan
ekstensi penuh pada
posisi netral
Ekstensor carpi radialis Radialis , C6,C7 -Pemeriksa memberikan
longus tahanan dengan
melakukan fleksi
pergelangan tangan
Ekstensi pergelangan pasien pada daerah
tangan dorsum tangan
-Untuk memeriksa
Ekstensor carpi radialis Radialis , C6,C7 ekstensor carpi radialis
brevis longus pergelangan
tangan pasien
diposisikan deviasi radial
dan ekstensi penuh
-Pemeriksa melakukan
fleksi dan deviasi ulnar
pergelangan tangan
Ekstensor carpi ulnaris Radialis ,C7,C8 -Untuk memeriksa
ekstensor carpi ulnaris
pergelangan tangan
pada posisi deviasi ulnar
dan ekstensi penuh.
Pemeriksa melakukan
fleksi dan deviasi radial
pergelangan tangan
pasien sebagai tahanan
Periksalah tangan
Fleksor digitorum pasien, cari atrofi otot
profundus intrinsik, thenar,
hipothenar.
Fleksor digitorum Medianus, C8 Periksalah genggaman
superfisial pasien dengan meminta
Fleksi jari-jari penderita menggenggam
Fleksor pollicis longus jari pemeriksa sekuatnya
dan tidak melepas
genggaman saat
Medianus, pemeriksa mencoba
Instrinsik Ulnaris menarik jarinya. Normal
(hipotenar.interossei,t C8,T1 pemeriksa tidak dapat
enar,lumbricalis) menarik jari dari
genggaman pasien.
Bandingkan dengan sisi
kontra lateral
- Periksalah kekuatan
Opponen policis Medianus, oposisi ibujari dengan
C8,T1 meminta pasien
menyentuhkan ujung
Fleksor policis brevis Medianus, ibujari dengan jari
Oposisi Ibu jari Ulnaris, C8,T1 jelunjuknya sendiri dan
melawan tahanan
pemeriksa.bandingkan
Abduktor policis brevis Medianus, dengan sisi kontra
C8,T1 lateral.
PEMERIKSAAN MOTORIK
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Melakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
Tes Romberg
4 Meminta penderita untuk berdiri dengan kedua tumit saling
merapat
5 Meminta penderita melakukan hal tersebut pada mata terbuka
kemudian mata tertutup.
6 Melaporkan hasil pemeriksaan.
Tes Tandem Walking
7 Meminta penderita berjalan pada satu garis lurus di lantai,
dengan menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari
kaki yang berlawanan.
8 Meminta penderita melakukan hal tersebut pada mata terbuka
dan mata tertutup.
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
Finger-to-nose test
10 Meminta penderita menyentuh ujung hidungnya dengan ujung
jari telunjuknya dengan gerakan abduksi dan ekstensi lengan
secara komplit.
11 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan
kemudian cepat.
12 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka
dan mata tertutup.
13 Melaporkan hasil pemeriksaan
Nose-finger-nose test
14 Meminta penderita menyentuh ujung hidungnya dengan ujung
jari telunjuknya dengan gerakan abduksi dan ekstensi lengan
secara komplit kemudian menyentuh ujung jari pemeriksa dan
kembali menyentuh ujung hidungnya
15 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan
kemudian cepat.
16 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka
dan mata tertutup.
17 Mengubah-ubah jari pemeriksa baik dalam jarak maupun bidang
gerakan
18 Melaporkan hasil pemeriksaan
Finger-to-finger test
19 Meminta penderita mengabduksikan lengan pada bidang
horizontal dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari
telunjuknya saling bertemu tepat ditengah-tengah bidang
horizontal tersebut.
20 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan
kemudian cepat.
21 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka
dan mata tertutup.
22 Melaporkan hasil pemeriksaan
Diadokokinesis
23 Penderita diminta untuk menggerakan kedua tangannya
bergantian pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam.
24 Meminta penderita melakukan gerakan tersebut secepat
mungkin.
25 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka
dan mata tertutup.
26 Melaporkan hasil pemeriksaan
Heel-to-knee-to-toe test
27 Meminta penderita untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut
kontralateral, kemudian diteruskan dengan mendorong tumit
tersebut lurus ke jari-jari kakinya.
28 Melaporkan hasil pemeriksaan
Rebound test
29 Penderita diminta adduksi pada bahu, fleksi pada siku dan
supinasi lengan bawah, siku difiksasi/diletakkan pada meja
periksa/alas lain.
30 Menarik lengan bawah penderita dan penderita diminta
menahannya
31 Dengan mendadak melepaskan tarikan tersebut
32 Sebelumnya lengan lain harus menjaga muka dan badan
pemeriksa supaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri
33 Melaporkan hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN & PEMERIKSAAN TANDA IRITASI RADIX PADA DAERAH VERTEBRALIS
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Melakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta penderita untuk posisi tiduran
Kaku kuduk
5 Pastikan tidak ada cedera servikal
6 Letakkan tangan kiri dibawah kepala pasien
7 Menggoyangkan kepala pasien ke kanan dan ke kiri
8 Memfleksikan maksimal kepala ke anterior, sampai dagu menyentuh dada
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
Brudzinski’s Sign
Neck Sign
10 Memfleksikan kepala secara pasif hingga dagu menyentuh sternum
11 Melaporkan hasil pemeriksaan
Leg Sign
12 Mengangkat salah satu tungkai dalam sikap lurus pada sendi lutut dan
kemudian ditekukkan pada sendi panggul
13 Melaporkan hasil pemeriksaan
Cheek Sign
14 Menekan pipi kedua sisi tepat di bawah os.zigomatikum
15 Melaporkan hasil pemeriksaan
Symphisis Sign
16 Pastikan kandung kemih kosong dan tidak ada fraktur pada os.coxae
17 Menekan pada simfisis pubis
18 Melaporkan hasil pemeriksaan
Kernig’s Sign
19 Memfleksikan sendi panggul 90°
20 Mengekstensikan sendi lutut
21 Melaporkan hasil pemeriksaan
TOTAL NILAI
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Melakukan anamnesis seperlunya
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta penderita untuk posisi tiduran
Tes Patrick
5 Meletakkan maleolus eksterna tungkai yang sakit pada lutut tungkai
lainnya
6 Melakukan penekanan pada lutut yang difleksikan
7 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Kontrapatrick
8 Mengendorotasikan & mengaduksikan tungkai yang sakit
9 Menekan sejenak sendi lutut tungkai yang sakit
10 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Laseque
11 Mengangkat tungkai pasien dalam keadaan lurus dengan cara tangan
kanan pemeriksa memegang tumit pasien
12 Memfiksasi lutut pasien dengan tangan kiri
13 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Naffziger
14 Menekan kedua vena jugularis dan penderita disuruh mengejan
15 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Valsava
16 Meminta penderita posisi duduk
17 Meminta pasien untuk mengejan sewaktu pasien menahan napas
18 Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Kompresi Lhermitte
19 Melakukan kompresi pada kepala penderita dalam berbagai posisi miring
kanan, miring kiri, tengadah, menunduk
20 Melaporkan hasil pemeriksaan
TOTAL NILAI
THT
MATA
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Menyapa pasien dengan ramah
2. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan
3. Inspeksi orbita dan daerah sekitarnya
4. Melakukan pemeriksaan visus menggunakan optotype snellen
5. Melakukan pemeriksaan lapangan pandang menggunakan tes
konfrontasi
6. Melakukan pemeriksaan papan placido
7. Melakukan pemeriksaan tonometri digital
8. Melakukan pemeriksaan oftalmoskopi
9. Melakukan pemeriksan otot penggerak bola mata
10. Melakukan pemeriksaan tes buta warna
TOTAL
KULIT
I. MATERI
A. ANAMNESIS (HISTORY TAKING)
Anamnesis merupakan upaya penggalian informasi terkait dengan keluhan yang dialami
oleh pasien yang dapat dilakukan secara langsung pada pasien (autoanamnesis) atau
dengan orang lain yang mengerti riwayat kesehatan pasien (alloanamnesis). Pada sistem
integument, sebelum melakukan anamnesis, kita juga perlu melihat sekilas lokasi dan
konfigurasi lesi, untuk membantu mempersempit diagnosis banding yang akan kita gali
informasinya.
Dalam anamnesis RPS sebaiknya juga ditanyakan hal-hal yang terkait diagnosis banding,
untuk membantu mempermudah menyingkirkan diagnosis-diagnosis banding yang kurang
sesuai.
Selain jabaran episode penyakit, pada RPD juga perlu kita gali informasi penyakit-penyakit
sistemik lainnya yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya kelainan kulit yang
dialami. Penyakit-penyakit sistemik seperti kelainan endokrin, vascular, ginjal, hepar, alergi-
imunologi, kelainan jaringan ikat sering kali bermanifestasi ke kulit. Perlu dicatat pula obat-
obatan yang dikonsumsi karena sering kali obat-obatan dalam sistem integument memiliki
pengaruh metabolism obat-obatan yang lain bila digunakan secara bersama-sama.
a. Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit dijabarkan dalam status dermotologis yang meliputi : lokasi,
morfologi kelainan kulit (UKK/efloresensi), konfigurasi dan distribusi.
INSPEKSI
UKK Primer
Merupakan gambaran kelainan yang muncul pada kulit yang sebeumnya normal
Macam-macam UKK primer :
1. Makula : bercak pada kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata,
tanpa penonjolan atau cekungan.
Macam-macam macula :
Eritema : warna kemerahan akibat vasodilatasi pembuluh darah
Purpura : warna kemerahan akibat ekstravasasi sel-sel darah ke
jaringan
Hiperpigmentasi : warna kecoklatan/ kehitaman akibat timbunan
melanin
Hipopigmentasi : warna kulit menjadi putih / lebih terang dibandingkan
dengan kulit sekitar akibat rusaknya melanin / melanosit yang mati.
Vivid : warna kebiruan akibat timbunan hemosiderin
3. Plak : papul datar, peninggian kulit yang porsi luas permukaan lebih besar
daripada tingginya, ukurannya lebih dari 1 cm.
5. Nodus : tonjolan berupa massa padat yang sirkumskrip, terletak di kutan atau
subkutan, dapat menonjol.
Nodulus : nodus yang kecil dari 1 cm.
6. Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel.
7. Vesikel : gelembung berisi cairan serum, memiliki atap dan dasar, diameter
kurang dari 1 cm.
8. Bula : vesikel yang berukuran lebih dari 1cm
9. Pustul : vesikel/bula yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah
vesikel disebut hipopion.
10. Kanalikuli : terowongan dalam epidermis. Biasa terjadi pada creeping eruption
dan scabies.
UKK Sekunder
1. Skuama : sisik berupa lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
3. Erosi : lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
stratum basal/sebeaetas stratum spinosum, ditandai dengan keluarnya serum.
Biasanya disebabkan oleh vesikel/bula yang pecah.
5. Ulkus : tukak, borok disebabkan hilangnya jaringan lebih dalam dari ekskoriasi,
memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi.
6. Fisura : retakan kulit yang sempit dan dalam.
9. Skar : formasi jaringan ikat fibrosa sebagai hasil proses penyembuhan luka.
Konfigurasi Lesi
Konfigurasi lesi merupakan susunan bentuk lesi, terdiri dari :
4. Verukosus : berdungkul-dungkul
seperti bunga kol
5. Herpetiformis : bergerombol
Ontoh : folikulitis
PALPASI
Dalam melakukan pemeriksaan kulit, palpasi harus selalu dilakukan bersama-sama. Adapun tujuan
palpasi :
• Untuk merasakan tekstur dan konsistensi lesi (halus/kasar, batas tegas/tdk, fluktuasi,
kedalaman lesi, mobilitas)
• Untuk merasakan adanya perubahan suhu, nyeri tekan
• Untuk meyakinkan pasien jika kita tidak takut dengan penyakit kulitnya.
b. Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut juga meliputi inspeksi dan palpasi.
Inspeksi Rambut
Pada inspeksi rambut dilihat :
1. Warna rambut
2. Distribusi rambut : rambut tebal merata/rambut menipis/alopesia
3. Tekstur rambut : kering/kasar/kusam, diameter rambut tebal/tipis
4. Lain-lain : kutu, dll
c. Pemeriksaan Kuku
Pemeriksaan kuku meliputi :
INSPEKSI
1. Bentuk kuku : normal / anonikia /
2. Warna kuku
3. Kelengkungan kuku
4. Keterlibatan daerah seputar kuku
PALPASI
Pada beberapa penyakit, dibutuhkan pemeriksaan fisik tambahan untuk memperkuat diagnosis,
seperti psoriasis, scabies, kusta dan penyakit kulit berlepuh autoimun.
1. PSORIASIS
Selain dengan gambaran UKK-nya yang berupa papul plak eritematosa berbatas tegas dengan
skuama tebal berlapis, psoriasis juga mempunyai gambaran klinis khas lainnya, yaitu :
a. Fenomena Koebner. Fenomena ini merupakan gambaran lesi serupa dengan lesi di tempat
lain pada daerah bekas trauma.
Fenomena Koebner merupakan pemeriksaan fisik, namun dalam kenyataannya kita tidak
dapat melakukan provokasi trauma, sehingga fenomena ini biasanya didapatkan melalui
anamnesis atau pada saat mendeskripsikan UKK, bila ada gambaran lesi psoriasis yang
linear, biasanya merupakan fenomena Koebner.
Fenomena Koebner bukan merupakan tanda patognomonik psoriasis karena dapat terjadi
pada moluskum kontagiosum, veruka vulgaris dan liken planus.
b. Tanda Auspitz. Tanda ini kita dapatkan dengan cara mengelupas skuama selapis demi
selapis pada lesi yang cukup tebal, sehingga akan tampak bitnik-bintik perdarahan yang
semakin banyak. Hal ini menunjukkan terjadinya papilomatosis pada dermis penderita
psoriasis. Tanda Auspitz merupakan tanda patognomonik psoriasis.
2. SKABIES
Salah satu tanda cardinal scabies adalah adanya kanalikuli, hanya saja kanalikuli pada scabies
sulit ditemukan karena kanalikuli yang terbentuk kebanyakan mengarah ke dalam (sumur),
jarang serpiginosa seperti pada creeping eruption. Untuk itu diperlukan pemeriksaan fisik
tambahan untuk mencari kanalikuli yaitu dengan Burrow Ink Test dengan cara mengoleskan lesi
yang kita curigai terdapat kanalikuli dengan menggunakan tinta cina/metilen blue dan
didiamkan selama 20 – 30 menit, kemudian dibersihkan dengan kapas alkohol. Hasil positif bila
terdapat retensi tinta yang tidak dapat dihapus.
3. MORBUS HANSEN (LEPRA)
Pada MH, selain kita mendsekripsikan UKK-nya, kita juga harus mencari tandan cardinal yang
lain seperti anastesi, anhidrosis, alopesia dan pembesaran saraf tepi.
Pemeriksaan fisik tambahan yang harus dilakukan pada pasien MH yaitu :
a. Tes Sensibilitas
Tes sensibilitas yang dilakukan pada pasien MH ada 3, yaitu sensibilitas raba, nyeri dan
suhu. Pemeriksaan sensibilitas harus dilakukan dengan kedua mata pasien tertutup,
pemeriksaan dilakukan 3 kali pada setiap lokasi. Penderita dinyatakan memiliki sensasi jika
dapat merasakan ketiga stimuli.
Raba Halus : dengan menggunakan ujung kapas yang dipilin, kita mengoleskan kapas
pada lesi akromia dan dibandingkan degan kulit sekitarnya.
Nyeri : dengan menggunakan tusuk gigi kayu yang mempunyai ujung tajam dan tumpul
(terstandar), kita tusukkan pada lesi akromia dan dibandingkan dengan kulit sekitarnya.
Suhu : dengan menggunakan tabung reaksi berisi air panas (40oC) dan air dingin (20oC)
disentuhkan pada lesi akromia dan dibandingan dengan kulit sekitarnya.
Pemeriksaan tidak terbatas pada lesi kulit, tapi juga harus dilakukan pada kedua
telapak tangan dan kaki.
Kesimpulan :
1. Informed consent
2. Menjaga privacy pasien dengan menutup pintu, jendela dan tirai
3. Menenangkan pasien dan memposisikan area yang akan diperiksa. Namun idealnya
pemeriksaan kulit dilakukan dengan pasien membuka seluruh pakaiannya.
4. Menyalakan lampu pemeriksaan
5. Mencuci tangan
6. Mengenakan sarung tangan non-steril.
7. Melakukan pemeriksaan fisik inspeksi dan palpasi dengan menggunakan kaca pembesar.
8. Mendeskripsikan status dermatologi dengan lengkap dan benar meliputi :
i. Lokasi/predileksi lesi
ii. Morfologi kelainan kulit / UKK – UKK Primer dan sekunder, konfigurasi
iii. Distribusi lesi.
9. Pemeriksaan fisik tambahan untuk penyakit-penyakit tertentu harus dilakukan.
10. Setelah selesai, melepas sarung tangan, mencuci tangan dan mematikan lampu pemeriksaan
dan mempersilahkan pasien mengenakan pakaian dan kembali ke meja anamnesis.
CHECKLIST HECTING
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
Memeriksa luka (lokasi, luas, jenis: robek/ sayat/ lecet, fraktur, tanda
2 infeksi)
3 Persetujuan tindakan medik
4 Persiapan pasien ( menenangkan pasien, posisi)
5 Mempersiapkan anestesi
6 Mencuci tangan ( pemakain sikat hanya “nice to know” )
7 Memakai sarung tangan steril
8 Melakukan aseptik antiseptic ( gerakan sentrifugal )
9 Melakukan anestesi lokal ( infiltrasi)
10 Melakukan debridemen (irigasi Nacl, perhidrol, irigasi NaCl, Povidon)
11 Memasang doek steril
12 Jahit kulit terputus ( jahitan kuat, jarak cukup )
13 Bersihkan luka dengan kasa povidon
14 Menutup luka dengan kasa povidon & kasa steril
15 Dekontaminasi
16 Cuci tangan pasca tindakan
TOTAL SCORE
PSIKIATRI
1. AUTOANAMNESIS KEPASIEN
2. ALLOANAMNESIS KEYANG NGANTER (tanyakn juga identitas yang ngenter ya)
1) Riwayat Psikiatri :
Identitas Nama,alamat, umut, Status perkawinan, pekerjaan,
KU
RPS kronologis, situasi pasien ketika kambuh, kepribadian dalam
keadaan normal,
RPD (Psikiatri, Medis : trauma kepala, kejang, gang keadaran , HIV, sifilis ,
Alkohol/zat lain)
RPK Kepribadian anggota keluarga dan peran anggota keluarga kepada
pasien
Riwayat Pribadi (awitan, faktor pencetus)
a) Prenatal dan Perinatal lama kehamilan, proses kelahiran,trauma/cacat
lahir, kehamilan yang dingginkan orang tua atau bukan
b) Perkembangan masa kanak kanak – remaja makanan, sekolah,
pubertas
c) Masa Dewasa
Pekerjaan jenis, konflik, sikaprekankeja
Perkawinan konflik
Pendidikan, agama
Hubungan social dengan masyarakat
Riwayat tindakan kekerasan/kejahatan
Riwayat sexual awal puber, riw pelecehan seks, orientasi sexual
MImpi dan fantasi mimpi buruk, khayalan,
TAMBAHAN PENJELASN
A. SIKAP
Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif),
psikomotor (jika ada)
Bentuk kelainan psikomotor yang dapat diamati:
1) Ekopraksia menirukan gegerakan seseorang
2) Streotipi fisik/berbiacra yang tetap dan berulang
3) Katalepsi posisi tidak bergerak yang dipertahankan secara konstan
4) Eksitasi katatonik gerak ga jelas tidak dipengaruhi stimulus ekternal
5) Stupor Katatonik AKtivitas motorik melambat , tampak tidak sadar akan
lingkunagn sekitar
6) Postur katatonik Mempertahankan suatu postur aneh pada tempatnya (KAKU)
dalam waktu lama
7) Fleksibilitas Serea Keadaan seseorang yang dapat dibentuk menjadi posisi yang
dapat dipertahankan
8) Akinesia tidak ada pergerakan fisik
9) Mutisme: tak bersuara
10) Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik, disertai afek marah/benci.
B. KESADARAN
1. Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan
menggunakannya secara efektif dalam mempengaruhi hubungan dirinya dengan
lingkungan sekitarnya.
2. Somnolen: terkantuk-kantuk
3. Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli.
4. Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap
stimuli.
5. Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.
6. Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan
sikap
7. Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi.
Penderita menjadi tidak dapat diam.
8. Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya
terjadi pada epilepsi
C. ORIENTASI
WAKTU TEMPAT ORANG SITUASI
o Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w) Datang sama
siapa?(O-o) Kenapa dibawa ke sini?(insight) Waktu dibawa ke sini, mbak baru apa,
dimana?(o-t,s)
o Mbak tadi malam bisa tidur? Bangun jam berapa?(O-w) Yang nunggu mbak tadi
malam siapa?(O-o) Tadi mbak sudah jalan-jalan ke mana saja?(O-t) Contoh:
Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)
D. PROSES PIKIR
1) BENTUK PIKIR
a. Nonrealistik/derealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin,
misal: “saya adalah seorang presiden” atau seorang dokter berkata, “saya dapat
menyembuhkan semua orang yang sakit”
b. Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih didasarkan pada khayalan, misal:
“saya adalah seorang malaikat” atau “saya dapat menyembuhkan segala macam
penyakit”
c. Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pad aide yang idesentris.
Orang autistic selalu hidup dalam alam/dunianya sendiri, dan secara emosional
terlepas dari orang lain.
d. Tidak logis (illogical thought), sering juga disebut magical thought: berorientasi
pada hal-hal yang bersifat magis.
e. Pikiran konkrit (formal thought disorder): pikiran terbatas pada satu dimensi arti
3) PROGRESI PIKIR
a. Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita,
sering terdapat pada pasien skizofrenia. Neologisme dapat pula akibat halusinasi
akustik sehingga sering merupakan kata yang diulang.
b. Tangential thinking: pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok
pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan
tidak pernah tercapai. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manic.
c. Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan,
namun masih dapat dimengerti.
d. Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi
tatabahasa/susunan kalimat dengan arti istilah yang aneh. Secara khas terdapat pada
skizofrenia.
e. Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topic ke topic lain
tanpa terputus, dimana masih terdapat benang merah (masih terkait, walau sangat
kecil kaitannya).
f. Stereotypi kata/kalimat: pengulangan kata/kalimat karena adanya pengulangan
buah pikiran. Bila terjadi pengulangan kata = verbigerasi, pengulangan kalimat =
perseverasi. Terdapat pada skizofrenia dan GMO.
g. Logore: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti.
h. Echolalia: menirukan kata-kata/kalimat orang lain, cenderung berulang-ulang dan
persisten.
i. Remming: pasien berbicara dengan sangat lambat dan biasanya dengan nada yang
rendah, karena pikirannya timbul perlahan sehingga progresi piker menjadi lambat.
Biasanya terdapat pada pasien dengan depresi.
j. Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau
terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada skizofrenia.
k. Mutisme: pasien tidak member respon terhadap lingkungan, tidak mau berbicara
sama sekali. Sering ditemukan pada skizofrenia kataton, depresi berat, histerical
aphonia, dan GMO.
l. Aphasia: gangguan berbicara/berbahasa karena kerusakan otak
Mood : emosi yang menetap dan meresep Afek : ekspresi emosi yang yang teramati
Eutimia : perasaan normal Luas : afek normal
Distrofia : suasana perasaan tidak Sempit : ekspresi terbatas
menyenangkan (jenuh, jengkel,bosan)
Hipertimia : semangat dan kegairahan yang Tumpul : penurunan intensitas perasaan
berlebihan yang diungkapkan
Euforia : perasaan gembira yang berlebihan Datar : kehilangan kemampuan berekspresi
(wajah datar, pandangan nata kososng,
sikap kaku, gerakan minimal )
Estasia : perasaan yang diwarnaidengan Appropiate : emosi selaras dengan pikiran
kegairan yang meluap luap dan gaya bicara
Anhedonia : kehilangan minat rsinggung Nonappropiate : emosi tidak selaras
dengan pikiran dan gaya bicara
Irritable : mudah senitif Labil : perubahan perasaan yang cepat dan
mendadak , tidak disebabkan stimulus
eksternal
Mania : elasi (perasaan gembiara,euphoria,
optimism, kesenengan)
Hipomani : mania namun tidak intens
F. PERSEPSI
Isi: agnosia, halusinasi, ilusi
1) Agnosia: ketidakmampuan mengenal dan menafsirkan rangsangan sensorik -- agnosia
visual, taktil, sensorik.
2) Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)
a) Halusinasi dengar (akustik, auditori)
b) Halusinasi visual à harus dalam keadaan mata penderita terbuka. Biasanya
merupakan petunjuk adanya gangguan mental organic.
c) Halusinasi bau/olfaktori
d) Halusinasi pengecapan/gustatory
e) Halusinasi seksual
f) Heautoscopie: halusinasi visual khusus, pasien melihat orang yang mirip dirinya
berada di depannya atau mendekatinya. Bila dapat dikoreksi, maka disebut pseudo
halusinasi.
g) Halusinasi kinaestesi (phantom phenomenon): persepsi palsu pada pasien setelah
mengalami operasi besar. Contoh: pasien post amputasi kaki berkata bahwa kakinya
masih utuh.
3) Ilusi: mispersepsi/misinterpretasi terhadap stimulus sensorik yang real. (ada objek nyata)
G. HUBUNGAN JIWA
a. Mudah: pasien mudah bercerita (member informasi) dan mengungkapkan perasaannya
kepada pemeriksa. (mudah diajak berkomunikasi)
b. Dapat: pasien dapat memberikan sedikit informasi kepada pemeriksa.
c. Sukar: pasien sukar diajak berbicara, tidak mau memberikan informasi/berkomunikasi
dengan pemeriksa.
H. PERHATIAN
a. Mudah ditarik: pasien mudah untuk ditarik perhatiannya dan menjawab pertanyaan
pemeriksa.
b. Mudah dicantum: pasien dapat memusatkan perhatian pada topic tertentu dan menjawab
pertanyaan sesuai dengan topic pembicaraan pemeriksa.